Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN, GAYA HIDUP, DAN

KEBUTUHAN TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN


KARTU KREDIT BCA DI SURABAYA
Mila Utary Polisoa
Sri Andayani
Ayun Maduwinarti

Abstract

This thesis is aimed to determine the effect of income, lifestyle, and life necessity toward.
Source of the data in this study is come from 75 consumers of BCA-Credit Card in Surabaya.
Data analysis technique was multiple linear regression with SPSS program for Windows. The
results showed that income has tstatistic of 3.894 with significant level by 0.000, so variabel of
income (X1) significantly influences the decision to use BCA-Credit Card in Surabaya.
Lifestyle (X2) has tstatistic of 2.963 with significant level by 0.004, so variable of Lifestyle (X2)
significantly influence the decision to use BCA-Credit Card in Surabaya. Life necessity (X3)
has tstatistic of 3.470 with significant level by 0.001, so variable of Life necessity (X3)
significantly influences the decision to use BCA-Credit Card in Surabaya. Finally, the
variable of income is variable with the largest standardized coefficients among other
variables so that the income variable is the dominant variable that influence on the decision
to use BCA-Credit Card in Surabaya.

Keywords: income, lifestyle, life necessity, decision, credit card.

Pendahuluan debit maupun kredit. Dunia perbankan di


indonesia telah mengalami perkembangan
dari masa ke masa, bisnis yang bergerak
Kehidupan masyarakat dunia dibidang keuangan ini telah melakukan
dewasa ini telah mencapai tahap dimana inovasi teknologi pada salah satu fitur
segala sesuatu dapat dilakukan secara transaksi keuangan dengan mengeluarkan
praktis, segala aspek dalam kehidupan kartu kredit sebagai salah satu bentuk
telah mengalami perubahan ke arah lebih nyata transaksi non-tunai. Kartu kredit
baik dengan sentuhan inovasi berbasis yang pertama kali muncul di Indonesia
teknologi. Begitu pula dengan kehidupan adalah kartu kredit yang diterbitkan oleh
masyarakat di Indonesia yang tak lepas American Exprees dan Dinners Club.
dari pengaruh perkembangan teknologi, Sedangkan bank nasional pertama yang
inovasi dengan sentuhan teknologi telah menerbitkan kartu kredit adalah Bank
menjangkau berbagai aspek di negara ini BCA.
termasuk dunia perbankan di Indonesia, Menurut ketentuan Bank Indonesia
hal ini membuat segala aktifitas No. 11/11/PBI/2009 tentang
masyarakat selalu bersentuhan dengan penyelenggaraan kegiatan Alat
teknologi begitu pula dengan aktifitas Pembayaran dengan Menggunakan Kartu
transaksi pembayaran. (APMK), yang dimaksud dengan kartu
Sejak beberapa tahun lalu hingga kredit adalah APMK yang dapat digunakan
tahun 2014 masyarakat Indonesia telah untuk melakukan pembayaran atas
mengenal transaksi non-tunai baik secara kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan
ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan
dan atau untuk penarikan tunai, dimana begitu gencar memasarkan kartu kredit.
kewajiban pemegang kartu kredit dipenuhi Kartu kredit seperti sudah melekat dan
terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, menjadi simbol gaya hidup kaum urban
dan pemegang kartu berkewajiban untuk ketika kebutuhan akan kepraktisan &
melakukan pembayaran pada waktu yang kecepatan dapat dipenuhi oleh teknologi
disepakati baik dengan pelunasan sekaligus serta manfaat kartu plastik ini. Kartu kredit
ataupun dengan pembayaran secara juga telah mengubah image hutang
angsuran. menjadi gaya hidup, pertumbuhan
Sebuah kartu kredit berbeda dengan transaksi menggunakan kartu kredit telah
kartu debit dimana penerbit kartu kredit menunjukkan bahwa masyarakat kini lebih
meminjamkan konsumen uang dan bukan percaya diri menggunakan kartu kredit
mengambil uang dari rekening. untuk setiap transaksi pembayaran yang
Pembayaran dilakukan di belakang setelah mereka lakukan.
transaksi selesai, dan dilakukan oleh bank Publikasi MARS dalam Indonesian
penerbit kartu kredit tersebut, kemudian Consumer Profile 2013 mencatat
bank akan menagih kepada pemilik kartu kepemilikan kartu kredit di 7 kota besar
kredit tersebut. Tiap-tap kartu kredit (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
ditandatangani oleh pemegang kartu kredit Medan, Makassar, Banjarmasin) tahun
pada suatu specimen dan diberi tanda oleh 2012 adalah 3.4% di mana penetrasi
bank yang mengeluarkannya dengan nama tertinggi tercatat di Makassar (7.6%) dan
pemegang beserta nomornya (Simorangkir, Jakarta (4.7%). Dari sisi usia, tingkat
1986:120). kepemilikan kartu kredit pada kelompok
Seperti yang dikatakan dalam usia 25-34 tahun adalah 4.4%, sedangkan
sebuah artikel di internet pada tanggal 18 pada kelompok usia 35-55 tahun 3.8%.
February 2014 bahwa, sejak pertama kali Pada kelas sosial ekonomi A penetrasi
diterbitkan di Indonesia jumlah kartu tercatat 10.3% sedangkan kelas B masih
kredit selalu mengalami peningkatan pesat 1.8%.
dari tahun ke tahun. Secara akurat Asosiasi Informasi yang dirilis Bank
Kartu Kredit Indonesia atau AKKI, Indonesia pada Maret 2013, selama ini
mencatat sejak tahun 2009 hingga 2013 konsumen pengguna mengenal adanya 3
jumlah kartu, jumlah transaksi dan nilai macam kartu kredit, yaitu biasa (silver atau
transaksi pengguna kartu kredit di classic), gold, dan premium. Selanjutnya
Indonesia selalu mengalami peningkatan survey MARS menemukan bahwa
dari tahun ke tahun. Di akhir tahun 2013 sebagian besar jenis kartu yang beredar
AKKI mencatat jumlah kartu yang sudah adalah Classic (74%), 29% Gold dan
beredar sebanyak 15.007.492 buah dengan hanya 7% Platinum.
jumlah transaksi sebanyak 214.138.629 Selain itu 28.1% responden pemilik
kali transaksi atau bila di rata-rata setiap memiliki kartu kredit BCA, berikutnya
kartu kredit melakukan 15 kali transaksi adalah BNI (18.5%) dan Bank Mega
dengan kartu kredit dalam tahun 2013. (14.7%). Brand share ketiga bank ini
Namun bila di bandingkan dengan tahun mengalami peningkatan dari tahun 2011, di
2012, jumlah transaksi ini menurun dari mana secara berturut-turut adalah 24.9%,
sekitar 217 ribu transaksi menjadi 214 ribu 14.6%, dan 7.6%. Berada di urutan setelah
transaksi. Sedangkan, rata-rata nilai ketiga bank ini adalah Bank Mandiri,
transaksi sebesar Rp 12.000.000 rupiah, CIMB, Citibank, dan BRI.
hal ini terlihat pada tabel dibawah ini. PT. Bank Central Asia, Tbk. (BCA)
Selain profit, gaya hidup saat ini tercatat sebagai bank dengan pengguna
masyarakat adalah salah satu kartu kredit terbanyak di Indonesia
pendorongindustri perbankan beramai- (http://www.infobanknews.com, diakses
ramai terjun ke bisnis kartu kredit, dan tanggal 18 Nopember 2014), dan Surabaya
termasuk salah satu kota dengan penduduk yang disumbangkan untuk memenuhi
yang banyak menggunakan kartu kredit, selain kebutuhan bersama maupun perseorangan
Jakarta dan Makassar dalam keluarga (Sumardi, 2002:323).
(http://www.marsindonesia.com, diakses 2 Selain itu, faktor pribadi dianggap
Nopember 2014). Beragamnya kemudahan mempunyai kemampuan reaksi yang cepat
yang ditawarkan kartu kredit dari berbagai terhadap berbagai penawaran produk atau
bank mengakibatkan konsumen kartu jasa dalam keputusan pembelian. Salah
kredit juga memiliki berbagai alasan satunya adalah gaya hidup dan konsep diri
mengapa mereka memilih menggunakan (Engel dan Maslow, 2000 :367).
kartu kredit dari salah satu bank Sedangkan gaya hidup didefinisikan cara
dibandingkan dengan bank lainnya. Ada hidup yang diidentifikasikan oleh
berbagai faktor yang menjadi alasan bagaimana orang menghabiskan waktu
konsumen dalam memutuskan mereka (aktivitas), apa yang mereka pilih
menggunakan kartu kredit, baik secara dan gunakan untuk melewati waktu
internal amupun eksternal. tersebut.
Banyak hal yang dapat Faktor kebutuhan juga dapat
memengaruhi perilaku konsumen dalam menjadi salah satu alasan mengapa seseorang
pengambilan keputusan menggunakan memutuskan untuk menggunakan barang atau
sebuah produk maupun jasa. Menurut jasa. Kebutuhan merupakan faktor
Engel, et al (1994), perilaku konsumen penyebab yang mendasari lahirnya
adalah suatu tindakan yang langsung terlibat perilaku seseorang, kebutuhan yang paling
dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan kuat pada saat tertentu akan merupakan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk daya dorong yang menggerakkan
keputusan mendahului dan menyusuli seseorang untuk berperilaku ke arah
tindakan ini. Menurut Kotler (2002:234), tercapainya tujuan. Apabila kebutuhan
Konsumen selalu menentukan pilihan yang paling kuat telah terpenuhi biasanya
berdasarkan pertimbangan tertentu kekuatan kebutuhan yang tinggi akan
sehingga antara konsumen yang satu dan bergeser kepada kebutuhan yang lain untuk
konsumen yang lainnya belum tentu akan mencapai tujuan yang lain pula,
memilih produk yang sama, disinilah Wahjosumidjo (1985:179-180). Dengan
dibutuhkan kejelian konsumen dalam adanya berbagai faktor yang menjadi
penentuan keputusan produk mana yang alasan dibalik pengambilan keputusan
akan dipilih dengan tetap konsumen dalam menggunakan suatu jasa,
mempertimbangkan manfaat yang akan faktor-faktor tersebutlah yang kemudian
diperoleh dari produk tersebut sehingga membuat konsumen menjatuhkan pilihan
keputusan yang diambil konsumen pada suatu produk atau jasa yang akan
merupakan proses pembelian dimana mereka gunakan.
individu menentukan keputusan untuk Kota Surabaya adalah ibu kota
melanjutkan atau tidak melanjutkan Provinsi Jawa Timur, Indonesia sekaligus
pembelian suatu barang atau jasa. menjadi kota metropolitan terbesar di
Banyak faktor yang mempengaruhi provinsi tersebut. Surabaya merupakan
perilaku konsumen dalam keputusan kota terbesar kedua di Indonesia setelah
pembelian barang maupun jasa (Kotler, Jakarta. Kota Surabaya juga merupakan
2002 : 183), misalnya saja Faktor pusat bisnis, perdagangan, industri, dan
Demografi; dan faktor pribadi. Salah satu pendidikan di kawasan Indonesia bagian
faktor demografi adalah pendapatan yang timur. Kota ini memiliki luas sekitar
paling sering dijadikan dasar untuk 333,063 km² dengan penduduknya
pengelompokan konsumen (Machfoed, berjumlah 2.813.847 jiwa (2014).
2006 ; 67). Pendapatan adalah jumlah Surabaya termasuk salah satu kota dengan
penghasilan riil seluruh anggota keluarga pengguna kartu kredit terbanyak di
Indonesia, karena penggunaan kartu kredit mendorong pula orang untuk tidak
untuk berbagai kebutuhan termasuk dalam mempermasalahkan timbulnya biaya
urusan bisnis kini menjadi bagian dari akibat penggunaan kartu kredit. Gaya
keseharian masyarakat di Surabaya. hidup dan tingkat pendapatan masyarakat
Berdasarkan latar belakang yang yang tinggi didukung pula oleh berbagai
telah dipaparkan di atas, maka peneliti fasilitas belanja yang sering menawarkan
tertarik untuk melakukan penelitian yang produk dengan diskon khusus bilamana
diberi judul “Analisis Pengaruh dibayar menggunakan kartu kredit. Oleh
Pendapatan, Gaya Hidup, dan karena itu, pada penelitian kali ini akan
Kebutuhan Terhadap Keputusan diteliti mengenai pengaruh gaya hidup,
Menggunakan Kartu Kredit BCA Di pendapatan dan kebutuhan terhadap
Surabaya” keputusan menggunakan kartu kredit BCA
di Surabaya.

Permasalahan Rumusan masalah


Kartu kredit adalah produk yang Berdasarkan permasalahan diatas,
diperlukan oleh banyak orang namun para maka rumusan masalah dari penelitian ini
pengguna tersebut memiliki alasan-alasan adalah :
tersendiri ketika memutuskan untuk 1. Seberapa besar pengaruh pendapatan,
memiliki kartu kredit sebagai fasilitas gaya hidup dan kebutuhan terhadap
berbelanja. Umumnya kartu kredit keputusan menggunakan kartu kredit
digunakan dengan perencanaan yang BCA di Surabaya?
matang, atau minimal perlu suatu 2. Dari faktor-faktor pendapatan, gaya
perencanaan dan penelusuran oleh seorang hidup dan kebutuhan tersebut, mana
calon nasabah. Demikian pula, tidak semua faktor yang berpengaruh dominan
orang bisa memiliki kartu kredit karena terhadap keputusan menggunakan
ketatnya syarat-syarat bank untuk kartu kredit BCA di Surabaya?
memberikan persetujuan bagi seseorang
untuk memiliki kartu kredit. Oleh karena Tujuan Penelitian
itu, diasumsikan pada penelitian ini, Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
keputusan untuk memiliki kartu kredit ini untuk mengetahui dan menganalisa :
adalah jenis keputusan pembelian yang 1. Besarnya pengaruh pendapatan, gaya
sepenuhnya direncanakan dan separuh hidup dan kebutuhan terhadap
direncanakan (Sumarwan, 2011). keputusan menggunakan kartu kredit
Kepemilikan kartu kredit akan BCA di Surabaya.
menimbulkan biaya tersendiri dan banyak 2. Pengaruh dominan diantara gaya
orang keberatan mendapatkan tambahan hidup, pendapatan, dan kebutuhan
biaya tersebut. Namun mobilitas tinggi dan terhadap keputusan menggunakan
kebutuhan akan kepraktisan yang terjadi di kartu kredit BCA di Surabaya.
kota metropolitan ini, serta kemajuan
teknologi membuat masyarakat di Landasan Teori
Surabaya memiliki gaya hidup yang terus
mengalami perubahan seiring
berkembangnya zaman. Timbulnya biaya Perilaku Konsumen
serta sulitnya syarat untuk mendapatkan Menurut Engel et.al. (2001),
kartu kredit tampaknya tidak menjadi menyatakan bahwa perilaku konsumen
penghalang masyarakat untuk memiliki adalah tindakan langsung untuk
kartu kredit. Gaya hidup bisa mendorong mendapatkan konsumsi, dan menghabiskan
orang untuk memiliki kartu kredit. Di produk dan jasa, termasuk proses
samping itu, tingginya pendapatan
keputusan yang mendahului dan mengikuti tangga kelas sosial dapat bergerak naik
tindakan ini. atau turun sepanjang hidup mereka.
Philip Kotler dan Kevin Lane
Keller (2009:166-175), menyatakan 2) Faktor Sosial
perilaku konsumen adalah studi tentang Selain faktor budaya, faktor sosial
bagaimana individu, kelompok, dan seperti kelompok referensi, keluarga,
organisasi memilih, membeli, peran sosial dan status mempengaruhi
menggunakan, dan bagaimana barang, perilaku pembelian.
jasa, ide, atau pengalaman untuk Kelompok referensi (reference group)
memuaskan kebutuhan dan keinginan seseorang adalah semua kelompok
mereka. Perilaku pembelian konsumen yang mempunyai pengaruh langsung
dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, dan (tatap muka) atau tidak langsung
pribadi. terhadap sikap atau perilaku orang
tersebut. Keluarga adalah organisasi
1) Faktor Budaya pembelian konsumen yang paling
Kelas budaya, subbudaya, dan sosial penting dalam masyarakat, dan
sangat mepengaruhi perilaku anggota keluarga mempresentasikan
pembelian konsumen. Budaya kelompok referensi utama yang paling
(culture) adalah determinasi keinginan berpengaruh.
dan perilaku seseorang. Peran dan status orang berpartisipasi
Setiap budaya teridiri dari beberapa dalam banyak kelompok (keluarga,
subbudaya (subculture) yang lebih klub, organisasi). Kelompok sering
kecil yang memberikan identifikasi menjadi sumber informasi penting dan
dan sosialisasi yang lebih spesifik membantu mendefinisikan norma
untuk anggota mereka. Subbudaya perilaku. Kita dapat mendefinisikan
meliputi kebangsaan, agama, posisi seseorang dalam tiap kelompok
kelompok ras, dan wilayah geografis. di mana ia menjadi anggota
Hampir seluruh kelompok manusia berdasarkan peran dan status. Peran
mengalami stratifikasi sosial, sering (role) terdiri dari kegiatan yang
kali dalam bentuk kelas sosial, divisi diharapkan dapat dilakukan seseorang.
yang relatif homogen dan bertahan Setiap peran menyandang status.
lama dalam sebuah masyarakat,
tersusun secara hierarki dan 3) Faktor Pribadi
mempunyai anggota yang berbagi Perilaku pembeli juga dipengaruhi
nilai, minat, dan perilaku yang sama. oleh karakteristik pribadi. Faktor
Kelas sosial mempunyai beberapa pribadi meliputi usia dan tahap siklus
karakteristik. Pertama, orang-orang hidup pembeli; pekerjaan dan keadaan
yang berada dalam masing-masing ekonomi; kepribadian dan konsep diri;
kelas cenderung mempunyai serta gaya hidup dan nilai.
kemiripan dalam cara berpakaian, pola
bicara, dan preferensi rekreasional Pendapatan
dibandingkan orang dari kelas sosial
yang berbeda. Kedua, orang dianggap
menduduki posisi lebih rendah atau Pendapatan adalah jumlah
lebih tinggi menurut kelas sosial. penghasilan riil seluruh anggota keluarga
Ketiga, kelompok variabel misalnya yang disumbangkan untuk memenuhi
pekerjaan, kekayaan, pendidikan, dan kebutuhan bersama maupun perseorangan
orientasi nilai, mengindikasikan kelas dalam keluarga (Sumardi, 2002:323).
sosial, alih-alih variabel tunggal. Menurut istilah pendapatan
Keempat, kelas sosial seseorang dalam adalah proses atau cara perbuatan
menghasilkan, memperoleh uang. Menurut
Hasan Alwi (2005), pendapatan adalah Engel (1995) mendefinisikan gaya
pemasukan uang untuk membiayai segala hidup sebagai pola dimana orang hidup
kebutuhan yang ada. Dalam kehidupan dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya
sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah fungsi motivasi konsumen
hidupnya, manusia akan terlibat dengan dan pembelajaran sebelumnya, kelas
masalah ekonomi. Dapat dan tidaknya sosial, demografi, dan variabel lain. Gaya
manusia memenuhi kebutuhan hidupnya hidup adalah konsepsi ringkasan yang
tergantung pada kondisi ekonomi yang ada mencerminkan nilai konsumen.”
di dalam keluarganya. Hal ini memberikan Sedangkan menurut Assael (1995) gaya
pengertian bahwa manusia saling hidup didefinisikan sebagai “A mode of
berhubungan satu dengan lainnya living that is identified by how people
(makhluk sosial) yang merupakan bagian spend their time (activities), what they
dari masyarakat dan mempunyai arti serta consider important in their environment
peranan dalam kehidupan ekonomi. (interest), and what they think of
Pada penelitian Waheed, et.al (2013) themselves and the world around them
pendapatan dapat diindikatorkan dengan (opinions).”
membuat klasifikasi tingkat pendapatan He Yan Qun (2010) menjelaskan
para responden. Pada penelitian tersebut, bahwa terdapat 5 dimensi yang digunakan
pendapatan berpengaruh terhadap untuk mengukur variabel gaya hidup.
keputusan pembelian. Holbrook (dalam Yanqun He, et.al, 2010)
menerangkan bahwa pembentukan gaya
hidup terdiri dari :
Gaya Hidup 1) nilai-nilai ekstrinsik dan intrinsik
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller Nilai ekstrinsik memaknai hubungan
(2009:175), mengatakan bahwa gaya hidup dimana konsumsi adalah harga dari
merupakan pola hidup seseorang di dalam fungsi, kegunaan dari suatu produk
dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, serta pemenuhan syarat agar keinginan
minat dan pendapat orang tersebut. Gaya atau tujuan lebih jauh dapat dicapai.
hidup menggambarkan kehidupan manusia 2) Nilai-nilai diri dan nilai lainnya
secara keseluruhan yang berinteraksi Nilai-nilai ini adalah nilai yang
dengan lingkungannya. Gaya hidup berorientasi pada diri (misalnya :
merefleksikan sesuatu yang melebihi kelas diriku) ketika “aku” berharga untuk
sosial. beberapa aspek belanja pribadi atau
Engel (1995:383) mendefinisikan dengan bangga mendapatkan
gaya hidup sebagai pola dimana orang pengakuan pribadi.
hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Yanqun He, et.al (2010)
Gaya hidup adalah fungsi motivasi menggunakan dimensi gaya hidup yang
konsumen dan pembelajaran sebelumnya, diungkapkan oleh Wells’ (1974), bahwa
kelas sosial, demografi, dan variabel lain. pilihan terhadap gaya hidup dipengaruhi
Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan oleh 1) Kebutuhan yang khusus (need for
yang mencerminkan nilai konsumen. uniqueness), 2) Kebanggaan dengan harga
Gaya hidup adalah cara hidup yang (price consciousness), 3) Berorientasi pada
diidentifikasikan oleh bagaimana orang minat masyarakat (public-
menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa interestorientation), 4) Kebutuhan untuk
yang mereka anggap penting dalam berprestasi (need for achievement), dan 5)
lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang Kebutuhan untuk dihargai (need for
mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri respect).
dan juga dunia di sekitarnya (pendapat),
(Sutisna, 2003).
Kebutuhan menekankan pada konsep motif ataupun
Kebutuhan berkaitan erat dengan teori motivasi, melainkan membahas
motivasi. Oleh karena itu, ketika tentang bagaimana akibat dari suatu
membicarakan kebutuhan maka harus pula tindakan dimasa yang lampau
dibahas mengenai teori motivasi. mempengaruhi tindakan dimasa yang akan
Teori motivasi dibagi dalam tiga datang dalam suatu proses belajar.
kategori yaitu teori kepuasan (Content Ada empat motivasi yang penting
Theory) yang memusatkan pada “Apa” untuk dipelajari dan diketahui, yaitu teori
dari motivasi, teori proses (Process hirarki kebutuhan dari Maslow, teori ERG
Theory) yang memusatkan “Bagaimana” dan Alderfer, teori dua faktor dari
dari motivasi, dan teori pengukuhan Herzberg dan teori kebutuhan dari Mc.
(Reinforcement Theory) yang menitik Clelland. (Ivancevich et al, 2005:148).
beratkan pada cara cara dimana perilaku Masing-masing teori tersebut diatas
dipelajari. Teori kepuasan (Content mempengaruhi praktek motivasi. Tetapi
Theory) memusatkan perhatian pada teori yang dipakai dalam penelitan ini
faktor-faktor dalam diri orang yang hanya teori hirarki kebutuhan dari Maslow
menggerakkan, mengarahkan, mendukung dan dan teori ERG Alderfer. Sedangkan dari
menghentikan perilaku pendekatan kepuasan kedua teori yang lain tidak ada
dikaitkan dengan nama-nama seperti hubungannya dengan penelitian ini
Maslow, McGregor, Herzberg, Atkinson, (Ivancevich et al, 2005:148).
dan McClelland (dalam Hatane, 2003). Menurut Ivancevich et al (2005:148),
Pandangan kepuasan menekankan teori hirarki kebutuhan menurut Maslow
pengertian tentang faktor-faktor didalam adalah bahwa kebutuhan manusia tersusun
individu yang menyebabkan bertindak dalam suatu hirarki. Tingkat yang paling
dengan cara tertentu pandangan ini rendah ialah kebutuhan fisiologis dan
berusaha menjawab pertanyaan seperti : tingkat yang paling tinggi adalah
kebutuhan apa yang dicoba untuk kebutuhan akan perwujudan diri.
dipuaskan oleh seseorang ? Dan, apa yang Kebutuhan tersebut didefinisikan sebagai
mendorong mereka untuk bertindak dan berikut :
berperilaku ? Sedangkan teori proses 1) Kebutuhan Fisiologis (Physiological
(Process theory) adalah teori yang tidak Need)
menitikberatkan pada pemuasan kebutuhan Kebutuhan fisik ini merupakan
dan sifat pendorong dan kebutuhan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi
tersebut, tetapi lebih menekankan pada dan dipuaskan paling awal. Kebutuhan
bagaimana dan dengan tujuan apa ini meliputi kebutuhan makan, minum,
seseorang termotivasi. Menurut pandangan tempat berlindung dan kesejahteraan
ini, kebutuhan hanyalah salah satu elemen individu
dalam proses lewat nama seseorang 2) Kebutuhan Keamanan (Safety Needs)
memutuskan bagaimana orang berbuat. kebutuhan ini adalah memberi rasa
Misalnya, seseorang melihat peluang yang aman dan selamat bagi individu, seperti
kuat untuk mendapat hasil tertentu maka ia : adanya perlindungan dan kepastian
akan bertindak dengan cara tertentu dan dari pihak organisasi menjamin
hasil ini yang akan menjadi motivasi dari kehidupan.
perilakunya. Dasar teori untuk proses dari
teori motivasi adalah gagasan tentang 3) Kebutuhan Sosial (Social Needs)
pengharapan (expectancy). Teori proses Kebutuhan ini meliputi kebutuhan
menguraikan dan menganalisis bagaimana individu untuk bisa berkumpul,
perilaku itu digerakkan dan diarahkan. bergaul, membina persahabatan,
Teori pengukuhan (reinforcement) memperhatikan, mencintai untuk
atau penguatan adalah teori yang tidak berkembang bersama dalam kelompok.
personal dan tidak akan berhasil dalam
4) Kebutuhan Akan Harga Diri (Esteem manajemen,
Needs) 4) kebutuhan kekuasaan sosial,
Kebutuhan ini bersifat individual atau merupakan sisi kekuasaan positif
mencirikan pribadi, ingin dirinya karena kebutuhan ini melibatkan
dihargai dan dihormati sesuai dengan penggunaan kekuasaan dengan cara
kedudukannya. yang bertanggung jawab secara sosial.
5) Kebutuhan berafiliasi (Need for
5) Kebutuhan Pengakuan Diri (Self
Affiliation), keinginan untuk
Actualization Needs)
membentuk dan mempertahankan
hubungan yang hangat dan bersahabat
Kebutuhan ini adalah keinginan setiap
dengan orang lain.
individu untuk diakui bahwa dirinya
mempunyai kemampuan (khususnya
dalam bekerja) ia merasa puas apabila
Keputusan Pembelian
keinginan untuk mengembangkan diri
terpenuhi sesuai yang ada pada dirinya.
Teori Maslow tersebut Keputusan pembelian adalah proses
mengasumsikan bahwa orang berusaha merumuskan berbagai alternatif tindakan
memenuhi kebutuhan yang lebih pokok guna menjatuhkan pilihan pada salah satu
(fisiologis) sebelum mengarahkan prilaku alternatif tertentu untuk melakukan
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi pembelian (Engel et al, 2000:31).
(perwujudan diri). Terdapat 5 tahap yang dilakukan oleh
David McClelland (dalam Hatane, konsumen dalam proses pengambilan
2003) bereksperimen dengan Thematic keputusan. Tahap-tahap tersebut antara lain
Apperception Test (TAT) sebagai salah pengenalan masalah yaitu konsumen sadar
satu cara untuk memeriksa kebutuhan akan masalah yang akan dihadapi dan
manusia dan merupakan suatu teknik berusaha memenuhi kebutuhan akan
proyektif yang digunakan untuk menilai masalahnya tersebut, pencarian informasi
motif sosial. TAT meminta seseorang yaitu konsumen mencari informasi produk
untuk melihat lukisan atau gambar dan apa yang akan dikonsumsi, evaluasi
menulis cerita tentang gambar yang mereka alternatif yaitu konsumen membentuk
lihat. Cerita itu selanjutnya dianalisis isinya penilaian atas produk, keputusan
untuk mengetahui kebutuhan individual pembelian yaitu konsumen menentukan
sehingga McClleland mengidentifikasikan proses dalam pembelian yang nyata dan
tiga macam kebutuhan sebagai berikut: membentuk niat untuk membeli produk
1) Kebutuhan berprestasi (Need for yang ia sukai, perilaku paska pembelian
Achievement), adalah keinginan untuk yaitu apabila konsumen puas akan
melakukan sesuatu dengan lebih baik melakukan pembelian kembali begitu juga
atau lebih efisien. sebaliknya (Kotler, 2005:224-225).
2) Kebutuhan akan kekuasaan (Need for Banyak faktor yang
Power), adalah keinginan untuk mempengaruhi perilaku konsumen dalam
mengendalikan orang lain, untuk keputusan pembelian barang maupun jasa
mempengaruhi perilaku mereka, atau (Kotler, 2002:183), Salah satunya
memiliki rasa tanggung jawab pada dipengaruhi oleh :
orang lain. Ada dua bentuk kekuasaan
yaitu: a. Faktor Demografi
3) kebutuhan kekuasaan personal, yakni Salah satu faktor demografi adalah
kebutuhan ini bersifat eksploitatif dan pendapatan yang paling sering
melibatkan manipulasi demi gratifikasi dijadikan dasar untuk pengelompokan
konsumen (Machfoed, 2006:67).
Pendapatan adalah jumlah penghasilan ke dalam tiga macam (Sumarwan,
riil seluruh anggota keluarga yang 2011:311), yaitu sebagai berikut:
disumbangkan untuk memenuhi 1. Pembelian yang Terencana
kebutuhan bersama maupun Sepenuhnya
perseorangan dalam keluarga Jika konsumen telah menentukan
(Sumardi, 2002:323) pilihan produk dan merek jauh sebelum
b. Faktor Pribadi pembelian dilakukan, maka ini
Faktor pribadi dianggap mempunyai termasuk pembelian yang direncanakan
kemampuan reaksi yang cepat sepenuhnya. Pembelian yang terencana
terhadap berbagai penawaran produk sepenuhnya biasanya adalah hasil dari
atau jasa dalam keputusan pembelian. proses keputusan yang diperluas atau
Salah satunya adalah gaya hidup dan keterlibatan yang tinggi. Konsumen
konsep diri (Engel dan Maslow, yang membeli mobil baru bisa
2000:367). digolongkan ke dalam kategori ini.
Sumarwan (2011:310) menyatakan Karena mereka biasanya sudah punya
bahwa jika konsumen telah memutuskan keinginan jenis mobil, merek dan
alternatif yang akan dipilih dan mungkin model yang dibelinya sebelum masuk
penggantinya jika diperlukan, maka ke show room. Produk dengan
terjadilah pembelian. Pembelian meliputi keterlibatan rendah mungkin juga
keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli dengan terencana. Konsumen
dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan seringkali membuat daftar barang yang
membeli, di mana membeli, dan akan dibelinya jika pergi ke swalayan,
bagaimana cara membayarnya serta sudah tahu produk dan merek yang
termasuk di dalamnya adalah toko di mana akan dibelinya.
akan membelinya serta cara pembayaran
yang akan dilakukannya. Apakah 2. Pembelian yang Separuh Terencana
pembayaran akan dilakukan tunai atau Konsumen seringkali sudah
cicilan. Sehingga yang harus diperhatikan mengetahui ingin membeli suatu
di sini adalah keinginan yang sudah bulat produk sebelum masuk ke swalayan,
untuk membeli suatu produk seringkah namun mungkin konsumen tidak tahu
harus dibatalkan karena beberapa alasan, merek yang akan dibelinya sampai
yaitu sebagai berikut. memperoleh informasi yang lengkap
dari pramuniaga atau display di
a. Motivasi yang berubah, konsumen swalayan. Ketika sudah tahu produk
mungkin merasakan bahwa yang ingin dibeli sebelumnya dan
kebutuhannya bisa terpenuhi tanpa memutuskan merek dari produk
harus membeli produk tersebut, atau tersebut di toko, maka ini termasuk
ada keputusan lain yang lebih pembelian yang separuh terencana.
diprioritaskan. 3. Pembelian yang Tidak Terencana
Konsumen seringkali membeli suatu
b. Situasi yang berubah, tiba-tiba nilai produk tanpa direncanakan terlebih
dolar menjadi mahal, sehingga. uang dahulu. Keinginan untuk membeli
yang tersedia menjadi tidak cukup seringkali muncul di toko atau di mal.
untuk membeli produk tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan hal
c. Produk yang akan dibeli tidak tersedia, tersebut. Display pemotongan harga
bisa menjadi penyebab konsumen tidak 50%, yang terlihat mencolok akan
tertarik lagi membeli produk tersebut. menarik perhatian konsumen.
Pembelian produk atau jasa yang Konsumen akan merasakan kebutuhan
dilakukan oleh konsumen bisa digolongkan untuk membeli produk. Display
tersebut telah membangkitkan
LIZCOM, bukan sekedar mengetik
Pendapatan (X1)

kebutuhan konsumen yang tertidur,


sehingga konsumen merasakan
kebutuhan yang mendesak untuk Keputusan
Gaya Hidup (X2) menggunakan kartu
membeli produk yang dipromosikan
tersebut. Keputusan pembelian seperti kredit BCA di
Surabaya
ini sering disebut sebagai pembelian
impuls (impulse purchasing).
Kebutuhan (X3)

Kartu Kredit Tingkat pendapatan adalah jumlah


Kartu kredit adalah kartu yang penghasilan riil seluruh anggota keluarga
dikeluarkan pihak bank dan sejenisnya yang disumbangkan untuk memenuhi
yang dapat digunakan oleh pembawanya kebutuhan bersama maupun perseorangan
untuk membeli segala keperluan dan dalam keluarga (Sumardi, 2002).
barang-barang serta pelayanan tertentu Penelitian ini mengadopsi penelitian
secara hutang (Wibowo, 2008). Waheed (2014) yang mengklasifikasikan
Penelitian yang dilakukan oleh pendapatan menjadi kategori-kategori
Slocum dan Matthews (1970), di Amerika tertentu pada tingkat pendapatan para
Serikat menunjukkan bahwa orang-orang responden. Pada penelitian Waheed
dari kelas sosial yang lebih rendah (2014), diketahui bahwa variabel
cenderung memakai kartu kredit untuk pendapatan memberi pengaruh pada respon
tujuan angsuran sedang orang-orang dari konsumen terhadap keputusan pembelian.
kelas sosial yang lebih tinggi untuk tujuan Engel et al (dalam Dian Ayu Puspita,
kemudahan. Selain itu, hasil penelitian 2013) menyatakan bahwa gaya hidup
tersebut juga menunjukkan bahwa semua sebagai pola dimana orang hidup dan
pemakai kartu kredit secara umum menghabiskan waktu serta uang. Gaya
mempunyai sikap positif terhadap kredit. hidup adalah fungsi motivasi konsumen
Namun demikian pemakai dengan tujuan dan pembelajaran sebelumnya, kelas
angsuran cenderung menggunakan kartu sosial, demografi, dan variabel lain. Gaya
kredit lebih sering ketimbang pemakai hidup adalah konsepsi ringkasan yang
dengan tujuan kemudahan. mencerminkan nilai konsumen. Penelitian
Menurut Ingene dan Levy (1982), ini mengadopsi penggunaan gaya hidup
ada tiga alasan mengapa seseorang sebagai prediktor tingkat keputusan
memilih untuk memakai kartu kredit menggunakan kartu kredit BCA
daripada membayar tunai. Pertama, karena berdasarkan penelitian Yanqun He, et.al
konsumen membutuhkan kredit untuk (2010) yang menetapkan gaya hidup terdiri
mampu membeli barang atau jasa yang dari 1) Kebutuhan yang khusus (need for
diinginkan. Kedua, konsumen ingin uniqueness), 2) Kebanggaan dengan harga
memanfaatkan kenyamanan untuk tidak (price consciousness), 3) Berorientasi pada
perlu membawa-bawa uang tunai. Ketiga, minat masyarakat (public-
konsumen merupakan orang yang sangat interestorientation), 4) Kebutuhan untuk
perhitungan dan memahami keuntungan berprestasi (need for achievement), dan 5)
yang diperoleh dari membeli sekarang dan Kebutuhan untuk dihargai (need for
membayar kemudian. respect).
Menurut Philip Kotler dan Kevin
Kerangka Pikir Lane Keller (2009:12), kebutuhan adalah
syarat hidup dasar manusia. Pada
Kerangka Pemikiran Teoritis penelitian ini, variabel kebutuhan diadopsi
Sumber: Dikembangkan oleh peneliti dari penelitian Hatane Samuel (2003)
dimana kebutuhan terdiri dari
AchievementNeeds, Power Needs, independen, maka jumlah sampel yang
Affiliation Needs. ditetapkan adalah 3  25 = 75 responden.

Teknik Pengumpulan Data


Hipotesis Metode pengumpulan data yang
1. Pendapatan berpengaruh terhadap digunakan dalam penelitian ini adalah field
keputusan menggunakan kartu kredit research, yaitu pengumpulan data yang
BCA di Surabaya. dikumpulkan dari lapangan secara
2. Gaya hidup berpengaruh terhadap langsung.
keputusan menggunakan kartu kredit a) Observasi
BCA di Surabaya. Yaitu pengamatan yang dilakukan untuk
3. Kebutuhan berpengaruh terhadap mengetahui secara langsung atas objek
keputusan menggunakan kartu kredit yang diamati, yang hasilnya nanti dapat
BCA di Surabaya. sebagai penunjang bahan penulisan.
4. Pendapatan merupakan variabel yang b) Kuesioner
dominan berpengaruh terhadap Yaitu dengan memberikan lembar
keputusan menggunakan kartu kredit pertanyaan yang disebar kepada
Rangkuman Perhitungan Analisis Regresi Linier Berganda responden dengan harapan dapat
Standardize memberikan jawaban yang sesuai
Koef.
No. Variabel
Regresi
Koef. t hitung Sig. R = 0,694 dengan maksud dan tujuan penelitian.
Regresi R2 = 0,481
1. Konstanta () 0,545 - - - Fhitung =
2. Pendapatan (X1) 0,337 0,357 3,894 0,000 21,937 Analisis Regresi Linier Berganda
3. Gaya hidup (X2) 0,347 0,279 2,963 0,004 Fsig. = 0,000 Untuk mencapai maksud dari
4. Kebutuhan (X3) 0,315 0,316 3,470 0,001
Sumber : Lampiran
pengujian hipotesis penelitian, maka
penelitian ini menggunakan alat analisis
BCA di Surabaya. data berupa analisis regresi linier berganda.
Analisis regresi linier berganda dilakukan
untuk melihat pengaruh dari variabel
Populasi dan Sampel terikat yaitu Pendapatan (X1), Gaya hidup
Populasi penelitian adalah (X2), dan Kebutuhan (X3) terhadap
masyarakat di Surabaya. Sedangkan teknik variabel terikat yaitu Keputusan
penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan kartu kredit BCA (Y).
adalah accidental sampling, yaitu siapa Perhitungan analisis ini dilakukan dengan
saja yang secara kebetulan atau incidental memanfaatkan program SPSS for
bertemu dengan peneliti dapat digunakan Windows versi 13 dan didapatkan hasil
sebagai sampel apabila dipandang orang sebagai berikut :
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2010:67).
Responden yang dijadikan sampel dalam Analisis Koefisien Determinasi
penelitian ini adalah individu pengguna Menurut Sugiyono (2006), koefisien
kartu kredit BCA di Surabaya. determinasi adalah suatu angka yang
Teknik penetapan jumlah sampel menunjukkan besarnya peran variabel
pada penelitian ini mengacu pada pendapat bebas yang terdiri dari Pendapatan (X1),
Ferdinand (2013) yang menyatakan, Gaya hidup (X2), dan Kebutuhan (X3)
“dalam penelitian multivariate (termasuk dalam memprediksi variasi besarnya
yang menggunakan analisis regresi variabel terikat yaitu keputusan
berganda), besarnya sampel ditentukan menggunakan kartu kredit BCA (Y).
sebanyak 25 kali jumlah variabel Menurut hasil perhitungan analisis
independen”. Karena penelitian ini regresi berganda pada penelitian ini, angka
melibatkan sebanyak 3 buah variabel koefisien determinasi (R2) adalah sebesar
0,481. Hal ini mengandung pengertian memiliki angka thitung sebesar 3,894 dengan
bahwa perubahan-perubahan dalam nilai signifikansi 0,000. Karena thitung 3,894
variabel bebas yaitu Pendapatan (X1), didukung dengan angka signifikansi
Gaya hidup (X2), dan Kebutuhan (X3) sebesar 0,000 (p < 0,05) maka H0 ditolak
mampu mempengaruhi besarnya variabel atau H1 diterima. Dengan kata lain dapat
terikat yaitu Keputusan menggunakan disimpulkan bahwa variabel pendapatan
kartu kredit BCA (Y) sebesar 48,1 dan (X1) berpengaruh signifikan terhadap
hanya 51,9% sisanya mampu dipengaruhi variabel keputusan menggunakan kartu
variabel-variabel lain di luar penelitian ini, kredit BCA (Y).
misalnya variabel fitur produk kartu kredit
sejenis, variabel kondisi politik nasional Uji Signifikansi Koefisien Regresi Gaya
maupun global, dan sebagainya. Hidup (X2)
Sebagaimana yang tampak pada Tabel
5.13, koefisien regresi Gaya Hidup (X2)
Uji Pengaruh Simultan (Serempak) memiliki angka thitung sebesar 2,963 dengan
Pengaruh simultan dari variabel- signifikansi 0,004. Karena thitung sebesar
variabel bebas penelitian ini yang terdiri 2,963 yang didukung dengan angka
dari Pendapatan (X1), Gaya hidup (X2), signifikansi sebesar 0,004 (p < 0,05) maka
dan Kebutuhan (X3) terhadap variabel H0 ditolak atau H1 diterima. Dengan kata
terikat yaitu Keputusan menggunakan lain dapat disimpulkan bahwa variabel
kartu kredit BCA (Y) dapat diketahui Gaya Hidup (X2) berpengaruh signifikan
dengan melakukan uji F. Dari hasil terhadap variabel keputusan menggunakan
perhitungan yang tampak pada Tabel 5.13, kartu kredit BCA (Y).
diketahui bahwa F hitung diperoleh pada
angka 21,937 dengan tingkat signifikansi Uji Signifikansi Koefisien Regresi
(p) sebesar 0,000. Dengan kenyataan Kebutuhan (X3)
tersebut maka H0 ditolak dan H1 diterima Sebagaimana yang tampak pada
karena Fhitung didukung tingkat signifikansi Tabel 5.13, koefisien regresi Kebutuhan
(p) < 0,05 atau dengan kata lain bahwa (X3) memiliki angka thitung sebesar 3,470
secara bersama-sama variabel bebas dalam dengan signifikansi 0,001. Karena thitung
penelitian ini yang terdiri dari Pendapatan sebesar 3,470 yang didukung dengan
(X1), Gaya hidup (X2), dan Kebutuhan (X3) angka signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05)
berpengaruh signifikan terhadap variabel maka H0 ditolak atau H1 diterima. Dengan
terikat yaitu keputusan menggunakan kartu kata lain dapat disimpulkan bahwa variabel
kredit BCA (Y). kebutuhan (X3) berpengaruh signifikan
terhadap variabel keputusan menggunakan
kartu kredit BCA (Y).
Uji Pengaruh Parsial Berdasarkan hasil perhitungan pada
Uji ini dilakukan untuk melihat Tabel 5.14 di atas, maka diketahui bahwa
signifikansi dari koefisien regresi masing- pendapatan memberikan kontribusi
masing variabel bebas penelitian ini yang 12,74% terhadap keputusan menggunakan
terdiri dari Pendapatan (X1), Gaya hidup kartu kredit BCA, sedangkan gaya hidup
(X2), dan Kebutuhan (X3) terhadap memberikan kontribusi sebesar 9,99%
variabel terikat yaitu Keputusan terhadap keputusan menggunakan kartu
menggunakan kartu kredit BCA (Y). kredit BCA. Terakhir, kebutuhan
memberikan kontribusi sebesar 9,99%.
Dengan demikian, maka secara parsial
Uji Signifikansi Koefisien Regresi kontribusi yang terbesar terhadap
Pendapatan (X1) keputusan menggunakan kartu kredit BCA
Sebagaimana yang tampak pada Tabel dimiliki oleh variabel pendapatan dan di
5.13, koefisien regresi pendapatan
Uji Kontribusi Parsial
Standardize
No. Variabel Regression Kontribusi
Coefficients Parsial Surabaya” terbukti kebenarannya. Hal ini
1 Pendapatan (X1) 0,357 12,74% didapatkan dengan hasil perhitungan
2 Gaya hidup (X2) 0,279 7,78% analisa data dimana variabel gaya hidup
3 Kebutuhan (X3) 0,316 9,99% memiliki thitung sebesar 2,963 dengan
Sumber : Olahan peneliti signifikansi 0,004 yang berarti bahwa
Gaya Hidup berpengaruh signifikan
terhadap variabel keputusan menggunakan
kartu kredit BCA.
tempat kedua oleh gaya hidup dan
Hasil tersebut sejalan dengan
terakhir oleh kebutuhan.
pendapat Philip Kotler dan Kevin Lane
Keller (2009) yang mengatakan bahwa
Interpretasi gaya hidup merupakan pola hidup
Berdasarkan hasil analisa data yang seseorang di dalam dunia yang
telah dijabarkan sebelumnya, maka diekspresikan dalam aktivitas, minat dan
penelitian ini mendapatkan hasil-hasil pendapat orang tersebut. Gaya hidup
sebagai berikut : menggambarkan kehidupan manusia
Hipotesis pertama penelitian ini yang secara keseluruhan yang berinteraksi
menyatakan bahwa “Pendapatan dengan lingkungannya. Gaya hidup
berpengaruh terhadap keputusan merefleksikan sesuatu yang melebihi kelas
menggunakan kartu kredit BCA di sosial. Gaya hidup mendorong munculnya
Surabaya” terbukti kebenarannya. Hal ini keinginan orang untuk memiliki kartu
diketahui karena hasil analisa data kredit BCA dikarenakan pemilikan kartu
menunjukkan bahwa variabel thitung sebesar kredit, utamanya yang diterbitkan oleh
3,894 dengan signifikansi 0,000 sehingga BCA, merupakan kebanggaan tersendiri,
variabel pendapatan (X1) berpengaruh merupakan suatu standard gengsi bagi
signifikan terhadap variabel keputusan pemiliknya dalam berinteraksi dan
menggunakan kartu kredit BCA (Y). beraktivitas dalam lingkungannya.
Pendapatan merupakan variabel yang Hipotesis ketiga penelitian ini yang
berpengaruh signifikan terhadap keputusan menyatakan “Kebutuhan berpengaruh
memiliki kartu kredit BCA dan hal tersebut terhadap keputusan menggunakan kartu
sejalan dengan pendapat dari Machfoed kredit BCA di Surabaya” terbukti
(2006) yang menyatakan pendapatan yang kebenarannya. Hal ini diketahui dari hasil
paling sering dijadikan dasar untuk perhitungan dalam analisa data dimana
pengelompokan konsumen. Hasil ini juga variabel kebutuhan memiliki thitung sebesar
sejalan dengan hasil penelitian oleh 3,470 dengan signifikansi 0,001 sehingga
Waheed, et al (2013) yang memperoleh variabel kebutuhan berpengaruh signifikan
hasil bahwa Faktor-faktor seperti usia, terhadap variabel keputusan menggunakan
pendapatan, pendidikan, usia kelahiran, kartu kredit BCA.
kepemilikan kartu kredit dan status Temuan di atas sejalan dengan
perkawinan mampu mempengaruhi pendapat McClelland (dalam Hatane,
keputusan konsumen terhadap pembelian. 2003), menyatakan bahwa kebutuhan
Pendapatan yang tinggi akan mendorong mendorong munculnya motivasi tertentu.
munculnya kemampuan untuk membayar Kaitannya dengan penelitian ini,
sejumlah biaya yang relatif lebih tinggi kebutuhan terhadap alat bantu untuk
dibandingkan dengan orang yang kelancaran dan kemudahan bertransaksi
berpendapatan lebih sedikit. akhirnya mendorong konsumen untuk
Hipotesis kedua dari penelitian ini menggunakan kartu kredit BCA.
yang menyatakan bahwa, “Gaya hidup Hipotesis keempat penelitian ini
berpengaruh terhadap keputusan yang menyatakan bahwa “Pendapatan
menggunakan kartu kredit BCA di merupakan variabel yang dominan
berpengaruh terhadap keputusan Departemen Pendidikan. Nasional
menggunakan kartu kredit BCA di Balai Pustaka.
Surabaya” terbukti kebenarannya. Hal
tersebut diketahui karena hasil analisa data Dian Ayu Puspita Ardy, 2013, Pengaruh
memperlihatkan bahwa variabel Gaya Hidup, Fitur, Dan Harga
pendapatan bilamana dibandingkan dengan Terhadap Keputusan Pembelian
variabel lainnya, maka variabel pendapatan Blackberry Curve 9300, Jurnal
adalah variabel yang memiliki kontribusi Ilmu Manajemen | Volume 1
paling besar terhadap keputusan Nomor 1
menggunakan kartu kredit BCA.
Engel, J.F., Blackwell, R.D., Miniard,
P.W. 2000. Perilaku Konsumen.
Kesimpulan Edisi 8 Jilid 2. Jakarta: Binarupa
Berdasarkan hasil analisa data dan Aksara.
interpretasi yang telah dilakukan, maka
penelitian ini memperoleh kesimpulan Engkos ahmad kuncoro, Adithya
sebagai berikut : wiranegara, 2010, Pengaruh
a. Pendapatan berpengaruh signifikan Promosi Dan Atribut Produk
terhadap keputusan menggunakan Terhadap Keputusan Pembelian
kartu kredit BCA. Semakin tinggi Pada Produk Telkom Speedy.
pendapatan, maka kecenderungan Jurnal Manajemen ikatan Sarjana
masyarakat untuk menggunakan kartu Ekonomi Indonesia (I.S.E.I),
kredit BCA akan semakin tinggi. Volume 1 Nomor 2 pp. 132 – 145
b. Gaya hidup berpengaruh signifikan
terhadap keputusan menggunakan Ferdinand, Augusty, 2013, Metode
kartu kredit BCA. Semakin tinggi gaya Penelitian Manajemen: Pedoman
hidup pada masyarakat, maka Penelitian untuk Penulisan Skripsi,
kecenderungan untuk menggunakan Tesis dan Disertasi Ilmu
kartu kredit BCA akan semakin tinggi Manajemen, Edisi Keempat, Badan
c. Kebutuhan berpengaruh signifikan Penerbit Universitas Diponegoro.
terhadap keputusan menggunakan
Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset
kartu kredit BCA. Semakin tinggi
Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
kebutuhan yang timbul, maka
Erlangga.
kecenderungan masyarakat untuk
menggunakan kartu kredit BCA akan Lupiyoadi, Rambat dan A.Hamdani, 2008.
semakin tinggi. Manajemen Pemasaran Jasa,
cetakan keempat. Salemba Empat,
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, 2007,
Abdul Waheed, Syeda Shawana Mahasan Manajemen Pemasaran, Edisi
and Moeed Ahmand, 2013, Factor Kedua, Jilid 2, Jakarta : PT.
That Affects Consumer Buying Indeks.
Behavior: An Analysis of Some
Selected Factors, Journal of Philip Kotler, 2005. Manajemen
Scientific Research 19 (5): 636-641 Pemasaran, Jilid I, Edisi Bahasa
, University of Management & Indonesia. Edisi 11, Jakarta : PT.
Technology, Lahore, Pakistan Indeks.

Alwi Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Samuel, Hatane. 2003, “Ekspektasi
Bahasa Indonesia. Jakarta : Pelanggan Dan Aplikasi Bauran
Pemasaran terhadap Loyalitas Wibowo, 2008, Manajemen Kinerja,
Pelanggan Dengan kepuasan Penerbit PT. Raja Grafindo,
Pelanggan Sebagai Intervening”. Jakarta.
Journal Fakultas Ekonomi,
Universitas Kristen Petra, Widarjono, Agus. 2010. Analisis Statistika
Surabaya, Multivariat Terapan. Edisi
pertama. Yogyakarta: UPP STIM
Sumardi, Wukirno, 2002, Faktor-faktor YKPN.
Produktivitas Karyawan, Jakarta,
Bumi Aksara. Yanqun He, Deqiang Zou and Liyin Jin,
2010, Exploiting the goldmine: a
Sumarwan, Ujang, 2011. Perilaku lifestyle analysis of affluent
Konsumen: Teori dan Chinese consumers, Journal of
Penerapannya dalam Pemasaran. Consumer Marketing, 615–628
Bogor: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai