Anda di halaman 1dari 82

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Liabilitas dan
Modal
Penerapan Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme
bagi Bank
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Liabilitas dan Modal


Penerapan Program Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme bagi Bank

Tim Penyusun
Ramlan Ginting
Chandra Murniadi
Dudy Iskandar
Gantiah Wuryandani
Zulkarnain Sitompul
Siti Astiyah
Wahyu Yuwana Hidayat
Komala Dewi
Wirza Ayu Novriana
Anggayasti Hayu Anindita
Tresna Kholilah
Aprilia Anjarsari

Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral (PRES)


Bank Indonesia
Telp: 021 29817321
Fax.: 021 2311580
email: PRES@bi.go.id
Hak Cipta © 2013, Bank Indonesia

2013
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

DAFTAR ISI
Paragraf Halaman

Daftar Isi Hal. i – v


Rekam Jejak Regulasi Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Hal. vi
Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank
Dasar Hukum Hal. vii
Regulasi Terkait Hal. vii
Regulasi Bank Indonesia Hal. vii

Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan


Pendanaan Teorisme bagi Bank Umum
Ketentuan Umum Par. 1 – 3 Hal. 1 – 3
Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris Par. 4 – 7 Hal. 3 – 7
Kebijakan dan Prosedur Par. 8 - 39 Hal. 7 – 35
Permintaan Informasi dan Dokumen Par. 13 – 18 Hal. 12 – 16
Beneficial Owner Par. 19 – 21 Hal. 16 – 18
Verifikasi Dokumen Par. 22 Hal. 18 – 19
CDD yang Lebih Sederhana Par. 23 Hal. 19 – 21
Penutupan Hubungan Usaha atau Penolakan Transaksi Par. 24 – 25 Hal. 21 – 24
Politically Exposed Person dan Area Berisiko Tinggi Par. 26 Hal. 24 – 27
Pelaksanaan CDD oleh Pihak Ketiga Par. 27 – 28 Hal. 27 – 28
Pengkinian dan Pemantauan Par. 29 – 32 Hal. 28 – 30
Cross Border Corresponent Banking Par. 33 – 36 Hal. 30 – 32
Transfer Dana Par. 37 – 40 Hal. 32 – 35
Penatausahaan Dokumen Par. 41 Hal. 35
Pengendalian Intern Par. 42 Hal. 35 – 36
Sistem Informasi Manajemen Par. 43 Hal. 36 – 37
Sumber Daya Manusia dan Pelatihan Par. 44 – 45 Hal. 37 – 38
Penerapan Program APU dan PPT bagi Kantor Cabang dari Bank yang Hal. 38 – 39
Berbadan Hukum Indonesia di Luar Negeri Par. 46
Pelaporan Par. 47 – 49 Hal. 39 – 41
Ketentuan Lain-Lain Par. 50 – 51 Hal. 41
Penilaian dan Pengenaan Sanksi atas Penerapan Prinsip Mengenal Par. 52 Hal. 41 – 43
Nasabah dan Kewajiban lain Terkait dengan Undang-Undang tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
Sanksi Par. 53 Hal. 43 – 46
Ketentuan Peralihan Par. 54 Hal. 46

Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan


Pendanaan Terorisme Bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
Ketentuan Umum Par. 54 – 57 Hal. 46 – 48
Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris Serta Mekanisme
Pertanggungjawaban Par. 58 – 61 Hal. 48 – 50

i
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Kebijakan dan Prosedur Par. 62 – 89 Hal. 50 – 64


Customer Due Diligence (CDD) Par. 66 – 74 Hal. 53 – 59
Permintaan Informasi dan Dokumen Pg 66 – 69 Hal. 53 – 57
Verifikasi Dokumen Par. 73 Hal. 57 – 58
Pengkinian dan Pemantauan Par. 74 – 77 Hal. 58 – 59
Penatausahaan Dokumen Par. 78 Hal. 59 – 60
Pemindahan Dana Par. 79 – 81 Hal. 60 – 61
Penutupan Hubungan Usaha atau Penolakan Transaksi Par. 82 Hal. 61
Beneficial Owner Par. 83 – 85 Hal. 61 – 62
Politically Exposed Person dan Area Berisiko Tinggi Par. 86 – 87 Hal. 63 – 64
CDD yang Lebih Sederhana Par. 88 Hal. 64 – 65
Pelaksanaan CDD oleh Pihak Ketiga Par. 89 Hal. 65 – 66
Pengendalian Intern Par. 90 Hal. 66
Sumber Daya Manusia dan Pelatihan Par. 91 – 92 Hal. 66 – 67
Pelaporan Par. 93 – 94 Hal. 67 – 68
Ketentuan Lain-Lain Par. 95 – 96 Hal. 68
Penilaian Penerapan Program APU dan PPT Par. 97 Hal. 68 – 70
Sanksi Par. 98 Hal. 70 – 72

Lampiran Hal. 73 – 267


Lampiran 1 : Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Hal. 73 – 198
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank
Umum
I. Pendahuluan Hal. 74 – 80
A. Pengertian, Tahap-tahap, dan Modus Pencucian Uang Hal. 74 – 76
B. Pendanaan Terorisme Hal. 76 – 77
C. Pelaporan Kepada PPATK Hal. 77
D. Kebijakan Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Hal. 77 – 80
pendanaan Terorisme (Program APU dan PPT)
II. Manajemen Hal. 81 – 88
A. Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris Hal. 81 – 83
B. Unit Kerja Khusus (UKK) Hal. 83 – 88
III. Kebijakan Customer Due DIlligence Hal. 89 – 91
IV. Kebijakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk Based Approach) Hal. 92 – 104
A. Pendekatan Berdasarkan RIsiko Hal. 92
B. Pengelompokan Nasabah dan WIC Hal. 93 – 94
C. Penilaian Profil Risiko Meggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko Hal. 94 – 104
V. Prosedur Penerimaan, Identifikasi dan Verifikasi (Customer Due DIllegence) Hal. 105 – 128
A. Kebijakan Penerimaan dan Identifikasi Nasabah Hal. 105 – 106
B. Permintaan Informasi Hal. 106 – 110
C. Permintaan Dokumen Pendukung Hal. 111 – 115
D. Benefical Owner Hal. 115 – 119
E. Verifikasi Hal. 119 – 122
F. CDD yang Lebih Sederhana CDD Sederhana) Hal. 122 – 128

ii
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

VI. Penutupan Hubungan Usaha degan Nasabah Hal. 129 – 133


A. Kewajiban Menolak Transaksi, Membatalkan Transaksi, dan/ atau Hal. 129 – 130
Menutup Hubungan Usaha
B. Penolakan Hubungan Usaha atau Penolakan Transaksi Hal. 130 – 133
VII. Area Berisiko Tinggi dan Politically Exposed Person Hal. 134 – 142
A. Penetapan Kriteria Area Berisiko TInggi dan Politically Hal. 134 – 138
B. Prosedur Terhadap Area Berisiko TInggi dan PEP Hal. 138 – 139
C. Enhanced Due Dilligence (EDD) Hal. 139 – 140
D. EDD terhadap Jasa Penitipan dengan Pengelolaan (Trust) Hal. 140 – 142
VIII. Prosedur Pelaksanaan Customer Due Dilligence (CDD) oleh Pihak Ketiga Hal. 143 – 145
A. Kriteria Pihak Ketiga dan Prosedur Hal. 143 – 144
B. Bank sebagai Agen Penjual Produk Lembaga Keuangan Non Bank Hal. 144 – 145
IX. Cross Border Correspondent Banking Hal. 146 – 148
A. Prosedur Cross Border Correspondent Banking Hal. 146 – 147
B. Payable Through Account Hal. 148
X. Prosedur Transfer Dana Hal. 149 – 153
A. Prosedur Transfer Dana Hal. 149 – 152
B. Permintaan Informasi Hal. 152 - 153
C. Pelapoian Hal. 153
XI. Sistem Pengendalian Intern Hal. 154 – 155
XII. Sistem Pengendalian Manajemen Hal. 156 – 164
A. Sistem Informasi Manajemen Hal. 156 – 157
B. Pemantauan Hal. 157 – 160
C. Database Daftar Teroris dan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Hal. 160 – 161
Teroris
D. Pengkinian Data sebagai Tindak Lanjut dari Pemantauan Hal. 161 – 163
E. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Hasil Pemantauan Hal. 164
XIII. Sumber Daya Manusia dan Pelatihan Karyawan Hal. 165 – 168
A. Sumber Daya Manusia Hal. 165 – 166
B. Pelatihan Hal. 166 – 168
XIV. Kebijakan dan Prosedur Penerapan APU dan PPT Bagi Kantor Bank dan Hal. 169 – 170
Anak Perusahaan Di Luar Negeri
XV. Penatausahaan Dokumen dan Pelaporan Hal. 171 – 174
A. Penatausahaan Dokumen Hal. 171
B. Pelaporan Hal. 172 – 174
Lampiran :
I. Laporan Rencana Pengkinian Data dan Laporan Realisasi Rencana Hal. 175 – 179
Pengkinian Data
II. Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Wajar (Red Hal. 180 – 190
Flag)
III. Glossray Hal. 191 – 198

Lampiran 2 : Kriteria Penilaian atas Penerapan PROGRAM APU DAN Hal. 199 – 201
PPT dan UU PPTPPU

iii
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Lampiran 3 : Pedoman Standar Pelaksanaan Program Anti Pencucian Hal. 202 - 264
Uang dan pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan
PPT) bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
Pendahuluan Hal. 202 – 209
Pencucian Uang Hal. 203 – 207
Pendanaan Terorisme Hal. 207
Pelaporan Kepada PPATK Hal. 207 – 208
Kebijakan Pelaksanaan Program APU dan PPT Hal. 208 – 209
Manajemen Hal. 210 – 214
Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris Hal. 210 – 211
Unit Kerja Khusus Hal. 211– 214
Kebijakan CDD dan EDD Hal. 215 – 216
Pengelompokan Nasabah Menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk Hal. 217 – 222
Based Approach)
Pengelompokan Nasabah Hal. 217
Penetapan Profil Risiko Menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko Hal.218 – 222
Prosedur Identifikasi, Verifikasi, dan Pemantauan Nasabah (Customer Due Hal. 223 – 234
Dilligence)
Kebijakan dan Prosedur Penerimaan dan Identifikasi Nasabah Hal. 223 – 224
Permintaan Informasi Hal. 224 – 227
Permintaan Dokumen Hal. 227 – 229
Verifikasi Dokumen Hal. 229 – 231
Pemantauan Hal. 231 – 232
Pengkinian Hal. 232 – 233
Daftar Teroris Hal. 233 – 234
Penatausahaan Dokumen dan Pelaporan Hal. 235 – 236
Penatausahaan Dokumen Hal. 235
Pelaporan Hal. 235 – 236
Pemindahan Dana Hal. 192 – 193
Prosedur Pemindahan Dana Hal. 237
Permintaan Informasi Hal. 237
Pelaporan Hal. 238
Penutupan Hubungan dan Penolakan Transaksi Hal. 239
Penolakan Calon Nasabah atau WIC Hal. 239
Penutupan Hubungan Usaha dengan Nasabah Hal. 239
Beneficial Owner Hal. 240 – 241
Politically Exposed Person (PEP) dan Area Berisiko Tinggi Hal. 245 – 246
Prosedur terhadap PEP dan Area berisiko Tinggi Hal. 242
Penetapan PEP dan Kriteria Area Berisiko Tinggi Hal. 242– 245
Enhanced Due Dilligence (EDD) Hal. 245 – 246
CDD yang Lebih Sederhana Hal. 247 – 248
CDD oleh Pihak Ketiga Hal. 249
Pengendalian Intern Hal. 250
Sistem Pencatatan Hal. 251
Sumber Daya Manusia dan Pelatihan Karyawan Hal. 252 – 253
Sumber Daya Manusia Hal. 252

iv
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Pelatihan Hal. 252 – 253


Tabel Hal. 220 – 248
Tabel 1. Contoh matriks klasifikasi profil risiko Hal. 220 – 222
Tabel 2. Informasi calon Nasabah Hal. 224 – 225
Tabel 3. Informasi WIC Hal. 225 – 225
Tabel 4. Dokumen Pendukung Calon Nasabah Perorangan dan Perusahaan Hal. 228
Tabel 5. Dokumen pendukung Nasabah selain Perorangan dan Perusahaan Hal. 229
Tabel 6. Bukti dan informasi lainnya terkait Beneficial Owner (BO) Hal. 240
Tabel 7. Ketentuan Mengenai PEP Hal. 243 – 244
Tabel 8. CDD yang Lebih Sederhana Hal. 247 – 248
Lampiran Hal. 254 – 264
Lampiran A. Contoh-contoh Transaksi, Aktivitas, dan Perilaku yang Tidak Hal. 254 – 259
Wajar dan/atau Tidak Sesuai dengan Profil Nasabah
Lampiran B. Glossary Hal. 260 – 264
Lampiran 4 : Kriteria Penilaian Penerapan Program APU dan PPT serta Hal. 265 – 267
UU PP PPTPPU oleh BPR dan BPRS

v
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Rekam Jejak Regulasi Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Terorisme bagi Bank

SE 15/21/DPNP 2013

14/27/PBI/2012
Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme
Bagi Bank Umum

SE 13/14/DKBU 2011

12/20/PBI/2010
Penerapan Program Anti
SE 11/31/DPNP 2009 Pencucian Uang dan Pencegahan
Pedoman Standar Penerapan Program
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme
Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum Bagi Bank Perkreditan Rakyat dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

11/28/PBI/2009
- Keputusan Kepala PPATK Nomor KEP-47/1.02./PPATK/06/
Penerapan Program Anti
2008 tentang Pedoman Identifikasi Produk, Nasabah,
Pencucian Uang dan Pencegahan
Usaha dan Negara yang Berisiko Tinggi bagi Penyedia Jasa
Pendanaan Terorisme
Keuangan
Bagi Bank Umum
SE 7/58/DBPR 2005 - Keputusan Kepala PPATK Nomor KEP-13/1.02.2/PPATK/
Penilaian dan Pengenaan Sanksi 02/08 tentang Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan
atas Penerapan Prinsip Mencurigakan Terkait Pendanaan Terorisme bagi
SE 6/37/DPNP 2004 Mengenal Nasabah dan
Kewajiban Lain Terkait dengan Penyedia Jasa Keuangan
Penilaian dan Pengenaan Sanksi atas
Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Undang-Undang tentang Tindak - 13/1/PBI/2011 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
dan Kewajiban Lain Terkait dengan Pidana Pencucian Uang - 12/23/PBI/2010 Uji Kemampuan dan Kepatutan
Beberapa ketentuan lampiran Undang-undang tentang Tindak Pidana (Fit and Proper Test)
Pencucian Uang SE 6/19/DBPR 2004

5/21/PBI/2003 5/23/PBI/2003
Perubahan Kedua atas PBI 3/10/ Prinsip Mengenal Nasabah Keterangan :
PBI/2001 tentang Prinsip (Know Your Customer
Mengenal Nasabah Principles) bagi Bank Diubah
(Know Your Customer Principles) Perkreditan Rakyat
Bab II.B.6, Bab
Dicabut
II.B, Bab II.C.4a,
Bab IV.B.4, Bab Pasal 1, 7, 9, 12,
SE 5/32/DPNP 2003 Terkait
IV.B.5, Bab 14, 17, 18, 19A
IV.B.6, Bab SE 3/29/DPNP 2001
IV.C.1, Bab
IV.C.3, Bab
PBI Masih Berlaku
IV.D.4
3/23/PBI/2001
Perubahan atas PBI 3/10/PBI/2001
PBI Tidak Berlaku
tentang Prinsip Mengenal
Nasabah
(Know Your Customer Principles) SE Masih Berlaku

Judul Bab V, Pasal SE Tidak Berlaku


13, 18, 19

Regulasi Terkait
3/10/PBI/2001
Prinsip Mengenal Nasabah
(Know Your Customer Principles)

vi
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Dasar Hukum :
- Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998
- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009
- Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2002
- Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang
- Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana
- Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Regulasi Terkait :
- Keputusan Kepala PPATK Nomor KEP-47/1.02/PPATK/06/2008 tentang Pedoman Identifikasi Produk,
Nasabah, Usaha dan Negara yang Berisiko Tinggi bagi Penyedia Jasa Keuangan
- Keputusan Kepala PPATK Nomor KEP-13/1.02.2/PPATK/02/08 tentang Pedoman Identifikasi Transaksi
Keuangan Mencurigakan Terkait Pendanaan Terorisme bagi Penyedia Jasa Keuangan
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/23/PBI/2010 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper
Test)
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP 2011 perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP 2011 perihal Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and
Proper Test)

Regulasi Bank Indonesia :


- Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/27/PBI/2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Teorisme bagi Bank Umum
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/20/PBI/2010 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Teorisme bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Syariah
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/21/DPNP 2013 perihal Pedoman Standar Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/14/DKBU 2011 perihal Penerapan Program Anti Pencucian Uang
dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/37/DPNP 2004 perihal Penilaian dan Pengenaan Sanksi atas
Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dan Kewajiban Lain Terkait dengan Undang-Undang tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang

vii
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Perbankan
Liabilitas dan Modal
Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum
BAB I Ketentuan Umum
1 Pasal 1 1. Bank adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara
14/27/PBI/2012 konvensional sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang dari
bank yang berkedudukan di luar negeri, dan Bank Umum Syariah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah.
2. Pencucian Uang adalah pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
3. Pendanaan Terorisme adalah penggunaan harta kekayaan secara
langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
4. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank dan memiliki
rekening pada Bank tersebut.
5. Calon Nasabah adalah pihak yang akan menjalani hubungan usaha
dengan Bank.
6. Walk in Customer yang selanjutnya disebut sebagai WIC adalah pihak
yang menggunakan jasa Bank namun tidak memiliki rekening pada Bank
tersebut, tidak termasuk pihak yang mendapatkan perintah atau
penugasan dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas kepentingan
Nasabah.
7. Customer Due Diligince yang selanjutnya disebut sebagai CDD adalah
kegiatan berupa identifikasi, v erifikasi dan pemantauan yang dilakukan
Bank untuk memastikan bahwa transaksi tersebut sesuai dengan profil
Calon Nasabah WIC, atau Nasabah.
8. Enhanced Due Dilligence yang selanjutnya disebut sebagai EDD adalah
tindakan CDD lebih mendalam yang dilakukan Bank pada saat
berhubungan dengan Nasabah , WIC, atau Nasabah yang tergolong
bersiko tinggi, termasuk Politically Exposed Person, terhadap
kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme.
9. Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah transaksi keuangan
mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang.
10. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjutnya
disebut sebagai PPATK adalah PPATK sebagaimana dimaksud dalam
Undang- Undang yang mengatur mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan
terorisme.
11. Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme yang untuk
selanjutnya disebut sebagai APU dan PPT adalah upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan

1
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


terorisme.
12. Beneficial Owner adalah setiap orang yang :
a. merupakan pemilik sebenarnya dari dana yang ditempatkan pada
Bank (ultimetaly own account);
b. mengendalikan transaksi Nasabah;
c. memberikan kuasa untuk melakukan transaksi;
d. mengendalikan badan hukum; dan/ atau
e. merupakan pengendali akhir dari transaksi yang dilakukan melalui
badan hukum atau berdasarkan suatu perjanjian.
13. Rekomendasi Financial Action Task Force yang selanjutnya disebut
sebagai Rekomendasi FATF adalah standar pencegahan dan
pemberantasan pencucian uang dan pendanaan terorisme yang
dikeluarkan oleh FATF.
14. Negara berisiko tinggi (high risk country) adalah negara atau
teritori yang potensial digunakan sebagai tempat:
a. terjadinya atau sarana tindak pidana pencucian uang;
b. dilakukannya tindak pidana asal (predicate offense); dan/atau
c. dilakukannya aktivitas Pendanaan Kegiatan Terorisme.
15. Lembaga Pemerintahan adalah lembaga yang memiliki kewenangan di
bidang eksekutif, yudikatif, dan legislatif.
16. Instansi Pemerintah adalah sebutan kolktif dari unit organisasi
pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, meliputi Kementrian Koordinator/ Kementrian
Negara/ Departemen/ Lembaga Pemerintahan Non Departemen,
Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kota, Pemerintah Kabupaten serta
lembaga-lembaga pemerintahan yang menjalankan fungsi
pemerintahan dengan menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara dan/ atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.
17. Politically Exposed Person yang selanjutnya disebut sebagai PEP adalah
orang yang mendapatkan kepercayaan untuk memiliki kewenangan
publik diantaranya adalah Penyelenggara Negara sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang Penyelenggara Negara, dan/atau orang yang tercatat sebagai
anggota partai politik yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan dan
operasional partai politik, baik yang berkewarganegaraan Indonesia
maupun yang berkewarganegaraan asing.
18. Correspondent Banking adalah kegiatan suatu bank (correspondent)
dalam menyediakan layanan jasa bagi bank lainnya (respondent)
berdasarkan suatu kesepakatan tertulis dalam rangka memberikan jasa
pembayaran dan jasa perbankan lainnya.
19. Cross Border Corespondent Banking adalah Correspondent Banking
dimana salah satu kedudukan bank corespondent atau bank respondent
berada di luar wilayah Negara Republik Indonesia.
20. Bank Pengirim adalah bank yang mengirimkan perintah transfer dana.
21. Bank Penerus adalah bank yang meneruskan perintah transfer dana dari
Bank Pengirim.
22. Bank Penerima adalah bank yang menerima perintah transfer dana.

2 Pasal 2 (1) Bank wajib menerapkan program APU dan PPT.


14/27/PBI/2012

2
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Yang dimaksud dengan “pencucian uang” sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang adalah perbuatan
menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan,
menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar
negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana, dengan
maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.

Yang dimaksud dengan “pendanaan terorisme” adalah penggunaan


harta kekayaan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan
terorisme sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang. Dalam kaitan ini termasuk upaya-upaya setiap orang
yang dengan sengaja memberikan bantuan atau kemudahan dengan
cara memberikan atau meminjamkan uang atau barang atau harta
kekayaan lainnya kepada pelaku tindak pidana terorisme sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
pemberantasan tindak pidana terorisme.

(2) Dalam penerapan program APU dan PPT, Bank wajib berpedoman pada
ketentuan ini.

3 Pasal 3 (1) Program APU dan PPT merupakan bagian dari penerapan manajemen
14/27/PBI/2012 risiko Bank secara keseluruhan.
(2) Penerapan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling kurang mencakup:
a. pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris;
b. kebijakan dan prosedur;
c. pengendalian intern;
d. sistem informasi manajemen; dan
e. sumber daya manusia dan pelatihan.

BAB II Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris


4 Pasal 4 Pengawasan aktif Direksi Bank paling kurang mencakup:
14/27/PBI/2012
Untuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, yang
dimaksud dengan “Direksi” adalah pimpinan kantor cabang dari bank yang
berkedudukan di luar negeri yakni pemimpin kantor cabang Bank dan
pejabat satu tingkat di bawah pemimpin kantor cabang.

a. memastikan Bank memiliki kebijakan dan prosedur program APU dan


PPT;
b. mengusulkan kebijakan tertulis program APU dan PPT kepada Dewan
Komisaris;
c. memastikan penerapan program APU dan PPT dilaksanakan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur tertulis yang telah ditetapkan;
d. membentuk unit kerja khusus yang melaksanakan program APU dan

3
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


PPT dan/atau menunjuk pejabat yang bertanggungjawab terhadap
Program APU dan PPT di Kantor Pusat;

Pembentukan unit kerja khusus dan/atau penunjukan pejabat tanpa


pembentukan unit kerja khusus dilakukan sesuai dengan kebutuhan
Bank.

e. melakukan pengawasan atas kepatuhan satuan kerja dalam


menerapkan program APU dan PPT;
f. memastikan bahwa kantor cabang wajib memiliki unit kerja khusus dan
memiliki :
1) pegawai yang menjalankan fungsi unit kerja khusus; atau
2) pejabat yang mengawasi penerapan program APU dan PPT.

Untuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri,


ketentuan ini berlaku juga bagi Kantor Cabang Pembantu.

g. memastikan bahwa bahwa kantor cabang dengan kompleksitas usaha


yang tinggi memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada huruf f di
atas dan terpisah dari satuan kerja yang melaksanakan kebijakan dan
prosedur program APU dan PPT.

Yang dimaksud dengan “kompleksitas usaha yang tinggi” adalah


dengan mempertimbangkan antara lain ragam produk dan jasa, serta
jumlah nasabah yang memiliki risiko tinggi dengan berpedoman pada
ketentuan PPATK yang mengatur mengenai pedoman identifikasi
produk, nasabah, usaha, dan negara berisiko tinggi bagi penyedia jasa
keuangan.

h. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tertulis mengenai program


APU dan PPT sejalan dengan perubahan dan pengembangan produk,
jasa, dan teknologi Bank serta sesuai dengan perkembangan modus
pencucian uang atau pendanaan terorisme; dan
i. memastikan bahwa seluruh pegawai, khususnya pegawai dari unit kerja
terkait dan pegawai baru, telah mengikuti pelatihan yang berkaitan
dengan program APU dan PPT secara berkala;

Yang dimaksud dengan “unit kerja terkait” antara lain unit kerja yang
berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
Nasabah dan/atau WIC, seperti petugas pelayanan nasabah (front
liner), petugas pemasaran, petugas yang terkait pengelolaan dan
pengembangan teknologi informasi, serta internal auditor.

SE 15/21/DPNP j. menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan Bank


2013 Romawi II.A telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai APU dan PPT dan
No. 2 peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait;
k. memantau pelaksanaan tugas unit kerja khusus dan/atau pejabat Bank
yang bertanggung jawab atas penerapan Program APU dan PPT;
l. memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama mengenai pejabat
yang akan memimpin unit kerja khusus atau pejabat yang bertanggung

4
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


jawab atas penerapan Program APU dan PPT;
m. memberikan persetujuan terhadap Laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan (LTKM); dan
n. mengevaluasi transaksi yang memerlukan persetujuan pejabat senior.

SE 15/21/DPNP Dalam melaksanakan pengawasan aktif, Direksi perlu memiliki pemahaman


2013 Romawi II.A yang memadai mengenai risiko pencucian uang dan pendanaan teroris yang
No. 1 melekat pada seluruh aktivitas operasional Bank sehingga Direksi mampu
mengambil tindakan yang diperlukan sesuai dengan profil risiko Bank.

5 Pasal 5 Pengawasan aktif Dewan Komisaris paling kurang mencakup:


14/27/PBI/2012 a. persetujuan atas kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan
PPT;
b. pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab Direksi terhadap
penerapan program APU dan PPT.

6 Pasal 6 (1) Bank wajib membentuk unit kerja khusus (UKK) dan/atau menunjuk
14/27/PBI/2012 pejabat Bank yang bertanggung jawab atas penerapan program APU
Ayat (1) dan PPT.

Pembentukan unit kerja khusus dan/atau penunjukan pejabat tanpa


pembentukan unit kerja khusus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan
kompleksitas permasalahan Bank.

SE 15/21/DPNP Berdasarkan pertimbangan beban tugas operasional dan kompleksitas


2013 Romawi II.B usaha, Bank dapat menunjuk paling kurang seorang pejabat Bank yang
No. 1b bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi UKK.

Pasal 6 (2) Unit kerja khusus dan/atau pejabat Bank sebagaimana dimaksud pada
14/27/PBI/2012 ayat (1) bertanggung jawab kepada Direktur yang membawahkan fungsi
Ayat (2) – (3) kepatuhan.
(3) Bank wajib memastikan bahwa unit kerja khusus dan/atau pejabat Bank
yang bertanggungjawab atas penerapan program APU dan PPT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memiliki kemampuan yang
memadai dan memiliki kewenangan untuk mengakses seluruh data
Nasabah dan informasi lainnya yang terkait.

Kemampuan yang memadai antara lain mencakup pengalaman,


pengetahuan termasuk pengalaman dan pengetahuan mengenai
perkembangan rezim APU dan PPT.

SE 15/21/DPNP Pejabat UKK atau pejabat Bank yang bertanggung jawab menjalankan
2013 Romawi II.B fungsi UKK paling kurang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
No. 2 a. memiliki pengetahuan yang memadai mengenai APU dan PPT dan
peraturan lainnya yang terkait dengan produk dan aktivitas
perbankan;
b. memiliki pengalaman yang memadai di bidang perbankan; dan
c. memiliki pengetahuan yang memadai mengenai risk assessment dan
risk mitigation yang terkait dengan penerapan Program APU dan
PPT.

5
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


SE 15/21/DPNP Pelaksanaan fungsi UKK di kantor cabang dilakukan oleh pejabat atau
2013 Romawi II.B pegawai paling kurang setingkat dengan penyelia.
No. 4 – 8
Terhadap kantor cabang dengan kompleksitas usaha tinggi, pejabat atau
pegawai yang menjalankan fungsi UKK tidak berasal dari unit kerja yang
melaksanakan kebijakan dan prosedur Program APU dan PPT atau yang
berhubungan dengan Nasabah.

Terhadap kantor cabang dengan kompleksitas usaha tinggi dan


didalamnya hanya terdapat unit kerja yang berhubungan dengan
Nasabah maka pejabat atau pegawai yang menjalankan fungsi UKK
dapat:
a. berasal dari kantor pusat atau kantor wilayah dengan tugas dan
tanggung jawab khusus mengawasi pelaksanaan Program APU dan
PPT di beberapa kantor cabang tertentu; atau
b. dirangkap oleh pegawai dari unit kerja yang tidak berhubungan
dengan Nasabah (non operasional) pada kantor cabang lainnya.

Terhadap kantor cabang dengan kompleksitas usaha rendah maka


pegawai yang menjalankan fungsi UKK dapat dirangkap oleh pegawai
yang berasal dari unit kerja yang berhubungan dengan Nasabah
(operasional), sepanjang tugas operasional tersebut tidak
mempengaruhi independensi dan profesionalisme pegawai tersebut
dalam menjalankan fungsi UKK.

(4) Dalam menetapkan kompleksitas usaha kantor cabang, Bank


menggunakan pendekatan berdasarkan risiko (risk based approach)
dengan memperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut:
a. produk dan jasa Bank yang memerlukan persetujuan Bank Indonesia;
b. jumlah Nasabah berisiko tinggi yang dimiliki;
c. volume usaha kantor cabang;
d. aktivitas transaksi dengan luar negeri; dan/atau
e. lokasi kantor cabang berada pada wilayah yang masyarakatnya
dikenal sebagai cash society.

7 Pasal 7 Pejabat unit kerja khusus atau pejabat yang bertanggungjawab terhadap
14/27/PBI/2012 program APU dan PPT wajib:
a. Menyusun dan mengusulkan pedoman penerapan program APU dan
PPT kepada Direksi
b. memastikan :
1) adanya sistem yang mendukung program APU dan PPT; dan

Yang dimaksud dengan “sistem yang mendukung” adalah sistem


yang antara lain dapat mengidentifikasi Nasabah, Transaksi
Keuangan Mencurigakan, dan transaksi keuangan lainnya
sebagaimana diwajibkan dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian
uang.

2) kebijakan dan prosedur telah sesuai dengan perkembangan program


APU dan PPT yang terkini, risiko produk Bank, kegiatan dan

6
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


kompleksitas usaha Bank, dan volume transaksi Bank;
c. memantau :
1) pengkinian profil Nasabah dan profil transaksi Nasabah;
2) Bank telah memiliki mekanisme komunikasi yang baik dari setiap
unit kerja terkait kepada unit kerja khusus atau kepada pejabat
yang bertanggungjawab terhadap penerapan program APU dan PPT
dengan menjaga kerahasiaan informasi;
3) Unit kerja terkait melakukan fungsi dan tugas dalam rangka
mempersiapkan laporan mengenai dugaan Transaksi Keuangan
Mencurigakan sebelum menyampaikannya kepada unit kerja
khusus atau pejabat yang bertanggungjawab terhadap penerapan
program APU dan PPT;
4) Bank telah mengidentifikasi area yang berisiko tinggi yang terkait
dengan APU dan PPT dengan mengacu pada ketentuan yang
berlaku dan sumber informasi yang memadai;
d. melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap pelaksanan kebijakan
program APU dan PPT dengan unit kerja terkait yang berhubungan
dengan Nasabah.
e. menerima laporan transaksi keuangan yang berpotensi mencurigakan
(red flag) dari unit kerja terkait yang berhubungan dengan Nasabah dan
melakukan analisis atas laporan tersebut;
f. menyusun laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan laporan
lainnya sebagaimana diatur dalam Undang–Undang mengenai
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang untuk
disampaikan kepada PPATK berdasarkan persetujuan Direktur yang
membawahkan Fungsi Kepatuhan; dan
g. memantau, menganalisis, dan merekomendasi kebutuhan pelatihan
program APU dan PPT bagi pegawai Bank.

BAB III Kebijakan dan Prosedur


8 Pasal 8 (1) Bank wajib memiliki pedoman pelaksanaan program APU dan PPT.
14/27/PBI/2012
Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT mengacu kepada
Pedoman Standar Penerapan Program APU dan PPT yang ditetapkan
dalam ketentuan ini.

(2) Pedoman pelaksanaan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) memuat kebijakan dan prosedur tertulis, yang paling
kurang mencakup:
a. permintaan informasi dan dokumen;
b. Beneficial Owner;
c. verifikasi dokumen;
d. CDD yang lebih sederhana;
e. penutupan hubungan dan penolakan transaksi;
f. ketentuan mengenai area berisiko tinggi dan PEP;

Penetapan penggolongan area berisiko tinggi dilakukan dengan


berpedoman pada ketentuan PPATK yang mengatur mengenai
pedoman identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan terkait
pendanaan terorisme, produk, nasabah, usaha, dan negara berisiko

7
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


tinggi bagi penyedia jasa keuangan.

g. pelaksanaan CDD oleh pihak ketiga;


h. pengkinian dan pemantauan;
i. Cross Border Correspondent Banking;
j. transfer dana;
k. penatausahaan dokumen; dan
l. pelaporan kepada PPATK.

(3) Bank wajib menerapkan pedoman pelaksanaan program APU dan PPT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara konsisten dan
berkesinambungan.
(4) Pedoman pelaksanaan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib mendapat persetujuan dari Direksi.

9 Pasal 9 (1) Bank wajib melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan


14/27/PBI/2012 pengendalian terhadap risiko terjadinya pencucian uang atau
pendanaan terorisme dari.

a. pengembangan produk dan aktivitas baru termasuk


pelaksanaannya;
b. penggunaan atau pengembangan teknologi baru baik untuk produk
baru maupun untuk produk yang sudah berjalan.

Bank dalam melakukan identifikasi, pengukuran, monitoring dan


pengendalian perlu memperhatikan risiko yang timbul atas penerbitan
produk, pelaksanaan aktivitas baru, penggunaan atau pengembangan
teknologi baru, serta mengupayakan tindakan yang memadai untuk
mengelola dan memitigasi risiko yang timbul.

(2) Untuk pelaksanaan identifikasi, pengukuran, monitoring dan


pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank wajib
berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
penerapan manajemen risiko dan ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai pelaporan produk dan aktivitas baru.

SE 15/21/DPNP (3) Pelaksanaan Program APU dan PPT harus dilakukan dengan
2013 Romawi III.B pendekatan berdasarkan risiko yang dituangkan dalam kebijakan
No. 1 secara tertulis dan komprehensif yang paling kurang mencakup :
a. proses risk assesment yang meliputi identifikasi, pengukuran,
pemantauan, dan pengendalian risiko terhadap seluruh faktor
risiko yang bersifat material, dengan melakukan analisis terhadap
hal-hal sebagai berikut:
1) seluruh karakteristik risiko yang melekat pada Bank dan upaya
mitigasi risiko yang dilakukan; dan
2) risiko dari produk, jasa, dan aktivitas yang berisiko tinggi,
termasuk transaksi yang dilakukan Politically Exposed Person
(PEP);
b. pengukuran risiko yang paling kurang mencakup :
1) evaluasi secara berkala untuk memastikan ketepatan kebijakan,

8
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


prosedur dan penetapan tingkat risiko dari produk, jasa, dan
aktivitas yang berisiko tinggi, termasuk PEP; dan
2) penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko;
c. pendokumentasian hasil risk assessment terhadap ancaman,
kerentanan (vulnerability), dan konsekuensi yang mungkin timbul
dari aktivitas perbankan;
d. pengkinian risk assessment secara berkala;
e. penyediaan informasi mengenai risk assessment kepada otoritas
yang berwenang atau Bank Indonesia;
f. pengendalian dan prosedur mitigasi risiko;
g. pemantauan terhadap penerapan fungsi pengendalian termasuk
pengembangannya, apabila diperlukan; dan
h. penetapan tindak lanjut yang diperlukan untuk mengelola dan
memitigasi risiko yang berindikasi meningkat.

10 Pasal 10 (1) Bank wajib melakukan prosedur CDD pada saat:


14/27/PBI/2012 a. melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah;
Ayat (1) a
Dalam hal rekening merupakan rekening joint account atau rekening
bersama maka CDD dilakukan terhadap seluruh pemegang rekening
joint account tersebut.

SE 15/21/DPNP antara lain pada saat pembukaan rekening, pemilikan kartu kredit, atau
2013 Romawi III.A penyewaan safe deposit box.
No. 1
Pasal 10 b. melakukan hubungan usaha dengan WIC;
14/27/PBI/2012 c. Bank meragukan kebenaran informasi yang diberikan oleh Nasabah,
Ayat (1) b – d penerima kuasa, dan/atau Beneficial Owner; atau
d. terdapat transaksi keuangan yang tidak wajar yang terkait dengan
pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme.

Transaksi yang tidak wajar adalah transaksi yang memenuhi salah


satu kriteria dari transaksi keuangan yang mencurigakan namun
masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan
apakah transaksi tersebut tergolong sebagai transaksi keuangan
yang mencurigakan yang wajib dilaporkan kepada PPATK

SE 15/21/DPNP (2) Bank harus melakukan CDD ulang terhadap Nasabah dalam hal terdapat
2013 Romawi III.A transaksi yang memenuhi salah satu kriteria dari Transaksi Keuangan
No. 2 – 6 Mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang, dengan tetap memperhatikan ketentuan anti tipping
off.
(3) Apabila CDD ulang dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya tipping
off, Bank dapat melaporkan transaksi yang diindikasikan mencurigakan
dalam LTKM tanpa didahului dengan proses CDD ulang.
(4) Bank dapat meminta pihak lain (outsourcing atau agen) untuk
melakukan CDD berupa pertemuan langsung (face to face), permintaan
informasi dan dokumen pendukung, serta proses verifikasi terhadap
dokumen pendukung.

9
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


(5) Dalam hal Bank menggunakan pihak lain dalam melakukan prosedur
CDD, Bank harus:
a. memberikan informasi mengenai prosedur CDD kepada pihak lain;
b. memberikan pelatihan mengenai pelaksanaan CDD kepada pihak lain
tersebut; dan
c. membuat perjanjian atau kontrak sebagai dasar kerja sama antara
Bank dengan pihak lain dengan salah satu materi perjanjiannya
adalah mewajibkan pihak lain untuk menerapkan prosedur CDD
sesuai dengan prosedur Bank.
(6) Bank bertanggung jawab atas hasil CDD yang dilakukan oleh pihak lain.

11 Pasal 11 (1) Bank wajib mengelompokkan Nasabah berdasarkan tingkat risiko


14/27/PBI/2012 terjadinya pencucian uang atau pendanaan terorisme.

Untuk efektifitas pengelompokkan Nasabah, diperlukan informasi baik


dari Nasabah itu sendiri maupun dari informasi lainnya yang tersedia di
masyarakat.

(2) Pengelompokkan Nasabah berdasarkan tingkat risiko sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan analisis yang paling
kurang mencakup:
a. identitas;
b. lokasi usaha bagi Nasabah perusahaan;
c. profil Nasabah;
d. jumlah transaksi;
e. kegiatan usaha Nasabah;
f. struktur kepemilikan bagi Nasabah perusahaan; dan
g. informasi lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
risiko Nasabah.
(3) Pengaturan mengenai pengelompokan risiko Nasabah akan diatur
sebagaimana berikut :

SE 15/21/DPNP 1) Kebijakan pendekatan berdasarkan risiko juga dilakukan dalam


2013 Romawi III.B rangka pengelompokan Nasabah, termasuk Walk in Customer
No. 2 – 6 (WIC) yang melakukan transaksi sebesar Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) atau lebih atau yang nilainya setara baik yang
dilakukan dalam 1 (satu) kali maupun beberapa kali transaksi
dalam 1 (satu) hari kerja.
2) Pengelompokan Nasabah dan WIC sebagaimana dimaksud dalam
angka 1) paling kurang terdiri dari 3 (tiga) klasifikasi risiko, yaitu:
a. rendah, sehingga terhadap yang bersangkutan diterapkan
prosedur CDD sederhana.
b. menengah, sehingga terhadap yang bersangkutan diterapkan
prosedur CDD.
c. tinggi, sehingga terhadap yang bersangkutan diterapkan
prosedur Enhanced Due Dilligence (EDD).
3) Penetapan klasifikasi tingkat risiko tidak berlaku bagi Nasabah atau
WIC yang tergolong PEP atau pihak yang terafiliasi dengan PEP,
sehingga yang bersangkutan secara otomatis diklasifikasikan
sebagai Nasabah atau WIC berisiko tinggi.

10
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


4) Pengelompokan Nasabah dan WIC sebagaimana dimaksud dalam
angka 1) harus didokumentasikan dan dipantau secara
berkesinambungan untuk memastikan kesesuaian tingkat risiko
yang telah ditetapkan.
5) Apabila terdapat ketidaksesuaian antara transaksi dan/atau profil
Nasabah dengan tingkat risiko yang telah ditetapkan, Bank harus
menyesuaikan tingkat risiko dengan cara :
a. menerapkan prosedur CDD bagi Nasabah yang semula tergolong
berisiko rendah berubah menjadi berisiko menengah sesuai
dengan penetapan tingkat risiko yang baru; atau
b. menerapkan prosedur EDD bagi Nasabah yang semula tergolong
berisiko rendah atau menengah berubah menjadi berisiko tinggi.

12 Pasal 12 (1) Dalam rangka melakukan hubungan usaha dengan Nasabah, berlaku
14/27/PBI/2012 ketentuan sebagai berikut:
Ayat (1) a a. Bank wajib meminta informasi untuk mengetahui profil Calon
Nasabah.
Dalam rangka meminta informasi, Bank dapat diwakili oleh pihak
lain. Pihak lain yang dapat mewakili Bank harus mengetahui
prinsip dasar dari CDD.

SE 15/21/DPNP Informasi yang harus diminta Bank dari Calon Nasabah perorangan
2013 Romawi III.C antara lain mengenai:
No. 1 1) perkiraan nilai transaksi dalam 1 (satu) tahun yang paling kurang
menggambarkan rata-rata transaksi dalam 1 (satu) tahun; dan
2) informasi lainnya seperti rata-rata penghasilan dalam 1 (satu)
tahun.

Pasal 12 b. Identitas Calon Nasabah harus dapat dibuktikan dengan


14/27/PBI/2012 keberadaan dokumen-dokumen pendukung.
Ayat (1) b – e c. Bank wajib meneliti kebenaran dokumen pendukung identitas
Calon Nasabah sebagaimana dimaksud dalam huruf b.
d. Bank dilarang membuka atau memelihara rekening anonim atau
rekening yang menggunakan nama fiktif.
Termasuk dalam pengertian rekening fiktif adalah rekening
Nasabah yang menggunakan nama yang tidak sesuai dengan yang
tertera pada dokumen identitas Nasabah yang bersangkutan.

e. Bank wajib melakukan pertemuan langsung (face to face) dengan


Calon Nasabah pada awal melakukan hubungan usaha dalam
rangka meyakini kebenaran identitas Calon Nasabah.

Termasuk dalam pengertian hubungan usaha adalah penggunaan


jasa perbankan melalui media elektronik. Dalam melakukan
pertemuan langsung (face to face), Bank dapat diwakili oleh pihak
lain. Pihak lain yang dapat mewakili Bank harus mengetahui
prinsip dasar CDD.

11
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Pasal 12 (2) Bank wajib mewaspadai transaksi atau hubungan usaha dengan
14/27/PBI/2012 Nasabah yang berasal atau terkait dengan negara yang tergolong
Ayat (2) berisiko tinggi.
Untuk mengetahui tingkat risiko suatu negara antara lain dapat dilihat
di laman www.fatf-gafi.org atau www.apgml.org

Bagian Pertama Permintaan Informasi dan Dokumen


13 Pasal 13 Bank wajib mengidentifikasi dan mengklasifikasikan Calon Nasabah atau
14/27/PBI/2012 Nasabah ke dalam kelompok perorangan atau perusahaan.

14 Pasal 14 (1) Informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 12 ayat (1) huruf a
14/27/PBI/2012 paling kurang mencakup:
a. Bagi calon Nasabah perorangan:
1) identitas yang memuat:
a) nama lengkap termasuk alias apabila ada;
b) nomor dokumen identitas;;
c) alamat tempat tinggal sesuai dokumen identitas dan alamat
tinggal lain apabila ada;

Informasi mengenai alamat tempat tinggal lain diperlukan


apabila Calon Nasabah perseorangan memiliki alamat
tempat tinggal berbeda dengan alamat yang tercatat pada
dokumen identitas.

d) tempat dan tanggal lahir;


e) kewarganegaraan;
f) pekerjaan;

Informasi pekerjaan mencakup nama perusahaan/institusi,


alamat perusahaan/ institusi, dan jabatan.

g) jenis kelamin;
h) status perkawinan; dan
2) identitas Beneficial Owner, apabila Nasabah mewakili Beneficial
Owner;
3) sumber dana;
4) perkiraan nilai transaksi dalam 1 (satu) tahun;
5) maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan
dilakukan Calon Nasabah dengan Bank;
6) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan

Kewajiban ini berlaku untuk Calon Nasabah yang berdasarkan


Undang-Undang yang berlaku wajib memiliki NPWP dan telah
memiliki NPWP.

7) informasi lain yang memungkinkan Bank untuk dapat


mengetahui profil calon Nasabah lebih dalam, termasuk
informasi yang diperintahkan oleh ketentuan dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang terkait.

12
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Informasi lain misalnya, nomor telepon, alamat penagihan
telepon/listrik/kartu kredit, dan lain-lain. Yang dimaksud
dengan “peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait”
antara lain ketentuan dan peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah
yang berlaku bagi lembaga keuangan non bank.

b. Bagi calon Nasabah perusahaan selain Bank:


1) nama perusahaan;
2) nomor izin usaha dari instansi berwenang;

Termasuk izin usaha adalah izin lainnya yang dipersamakan


dengan izin usaha yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.

3) bidang usaha;
4) alamat kedudukan perusahaan
5) tempat dan tanggal pendirian perusahaan;
6) bentuk badan hukum perusahaan;
7) identitas Beneficial Owner, apabila Nasabah mewakili Beneficial
Owner;
8) sumber dana;
9) maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan
dilakukan Calon Nasabah perusahaan dengan Bank; dan
10) informasi lain untuk mengetahui profil Calon Nasabah lebih
dalam, termasuk informasi yang diperintahkan oleh ketentuan
dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

Informasi lain misalnya nomor telepon, alamat penagihan


telepon/listrik/kartu kredit, dan lain-lain. Yang dimaksud
dengan “peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait”
antara lain ketentuan dan peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah
yang berlaku bagi lembaga keuangan non bank.

(2) Sebelum melakukan transaksi dengan WIC, Bank wajib meminta:


a. Seluruh informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi WIC
perseorangan maupun WIC perusahaan yang melakukan transaksi
sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau lebih atau
yang nilainya setara baik yang dilakukan dalam 1 (satu) kali maupun
beberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja.

Ketentuan dalam ayat ini juga berlaku bagi perantara atau pihak
yang mendapatkan kuasa dari Nasabah untuk melakukan transaksi
atas kepentingan Nasabah yang transaksinya tergolong tidak wajar
atau mencurigakan.

b. Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1)


huruf a), huruf b), dan huruf c) bagi WIC perorangan yang
melakukan transaksi kurang dari Rp 100.000.000,00 (seratus juta

13
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


rupiah) atau nilai yang setara.
c. Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 1)
dan angka 3) bagi WIC perusahaan yang melakukan transaksi
kurang dari Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau nilai yang
setara.

15 Pasal 15 Untuk Calon Nasabah perorangan dan WIC sebagaimana dimaksud dalam
14/27/PBI/2012 Paragraf 14 ayat (2) huruf a, informasi sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 14 ayat (1) huruf a angka 1) wajib didukung dengan dokumen
identitas Calon Nasabah dan spesimen tanda tangan.

Dokumen pendukung bagi identitas Calon Nasabah perorangan yang


berkewarganegaraan Indonesia adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat
Izin Mengemudi (SIM), atau paspor yang masih berlaku. Sedangkan
dokumen pendukung bagi identitas Calon Nasabah perorangan yang
berkewarganegaraan asing adalah paspor yang disertai dengan Kartu Izin
Tinggal sesuai dengan ketentuan keimigrasian. Dokumen pendukung
identitas tersebut juga diperlukan bagi perorangan yang ditunjuk bertindak
untuk dan atas nama perusahaan.
Dokumen Kartu Izin Tinggal dapat digantikan oleh dokumen lainnya yang
dapat memberikan keyakinan kepada Bank tentang profil Calon Nasabah
berkewarganegaraan asing tersebut antara lain surat referensi dari:
a. seorang berkewarganegaraan Indonesia atau perusahaan/ instansi/
pemerintah Indonesia mengenai profil Calon Nasabah
berkewarganegaraan asing; atau
b. penyedia jasa keuangan di negara atau jurisdiksi tempat kedudukan
Calon Nasabah dan negara atau jurisdiksi tersebut tidak tergolong
berisiko tinggi
Termasuk spesimen tanda tangan bagi Calon Nasabah perorangan yang
berkewarganegaraan Indonesia adalah cap jempol atau sidik jari.

16 Pasal 16 (1) Untuk Nasabah perusahaan, informasi sebagaimana dimaksud dalam


14/27/PBI/2012 Paragraf 14 ayat (1) huruf b angka 1), angka 2), angka 3), angka 4),
angka 5), angka 6), angka 7) dan angka 8) wajib didukung dengan
dokumen identitas perusahaan dan:

Dokumen pendukung bagi identitas Nasabah perusahaan berupa:


a. akte pendirian dan/atau anggaran dasar perusahaan; dan
b. izin usaha atau izin lainnya dari instansi berwenang.
Contoh: izin usaha dari Bank Indonesia bagi Pedagang Valuta Asing
dan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang, atau izin usaha dari
Departemen Kehutanan bagi kegiatan usaha di bidang
perkayuan/kehutanan.

a. Untuk Nasabah perusahaan yang tergolong usaha mikro dan usaha


kecil ditambah dengan:
1) spesimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak-pihak yang
ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk dan atas nama
perusahaan dalam melakukan hubungan usaha dengan Bank;

14
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Yang dimaksud dengan Nasabah perusahaan yang tergolong
usaha mikro dan usaha kecil adalah Nasabah perusahaan yang
memenuhi kriteria usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.

2) kartu NPWP bagi Nasabah yang diwajibkan untuk memiliki NPWP


sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan
3) Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau dokumen lain yang
dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang.

b. Untuk Nasabah perusahaan yang tidak tergolong usaha mikro dan


usaha kecil selain disertai dokumen sebagaimana dimaksud pada
huruf a angka 2) dan angka 3), ditambah dengan:
1) laporan keuangan atau deskripsi kegiatan usaha perusahaan

Deskripsi kegiatan usaha perusahaan mencakup informasi


mengenai bidang usaha, profil pelanggan, alamat tempat
kegiatan usaha dan nomor telepon perusahaan.

2) struktur manajemen perusahaan;


3) struktur kepemilikan perusahaan; dan
4) dokumen identitas anggota Direksi yang berwenang mewakili
perusahaan untuk melakukan hubungan usaha dengan Bank.

Yang dimaksud dengan anggota Direksi yang berwenang


mewakili perusahaan untuk melakukan transaksi dengan Bank
adalah anggota Direksi yang memiliki spesimen tanda tangan
(authorized signature).

(2) Untuk Nasabah perusahaan berupa Bank, dokumen yang disampaikan


paling kurang:
a. akte pendirian/anggaran dasar Bank;
b. izin usaha dari instansi yang berwenang; dan
c. spesimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak-pihak yang ditunjuk
mempunyai wewenang bertindak untuk dan atas nama Bank dalam
melakukan hubungan usaha dengan Bank.

17 Pasal 17 (1) Untuk calon Nasabah selain nasabah perorangan dan perusahaan
14/27/PBI/2012 sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14, Paragraf 15 dan Paragraf 16,
Bank wajib meminta informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf
14 ayat (1) huruf b.
(2) Bank wajib meminta dokumen pendukung informasi untuk Calon
Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang sebagai
berikut:
a. Untuk calon Nasabah berupa yayasan, berupa:
1) izin bidang kegiatan/tujuan yayasan;
2) deskripsi kegiatan yayasan;
3) struktur pengurus yayasan; dan
4) dokumen identitas anggota pengurus yang berwenang mewakili

15
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


yayasan untuk melakukan hubungan usaha dengan Bank.
b. Untuk Nasabah berupa perkumpulan, dokumen yang disampaikan
paling kurang berupa:
1) bukti pendaftaran pada instansi yang berwenang;
2) nama penyelenggara; dan
3) pihak yang berwenang mewakili perkumpulan dalam
melakukan hubungan usaha dengan Bank.

Perkumpulan yang berbadan hukum antara lain Lembaga Swadaya


Masyarakat, perkumpulan keagamaan, partai politik dan organisasi
non profit.

18 Pasal 18 (1) Untuk calon Nasabah berupa Lembaga Negara/Pemerintahan, instansi


14/27/PBI/2012 Pemerintah, lembaga internasional, dan perwakilan negara asing, Bank
wajib meminta informasi mengenai nama dan alamat kedudukan
lembaga atau perwakilan.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib didukung dengan
dokumen sebagai berikut:
a. surat penunjukan bagi pihak-pihak yang berwenang mewakili
lembaga atau perwakilan dalam melakukan hubungan usaha
dengan Bank; dan
b. spesimen tanda tangan.

Bagian Kedua Beneficial Owner


19 Pasal 19 (1) Bank wajib memastikan Calon Nasabah atau WIC yang membuka
14/27/PBI/2012 hubungan usaha atau melakukan transaksi bertindak untuk diri sendiri
Ayat (1) atau untuk kepentingan Beneficial Owner.

Pengertian Beneficial Owner dalam ayat ini dapat lebih dari satu.

SE 15/21/DPNP Dasar pertimbangan Bank dalam menetapkan Beneficial Owner adalah


2013 Romawi III.C dengan tahapan sebagai berikut:
No. 3 a. perorangan yang memiliki saham sebesar 25% (dua puluh lima
persen) atau lebih;
b. perorangan yang memiliki saham kurang dari 25% (dua puluh lima
persen) namun dapat dibuktikan yang bersangkutan melakukan
pengendalian; atau
c. perorangan dalam perusahaan tersebut yang menjabat sebagai
anggota direksi yang paling berperan dalam pengendalian
perusahaan.

Pasal 19 (2) Dalam hal Calon Nasabah atau WIC bertindak untuk kepentingan
14/27/PBI/2012 Benefical Owner, Bank wajib melakukan CDD terhadap Beneficial Owner
Ayat (2) – (3) yang sama dengan CDD bagi Calon Nasabah atau WIC.
(3) Dalam hal Beneficial Owner sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tergolong sebagai PEP maka prosedur yang diterapkan adalah prosedur
EDD.

20 Pasal 20 (1) Bank wajib memperoleh bukti atas identitas dan/atau informasi lainnya
14/27/PBI/2012 mengenai Beneficial Owner, antara lain berupa:

16
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


a. bagi Beneficial Owner perorangan:

Termasuk Beneficial Owner perorangan dalam ayat ini adalah


Beneficial Owner perorangan dari Calon Nasabah yang merupakan
Lembaga Pemerintahan atau Instansi Pemerintah.

1) informasi dan dokumen identitas sebagaimana dimaksud dalam


Paragaraf 14 Ayat (1) huruf a dan Paragraf 15;
2) hubungan hukum antara calon Nasabah atau WIC dengan
Beneficial Owner yang ditunjukkan dengan surat penugasan,
surat perjanjian, surat kuasa atau bentuk lainnya; dan
3) pernyataan dari calon Nasabah atau WIC mengenai kebenaran
identitas maupun sumber dana dari Beneficial Owner.
b. bagi Beneficial Owner perusahaan, yayasan atau perkumpulan:
1) informasi dan dokumen identitas sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 16 dan Paragraf 17;
2) dokumen dan/atau informasi identitas pemilik atau pengendali
akhir perusahaan, yayasan, atau perkumpulan; dan

Yang dimaksud dengan “pemilik atau pengendali akhir


perusahaan, yayasan atau perkumpulan (ultimate
owner/ultimate controller)” adalah perorangan yang menurut
penilaian Bank memiliki dan/atau yang melakukan
pengendalian akhir untuk mengambil keputusan dalam
pengelolaan perusahaan.
Dokumen identitas pemilik atau pengendali akhir dapat berupa
surat pernyataan atau dokumen lainnya yang memuat
informasi mengenai identitas pemilik atau pengendali akhir.

3) pernyataan dari calon Nasabah atau WIC mengenai kebenaran


identitas maupun sumber dana dari Beneficial Owner.

(2) Dalam hal calon Nasabah merupakan Bank lain di dalam negeri yang
mewakili Beneficial Owner, maka dokumen mengenai Beneficial Owner
berupa pernyataan tertulis dari Bank di dalam negeri bahwa identitas
Beneficial Owner telah dilakukan verifikasi oleh Bank lain di dalam
negeri tersebut.
(3) Dalam hal calon Nasabah merupakan Bank lain di luar negeri yang
menerapkan program APU dan PPT yang paling kurang setara dengan
ketentuan ini yang mewakili Beneficial Owner, maka dokumen
mengenai Beneficial Owner berupa pernyataan tertulis dari Bank di luar
negeri bahwa identitas Beneficial Owner telah dilakukan verifikasi oleh
Bank di luar negeri tersebut.
(4) Dalam hal Bank meragukan atau tidak dapat meyakini identitas
Beneficial Owner, Bank wajib menolak untuk melakukan hubungan
usaha atau transaksi dengan calon Nasabah atau WIC.

21 Pasal 21 Kewajiban penyampaian dokumen dan/atau informasi identitas pemilik


14/27/PBI/2012 atau pengendali akhir Beneficial Owner sebagaimana yang dimaksud dalam
Paragraf 20 ayat (1) huruf b angka 2) tidak berlaku bagi Beneficial Owner

17
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


berupa:
a. lembaga Pemerintahan ; atau

Lembaga pemerintahan yang dimaksudkan dalam huruf ini mencakup


lembaga pemerintahan Indonesia dan lembaga pemerintahan asing.

b. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek.

Bagian Ketiga Verifikasi Dokumen


22 Pasal 22 (1) Bank wajib meneliti kebenaran dokumen pendukung dan melakukan
14/27/PBI/2012 verifikasi terhadap dokumen pendukung yang memuat informasi
Ayat (1) sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 dan Paragraf 18 ayat (1)
berdasarkan dokumen dan/atau sumber informasi lainnya yang dapat
dipercaya dan independen serta memastikan bahwa data tersebut
adalah data terkini.

Untuk memastikan kebenaran identitas Nasabah perseorangan,


dokumen identitas hendaknya merupakan dokumen yang
mencantumkan foto diri yang diterbitkan oleh pihak yang berwenang
dengan jangka waktu yang masih berlaku.

SE 15/21/DPNP Untuk memastikan bahwa Calon Nasabah tidak memiliki rekam jejak
2013 Romawi III.C negatif, Bank melakukan verifikasi identitas Calon Nasabah dengan
No. 4 sumber independen lainnya, antara lain sebagai berikut:
a. Daftar Teroris dan/atau Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris
yang diterbitkan oleh Kepolisian Republik Indonesia;
b. Daftar Hitam Nasional (DHN); dan/atau
c. Data lainnya yang dimiliki Bank.

Pasal 22 (2) Bank dapat melakukan wawancara dengan calon Nasabah untuk
14/27/PBI/2012 meneliti dan meyakini keabsahan dan kebenaran dokumen
Ayat (2) – (6) sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam hal terdapat keraguan, Bank wajib meminta kepada calon
Nasabah untuk memberikan lebih dari satu dokumen identitas yang
dikeluarkan oleh pihak yang berwenang, untuk memastikan kebenaran
identitas Calon Nasabah.

Yang dimaksud dengan lebih dari satu dokumen identitas misalnya


selain Kartu Tanda Penduduk adalah paspor atau Surat Izin Mengemudi

(4) Bank wajib menyelesaikan proses verifikasi identitas calon Nasabah dan
Beneficial Owner sebelum membina hubungan usaha dengan calon
Nasabah atau sebelum melakukan transaksi dengan WIC.
(5) Dalam kondisi tertentu Bank dapat melakukan hubungan usaha
sebelum proses verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) selesai.

Yang dimaksud dengan kondisi tertentu antara lain:

a. kelengkapan dokumen tidak dapat dipenuhi pada saat hubungan


usaha akan dilakukan misalnya karena dokumen masih dalam proses

18
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


pengurusan; dan
b. apabila tingkat risiko Calon Nasabah tergolong rendah.

(6) Proses verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib diselesaikan
paling lambat:
a. untuk nasabah perorangan, 14 (empat belas) hari kerja setelah
dilakukannya hubungan usaha.
b. untuk nasabah perusahaan, 90 (sembilan puluh) hari kerja setelah
dilakukannya hubungan usaha bagi Calon Nasabah.

Bagian Keempat CDD yang Lebih Sederhana


23 Pasal 23 (1) Bank dapat menerapkan prosedur CDD yang lebih sederhana dari
14/27/PBI/2012 prosedur CDD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14, Paragraf 15,
Paragraf 16, Paragraf 17, Paragraf 18, dan Paragraf 20 terhadap Calon
Nasabah atau transaksi yang tingkat risiko terjadinya pencucian uang
atau pendanaan terorisme tergolong rendah dan memenuhi kriteria
antara lain sebagai berikut:

Dalam hal ini termasuk tingkat risiko negara asal Nasabah.

a. tujuan pembukaan rekening untuk pembayaran dan penerimaan


gaji;

Rekening yang dimaksud dalam huruf ini adalah rekening milik


perusahaan yang digunakan hanya untuk pembayaran gaji
karyawan perusahaan tersebut secara periodik dan/atau rekening
karyawan yang digunakan hanya untuk menerima gaji dari pemberi
kerja.

b. Calon Nasabah berupa perusahaan publik yang tunduk pada


peraturan tentang kewajiban untuk mengungkapkan kinerjanya;

Perusahaan publik yang dimaksudkan dalam huruf ini adalah


perusahaan yang terdaftar pada bursa efek dimana informasi
tentang identitas perusahaan dan Beneficial Owner perusahaan
tersebut dipublikasikan kepada masyarakat.
c. Calon Nasabah perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah;
d. Calon Nasabah berupa Lembaga Pemerintahan atau Instansi
Pemerintah; atau
e. transaksi pencairan cek yang dilakukan oleh WIC perusahaan
f. tujuan pembukaan rekening terkait dengan program Pemerintah
dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
pengentasan kemiskinan; atau
Program Pemerintah yang dimaksud dalam huruf ini antara lain
program Pemerintah untuk tujuan sosial, bantuan layanan tunai
dan gerakan Indonesia menabung.

g. jumlah setoran awal paling besar Rp50.000,00 (lima puluh ribu

19
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


rupiah), maksimum saldo pada akhir bulan paling banyak sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), dan maksimum transaksi
dalam 1 (satu) bulan sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

(2) Terhadap Calon Nasabah yang memenuhi ketentuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Bank wajib meminta informasi dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. bagi Calon Nasabah perorangan yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank wajib meminta
informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 ayat (1) huruf a
angka 1) huruf a), huruf b), huruf c), dan huruf d);
b. bagi Calon Nasabah perusahaan atau Lembaga Pemerintahan atau
instansi Pemerintah yang memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, Bank
wajib meminta informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14
ayat (1) huruf b angka 1) dan angka 4)
c. bagi WIC perusahaan yang memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e, Bank wajib meminta informasi
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14 ayat (1) huruf b angka 1)
dan angka 4); dan
d. bagi Calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f
dan huruf g, Bank wajib meminta informasi sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 14 ayat (1) huruf a angka 1) huruf a), huruf c), huruf
d), dan huruf f).

(3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib didukung dengan:
a. dokumen identitas sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 15, bagi
Calon Nasabah perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a;

b. dokumen identitas perusahaan ditambah dengan spesimen tanda


tangan dan kuasa kepada pihak-pihak yang ditunjuk mempunyai
wewenang bertindak untuk dan atas nama perusahaan dalam
melakukan hubungan usaha dengan Bank bagi Calon Nasabah
perusahaan yang tergolong usaha mikro dan usaha kecil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e;

c. dokumen identitas perusahaan dan dokumen identitas anggota


direksi yang berwenang mewakili perusahaan untuk melakukan
hubungan usaha dengan Bank bagi Calon Nasabah perusahaan yang
tidak tergolong usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e; atau

d. dokumen lainnya sebagai pengganti dokumen identitas yang dapat


memberikan keyakinan kepada Bank tentang profil Calon Nasabah
tersebut, dan spesimen tanda tangan, bagi Calon Nasabah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dan huruf g.

Dokumen lainnya sebagai pengganti dokumen identitas antara lain :

a. Kartu pengenal yang dikeluarkan oleh pemerintah yang

20
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


mencantumkan foto diri seperti kartu peserta program yang
dikeluarkan oleh Pemerintah;

b. dokumen identitas dan surat referensi dari Nasabah lain yang


mengenal profil Calon Nasabah;

c. surat referensi dari Kelurahan atau Kepala Desa dimana Calon


Nasabah berdomisili yang mencantumkan foto diri; atau

d. kartu tanda pelajar bagi Calon Nasabah Perorangan yang belum


memenuhi syarat untuk memiliki KTP yang disertai dengan
dokumen identitas dan surat persetujuan dari orangtua atau pihak
lainyang bertanggungjawab terhadap Calon Nasabah tersebut.

(4) Prosedur CDD yang lebih sederhana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak berlaku apabila terdapat dugaan terjadi transaksi Pencucian
Uang dan/atau Pendanaan Terorisme.
(5) Bank wajib membuat dan menyimpan daftar Nasabah yang mendapat
perlakuan CDD yang lebih sederhana.

Daftar yang dibuat antara lain memuat informasi mengenai alasan


penetapan risiko sehingga digolongkan sebagai risiko rendah.

(6) Dalam hal penggunaan rekening tidak sesuai dengan tujuan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a atau jumlah maksimum
saldo dan/atau maksimum transaksi Nasabah melebihi batasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g maka Bank wajib
melakukan prosedur CDD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14
ayat (1) huruf a dan Paragraf 15 terhadap Nasabah yang bersangkutan.

SE 15/21/DPNP (7) Nasabah yang telah mendapatkan perlakuan CDD yang lebih sederhana
2013 Romawi III.C (CDD sederhana) harus dikeluarkan dari daftar Nasabah CDD sederhana
No. 6 – 7 apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. diindikasikan terkait dengan pencucian uang atau pendanaan
terorisme;
b. tidak sesuai dengan tujuan awal pembukaan rekening yaitu hanya
untuk pembayaran atau penerimaan gaji; atau
c. saldo pada akhir bulan melebihi Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
dan transaksi dalam 1 (satu) bulan melebihi Rp5.000.000,00 (lima
juta rupiah).
(8) Terhadap Nasabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) harus
mendapatkan perlakuan CDD atau EDD dengan prosedur sebagaimana
berlaku pada Nasabah biasa dan dilaporkan dalam LTKM apabila
transaksi diindikasikan terkait dengan pencucian uang atau pendanaan
terorisme.

Bagian Kelima Penutupan Hubungan Usaha atau Penolakan Transaksi


24 Pasal 24 (1) Bank wajib menolak melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah
14/27/PBI/2012 dan/atau melaksanakan transaksi dengan WIC, dalam hal Calon
Ayat (1) – (3) Nasabah atau WIC:

21
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


a. tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf
12, Paragraf 14, Paragraf 15, Paragraf 16, Paragraf 17, Paragraf 18
dan Paragraf 20;
b. diketahui dan/atau patut diduga menggunakan dokumen palsu;
c. menyampaikan informasi yang diragukan kebenarannya; dan/atau
d. berbentuk Shell Bank atau Bank yang mengizinkan rekeningnya
digunakan oleh Shell Bank.

Yang dimaksud dengan “shell bank” adalah Bank yang tidak


mempunyai kehadiran secara fisik (physical presence) di wilayah
hukum Bank tersebut didirikan dan memperoleh izin, dan tidak
berafiliasi dengan kelompok usaha jasa keuangan yang menjadi
subyek pengawasan terkonsolidasi yang efektif.

(2) Bank wajib menolak transaksi, membatalkan transaksi, dan/atau


menutup hubungan usaha dengan Nasabah dalam hal:
a. kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi; dan/ atau
b. memiliki sumber dana transaksi yang diketahui dan/atau patut
diduga berasal dari hasil tindak pidana.
(3) Bank tetap wajib menyelesaikan proses identifikasi dan verifikasi
terhadap identitas Calon Nasabah atau WIC dan Benefical Owner, dalam
hal penolakan hubungan usaha dengan Calon Nasabah dan/atau
penolakan transaksi dengan WIC berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), huruf b dan huruf c.

Kewajiban Bank untuk tetap melakukan proses identifikasi dan verifikasi


terhadap identitas Calon Nasabah atau WIC dan Beneficial Owner
dimaksudkan untuk kepentingan pelaporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan kepada PPATK.

SE 15/21/DPNP Terhadap Calon Nasabah, WIC, atau Beneficial Owner yang hubungan
2013 Romawi III.C usaha atau transaksinya ditolak, Bank harus memperoleh informasi
No. 5 paling kurang adalah nama, nomor identitas, alamat dan tempat tanggal
lahir sesuai dengan salinan dokumen identitas yang diperoleh Bank
untuk kepentingan pelaporan LTKM.

Pasal 24 (4) Bank wajib mendokumentasikan calon Nasabah, Nasabah, atau WIC
14/27/PBI/2012 yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
Ayat (4) – (6) (2).
(5) Bank wajib melaporkan Calon Nasabah atau WIC sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dalam laporan Transaksi
Keuangan Mencurigakan apabila transaksinya mencurigakan.
(6) Kewajiban Bank untuk menolak, membatalkan dan/atau menutup
hubungan usaha dengan Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib dicantumkan dalam perjanjian pembukaan rekening dan
diberitahukan kepada Nasabah

25 Pasal 25 (1) Dalam hal dilakukan penutupan hubungan usaha sebagaimana


14/27/PBI/2012 dimaksud pada Paragraf 24 ayat (2), Bank wajib memberitahukan secara
Ayat (1) tertulis kepada Nasabah mengenai penutupan hubungan usaha

22
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


tersebut.

Pemberitahuan dapat dilakukan secara tertulis yang ditujukan kepada


Nasabah sesuai dengan alamat yang tercantum dalam database Bank
atau diumumkan melalui media cetak, media elektronik maupun media
lainnya.

SE 15/21/DPNP (2) Penolakan atau pembatalan transaksi terhadap rekening Nasabah


2013 Romawi III.D penerima yang digunakan untuk menampung hasil kejahatan dapat
disertai dengan pengembalian dana kepada Nasabah pengirim apabila
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. terdapat laporan dari Nasabah pengirim kepada Bank Pengirim
dengan dilengkapi dokumen pendukung laporan tersebut seperti
laporan kepada Kepolisian;
b. identitas Nasabah penerima diketahui dan/atau patut diduga palsu;
c. masih terdapat sisa dana di rekening Nasabah penerima;
d. transaksi dari rekening Nasabah pengirim dilakukan melalui transfer
dana;
e. dana yang tersimpan pada rekening Nasabah penerima baik sebagian
maupun seluruhnya adalah berasal dari rekening Nasabah pengirim;
f. rekening atau saldo dana dalam rekening Nasabah penerima tidak
sedang dalam status diblokir atau disita oleh instansi yang
berwenang;
g. terdapat klausula dalam perjanjian pembukaan rekening mengenai
kewajiban Bank untuk menolak transaksi, membatalkan transaksi,
dan/atau menutup hubungan usaha dengan Nasabah; dan/atau
h. pengembalian dana melalui proses pendebetan dana dari rekening
Nasabah penerima untuk dikreditkan kembali ke rekening Nasabah
pengirim.

(3) Prosedur pengembalian dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)


adalah apabila:
a. hanya terdapat 1 (satu) Nasabah pengirim yang mengajukan
permohonan pengembalian dana maka dana yang dikembalikan
kepada Nasabah pengirim adalah sebesar dana milik Nasabah
pengirim yang masih ada pada rekening Nasabah penerima; atau
b. terdapat lebih dari 1 (satu) Nasabah pengirim yang mengajukan
permohonan pengembalian dana maka dalam hal dana yang
terdapat pada rekening penerima diyakini oleh Bank:
1) berasal dari beberapa Nasabah pengirim dan jumlah dananya
mencukupi untuk pengembalian dana kepada semua Nasabah
pengirim maka Bank dapat mengembalikan dana tersebut;
2) hanya berasal dari sebagian Nasabah pengirim maka Bank hanya
akan mengembalikan dana kepada sebagian Nasabah pengirim
yang diyakini Bank sebagai sumber atas dana pada rekening
Nasabah penerima;
3) berasal dari semua Nasabah pengirim dan jumlah dananya tidak
mencukupi untuk pengembalian dana kepada semua Nasabah
pengirim maka pengembalian dana hanya dilakukan berdasarkan
kesepakatan para Nasabah pengirim. Apabila tidak tercapai

23
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


kesepakatan, pengembalian dana dilakukan berdasarkan pada
Putusan Pengadilan yang sudah berkekuatan hokum tetap yang
memerintahkan Bank untuk mengembalikan dana kepada pihak
yang berhak; atau
4) berasal dari sebagian Nasabah pengirim dan jumlah dananya tidak
mencukupi untuk pengembalian dana kepada sebagian Nasabah
pengirim maka pengembalian dana hanya dilakukan kepada
masingmasing Nasabah pengirim yang diyakini Bank dananya
masih ada pada rekening Nasabah penerima berdasarkan
kesepakatan para Nasabah pengirim tersebut. Apabila tidak
tercapai kesepakatan, pengembalian dana dilakukan berdasarkan
pada Putusan Pengadilan yang sudah berkekuatan hokum tetap
yang memerintahkan Bank untuk mengembalikan dana kepada
pihak yang berhak.
Pada saat telah terjadi pengembalian dana kepada Nasabah
pengirim, Bank Pengirim membuat Berita Acara Pengembalian Dana
yang ditandatangani oleh pejabat Bank Pengirim dan Nasabah
pengirim.
(4) Prosedur pengembalian dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
tidak berlaku terhadap Nasabah penerima dan/atau Nasabah pengirim
yang namanya tercantum dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi
Teroris.

Pasal 25 (5) Dalam hal setelah dilakukan pemberitahuan sebagaimana dimaksud


14/27/PBI/2012 pada ayat (1), Nasabah tidak mengambil sisa dana yang tersimpan di
Ayat (2) Bank maka penyelesaian terhadap sisa dana Nasabah yang tersimpan di
Bank dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan “penyelesaian terhadap sisa dana Nasabah”


antara lain berupa penyerahan sisa dana kepada Balai Harta
Peninggalan.

Bagian Keenam Politically Exposed Person dan Area Berisiko Tinggi


26 Pasal 26 (1) Bank wajib memastikan adanya Nasabah dan Beneficial Owner yang
14/27/PBI/2012 memenuhi kriteria berisiko tinggi atau PEP.
Ayat (1)
Penetapan penggolongan berisiko tinggi dilakukan dengan berpedoman
pada ketentuan PPATK yang mengatur mengenai pedoman identifikasi
produk, nasabah, usaha, dan negara berisiko tinggi bagi penyedia jasa
keuangan dan pedoman mengenai identifikasi transaksi keuangan
mencurigakan terkait pendanaan terorisme bagi penyedia jasa
keuangan.

SE 15/21/DPNP Dalam menetapkan tingkat risiko Nasabah, jasa, dan produk Bank, Bank
2013 Romawi III.E berpedoman pula pada referensi lainnya yang diterbitkan oleh otoritas
No. 1 berwenang atau yang telah menjadi international best practice.

Pasal 26 (2) Nasabah dan Beneficial Owner yang memenuhi kriteria berisiko tinggi
14/27/PBI/2012 atau PEP dibuat dalam daftar tersendiri.
Ayat (2) – (6)

24
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Pembuatan daftar tersendiri ditujukan untuk memudahkan identifikasi
dan pemantauan.

(3) Dalam hal Nasabah atau Beneficial Owner tergolong berisiko tinggi atau
PEP, Bank wajib melakukan:
a. EDD secara berkala paling kurang berupa analisis terhadap
informasi mengenai Nasabah atau Beneficial Owner, sumber dana,
tujuan transaksi, dan hubungan usaha dengan pihak-pihak yang
terkait; dan
b. pemantauan yang lebih ketat terhadap Nasabah atau Beneficial
Owner.

Yang dimaksud dengan “pemantauan yang lebih ketat” adalah


proses pemantauan yang dilakukan oleh Bank secara berkala
dengan frekuensi yang lebih tinggi atas transaksi yang dilakukan
oleh Nasabah. Dalam menetapkan frekuensi yang lebih tinggi
tersebut, Bank dapat menetapkan klasifikasi high risk lebih lanjut
sesuai dengan profil Nasabah atau Beneficial Owner yang
bersangkutan.

(4) Kewajiban Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberlakukan pula
terhadap Nasabah atau WIC yang:
a. menggunakan produk perbankan yang berisiko tinggi untuk
digunakan sebagai sarana pencucian uang atau pendanaan teroris;

Produk perbankan yang berisiko tinggi antara lain transfer dana,


private banking, internet banking.

b. melakukan transaksi dengan pihak yang berasal dari negara berisiko


tinggi;
Negara berisiko tinggi antara lain negara yang diidentifikasikan
sebagai Tax Heaven Country .

c. melakukan transaksi tidak sesuai dengan profil; atau


d. merupakan pihak yang terkait dengan PEP.
Yang dimaksud dengan “pihak yang terkait dengan PEP” adalah:
a. Perusahaan yang dimiliki atau dikelola oleh PEP;
b. anggota keluarga PEP sampai dengan derajat kedua; dan/atau
c. Pihak-pihak yang secara umum dan diketahui publik
mempunyai hubungan dekat dengan PEP.

(5) Dalam hal Bank akan melakukan hubungan usaha dengan calon
Nasabah yang tergolong berisiko tinggi atau PEP, Bank wajib menunjuk
pejabat senior yang bertanggung jawab atas hubungan usaha dengan
calon Nasabah tersebut.

Yang dimaksud dengan “pejabat senior” adalah Pejabat Eksekutif


sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai bank umum, telah memiliki pengetahuan dan/atau

25
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


pengalaman mengenai anti pencucian uang atau pencegahan
pendanaan terorisme misalnya kepala divisi atau kepala bagian di
kantor pusat Bank atau pimpinan di kantor cabang Bank.

(6) Pejabat senior sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berwenang untuk:
a. memberikan persetujuan atau penolakan terhadap calon Nasabah
yang tergolong berisiko tinggi atau PEP; dan
b. membuat keputusan untuk meneruskan atau menghentikan
hubungan usaha dengan Nasabah atau Beneficial Owner yang
tergolong berisiko tinggi atau PEP.

Dalam hal ini khususnya terhadap Nasabah yang statusnya


mengalami perubahan dari Nasabah biasa menjadi PEP termasuk
Nasabah yang baru teridentifikasi sebagai PEP.

SE 15/21/DPNP (7) Dalam hal terdapat Nasabah atau WIC yang menggunakan produk
2013 Romawi III.E dan/atau jasa yang berisiko tinggi maka transaksi yang dilakukan akan
No. 2 – 3 memenuhi kriteria sebagai risiko tinggi apabila jumlah transaksi yang
dilakukan tidak sesuai dengan profil Nasabah atau WIC.
(8) Beberapa aktivitas atau produk Bank yang berisiko tinggi untuk
digunakan sebagai sarana untuk pencucian uang atau pendanaan
teroris adalah:
a. Penitipan dengan pengelolaan (trust) Bank yang melakukan trust
wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Bank melakukan EDD terhadap:
a) pihak yang memiliki dan menitipkan pengelolaan hartanya
(settlor); dan
b) pihak yang menerima manfaat dari harta yang dititipkan
(beneficiary).
Dalam hal settlor juga bertindak sebagai beneficiary maka EDD
dilakukan hanya pada settlor atau beneficiary dengan
menjelaskan bahwa settlor dan beneficiary adalah pihak yang
sama.
2) Bank meminta informasi kepada settlor dengan berpedoman
pada ketentuan yang berlaku bagi Calon Nasabah perusahaan.
3) Bank meminta informasi kepada beneficiary paling kurang
mencakup:
a) jenis informasi dengan berpedoman pada ketentuan yang
berlaku bagi Calon Nasabah perorangan atau Calon Nasabah
perusahaan;
b) nomor rekening beneficiary; dan
c) nama bank yang menerima pemindahan dana dari rekening
settlor.
4) Dalam hal bank yang menerima pemindahan dana dari rekening
settlor pada Bank yang berada di luar negeri maka harus
memenuhi persyaratan:
a) memiliki prosedur CDD sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;dan
b) berkedudukan di negara yang tidak tergolong berisiko tinggi.
5) Dalam hal bank yang menerima pemindahan dana dari rekening

26
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


settlor pada Bank yang berada di negara yang tergolong berisiko
tinggi maka harus memenuhi persyaratan:
a) berada dalam kelompok usaha yang sama dengan Bank tempat
settlor tercatat, yaitu pemegang saham pengendali antara
bank tempat settlor tercatat dengan bank yang menerima
pemindahan dana dari rekening settlor adalah sama; dan
b) kelompok usaha tersebut telah menjalankan CDD,
penatausahaan dokumen, dan Program APU dan PPT secara
efektif sesuai dengan Rekomendasi Financial Action Task Force
(FATF).

b. Kartu kredit
Bagi Bank yang menyediakan produk kartu kredit melalui program
member get member, maka proses EDD yang dilakukan termasuk:
1) memastikan bahwa dokumen pendukung yang memuat identitas
Calon Nasabah telah dilegalisir oleh lembaga yang berwenang;
2) transaksi pembayaran dengan Bank untuk pertama kalinya secara
tunai di Bank penerbit kartu kredit yang berkedudukan di
Indonesia.

Bagian Ketujuh Pelaksanaan CDD oleh Pihak Ketiga


27 Pasal 27 (1) Bank dapat menggunakan hasil CDD yang telah dilakukan oleh pihak
14/27/PBI/2012 ketiga terhadap calon Nasabahnya yang telah menjadi nasabah pada
pihak ketiga tersebut.
(2) Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus merupakan
lembaga keuangan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. memiliki prosedur CDD sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

Prosedur CDD antara lain mencakup identifikasi dan verifikasi Calon


Nasabah.
b. memiliki kerja sama dengan Bank dalam bentuk kesepakatan tertulis;
c. tunduk pada pengawasan dari otoritas berwenang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
d. bersedia memenuhi permintaan informasi dan salinan dokumen
pendukung apabila sewaktu-waktu dibutuhkan oleh Bank dalam
rangka pelaksanaan program APU dan PPT; dan
Informasi yang dimaksudkan dalam huruf ini paling kurang berupa
informasi mengenai nama lengkap sesuai dengan yang tercantum
pada kartu identitas, alamat atau tempat dan tanggal lahir, nomor
kartu identitas, dan kewarganegaraan dari Calon Nasabah.

e. berkedudukan di negara yang tidak tergolong berisiko tinggi.

Untuk mengetahui tingkat risiko suatu negara antara lain dapat


dilihat di laman www.fatf-gafi.org atau www.apgml.org

(3) Dalam Dalam hal pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berkedudukan di negara yang tergolong berisiko tinggi maka pihak

27
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


ketiga tersebut wajib memenuhi kriteria:
a. berada dalam kelompok usaha yang sama dengan Bank; dan
b. kelompok usaha tersebut telah menjalankan CDD, penatausahaan
dokumen, dan program APU dan PPT secara efektif sesuai dengan
Rekomendasi FATF.
(4) Bank wajib melakukan identifikasi dan verifikasi atas hasil CDD yang
telah dilakukan oleh pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Tanggung jawab akhir atas hasil identifikasi dan verifikasi Calon


Nasabah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Bank.

(5) Bank yang menggunakan hasil CDD dari pihak ketiga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab untuk melaksanakan
penatausahaan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 41

28 Pasal 28 (1) Dalam hal Bank bertindak sebagai agen penjual produk lembaga
14/27/PBI/2012 keuangan lainnya, Bank wajib memenuhi permintaan informasi hasil
CDD dan salinan dokumen pendukung apabila sewaktu-waktu
dibutuhkan oleh lembaga keuangan lainnya tersebut dalam rangka
pelaksanaan program APU dan PPT.
(2) Tata cara pemenuhan permintaan informasi hasil CDD dan salinan
dokumen pendukung sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam perjanjian kerja sama antara Bank dengan lembaga
keuangan lainnya tersebut.

Bagian Kedelapan Pengkinian dan Pemantauan


29 Pasal 29 (1) Bank wajib melakukan pengkinian data terhadap informasi dan
14/27/PBI/2012 dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14, Paragraf 15,
Paragraf 16, Paragraf 17, Paragraf 18, dan Paragraf 20 serta
menatausahakannya.

Pengkinian terhadap dokumen identitas antara lain dilakukan apabila


terdapat transaksi keuangan yang memenuhi kriteria sebagai transaksi
keuangan mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

(2) Dalam melakukan pengkinian data sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), Bank wajib:
a. melakukan pemantauan terhadap informasi dan dokumen Nasabah;
b. menyusun laporan rencana pengkinian data; dan
c. menyusun laporan realisasi pengkinian data.

Laporan kegiatan pengkinian data meliputi data kuantitatif dan data


kualitatif.
Yang dimaksud dengan “data kuantitatif” antara lain berupa statistic
jumlah Nasabah yang datanya telah atau belum dikinikan.
Yang dimaksud dengan “data kualitatif” antara lain berupa kendala,
upaya yang telah dilakukan Bank serta kemajuan (progress) dari upaya

28
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


tersebut.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c
wajib mendapat persetujuan dari Direksi.

30 Pasal 30 (1) Bank wajib memelihara database Daftar Teroris yang diterima dari Bank
14/27/PBI/2012 Indonesia setiap 6 (enam) bulan berdasarkan data yang dipublikasikan
oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

Yang dimaksud dengan Daftar Teroris adalah daftar nama-nama teroris


yang tercatat pada Resolusi Dewan Keamanan PBB 1267.
Bank dapat secara aktif mengkinikan Daftar Teroris berdasarkan
database Daftar Teroris yang dipublikasikan melalui media internet
seperti website PBB
http://www.un.org/sc/committees/1267/consolist.shtml atau sumber
lain yang lazim digunakan

(2) Bank wajib memastikan secara berkala nama-nama Nasabah Bank yang
memiliki kesamaan atau kemiripan dengan nama yang tercantum dalam
database Daftar Teroris.
(3) Dalam hal terdapat kemiripan nama Nasabah dengan nama yang
tercantum dalam database Daftar Teroris, Bank wajib memastikan
kesesuaian identitas Nasabah tersebut dengan informasi lain yang
terkait.

Yang dimaksud dengan informasi lainnya antara lain tempat tanggal


lahir dan alamat Nasabah.

(4) Dalam hal terdapat kesamaan nama Nasabah dan kesamaan informasi
lainnya dengan nama yang tercantum dalam database Daftar Teroris,
Bank wajib melaporkan Nasabah tersebut dalam laporan Transaksi
Keuangan Mencurigakan.
Yang dimaksud dengan nama Nasabah adalah termasuk nama alias dari
Nasabah.
Informasi lainnya antara lain tempat tanggal lahir dan alamat.

31 Pasal 31 (1) Bank wajib melakukan pemantauan secara berkesinambungan untuk


14/27/PBI/2012 mengidentifikasi kesesuaian antara transaksi Nasabah dengan profil
Nasabah dan menatausahakan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 41.
(2) Bank wajib melakukan analisis terhadap seluruh transaksi yang tidak
sesuai dengan profil Nasabah.

Yang dimaksud dengan transaksi yang tidak sesuai dengan profil


Nasabah adalah transaksi sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undanganan yang mengatur mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

(3) Bank dapat meminta informasi tentang latar belakang dan tujuan

29
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


transaksi terhadap transaksi yang tidak sesuai dengan profil Nasabah,
dengan memperhatikan ketentuan anti tipping-off sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang yang mengatur mengenai pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
(4) Bank wajib melakukan pemantauan yang berkesinambungan terhadap
hubungan usaha/transaksi dengan Nasabah yang berasal dari negara
yang berisiko tinggi dan/ atau Bank yang berkedudukan di negara yang
berisiko tinggi.

Informasi mengenai Negara yang berisiko tinggi antara lain dapat


dilihat pada informasi yang dipublikasikan oleh otoritas di luar negeri
yang berwenang seperti Financial Action Task Force on Money
Laundering (FATF), Asia Pasific Group on Money Laundering (APG),
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan lain-lain.

32 Pasal 32 Bank wajib melakukan CDD terhadap Nasabah sesuai dengan pendekatan
14/27/PBI/2012 berdasarkan risiko (Risk Based Approach) apabila:

Yang dimaksud dengan “pendekatan berdasarkan risiko” adalah


pendekatan yang mempertimbangkan tingkat materialitas dan risiko.

a. terdapat peningkatan nilai transaksi yang signifikan;


b. terdapat perubahan profil nasabah yang bersifat signifikan;
c. informasi pada profil nasabah yang tersedia dalam Customer
Identification File belum dilengkapi dengan dokumen sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 15, Paragraf 16, Paragraf 17 ayat (2), Paragraf
18 ayat (2), dan Paragraf 20; dan/atau
d. menggunakan rekening anonim atau rekening yang menggunakan nama
fiktif.

Bagian
Kesembilan
Cross Border Corresponent Banking
33 Pasal 33 (1) Sebelum menyediakan jasa Cross-border Correspondent Banking, Bank
14/27/PBI/2012 wajib meminta informasi mengenai:
a. profil calon Bank Penerima dan/atau Bank Penerus;
Informasi mengenai profil Bank Penerima dan/atau Bank Penerus
antara lain mencakup susunan anggota Direksi dan Dewan
Komisaris, kegiatan usaha, dan produk hasil usaha.
b. reputasi Bank Penerima dan/atau Bank Penerus berdasarkan
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan

Dalam meneliti reputasi Bank Penerima dan/atau Bank Penerus,


Bank perlu meneliti reputasi yang bersifat negatif, misalnya sanksi
yang pernah dikenakan oleh otoritas kepada Bank Penerima
dan/atau Bank Penerus terkait dengan pelanggaran ketentuan
otoritas termasuk ketentuan yang terkait dengan rekomendasi
FATF, atau Bank Penerima dan/atau Bank Penerus sedang dalam
proses penyidikan dan/atau pembinaan oleh otoritas yang
berwenang terkait dengan pencucian uang atau pendanaan

30
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


terorisme.

c. tingkat penerapan program APU dan PPT di negara tempat


kedudukan Bank Penerima dan/atau Bank Penerus; dan

Tingkat penerapan program APU dan PPT suatu negara dapat


dilihat dari tingkat risiko negara tempat kedudukan Bank tersebut
yang dikeluarkan oleh FATF atau Asia Pacific Group on Money
Laundering (APG) terhadap kemungkinan terjadinya pencucian
uang dan/atau pendanaan terorisme.

d. informasi relevan lain yang diperlukan Bank untuk mengetahui


profil calon Bank Penerima dan/atau Bank Penerus.

Yang dimaksud dengan “informasi relevan lain”antara lain informasi


mengenai:
a. kepemilikan, pengendalian, dan struktur manajemen, untuk
memastikan apakah terdapat PEP dalam susunan kepemilikan
atau sebagai pengendali;
b. posisi keuangan Bank Penerima dan/atau Bank Penerus; dan
c. profil perusahaan induk dan anak perusahaan.

(2) Sumber informasi untuk memastikan huruf a, huruf b. huruf c dan huruf
d berdasarkan informasi publik yang memadai yang dikeluarkan dan
ditetapkan oleh otoritas yang berwenang.

Otoritas di dalam negeri yang berwenang seperti PPATK dan Bank


Indonesia, sedangkan otoritas di luar negeri yang berwenang seperti
Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF), Asia Pasific
Group on Money Laundering(APG), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
dan lain-lain.

(3) Bank wajib menunjuk pejabat senior yang bertanggung jawab atas
hubungan usaha dengan calon Bank Penerima dan/atau Bank Penerus.

Yang dimaksud dengan “pejabat senior” adalah Pejabat Eksekutif


sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai bank umum dan telah memiliki pengetahuan
dan/atau pengalaman mengenai anti pencucian uang atau pencegahan
pendanaan terorisme, misalnya kepala divisi atau kepala bagian di
kantor pusat Bank atau pimpinan di kantor cabang Bank.

34 Pasal 34 Bank wajib melakukan CDD terhadap Bank Penerima dan/atau Bank
14/27/PBI/2012 Penerus yang disesuaikan dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk
Based Approach) apabila:
a. terdapat perubahan profil Bank Penerima dan/atau Bank Penerus yang
bersifat substansial; dan/atau
b. informasi pada profil Bank Penerima dan/atau Bank Penerus yang
tersedia belum dilengkapi dengan informasi sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 33 ayat (1).

31
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


35 Pasal 35 Dalam hal terdapat nasabah yang mempunyai akses terhadap Payable
14/27/PBI/2012 Through Account dalam jasa Cross Border Correspondent Banking, Bank
Pengirim wajib memastikan:

Payable Through Account adalah rekening koresponden yang digunakan


secara langsung oleh pihak ketiga untuk melakukan transaksi atas nama
pihak ketiga tersebut.

a. Bank Penerima dan/atau Bank Penerus telah melaksanakan proses


CDD dan pemantauan yang memadai yang paling kurang sama dengan
yang diatur dalam ketentuan ini; dan
b. Bank Penerima dan/atau Bank Penerus bersedia untuk menyediakan
data identifikasi Nasabah yang terkait, apabila diminta oleh Bank
Pengirim.

36 Pasal 36 Bank Pengirim yang menyediakan jasa Cross Border Correspondent Banking
14/27/PBI/2012 wajib:
a. mendokumentasikan seluruh transaksi Cross Border Correspondent
Banking;

Yang dimaksud kegiatan dokumentasi adalah sebagaimana dimaksud


dalam Paragraf 41 ketentuan ini.

b. menolak untuk berhubungan dan/atau meneruskan hubungan Cross


Border Correspondent Banking dengan Shell Bank; dan

Yang dimaksud dengan “shell bank” adalah Bank yang tidak


mempunyai kehadiran secara fisik (physical presence) di wilayah
hukum Bank tersebut didirikan dan memperoleh izin, dan tidak
berafiliasi dengan kelompok usaha jasa keuangan yang menjadi subyek
pengawasan terkonsolidasi yang efektif.

c. memastikan bahwa Bank Penerima dan/atau Bank Penerus tidak


mengijinkan rekeningnya digunakan oleh Shell Bank pada saat
mengadakan hubungan usaha terkait dengan Cross Border
Correspondent Banking.

Bagian Kesepuluh Transfer Dana


37 Pasal 37 (1) Bagi Bank yang melakukan kegiatan transfer dana baik di dalam wilayah
14/27/PBI/2012 Indonesia maupun secara lintas negara berlaku ketentuan sebagai
Ayat (1) a berikut:

a. Bank Pengirim wajib:

Yang dimaksud dengan “Bank Pengirim” termasuk pula Bank yang


melakukan kegiatan usaha sebagai agen dari penyelenggara
kegiatan pengiriman uang.

1) memperoleh informasi dan melakukan identifikasi serta verifikasi

32
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


terhadap Nasabah/WIC pengirim dan/atau Nasabah/WIC
penerima, paling kurang meliputi:
a) nama Nasabah atau WIC pengirim;
b) nomor rekening Nasabah pengirim;
c) alamat Nasabah atau WIC pengirim;
d) nomor dokumen identitas, nomor identifikasi, atau tempat
dan tanggal lahir dari Nasabah atau WIC pengirim;

Yang dimaksud dengan “nomor identifikasi” antara lain


nomor yang secara unik mengidentifikasikan Nasabah/WIC
pengirim dari Bank Pengirim dengan data informasi yang
dikelola oleh Bank Pengirim. Dalam hal ini, nomor identifikasi
berbeda dengan nomor transaksi.

e) sumber dana Nasabah atau WIC pengirim


f) nama Nasabah atau WIC penerima;
g) nomor rekening Nasabah penerima;
h) alamat WIC penerima;
i) jumlah uang dan jenis mata uang; dan
j) tanggal transaksi;
2) menyampaikan informasi sebagaimana dimaksud pada angka 1)
kepada Bank Penerima; dan
3) mendokumentasikan seluruh transaksi transfer dana.

Yang dimaksud dengan “kegiatan dokumentasi” adalah


kegiatan dokumentasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf
41 ketentuan ini.

Pasal 37 b. Bank Penerus wajib meneruskan pesan dan perintah transfer dana,
14/27/PBI/2012 serta menatausahakan informasi yang diterima dari Bank Pengirim.
Ayat (1) b
Yang dimaksud dengan “informasi” adalah informasi mengenai
pihak yang pertama kali mengeluarkan perintah transfer dana.

SE 15/21/DPNP Dalam menatausahakan informasi yang diterima, Bank Penerus


2013 Romawi III.F harus memastikan kelengkapan informasi mengenai Nasabah atau
No. 3 WIC pengirim dan Nasabah atau WIC penerima terhadap transaksi
transfer dana ke luar wilayah Indonesia dengan pola straight-
through processing.

Pasal 37 c. Bank Penerima wajib memastikan kelengkapan informasi Nasabah


14/27/PBI/2012 pengirim dan WIC pengirim sebagaimana dimaksud pada huruf a
Ayat (1) c angka 1).

SE 15/21/DPNP dan Nasabah atau WIC penerima dalam transaksi transfer dana dari
2013 Romawi III.F luar wilayah Indonesia baik pada saat transaksi dilakukan (real-time
No. 4 monitoring) maupun setelah transaksi dilakukan (post-event
monitoring).

33
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Pasal 37 (2) Untuk kegiatan transfer dana di dalam wilayah Indonesia, Bank
14/27/PBI/2012 Pengirim wajib menyampaikan secara tertulis informasi yang
Ayat (2) dibutuhkan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja berdasarkan permintaan
tertulis dari Bank Penerima, dan/atau dari otoritas yang berwenang,
apabila Bank Penerima hanya memperoleh informasi nomor rekening
atau nomor referensi transaksi.

Informasi atau permintaan tertulis dapat berupa surat yang


ditandatangani maupun informasi atau permintaan yang disampaikan
melalui media eletronik lainnya.
Otoritas yang berwenang dalam ayat ini termasuk otoritas penegak
hukum dengan memperhatikan ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai kerahasiaan Bank.

SE 15/21/DPNP (3) Dalam hal kegiatan transfer dana memenuhi kriteria sebagai berikut:
2013 Romawi III.F a. Tujuan transfer dana di luar wilayah Republik Indonesia; dan
No. 2 b. Terdapat transaksi transfer dana yang dilakukan oleh beberapa
Nasabah atau WIC pengirim dari pengirim yang sama dalam bentuk
batch file transmission;
maka Bank Pengirim wajib memperoleh informasi mengenai masing-
masing Nasabah atau WIC penerima sebagai berikut:
a. nama Nasabah atau WIC penerima; dan
b. nomor rekening Nasabah penerima atau alamat WIC penerima

38 Pasal 38 Ketentuan dalam Paragraf 37 dikecualikan terhadap:


14/27/PBI/2012 a. transfer dana yang menggunakan kartu debet, kartu ATM maupun
kartu kredit.
b. transfer dana yang dilakukan antar penyedia jasa keuangan dan untuk
kepentingan penyedia jasa keuangan dimaksud.

Penyedia jasa keuangan yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah


sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang.

39 Pasal 39 (1) Dalam hal informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 37 ayat (1)
14/27/PBI/2012 huruf a angka 1) tidak dipenuhi maka Bank Pengirim wajib menolak
untuk melaksanakan transfer dana.
(2) Dalam hal Bank Penerus dan/atau Bank Penerima menerima perintah
transfer dari Bank Pengirim di luar negeri yang tidak dilengkapi dengan
informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 37 ayat (1) huruf a
angka 1) maka Bank Penerus dan/atau Bank Penerima dapat:

Yang dimaksud dengan “tindak lanjut yang memadai” antara lain


melakukan pemantauan yang lebih ketat, melaporkan sebagai
Transaksi Keuangan yang Mencurigakan.

a. melaksanakan transfer dana;


b. menolak untuk melaksanakan transfer dana; atau
c. menunda transaksi transfer dana,

34
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


disertai dengan tindak lanjut yang memadai.

40 Pasal 40 Dalam hal terdapat transfer dana yang memenuhi kriteria mencurigakan
14/27/PBI/2012 sebagaimana dimaksud dalam ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang, Bank wajib melaporkan transfer dana
tersebut sebagai laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan.

Bagian Kesebelas Penatausahaan Dokumen


41 Pasal 41 (1) Bank wajib tetap menatausahakan:
14/27/PBI/2012
Dokumen dapat ditatausahakan dalam bentuk asli, salinan, electronic
form, microfilm atau dokumen yang berdasarkan undang-undang yang
berlaku dapat digunakan sebagai alat bukti

a. dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC dengan


jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun sejak:

Yang dimaksud dengan “dokumen yang terkait data Nasabah atau


WIC” antara lain dokumen identitas, hasil analisis yang terkait
dengan profil Nasabah atau WIC, dan korespondensi dengan
Nasabah atau WIC.

1) berakhirnya hubungan usaha atau transaksi dengan Nasabah


atau WIC; atau
2) ditemukannya ketidak sesuaian transaksi dengan tujuan
ekonomis dan/atau tujuan usaha.
b. dokumen Nasabah atau WIC yang terkait dengan transaksi
keuangan dengan jangka waktu sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang tentang Dokumen.
(2) Dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1) paling kurang mencakup:
a. identitas Nasabah atau WIC; dan
b. informasi transaksi yang antara lain meliputi jenis dan jumlah mata
uang yang digunakan, tanggal perintah transaksi, asal dan tujuan
transaksi, serta nomor rekening yang terkait dengan transaksi.
(3) Bank wajib memberikan informasi dan/atau dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Bank Indonesia dan/atau otoritas lain
yang berwenang sebagaimana diperintahkan oleh Undang-undang,
pada saat diperlukan.

BAB IV Pengendalian Intern


42 Pasal 42 (1) Bank wajib memiliki sistem pengendalian intern yang efektif.
14/27/PBI/2012
Ayat (1) Dalam memastikan efektivitas penerapan program APU dan PPT oleh
Bank, Bank mengoptimalkan satuan kerja Audit Intern yang telah ada
antara lain untuk melakukan uji kepatuhan (termasuk penggunaan
sample testing) terhadap kebijakan dan prosedur yang terkait dengan
program APU dan PPT

35
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


SE 15/21/DPNP Pengendalian intern dalam rangka penerapan Program APU dan PPT
2013 Romawi IV.B dilaksanakan oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) dengan kewenangan
paling kurang mencakup:
1. melakukan uji kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur melalui
penggunaan sample testing dari beberapa jasa, produk, dan Nasabah
dengan pendekatan berdasarkan risiko untuk mendapatkan
gambaran efektifitas penerapan kebijakan dan prosedur;
2. menyusun program dan prosedur audit berbasis risiko dengan
prioritas audit pada satuan kerja atau kantor cabang yang tergolong
memiliki kompleksitas usaha yang tinggi; dan
3. melakukan penilaian atas kecukupan proses yang berlaku di Bank
dalam mengidentifikasi dan melaporkan transaksi yang
mencurigakan dengan memperhatikan ketentuan anti tipping-off.

Pasal 42 (2) Pelaksanaan sistem pengendalian intern yang efektif antara lain
14/27/PBI/2012 dibuktikan dengan:
Ayat (2) a. dimilikinya kebijakan, prosedur, dan pemantauan internal yang
memadai;
b. badanya batasan wewenang dan tanggung jawab satuan kerja
terkait dengan penerapan program APU dan PPT; dan
c. dilakukannya pemeriksaan untuk memastikan efektivitas
pelaksanaan program APU dan PPT oleh satuan kerja audit intern.

SE 15/21/DPNP (3) Untuk meminimalkan potensi risiko yang dihadapi Bank, sistem
2013 Romawi IV.A pengendalian intern harus mampu secara tepat waktu mendeteksi
kelemahan dan penyimpangan yang terjadi dalam penerapan Program
APU dan PPT.

BAB V Sistem Informasi Manajemen


43 Pasal 43 (1) Bank wajib memiliki sistem informasi yang dapat mengidentifikasi,
14/27/PBI/2012 menganalisa, memantau, dan menyediakan laporan secara efektif
mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh Nasabah Bank.

Sistem informasi yang dimiliki harus dapat memungkinkan Bank untuk


menelusuri setiap transaksi (individual transaction) apabila diperlukan,
baik untuk keperluan intern dan atau Bank Indonesia, maupun dalam
kaitannya dengan kasus peradilan.

(2) Bank wajib memiliki dan memelihara profil Nasabah secara terpadu
(Single Customer Identification File), yang meliputi informasi
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 14, Paragraf 17, dan Paragraf 18
ayat (1).

Yang dimaksud dengan profil Nasabah secara terpadu adalah data


profil Nasabah yang mencakup seluruh rekening yang dimiliki oleh satu
Nasabah pada suatu Bank antara lain tabungan, deposito, giro dan
kredit.

(3) Bank wajib memiliki dan memelihara profil WIC sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 14 ayat (2) huruf a.

36
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


(4) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada Paragraf 8 ayat (2)
wajib mempertimbangkan faktor teknologi informasi yang berpotensi
disalahgunakan oleh pelaku pencucian uang atau pendanaan terorisme.

Penggunaan teknologi yang berpotensi disalahgunakan seperti


pembukaan rekening dan/atau melakukan transaksi melalui pos, fax,
telepon, internet banking, dan ATM.

SE 15/21/DPNP (5) Sistem informasi manajemen untuk mengidentifikasi transaksi


2013 Romawi V keuangan yang mencurigakan dengan menggunakan parameter
disesuaikan secara berkala dan memperhatikan kompleksitas usaha,
volume transaksi, dan risiko yang dimiliki Bank. Parameter yang
digunakan untuk mengidentifikasi transaksi keuangan yang
mencurigakan mengacu pada Lampiran 1.

BAB VI Sumber Daya Manusia dan Pelatihan


44 Pasal 44 (1) Untuk mencegah digunakannya Bank sebagai media atau tujuan
14/27/PBI/2012 pencucian uang atau pendanaan terorisme yang melibatkan pihak
intern Bank, Bank wajib melakukan :

Pemanfaatan jasa perbankan sebagai media pencucian uang dan


pendanaan terorisme dimungkinkan juga melibatkan karyawan Bank itu
sendiri. Dengan demikian untuk mencegah ataupun mendeteksi
terjadinya dugaan tindak pidana pencucian uang yang dilakukan
melalui lembaga perbankan perlu diterapkan Know Your Employee (KYE)
yang diantaranya adalah melalui prosedur pre employee screening,
pengenalan dan pemantauan profil yang mencakup karakter, perilaku
dan gaya hidup karyawan

Pasal 44 a. prosedur penyaringan dalam rangka penerimaan karyawan baru (pre


14/27/PBI/2012 employee screening); dan
b. pengenalan dan pemantauan terhadap profil karyawan.

SE 15/21/DPNP yang berpedoman pada ketentuan yang mengatur mengenai penerapan


2013 Romawi VI.A strategi anti fraud.

45 Pasal 45 (1) Bank wajib menyelenggarakan pelatihan yang berkesinambungan


14/27/PBI/2012 tentang:
a. implementasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
program APU dan PPT;
b. Teknik, metode, dan tipologi pencucian uang atau pendanaan
terorisme; dan
c. Kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT serta
peran dan tanggungjawab pegawai dalam memberantas pencucian
uang atau pendanaan terorisme.

SE 15/21/DPNP (2) Bank harus memberikan pelatihan mengenai penerapan Program APU
2013 Romawi VI. dan PPT kepada seluruh karyawan. Dalam menentukan peserta
B–D pelatihan, Bank mengutamakan karyawan yang tugas sehari-harinya

37
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. berhadapan langsung dengan Nasabah (front liner);
b. melakukan pengawasan pelaksanaan penerapan Program APU dan
PPT; atau
c. terkait dengan penyusunan pelaporan kepada PPATK dan Bank
Indonesia

(3) Karyawan yang memenuhi kriteria harus mendapatkan pelatihan secara


berkala, sedangkan karyawan lainnya harus mendapatkan pelatihan
paling kurang 1 (satu) kali dalam masa kerjanya. Khusus bagi karyawan
yang berhadapan langsung dengan Nasabah (front liner) harus
mendapatkan pelatihan sebelum penempatan.
(4) Untuk mengetahui tingkat pemahaman karyawan dan kesesuaian materi
pelatihan, Bank harus melakukan evaluasi terhadap setiap pelatihan
yang telah diselenggarakan. Bank melakukan tindak lanjut dari hasil
evaluasi pelatihan melalui penyempurnaan materi dan metode
pelatihan.

Penerapan Program APU dan PPT bagi Kantor Cabang dari


BAB VII
Bank yang Berbadan Hukum Indonesia di Luar Negeri
46 Pasal 46 (1) Bank yang berbadan hukum Indonesia wajib meneruskan kebijakan dan
14/27/PBI/2012 prosedur program APU dan PPT ke seluruh jaringan kantor dan anak
Ayat (1) perusahaan di luar negeri, dan memantau pelaksanaannya.

Kebijakan dan prosedur program APU dan PPT yang dimaksudkan


dalam ayat ini termasuk kebijakan dan prosedur pertukaran informasi
untuk tujuan CDD dan manajemen risiko terhadap pencucian uang dan
pendanaan terorisme. Dalam melaksanakan pertukaran informasi
tersebut tetap memperhatikan tingkat keamanan informasi dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan “anak perusahaan” adalah anak perusahaan


yang mayoritas kepemilikannya berada pada Bank.

SE 15/21/DPNP Dalam rangka pemantauan pelaksanaan Program APU dan PPT pada
2013 Romawi jaringan kantor dan anak perusahaan di luar negeri maka Bank meminta
VII.A jaringan kantor dan anak perusahaan tersebut untuk melaporkan
pelaksanaan Program APU dan PPT secara berkala, termasuk statistik
LTKM yang telah dilaporkan kepada otoritas setempat.

Pasal 46 (2) Dalam hal di negara tempat kedudukan jaringan kantor dan anak
14/27/PBI/2012 perusahaan di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki
Ayat (2) – (4) peraturan APU dan PPT yang lebih ketat dari yang diatur dalam
ketentuan ini, jaringan kantor dan anak perusahaan dimaksud wajib
tunduk pada ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas negara
dimaksud.

Dalam hal ini Bank perlu memastikan bahwa ketentuan dalam


ketentuan ini lebih longgar dibandingkan dengan ketentuan yang

38
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


dikeluarkan oleh otoritas tempat kedudukan kantor cabang Bank dan
anak perusahaan di luar negeri.

(3) Dalam hal di negara tempat kedudukan jaringan kantor dan anak
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum mematuhi
rekomendasi FATF atau sudah mematuhi namun standar Program APU
dan PPT yang dimiliki lebih longgar dari yang diatur dalam ketentuan ini,
jaringan kantor dan anak perusahaan dimaksud wajib menerapkan
Program APU dan PPT sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.

Dalam hal ini Bank perlu memastikan bahwa ketentuan dalam


ketentuan ini lebih longgar dibandingkan dengan ketentuan yang
dikeluarkan oleh otoritas tempat kedudukan kantor cabang Bank dan
anak perusahaan di luar negeri.

(4) Dalam hal penerapan Program APU dan PPT sebagaimana diatur dalam
ketentuan ini mengakibatkan pelanggaran terhadap ketentuan
perundang-undangan yang berlaku di negara tempat kedudukan
jaringan kantor dan anak perusahaan berada maka pejabat kantor Bank
di luar negeri tersebut wajib menginformasikan kepada kantor pusat
Bank dan Bank Indonesia bahwa kantor Bank dimaksud tidak dapat
menerapkan Program APU dan PPT sebagaimana diatur dalam
ketentuan ini.

SE 15/21/DPNP Dalam hal peraturan di Indonesia mengenai penerapan Program APU


2013 Romawi dan PPT mengakibatkan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-
VII.B undangan yang berlaku di negara tempat jaringan kantor dan anak
perusahaan berada maka Bank harus melakukan tindakan yang
memadai untuk memitigasi risiko pencucian uang dan pendanaan
terorisme serta melaporkannya kepada Bank Indonesia.

BAB VIII Pelaporan


47 Pasal 47 (1) Dalam rangka menerapkan program APU dan PPT berdasarkan
14/27/PBI/2012 ketentuan ini, Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia :
Ayat (1) a a. penyesuaian action plan pelaksanaan program APU dan PPT dalam
laporan pelaksanaan tugas Direktur yang membawahkan fungsi
kepatuhan pada bulan Juni 2013;

Action plan adalah langkah-langkah Bank untuk melaksanakan


program APU dan PPT dengan target waktu penyelesaian selama
periode tertentu, yang paling kurang memuat penyempurnaan
infrastruktur terkait dengan teknologi informasi, penyiapan sumber
daya manusia, dan program pengkinian data Nasabah, WIC dan
Beneficial Owner.

SE 15/21/DPNP Action plan pelaksanaan Program APU dan PPT memuat strategi,
2013 Romawi langkah-langkah, dan/atau rencana pemenuhan kewajiban, antara lain:
VIII.A – B 1. penyesuaian sistem, perjanjian pembukaan hubungan usaha, dan
mitigasi risiko terkait penerapan CDD sederhana dalam rangka
financial inclusion;

39
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


2. pengelompokan Nasabah berdasarkan RBA;
3. penyempurnaan infrastruktur terkait dengan teknologi informasi;
4. persiapan dalam pembangunan single Customer Identification File
(CIF);
5. penunjukan pegawai yang menjalankan fungsi UKK di kantor cabang
yang kompleksitas usahanya tinggi;
6. penyiapan sumber daya manusia yang memadai; dan/atau
7. penyesuaian teknologi informasi untuk pelaksanaan program
pengkinian data Nasabah.

Laporan action plan dan laporan rencana pengkinian data mendapatkan


persetujuan dari 2 (dua) anggota Direksi yaitu Direktur Utama dan
Direktur yang membawahkan fungsi Kepatuhan.

Pasal 47 b. penyesuaian Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT


14/27/PBI/2012 sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 8 ayat (1) paling lambat 6
Ayat (1) b (enam) bulan sejak diberlakukannya ketentuan ini;
c. laporan rencana kegiatan pengkinian data sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 29 ayat (2) huruf b disampaikan setiap tahun dalam
Laporan Direktur yang membawahkan fungsi Kepatuhan bulan
Desember; dan
d. laporan realisasi pengkinian data sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 29 ayat (2) huruf c disampaikan setiap tahun dalam
laporan pelaksanaan tugas Direktur yang membawahkan fungsi
Kepatuhan bulan Desember.

Pasal 47 (2) Dalam hal terdapat perubahan atas action plan, Pedoman Pelaksanaan
14/27/PBI/2012 Program APU dan PPT, laporan rencana kegiatan pengkinian data, yang
Ayat (2) telah disampaikan kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c, Bank wajib menyampaikan
perubahan tersebut paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak perubahan
dilakukan.

SE 15/21/DPNP Perubahan atas laporan action plan dan laporan rencana kegiatan
2013 Romawi pengkinian data dapat dilakukan sepanjang terdapat perubahan yang
VIII.D terjadi di luar kendali Bank

48 Pasal 48 (1) Bank wajib menyampaikan laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan,


14/27/PBI/2012 laporan transaksi keuangan tunai, dan laporan lain kepada PPATK
sebagaimana diatur dalam ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang.
(2) Kewajiban Bank untuk melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan
juga berlaku untuk transaksi yang diduga terkait dengan kegiatan
terorisme atau pendanaan terorisme.
(3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan berpedoman pada ketentuan yang dikeluarkan oleh PPATK.

49 Pasal 49 Penyampaian pedoman dan laporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf


14/27/PBI/2012 47 ditujukan kepada:

40
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


a. Departemen Pengawasan Bank, Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10350, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor
Pusat Bank Indonesia;
b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor
pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.

BAB IX Ketentuan Lain-Lain


50 Pasal 50 Bank wajib mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah
14/27/PBI/2012 penyalahgunaan pengembangan teknologi dalam skema pencucian uang
atau pendanaan terorisme.

51 Pasal 51 Bank wajib bekerja sama dengan penegak hukum dan otoritas yang
14/27/PBI/2012 berwenang dalam rangka memberantas pencucian uang dan/atau
pendanaan terorisme.

Termasuk dalam kerja sama dengan penegak hukum yang dimaksudkan


dalam ayat ini adalah menyampaikan dokumen atau informasi kepada
penegak hukum terkait dengan identitas nasabah yang diduga melakukan
tindak pidana yang merupakan tindak pidana asal (predicate crime) dari
tindak pidana pencucian uang sesuai perundangan-undangan yang berlaku.

Penilaian dan Pengenaan Sanksi atas Penerapan Prinsip


Mengenal Nasabah dan Kewajiban lain Terkait dengan
Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang
52 SE 6/37/DPNP Tujuan penilaian atas penerapan prinsip mengenal nasabah dan kewajiban
2004 lain terkait dengan Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Romawi I – III Pidana Pencucian Uang (PPTPPU) antara lain :
1. Penilaian atas penerapan prinsip mengenal nasabah dan kewajiban lain
terkait dengan UU PPTPPU (untuk selanjutnya disebut dengan
Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU) dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran menyeluruh mengenai kecukupan dan
efektivitas Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU pada setiap
Bank Umum. Gambaran menyeluruh mengenai kecukupan dan
efektivitas Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU tersebut
diperlukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan Bank Umum terhadap
ketentuan yang berlaku dan efektivitas penerapannya, serta untuk
mengidentifikasi langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
2. Penilaian oleh Bank Indonesia dilakukan secara kualitatif atas faktor-
faktor manajemen risiko Penerapan Program APU dan PPT dan UU
PPTPPU dengan pertimbangan bahwa penilaian atas faktor-faktor
dimaksud dapat memberikan gambaran menyeluruh atas Penerapan
Program APU dan PPT dan UU PPTPPU oleh Bank Umum yang
bersangkutan.
3. Penilaian dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan Bank Indonesia.

Cakupan dan Kriteria Penilaian :


1. Penilaian atas Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU pada
Bank Umum mencakup 5 (lima) faktor manajemen risiko Penerapan

41
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Program APU dan PPT dan UU PPTPPU, yakni :
a. Pengawasan Aktif oleh Pengurus;
b. Kebijakan dan Prosedur;
c. Pengendalian Intern dan Fungsi Audit Intern;
d. Sistem Informasi Manajemen; dan
e. Sumber Daya Manusia dan Pelatihan.
2. Kriteria penilaian terhadap masing-masing faktor tersebut adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2.
3. Hasil penilaian diberikan terhadap masing-masing faktor tersebut berupa
nilai 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) sesuai dengan kriteria sebagaimana
dimaksud dalam angka 2.
4. Berdasarkan hasil penilaian atas masing-masing faktor tersebut, secara
kualitatif ditetapkan hasil akhir penilaian Penerapan Program APU dan
PPT dan UU PPTPPU yang dituangkan dalam predikat penilaian berupa
nilai 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) sebagai berikut :
a. Nilai 1 (satu), mencerminkan bahwa Penerapan Program APU dan PPT
dan UU PPTPPU tergolong Sangat Baik, karena penerapannya dinilai
sangat memadai dan sangat efektif untuk mengurangi risiko terkait
dengan pencucian uang dan untuk memenuhi kewajiban sesuai
ketentuan yang berlaku antara lain kewajiban pelaporan transaksi
keuangan mencurigakan dan transaksi tunai kepada Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK);
b. Nilai 2 (dua), mencerminkan bahwa Penerapan Program APU dan PPT
dan UU PPTPPU tergolong Baik, karena penerapannya dinilai telah
memadai dan efektif untuk mengurangi risiko terkait dengan
pencucian uang dan untuk memenuhi kewajiban sesuai ketentuan
yang berlaku antara lain kewajiban pelaporan transaksi keuangan
mencurigakan dan transaksi tunai kepada PPATK;
c. Nilai 3 (tiga), mencerminkan bahwa Penerapan Program APU dan PPT
dan UU PPTPPU tergolong Cukup Baik, karena penerapannya dinilai
cukup memadai dan cukup efektif untuk mengurangi risiko terkait
dengan pencucian uang dan untuk memenuhi kewajiban sesuai
ketentuan yang berlaku antara lain kewajiban pelaporan transaksi
keuangan mencurigakan dan transaksi tunai kepada PPATK, walaupun
masih terdapat kelemahan-kelemahan cukup signifikan;
d. Nilai 4 (empat), mencerminkan bahwa Penerapan Program APU dan
PPT dan UU PPTPPU tergolong Kurang Baik, karena penerapannya
dinilai kurang memadai dan kurang efektif untuk mengurangi risiko
terkait dengan pencucian uang dan untuk memenuhi kewajiban
sesuai ketentuan yang berlaku antara lain kewajiban pelaporan
transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi tunai kepada PPATK
dan masih terdapat kelemahan-kelemahan signifikan yang harus
diperbaiki;
e. Nilai 5 (lima), mencerminkan bahwa Penerapan Program APU dan PPT
dan UU PPTPPU tergolong Tidak Baik, karena penerapannya dinilai
tidak memadai dan tidak efektif untuk mengurangi risiko terkait
dengan pencucian uang dan untuk memenuhi kewajiban sesuai
ketentuan yang berlaku antara lain kewajiban pelaporan transaksi
keuangan mencurigakan dan transaksi tunai kepada PPATK.

42
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Tindak Lanjut Hasil Penilaian antara lain :
1. Hasil penilaian Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU
diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan Bank Umum melalui
faktor manajemen.
2. Dalam hal hasil penilaian Penerapan Program APU dan PPT dan UU
PPTPPU adalah 5 (lima) maka selain diperhitungkan dalam penilaian
tingkat kesehatan Bank Umum melalui faktor manajemen sebagaimana
dimaksud dalam angka 1, juga dikaitkan dengan pengenaan sanksi
administratif berupa penurunan tingkat kesehatan Bank Umum dan
pemberhentian pengurus Bank Umum melalui mekanisme penilaian
kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) sebagimana diatur
dalam Paragraf 53 ayat (4) b dan d.

BAB X Sanksi
53 Pasal 52 (1) Bank yang terlambat menyampaikan:
14/27/PBI/2012 a. penyesuaian action plan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 47
Ayat (1) – (2) huruf a;
b. penyesuaian pedoman sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 47
huruf b;
c. laporan rencana kegiatan pengkinian data sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 47 huruf c;
e. laporan realisasi pengkinian data sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 47 huruf d; atau
f. laporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 48,
dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan per laporan
dan paling tinggi sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).

(2) Bank yang belum menyampaikan:


a. penyesuaian action plan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 47
huruf a;
b. penyesuaian pedoman sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 47
huruf b;
c. laporan rencana kegiatan pengkinian data sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 47 huruf c;
d. laporan realisasi pengkinian data sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 47 huruf d; atau
e. laporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 48,
dalam waktu lebih 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 47 ayat (1) dan Paragraf 48,
dikenakan sanksi berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar
sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Tata cara penyampaian laporan pelaksanaan tugas Direktur yang


membawahkan fungsi kepatuhan dilakukan dengan berpedoman pada
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pelaksanaan
fungsi kepatuhan bank umum.

43
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


SE 6/37/DPNP (3) Pengenaan sanksi kewajiban membayar bagi Bank Umum yang
2004 Romawi IV terlambat menyampaikan atau tidak menyampaikan laporan transaksi
No. 1b keuangan mencurigakan tersebut dilakukan setelah Bank Indonesia
memperoleh pemberitahuan dan atau konfirmasi dari PPATK.

Pasal 52 (4) Bank yang:


14/27/PBI/2012 a. tidak melaksanakan komitmen penyelesaian hasil temuan
Ayat (3) – (4) pemeriksaan Bank Indonesia dalam kurun waktu 2 (dua) kali
pemeriksaan; dan/atau
b. tidak melaksanakan komitmen yang telah dituangkan dalam action
plan dan/atau rencana kegiatan pengkinian data sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 47 huruf a dan huruf c,

Pelaksanaan sanksi ini setelah Bank memperoleh 2 (dua) kali surat


teguran dengan jangka waktu masing-masing 7 (tujuh) hari kerja,
serta mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tidak
dilaksanakannya komitmen.

c. tidak melaksanakan kebijakan dan prosedur yang tertuang dalam


pedoman pelaksanaan program APU dan PPT sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 47 huruf (b) yang berdampak signifikan
terhadap pelaksanaan program APU dan PPT,

dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar


paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Yang dimaksud dengan “berdampak signifikan” antara lain adalah


menimbulkan risiko reputasi Bank.

(4) Bank yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam


Paragraf 2, Paragraf 4, Paragraf 5, Paragraf 6 ayat (1), ayat (3), Paragraf
7, Paragraf 8, Paragraf 9, Paragraf 10, Paragraf 11 ayat (1), Paragraf 12,
Paragraf 13, Paragraf 14, Paragraf 15, Paragraf 16, Paragraf 17,
Paragraf 18, Paragraf 19, Paragraf 20 ayat (1), dan ayat (4), Paragraf 22
ayat (1), ayat (4), dan ayat (6), Paragraf 23 ayat (2), ayat (3), ayat (5)
dan ayat (6), Paragraf 24, Paragraf 25 ayat (1), Paragraf 26 ayat (1),
ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), Paragraf 27 ayat (4), Paragraf 28 ayat (1),
Paragraf 29 ayat (1), Paragraf 30, Paragraf 31 ayat (1), ayat (2) dan ayat
(4), Paragraf 32, Paragraf 33 ayat (1) dan ayat (3), Paragraf 34, Paragraf
35, Paragraf 36, Paragraf 37, Paragraf 39 ayat (1), Paragraf 41 ayat (1)
dan ayat (3), Paragraf 42 ayat (1), Paragraf 43, Paragraf 44, Paragraf 45,
Paragraf 46, Paragraf 50, Paragraf 51, dan ketentuan pelaksanaan
terkait lainnya dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
10 tahun 1998 dan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, antara lain berupa:
Pasal 52 a. teguran tertulis;
14/27/PBI/2012
Ayat (4) a

44
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


SE 6/37/DPNP Teguran tertulis dikenakan dalam hal Bank Umum melakukan
2004 Romawi IV pelanggaran atas satu atau lebih dalam ketentuan ini.
No.2 a)

Pasal 52 b. penurunan dalam penilaian tingkat kesehatan;


14/27/PBI/2012
Ayat (4) b
SE 6/37/DPNP Penurunan tingkat kesehatan Bank Umum menjadi satu tingkat
2004 Romawi IV lebih rendah dikenakan dalam hal Bank Umum melakukan
No.2 b) pelanggaran terhadap ketentuan ini dan hasil akhir penilaian atas
Penerapan Program APU dan PPT dan UU PPTPPU adalah nilai 5
(lima) sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 52.

Yang dimaksud dengan tingkat kesehatan Bank Umum adalah:


1) Peringkat Komposit (PK) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum;
2) Predikat Tingkat Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah;
Penurunan tingkat kesehatan Bank Umum tersebut berlaku sampai
dengan dilakukannya perbaikan-perbaikan oleh Bank Umum yang
disertai dengan bukti-bukti perbaikan yang diyakini kebenarannya
oleh Bank Indonesia.

Pasal 52 c. pembekuan kegiatan usaha tertentu;


14/27/PBI/2012
Ayat (4) c
SE 6/37/DPNP Pembekuan kegiatan usaha tertentu dilakukan terhadap kegiatan
2004 Romawi IV usaha yang menurut penilaian Bank Indonesia merupakan kegiatan
No.2 c) usaha berisiko tinggi dalam hal pencucian uang namun Bank Umum
tidak menerapkan prinsip mengenal nasabah secara memadai atas
kegiatan tersebut sehingga berpotensi atau patut diduga digunakan
sebagai sarana pencucian uang.

Pasal 52 d. pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan


14/27/PBI/2012 mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang
Ayat (4) d Saham atau Rapat Anggota Koperasi mengangkat pengganti yang
tetap dengan persetujuan Bank Indonesia; dan/atau

SE 6/37/DPNP Pemberhentian pengurus Bank Umum melalui mekanisme penilaian


2004 Romawi IV kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) dilakukan dalam hal:
No.2 d) 1) Pengurus Bank Umum tidak melaksanakan langkah-langkah yang
diperlukan untuk memastikan ketaatan Bank Umum terhadap
ketentuan program APU dan PPT dan hasil akhir penilaian
penerapan program APU dan PPT dan UU PPTPPU adalah 5
(lima), atau
2) Pengurus Bank Umum terlibat dalam tindak pidana pencucian
uang.

45
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Pasal 52 e. pencantuman anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris,
14/27/PBI/2012 pegawai bank, pemegang saham dalam daftar orang tercela di
Ayat (4) e bidang Perbankan.

BAB XI Ketentuan Peralihan


54 Pasal 53 Bank yang telah memiliki Pedoman Pelaksanaan Program Anti Pencucian
14/27/PBI/2012 Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme wajib menyesuaikan dan
menyempurnakan menjadi Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT
paling lambat 6 (enam) bulan sejak diberlakukannya ketentuan ini.

Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan


Pendanaan Terorisme bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
BAB I Ketentuan Umum
55 Pasal 1 1. Bank adalah Bank sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
12/20/PBI/2010 Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Bank Umum adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Bank Umum
Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah.
3. Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disebut BPR adalah BPR
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998.
4. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang selanjutnya disebut BPRS adalah
BPRS sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah.
5. Direksi :
a. bagi BPR dan BPRS berbentuk hukum Perseroan Terbatas, adalah
Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
b. bagi BPR berbentuk hukum Perusahaan Daerah, adalah Direksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
c. bagi BPR berbentuk hukum Koperasi, adalah Pengurus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian.
6. Komisaris :
a. bagi BPR dan BPRS berbentuk hukum Perseroan Terbatas, adalah
Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 6 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
b. bagi BPR berbentuk hukum Perusahaan Daerah, adalah Pengawas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
c. bagi BPR berbentuk hukum Koperasi, adalah Pengawas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 25

46
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
7. Pencucian Uang adalah pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian
Uang.
8. Pendanaan Terorisme adalah penggunaan harta kekayaan secara
langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak
Pidana Pencucian Uang.
9. Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme yang
selanjutnya disebut sebagai APU dan PPT adalah upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan
terorisme.
10. Transaksi Keuangan Mencurigakan (Suspicious Transaction) adalah
transaksi keuangan mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian
Uang.
11. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa BPR/BPRS dan memiliki
rekening pada BPR/BPRS tersebut.
12. Walk in Customer yang selanjutnya disebut sebagai WIC adalah
pengguna jasa BPR/BPRS yang tidak memiliki rekening pada BPR/BPRS
tersebut, tidak termasuk pihak yang mendapatkan perintah atau
penugasan dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas kepentingan
Nasabah tersebut.
13. Beneficial Owner adalah setiap orang yang memiliki dana, yang
mengendalikan transaksi nasabah atau WIC, yang memberikan kuasa
atas terjadinya suatu transaksi dan/atau yang melakukan pengendalian
melalui badan hukum atau perjanjian.
14. Politically Exposed Person yang selanjutnya disebut sebagai PEP adalah
orang yang mendapatkan kepercayaan untuk memiliki kewenangan
publik diantaranya adalah Penyelenggara Negara sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai Penyelenggara Negara, dan/atau orang yang tercatat sebagai
anggota partai politik yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan dan
operasional partai politik.
15. Customer Due Dilligence yang selanjutnya disebut sebagai CDD adalah
kegiatan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan
BPR dan BPRS untuk memastikan bahwa transaksi dilakukan sesuai
dengan profil pengguna jasa bank.
16. Enhanced Due Dilligence yang selanjutnya disebut sebagai EDD adalah
CDD dan kegiatan lain yang dilakukan oleh BPR dan BPRS untuk
mendalami profil calon Nasabah, Nasabah atau Beneficial Owner yang
tergolong berisiko tinggi termasuk PEP terhadap kemungkinan
pencucian uang dan pendanaan terorisme.
17. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjutnya
disebut sebagai PPATK adalah PPATK sebagaimana dimaksud dalam
Undang- Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian
Uang.
18. Rekomendasi Financial Action Task Force yang selanjutnya disebut
sebagai Rekomendasi FATF adalah rekomendasi standar pencegahan
dan pemberantasan pencucian uang dan pendanaan terorisme yang

47
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


dikeluarkan oleh FATF.
19. Lembaga Negara/Pemerintah adalah lembaga yang memiliki
kewenangan di bidang eksekutif, yudikatif, dan legislatif.
20. BPR/BPRS Pengirim adalah BPR/BPRS yang mengirimkan perintah
pemindahan dana.
21. BPR/BPRS Penerima adalah BPR/BPRS yang menerima perintah
pemindahan dana.

56 Pasal 2 (1) BPR dan BPRS wajib menerapkan program APU dan PPT.
12/20/PBI/2010 (2) Dalam penerapan program APU dan PPT, BPR dan BPRS wajib
berpedoman pada ketentuan ini.
SE (3) Sesuai dengan ketentuan ini, setiap BPR dan BPRS wajib menyampaikan
13/14/DKBU 2011 Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT kepada Bank Indonesia
Romawi I paling lambat tanggal 1 Desember 2011. Pedoman standar pelaksanaan
program APU dan PPT sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 3 yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ketentuan ini, menjadi
acuan standar minimum yang wajib dipenuhi oleh BPR dan BPRS dalam
menyusun Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT. BPR dan BPRS
dapat menyusun dan mengembangkan Pedoman Pelaksanaan Program
APU dan PPT sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas operasional
usahanya dengan tetap mengacu pada pedoman standar pelaksanaan
program APU dan PPT dalam Lampiran 3 ketentuan ini.

57 Pasal 3 (1) Program APU dan PPT pada BPR dan BPRS merupakan bagian dari
12/20/PBI/2010 pengelolaan risiko BPR dan BPRS secara keseluruhan.
(2) Penerapan program APU dan PPT sebagaimana dimaksud pada Paragraf
56 ayat (1) paling kurang mencakup:
a. pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris;
b. kebijakan dan prosedur;
c. pengendalian intern; dan
d. Sumber Daya Manusia (SDM) dan pelatihan.

Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris Serta


BAB II
Mekanisme Pertanggungjawaban
58 Pasal 4 Pengawasan aktif Direksi BPR dan BPRS paling kurang mencakup hal-hal
12/20/PBI/2010 sebagai berikut:
a. memastikan BPR dan BPRS memiliki kebijakan dan prosedur program
APU dan PPT;
b. mengusulkan kebijakan dan prosedur tertulis program APU dan PPT
kepada Dewan Komisaris;
c. memastikan penerapan program APU dan PPT dilaksanakan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur tertulis yang telah ditetapkan;
d. membentuk unit kerja khusus dan/atau menunjuk pegawai yang
bertanggungjawab terhadap program APU dan PPT di Kantor Pusat;
e. memastikan bahwa unit kerja/pegawai yang melaksanakan kebijakan
dan prosedur program APU dan PPT terpisah dari unit kerja/pegawai
yang mengawasi penerapannya;
Unit kerja/pegawai yang mengawasi penerapan program APU dan PPT
adalah unit kerja khusus/pegawai yang bertanggungjawab terhadap

48
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


program APU dan PPT.

f. pengawasan atas kepatuhan unit kerja/pegawai dalam menerapkan


program APU dan PPT;
g. memastikan bahwa kantor cabang BPR dan BPRS memiliki pegawai yang
bertanggungjawab terhadap program APU dan PPT;
h. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tertulis mengenai program
APU dan PPT sejalan dengan perubahan dan pengembangan produk,
jasa, dan teknologi BPR dan BPRS serta sesuai dengan perkembangan
modus pencucian uang atau pendanaan terorisme; dan
i. memastikan bahwa seluruh pegawai, khususnya pegawai terkait dan
pegawai baru, telah mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan
program APU dan PPT secara berkala.

Yang dimaksud dengan pegawai terkait antara lain pegawai yang


berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan
Nasabah dan/atau WIC, seperti pegawai pelayanan nasabah (front
liner), pegawai pemasaran, dan pegawai yang terkait pengelolaan dan
pengembangan teknologi informasi, serta internal auditor.

59 Pasal 5 Pengawasan aktif yang dilakukan oleh Dewan Komisaris BPR dan BPRS
12/20/PBI/2010 paling kurang mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. persetujuan atas kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan
PPT; dan
b. pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab Direksi terhadap
penerapan program APU dan PPT.

60 Pasal 6 (1) BPR dan BPRS wajib membentuk unit kerja khusus dan/atau menunjuk
12/20/PBI/2010 pegawai BPR dan BPRS yang bertanggungjawab atas penerapan
program APU dan PPT.

Pembentukan unit kerja khusus dan/atau penunjukan pegawai tanpa


pembentukan unit kerja khusus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan
kompleksitas permasalahan BPR/BPRS.

(2) Unit kerja khusus atau pegawai BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertanggungjawab kepada Direktur.
(3) BPR dan BPRS memastikan bahwa pegawai di unit kerja khusus atau
pegawai yang bertanggungjawab atas penerapan program APU dan PPT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memiliki kemampuan yang
memadai dan memiliki kewenangan untuk mengakses seluruh data
Nasabah dan informasi lainnya yang terkait.

Kemampuan yang memadai antara lain mencakup pengalaman dan


pengetahuan mengenai perkembangan rezim APU dan PPT.

(4) Dalam hal BPR dan BPRS tidak dapat membentuk unit kerja khusus atau
menunjuk pegawai yang bertanggungjawab atas penerapan program
APU dan PPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka fungsi

49
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


dimaksud dilaksanakan oleh salah satu anggota Direksi.

61 Pasal 7 Unit kerja khusus atau pegawai BPR dan BPRS yang bertanggungjawab
12/20/PBI/2010 terhadap program APU dan PPT sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 60
ayat (1) wajib:

a. memantau adanya sistem yang mendukung program APU dan PPT;


b. memantau pengkinian profil Nasabah dan profil transaksi Nasabah;
c. melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap pelaksanaan
kebijakan program APU dan PPT dengan unit kerja/pegawai terkait
yang berhubungan dengan Nasabah;
d. memastikan bahwa kebijakan dan prosedur telah sesuai dengan
perkembangan program APU dan PPT yang terkini, risiko produk BPR
dan BPRS, kegiatan dan kompleksitas usaha BPR dan BPRS, dan volume
transaksi BPR dan BPRS;

Untuk BPR/BPRS dengan kriteria tertentu, BPR/BPRS besar misalnya.

e. menerima laporan transaksi keuangan yang berpotensi mencurigakan


dari unit kerja atau pegawai terkait yang berhubungan dengan
Nasabah dan melakukan analisis atas laporan tersebut;
f. menyusun laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan laporan
lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang untuk disampaikan kepada
PPATK berdasarkan persetujuan Direktur;
g. memantau bahwa:
1) terdapat mekanisme komunikasi yang baik dari setiap unit kerja
atau pegawai terkait kepada unit kerja khusus atau pegawai yang
bertanggungjawab terhadap penerapan program APU dan PPT
dengan menjaga kerahasiaan informasi;
2) unit kerja atau pegawai terkait mempersiapkan laporan mengenai
dugaan Transaksi Keuangan Mencurigakan sebelum
menyampaikannya kepada unit kerja khusus atau pegawai yang
ditunjuk yang bertanggungjawab terhadap penerapan program APU
dan PPT;
3) area yang berisiko tinggi, terkait dengan APU dan PPT dengan
mengacu pada ketentuan yang berlaku dan sumber informasi yang
memadai.

Penetapan penggolongan area yang berisiko tinggi dilakukan


dengan berpedoman pada ketentuan PPATK yang mengatur
mengenai pedoman identifikasi produk, nasabah, usaha dan Negara
berisiko tinggi bagi penyedia jasa keuangan dan pedoman
mengenai identifikasi transaksi keuangan mencurigakan terkait
Pendanaan Terorisme bagi penyedia jasa keuangan.

BAB III Kebijakan dan Prosedur


62 Pasal 8 (1) Dalam menerapkan program APU dan PPT, BPR dan BPRS wajib memiliki
12/20/PBI/2010 kebijakan dan prosedur tertulis yang paling kurang mencakup hal-hal

50
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


sebagai berikut:
a. pelaksanaan CDD, yang terdiri dari:
1) permintaan informasi dan dokumen;
2) verifikasi dokumen; dan
3) pengkinian dan pemantauan.
b. penatausahaan dokumen;
c. pemindahan dana;
d. penutupan hubungan dan penolakan transaksi;
e. ketentuan mengenai Beneficial Owner;
f. ketentuan mengenai area berisiko tinggi dan PEP;
g. pelaksanaan CDD yang lebih sederhana; dan
h. pelaksanaan CDD oleh pihak ketiga.
(2) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib:

Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT mengacu pada Pedoman


Standar Penerapan Program APU dan PPT yang ditetapkan dalam
Lampiran 1 ketentuan ini.

a. dituangkan ke dalam Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT;


b. mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris; dan
c. diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan.
(3) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
mempertimbangkan faktor teknologi informasi yang berpotensi
disalahgunakan oleh pelaku pencucian uang atau pendanaan terorisme.

Penggunaan teknologi informasi yang berpotensi untuk disalahgunakan


antara lain pembukaan rekening atau transaksi melalui pos, fax, telepon
atau ATM.

63 Pasal 9 (1) BPR dan BPRS wajib melakukan CDD pada saat:
12/20/PBI/2010 a. melakukan hubungan usaha dengan calon Nasabah;

Dalam hal rekening merupakan rekening bersama maka CDD


dilakukan terhadap seluruh pemegang rekening bersama tersebut.

b. melakukan hubungan usaha dengan WIC;

(2) BPR dan BPRS juga wajib melakukan CDD dalam hal:
a. terdapat keraguan atas kebenaran informasi yang diberikan oleh
Nasabah, penerima kuasa, dan/atau Beneficial Owner; atau

Yang dimaksud dengan terdapat keraguan atas kebenaran


informasi adalah terdapat keraguan atas data yang ada atau
perubahan profil Nasabah yang bersifat signifikan.

b. terdapat transaksi keuangan yang tidak wajar yang diduga terkait


dengan pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme.

Yang dimaksud dengan transaksi keuangan yang tidak wajar antara


lain terdapat jumlah nominal transaksi tertentu dan peningkatan
nilai transaksi yang signifikan.

51
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


(3) Terhadap Nasabah yang telah ada sebelum ketentuan ini berlaku, BPR
dan BPRS wajib melakukan CDD sesuai dengan pendekatan berdasarkan
materialitas dan risiko dalam hal:
a. terdapat transaksi dalam jumlah yang signifikan;
b. terdapat perubahan standar dokumentasi yang mendasar;
c. terdapat perubahan pola transaksi yang signifikan;
d. BPR dan BPRS mengetahui adanya kekurangan informasi dan/atau
dokumen yang diperlukan; dan/atau
e. menggunakan rekening anonim atau rekening yang diindikasikan
menggunakan nama fiktif.

64 Pasal 10 (1) Dalam melakukan penerimaan Nasabah, BPR dan BPRS wajib
12/20/PBI/2010 menggunakan pendekatan berdasarkan risiko dengan mengelompokkan
Nasabah berdasarkan tingkat risiko terjadinya pencucian uang atau
pendanaan terorisme.
(2) Pengelompokan Nasabah berdasarkan tingkat risiko sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling kurang dilakukan dengan melakukan
analisis terhadap:
a. identitas Nasabah;
b. lokasi usaha Nasabah;
c. profil Nasabah;
d. nilai transaksi;
e. kegiatan usaha Nasabah;
f. struktur kepemilikan bagi Nasabah perusahaan; dan
g. informasi lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
risiko Nasabah.
(3) Ketentuan mengenai pengkategorian tingkat risiko pencucian uang atau
pendanaan terorisme sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dalam ketentuan ini.

65 Pasal 11 (1) BPR dan BPRS wajib :


12/20/PBI/2010 a. meminta informasi calon Nasabah dan WIC sebelum melakukan
hubungan usaha, termasuk identitas calon Nasabah yang dibuktikan
dengan keberadaan dokumen pendukung;

Dalam hal ini diperlukan informasi baik dari Nasabah itu sendiri
maupun dari informasi lainnya yang tersedia di masyarakat.

b. meneliti kebenaran dokumen pendukung identitas calon Nasabah;


dan
c. melakukan pertemuan langsung/tatap muka dengan calon Nasabah
pada awal melakukan hubungan usaha dalam rangka meyakini
kebenaran identitas calon Nasabah.

Termasuk dalam pengertian hubungan usaha adalah penggunaan


jasa perbankan melalui media elektronik. Dalam rangka meyakini
kebenaran identitas calon nasabah, BPR dan BPRS dapat diwakili
oleh pihak lain yang bertindak sebagai pihak yang mewakili
BPR/BPRS yang mengetahui prinsip dasar dari APU dan PPT.

52
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


(2) Dalam hal pertemuan langsung/tatap muka dengan calon Nasabah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tidak dapat dilakukan pada
awal hubungan usaha, maka pertemuan dapat dilakukan di kemudian
hari sepanjang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. calon Nasabah tergolong berisiko rendah; atau
b. dokumen pendukung yang memuat identitas telah dilegalisir oleh
pihak yang berwenang.
(3) BPR dan BPRS dilarang untuk membuka atau memelihara rekening
anonim atau rekening yang menggunakan nama fiktif.

Termasuk dalam pengertian rekening yang menggunakan nama fiktif


adalah rekening Nasabah yang menggunakan nama tidak sesuai
dengan yang tertera pada dokumen identitas Nasabah.

(4) BPR dan BPRS memberikan perhatian khusus terhadap transaksi atau
hubungan usaha dengan Nasabah yang kegiatan usahanya terkait
dengan negara yang belum memadai dalam melaksanakan rekomendasi
FATF.

Bagian Kesatu Customer Due Diligence (CDD)


Paragraf 1 Permintaan Informasi dan Dokumen
66 Pasal 12 BPR dan BPRS wajib mengidentifikasi dan mengklasifikasikan calon
12/20/PBI/2010 Nasabah, Nasabah dan Beneficial Owner ke dalam kelompok perorangan,
perusahaan atau lainnya.

Termasuk dalam kelompok perusahaan adalah perusahaan berupa Bank


dan perusahaan selain Bank.
Termasuk dalam kelompok lainnya adalah yayasan, perkumpulan dan
Lembaga Negara.

67 Pasal 13 (1) Informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 65 ayat (1) bagi calon
12/20/PBI/2010 Nasabah perorangan paling kurang mencakup :
a. identitas calon Nasabah yang memuat:
1) Nama lengkap termasuk alias apabila ada;
2) Nomor dokumen identitas yang dibuktikan dengan
menunjukkan dokumen dimaksud;
3) Alamat tempat tinggal yang tercantum pada kartu identitas;
4) Alamat tempat tinggal terkini termasuk nomor telepon apabila
ada;

Informasi ini hanya diperlukan bagi nasabah perseorangan yang


memiliki alamat tempat tinggal yang berbeda dengan alamat
yang tercatat pada kartu identitas.

5) Tempat dan tanggal lahir;


6) Kewarganegaraan;
7) Pekerjaan;

Informasi pekerjaan merupakan sumber penghasilan utama

53
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


termasuk jenis usaha yang dikelola atau nama
perusahaan/institusi, alamat perusahaan/institusi, dan jabatan
apabila calon Nasabah merupakan karyawan perusahaan.

8) Jenis kelamin;
9) Status perkawinan.
b. identitas Beneficial Owner, apabila calon Nasabah mewakili
Beneficial Owner;
c. sumber dana;
d. rata-rata penghasilan; dan
e. maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan
dilakukan calon Nasabah dengan BPR/BPRS.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib didukung
dengan dokumen identitas calon Nasabah dan spesimen tanda tangan.

Dokumen pendukung bagi identitas Nasabah perseorangan yang


berkewarganegaraan Indonesia adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP)
atau Surat Izin Mengemudi (SIM) atau paspor yang masih berlaku.

68 Pasal 14 (1) Informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 65 ayat (1) bagi calon
12/20/PBI/2010 Nasabah perusahaan selain Bank paling kurang mencakup:
a. nama perusahaan;
b. nomor izin usaha dari instansi berwenang;

Termasuk izin usaha adalah izin lainnya yang dipersamakan dengan


izin usaha yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

c. alamat kedudukan perusahaan;


d. tempat dan tanggal pendirian perusahaan;
e. bentuk badan hukum perusahaan;
f. identitas Beneficial Owner, apabila calon Nasabah mewakili
Beneficial Owner;
g. sumber dana; dan
h. maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan
dilakukan calon Nasabah dengan BPR/BPRS.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai e wajib
didukung dengan dokumen identitas perusahaan berupa izin usaha dari
instansi berwenang.
(3) Untuk Nasabah perusahaan yang tergolong usaha mikro dan usaha
kecil, dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditambah dengan:

Yang dimaksud dengan usaha mikro dan usaha kecil adalah usaha mikro
dan usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perundang-
undangan yang mengatur mengenai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM).

a. spesimen tanda tangan dan kuasa kepada pihak-pihak yang ditunjuk


mempunyai wewenang bertindak untuk dan atas nama perusahaan
dalam melakukan hubungan usaha dengan BPR/BPRS;
b. kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Nasabah yang

54
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


diwajibkan untuk memiliki NPWP sesuai dengan ketentuan yang
berlaku; dan
c. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau dokumen lain yang
dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang.
(4) Untuk Nasabah perusahaan yang tidak tergolong usaha mikro dan usaha
kecil selain disertai dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3), ditambah dengan:
a. laporan keuangan atau deskripsi kegiatan usaha perusahaan;
b. struktur manajemen perusahaan;
c. struktur kepemilikan perusahaan; dan
d. dokumen identitas anggota Direksi yang berwenang mewakili
perusahaan untuk melakukan hubungan usaha dengan BPR/BPRS.

69 Pasal 15 (1) Informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 65 ayat (1) bagi calon
12/20/PBI/2010 Nasabah perusahaan berupa Bank paling kurang mencakup:
a. nama Bank;
b. nomor izin usaha dari Bank Indonesia;
c. alamat kedudukan Bank;
d. tempat dan tanggal pendirian Bank; dan
e. bentuk badan hukum Bank;
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai e wajib
didukung dengan dokumen identitas Bank berupa:
a. izin usaha dari Bank Indonesia; dan
b. spesimen tanda tangan dan surat kuasa kepada pihak-pihak yang
ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk dan atas nama
Bank dalam melakukan hubungan usaha dengan BPR/BPRS.

70 Pasal 16 (1) Untuk calon Nasabah berupa yayasan dan perkumpulan, BPR dan BPRS
12/20/PBI/2010 wajib meminta informasi paling kurang sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan perkumpulan antara lain Lembaga Swadaya


Masyarakat, perkumpulan keagamaan, partai politik, dan organisasi
non profit, yang berbadan hukum.

a. nama yayasan/perkumpulan;
b. nomor izin pendirian dari instansi berwenang;
c. alamat kedudukan yayasan/perkumpulan;
d. tempat dan tanggal pendirian yayasan/perkumpulan;
e. bentuk badan hukum;
f. identitas Beneficial Owner, apabila calon Nasabah mewakili
Beneficial Owner;
g. sumber dana; dan
h. maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan
dilakukan calon Nasabah dengan BPR/BPRS.
(2) Untuk calon Nasabah berupa yayasan, informasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib didukung dengan dokumen yang memuat informasi
paling kurang berupa:
a. izin bidang kegiatan/tujuan yayasan;
b. deskripsi kegiatan yayasan;
c. struktur pengurus yayasan; dan

55
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


d. identitas anggota pengurus yang berwenang mewakili yayasan
untuk melakukan hubungan usaha dengan BPR/BPRS.
(3) Untuk calon Nasabah berupa perkumpulan, informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib didukung dengan dokumen yang memuat
informasi paling kurang berupa:
a. bukti pendaftaran pada instansi yang berwenang;
b. nama penyelenggara; dan

Yang dimaksud dengan “nama penyelenggara” adalah nama-nama


dari pengurus dan pengawas perkumpulan tersebut

c. identitas pihak yang berwenang mewakili perkumpulan dalam


melakukan hubungan usaha dengan BPR/BPRS.

71 Pasal 17 (1) Terhadap calon Nasabah berupa Lembaga Negara/Pemerintah, BPR dan
12/20/PBI/2010 BPRS wajib meminta informasi mengenai nama dan alamat kedudukan
Lembaga Negara/Pemerintah.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib didukung dengan
dokumen berupa:
a. surat penunjukan bagi pihak-pihak yang berwenang mewakili
Lembaga Negara/Pemerintah dalam melakukan hubungan usaha
dengan BPR/BPRS; dan
b. spesimen tanda tangan.

72 Pasal 18 (1) Informasi yang wajib diminta oleh BPR dan BPRS kepada WIC sebelum
12/20/PBI/2010 melakukan transaksi :
a. Untuk transaksi kurang dari Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
adalah informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67 ayat (1)
huruf a angka 1) sampai angka 3) bagi WIC perorangan, dan
Paragraf 68 ayat (1) huruf a dan huruf c bagi WIC perusahaan.
b. Untuk transaksi sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
atau lebih, baik yang dilakukan dalam 1 (satu) kali maupun
beberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja adalah seluruh
informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67 ayat (1) bagi
WIC perorangan dan Paragraf 68 ayat (1) bagi WIC perusahaan.

Ketentuan dalam ayat ini juga berlaku bagi perantara atau pihak yang
mendapatkan kuasa dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas
kepentingan Nasabah yang transaksinya tergolong tidak wajar atau
mencurigakan.

(2) Informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b wajib didukung
dengan dokumen berupa:
a. Bagi WIC perorangan adalah dokumen identitas.
b. Bagi WIC perusahaan adalah

Termasuk dalam WIC perusahaan, adalah WIC


yayasan/perkumpulan atau WIC Lembaga Negara/Pemerintah.

1) Izin usaha dari instansi berwenang;

56
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Termasuk izin usaha adalah izin usaha dari Bank Indonesia bagi
Pedagang Valuta Asing dan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang,
serta izin usaha dari Departemen Kehutanan bagi kegiatan
usaha di bidang perkayuan/kehutanan.

2) Surat kuasa kepada pihak-pihak yang ditunjuk mempunyai


wewenang bertindak untuk dan atas nama perusahaan dalam
melakukan hubungan usaha dengan BPR/BPRS;
3) danKartu NPWP bagi Nasabah yang diwajibkan untuk memiliki
NPWP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Paragraf 2 Verifikasi Dokumen


73 Pasal 19 (1) BPR dan BPRS wajib melakukan verifikasi terhadap dokumen pendukung
12/20/PBI/2010 yang memuat informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67 ayat
(1), Paragraf 68 ayat (1), Paragraf 69 ayat (1), Paragraf 70 ayat (1) dan
Paragraf 71 ayat (1) serta memastikan bahwa data tersebut adalah data
yang benar dan terkini.

Untuk memastikan data dokumen pendukung adalah benar dan terkini


misalnya untuk dokumen identitas perorangan dilakukan dengan cara
membandingkan foto diri yang tercantum dalam dokumen yang
diterbitkan oleh pihak yang berwenang dan masih berlaku.

(2) BPR dan BPRS dapat melakukan wawancara dengan calon Nasabah
untuk meneliti dan meyakini kebenaran dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam hal terdapat keraguan, BPR dan BPRS wajib meminta kepada
calon Nasabah untuk memberikan dokumen identitas lainnya atau
dokumen pendukung yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang,
untuk memastikan kebenaran identitas calon Nasabah.

Yang dimaksud dengan “dokumen identitas lainnya” misalnya selain


KTP yaitu SIM atau paspor. Sedangkan yang dimaksud dengan
“dokumen pendukung” misalnya Kartu Keluarga atau NPWP.

(4) BPR dan BPRS wajib menyelesaikan proses verifikasi identitas terhadap:
a. calon Nasabah dan Beneficial Owner sebelum melakukan hubungan
usaha dengan calon Nasabah.
b. WIC dan Beneficial Owner sebelum melakukan transaksi.
(5) Dalam kondisi tertentu BPR/BPRS dapat melakukan hubungan usaha
sebelum proses verifikasi selesai sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf a selesai.

Yang dimaksud dengan kondisi tertentu antara lain:


a. kelengkapan dokumen tidak dapat dipenuhi pada saat hubungan
usaha akan dilakukan misalnya karena dokumen masih dalam
proses pengurusan yang dibuktikan dengan dokumen pendukung;
dan
b. apabila tingkat risiko calon nasabah tergolong rendah.

57
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


(6) Proses verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib diselesaikan
paling lambat:
a. untuk Nasabah perorangan, 14 (empat belas) hari kerja setelah
dilakukannya hubungan usaha.
b. untuk Nasabah perusahaan, 90 (sembilan puluh) hari kerja setelah
dilakukannya hubungan usaha.

Paragraf 3 Pengkinian dan Pemantauan


74 Pasal 20 (1) BPR dan BPRS wajib melakukan pengkinian data terhadap informasi dan
12/20/PBI/2010 dokumen Nasabah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67, Paragraf
68, Paragraf 69, Paragraf 70 dan Paragraf 71 serta menatausahakannya.
(2) Pengkinian data terhadap informasi dan dokumen Nasabah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk didalamnya adalah
pengkinian data terhadap nasabah yang telah melakukan hubungan
usaha sebelum ketentuan ini diterbitkan.

75 Pasal 21 BPR dan BPRS wajib :


12/20/PBI/2010 a. memelihara Daftar Teroris berdasarkan data yang diterima dari Bank
Indonesia setiap 6 (enam) bulan berdasarkan data yang dipublikasikan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB);

Yang dimaksud dengan Daftar Teroris adalah daftar nama-nama teroris


yang tercatat pada Resolusi Dewan Keamanan PBB 1267. BPR dan BPRS
dapat secara aktif mengkinikan Daftar Teroris berdasarkan database
Daftar Teroris yang dipublikasikan melalui media internet seperti
website PBB http://www.un.org/sc/committees/1267/consolist.shtml
atau sumber lain yang lazim digunakan (termasuk website laporan
bulanan BPR/BPRS jika tersedia).

b. memastikan secara berkala nama-nama Nasabah BPR dan BPRS yang


memiliki kesamaan atau kemiripan dengan nama yang tercantum dalam
Daftar Teroris;
c. memastikan kesesuaian identitas Nasabah tersebut dengan informasi
lain yang terkait dalam hal terdapat kemiripan nama Nasabah dengan
nama yang tercantum dalam Daftar Teroris; dan

Yang dimaksud dengan informasi lainnya antara lain tempat dan


tanggal lahir, serta alamat Nasabah.

d. melaporkan Nasabah tersebut dalam laporan Transaksi Keuangan


Mencurigakan dalam hal terdapat kesamaan nama Nasabah dan
kesamaan informasi lainnya dengan nama yang tercantum dalam Daftar
Teroris.

Termasuk sebagai nama Nasabah adalah nama alias dari Nasabah.

76 Pasal 22 (1) BPR dan BPRS wajib melakukan :


12/20/PBI/2010 a. pemantauan secara berkesinambungan untuk mengidentifikasi
kesesuaian antara transaksi Nasabah dengan profil Nasabah dan
menatausahakan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf

58
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


78.
b. analisis terhadap seluruh transaksi yang tidak sesuai dengan profil
Nasabah.
(2) BPR dan BPRS dapat meminta informasi tentang latar belakang dan
tujuan transaksi terhadap transaksi yang tidak sesuai dengan profil
Nasabah, dengan memperhatikan ketentuan anti tipping-off
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
Tindak Pidana Pencucian Uang.

Ketentuan anti tipping-off adalah ketentuan untuk merahasiakan


Nasabah yang akan dilaporkan kepada PPATK.

77 Pasal 23 (1) BPR dan BPRS wajib memiliki sistem pencatatan yang dapat
12/20/PBI/2010 mengidentifikasi, menganalisa, memantau dan menyediakan laporan
secara efektif mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh
Nasabah.

Sistem pencatatan yang dimiliki harus dapat memungkinkan BPR dan


BPRS untuk menelusuri setiap transaksi apabila diperlukan, baik untuk
keperluan intern dan/atau Bank Indonesia, maupun dalam kaitannya
dengan kasus peradilan.

(2) BPR dan BPRS wajib memelihara profil Nasabah paling kurang
meliputinformasi mengenai:
a. pekerjaan atau bidang usaha;
b. jumlah penghasilan;
c. rekening lain yang dimiliki, apabila ada;
d. aktivitas transaksi normal; dan
e. tujuan pembukaan rekening.

Bagian Kedua Penatausahaan Dokumen


78 Pasal 24 (1) BPR dan BPRS wajib menatausahakan:
12/20/PBI/2010
Dokumen dapat ditatausahakan dalam bentuk asli, salinan, electronic
form, microfilm, atau dokumen yang berdasarkan undang-undang yang
berlaku dapat digunakan sebagai alat bukti.

a. dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC dengan


jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun sejak:
1) berakhirnya hubungan usaha atau transaksi dengan Nasabah
atau WIC; atau
2) ditemukannya ketidaksesuaian transaksi dengan tujuan
ekonomis dan/atau tujuan usaha.
b. dokumen Nasabah atau WIC yang terkait dengan transaksi
keuangan dengan jangka waktu sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai Dokumen Perusahaan.
(2) Dokumen yang terkait sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) paling
kurang mencakup:
a. identitas Nasabah atau WIC; dan

59
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


b. informasi transaksi yang antara lain meliputi jenis mata uang dan
jumlah uang yang digunakan, tanggal perintah transaksi, asal dan
tujuan transaksi, serta nomor rekening yang terkait dengan
transaksi.

Dokumen informasi transaksi berupa jenis mata uang selain rupiah


(valuta asing) berlaku bagi BPR dan BPRS yang telah memiliki izin
melakukan kegiatan usaha jual beli valuta asing.

(3) BPR dan BPRS wajib memberikan informasi dan/atau dokumen


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Bank Indonesia dan/atau
otoritas lain yang berwenang sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan “otoritas lain yang berwenang” antara lain


PPATK.

Bagian Ketiga Pemindahan Dana


79 Pasal 25 Dalam melakukan kegiatan pemindahan dana untuk kepentingan Nasabah
12/20/PBI/2010 atau WIC melalui rekening BPR/BPRS yang ada di Bank Umum dan/atau Unit
Usaha Syariah:

Kegiatan pemindahan dana BPR dan BPRS dilakukan sesuai dengan


peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Unit Usaha Syariah adalah Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

a. BPR dan BPRS Pengirim wajib:

Yang dimaksud dengan BPR/BPRS Pengirim termasuk pula BPR/BPRS


yang melakukan kegiatan usaha sebagai agen dari penyelenggara
kegiatan pengiriman uang.
Yang dimaksud dengan kegiatan dokumentasi adalah kegiatan
dokumentasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 78 ketentuan ini.

1) memperoleh informasi dan melakukan identifikasi serta verifikasi


terhadap Nasabah pengirim atau WIC pengirim, paling kurang
meliputi:
a) nomor rekening dan identitas Nasabah pengirim atau identitas
WIC pengirim; dan
b) tanggal transaksi dan nominal.
2) mendokumentasikan seluruh transaksi pemindahan dana.
b. BPR dan BPRS Penerima wajib memastikan kelengkapan informasi
Nasabah pengirim dan WIC pengirim sebagaimana dimaksud pada
huruf a.

80 Pasal 26 Dalam hal informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 79 tidak


12/20/PBI/2010 dipenuhi, BPR dan BPRS dengan menggunakan pendekatan berdasarkan
risiko dapat:

60
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


a. menolak untuk melaksanakan pemindahan dana;
b. membatalkan transaksi pemindahan dana; dan/atau
c. mengakhiri hubungan usaha dengan Nasabah.

81 Pasal 27 Dalam hal terdapat pemindahan dana yang memenuhi kriteria


12/20/PBI/2010 mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang, BPR dan BPRS wajib
melaporkan pemindahan dana tersebut sebagai laporan Transaksi
Keuangan Mencurigakan kepada PPATK.

Bagian Keempat Penutupan Hubungan Usaha atau Penolakan Transaksi


82 Pasal 28 (1) BPR dan BPRS wajib menolak melakukan hubungan usaha dengan calon
12/20/PBI/2010 Nasabah dan/atau melaksanakan transaksi dengan WIC, dalam hal calon
Nasabah atau WIC:
a. tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf
67, Paragraf 68, Paragraf 69, Paragraf 70, dan Paragraf 71; atau
b. diketahui menggunakan identitas dan/atau memberikan informasi
yang tidak benar.
(2) BPR dan BPRS dapat menolak transaksi, membatalkan transaksi,
dan/atau menutup hubungan usaha dengan Nasabah dalam hal :
a. kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi;
b. BPR dan BPRS ragu terhadap kebenaran informasi Nasabah; atau
c. penggunaan rekening tidak sesuai dengan profil Nasabah.
(3) BPR dan BPRS wajib :
a. mendokumentasikan data calon Nasabah, WIC, atau Nasabah yang
memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2).
b. melaporkan calon Nasabah, WIC, atau Nasabah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dalam laporan
TransaksiKeuangan Mencurigakan kepada PPATK apabila
transaksinya tidak wajar atau mencurigakan.

Kewajiban BPR dan BPRS untuk mendokumentasikan dan melaporkan


data calon Nasabah dan WIC dilakukan apabila BPR dan BPRS menolak
atau membatalkan transaksi, setelah BPR dan BPRS mendapatkan data
nama, alamat, dan jumlah transaksi.

Bagian Kelima Beneficial Owner


83 Pasal 29 (1) BPR dan BPRS wajib memastikan apakah calon Nasabah atau WIC
12/20/PBI/2010 mewakili Beneficial Owner untuk membuka hubungan usaha atau
melakukan transaksi.

Yang dimaksud Beneficial Owner dalam ayat ini termasuk Beneficial


Owner lainnya yang terkait dengan calon Nasabah atau WIC, apabila
Beneficial Owner lebih dari satu.

(2) Dalam hal calon Nasabah atau WIC mewakili Beneficial Owner untuk
membuka hubungan usaha atau melakukan transaksi, BPR dan BPRS
wajib melakukan prosedur CDD terhadap Beneficial Owner sebagaimana

61
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


dilakukan terhadap calon Nasabah atau WIC.

Dalam hal Beneficial Owner digolongkan sebagai PEP, maka prosedur


yang diterapkan adalah prosedur EDD.

84 Pasal 30 (1) BPR dan BPRS wajib memperoleh bukti atas identitas dan/atau
12/20/PBI/2010 informasi lainnya mengenai Beneficial Owner, antara lain berupa:
a. bagi Beneficial Owner perorangan:
1) dokumen identitas sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67
ayat (2);
2) hubungan hukum antara calon Nasabah atau WIC dengan
Beneficial Owner yang ditunjukkan dengan surat penugasan,
surat perjanjian, surat kuasa atau bentuk lainnya; dan
3) pernyataan dari calon Nasabah atau WIC mengenai kebenaran
identitas maupun sumber dana dari Beneficial Owner.

b. bagi Beneficial Owner perusahaan, yayasan atau perkumpulan:


1) dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 68 ayat (2),
ayat (3) dan ayat (4), Paragraf 70 ayat (2) dan ayat (3);
2) informasi dan dokumen identitas pemilik atau pengendali akhir
perusahaan, yayasan, atau perkumpulan; dan

Yang dimaksud dengan pemilik atau pengendali akhir


perusahaan, yayasan, atau perkumpulan (ultimate
owner/ultimate controller) adalah perorangan yang menurut
penilaian Bank memiliki dan/atau yang melakukan
pengendalian akhir untuk mengambil keputusan dalam
pengelolaan perusahaan.
Dokumen identitas pemilik atau pengendali akhir dapat
berupa surat pernyataan atau dokumen lainnya yang memuat
informasi mengenai identitas pemilik atau pengendali akhir.

3) pernyataan dari calon Nasabah atau WIC mengenai kebenaran


identitas maupun sumber dana dari Beneficial Owner.
(2) Dalam hal calon Nasabah merupakan Bank lain yang mewakili Beneficial
Owner, maka dokumen mengenai Beneficial Owner berupa pernyataan
tertulis dari Bank dimaksud bahwa identitas Beneficial Owner telah
dilakukan verifikasi oleh Bank lain di dalam negeri tersebut.
(3) Dalam hal BPR dan BPRS meragukan atau tidak dapat meyakini identitas
Beneficial Owner, BPR dan BPRS wajib menolak untuk melakukan
hubungan usaha atau transaksi dengan calon Nasabah atau WIC.

85 Pasal 31 Kewajiban penyampaian dokumen dan/atau informasi identitas pemilik


12/20/PBI/2010 atau pengendali akhir Beneficial Owner sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 84 ayat (1) huruf b angka 2) tidak berlaku bagi Beneficial Owner
berupa:
(1) Lembaga Negara/Pemerintah; atau
(2) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek.

62
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Bagian Keenam Politically Exposed Person dan Area Berisiko Tinggi
86 Pasal 32 (1) BPR dan BPRS wajib meneliti adanya calon Nasabah, Nasabah dan
12/20/PBI/2010 Beneficial Owner yang memenuhi kriteria berisiko tinggi atau PEP.

Penetapan penggolongan berisiko tinggi dilakukan dengan berpedoman


pada ketentuan PPATK yang mengatur mengenai pedoman identifikasi
produk, nasabah, usaha, dan negara berisiko tinggi bagi penyedia jasa
keuangan dan pedoman mengenaiidentifikasi transaksi keuangan
mencurigakan terkait pendanaanterorisme bagi penyedia jasa
keuangan.

(2) Dalam hal calon Nasabah diketahui tergolong PEP maka BPR dan BPRS
wajib melakukan EDD pada awal melakukan hubungan usaha dengan
BPR dan BPRS.
(3) Nasabah dan Beneficial Owner yang memenuhi kriteria berisiko tinggi
atau PEP dibuat dalam daftar tersendiri.

Pembuatan daftar tersendiri ditujukan untuk memudahkan identifikasi


dan pemantauan.

(4) Kewajiban BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diberlakukan pula terhadap Nasabah atau WIC yang menerima kiriman
uang dari dan/atau melakukan transaksi lainnya dengan pihak yang
berasal dari negara berisiko tinggi melalui rekening BPR/BPRS yang ada
di Bank Umum dan/atau Unit Usaha Syariah dalam negeri.

Negara berisiko tinggi antara lain negara yang diidentifikasikan sebagai


Tax Haven seperti British Virgin Island.

(5) Dalam hal BPR dan BPRS akan melakukan hubungan usaha dengan calon
Nasabah yang tergolong PEP, Direksi BPR/BPRS atau Pejabat Eksekutif
bertanggung jawab atas pelaksanaan hubungan usaha dengan calon
Nasabah tersebut.

Yang dimaksud Pejabat Eksekutif adalah Pejabat Eksekutif sebagaimana


dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).

(6) Direksi atau Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
berwenang untuk :
a. memberikan persetujuan atau penolakan terhadap calon Nasabah
yang tergolong berisiko tinggi atau PEP; danme
b. membuat keputusan untuk meneruskan atau menghentikan
hubungan usaha dengan Nasabah atau Beneficial Owner yang
tergolong PEP.

Dalam hal ini khususnya terhadap Nasabah yang statusnya


mengalami perubahan dari Nasabah biasa menjadi PEP atau
berisiko tinggi, termasuk Nasabah yang baru teridentifikasi sebagai
PEP atau berisiko tinggi.

63
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


87 Pasal 33 BPR dan BPRS wajib melakukan EDD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf
12/20/PBI/2010 86 dengan cara melakukan CDD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 62
ayat (1) huruf a serta melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Bagi calon Nasabah:
1) meminta informasi tambahan yang diperlukan untuk memastikan
kebenaran profil calon Nasabah; dan/atau
2) meminta dokumen pendukung tambahan untuk meyakini
kebenaran informasi mengenai identitas dan sumber dana.
b. Bagi Nasabah atau Beneficial Owner:
1) melakukan kegiatan seperti yang dilakukan terhadap calon Nasabah
sebagaimana dimaksud pada huruf a;
2) melakukan analisa secara berkala paling kurang terhadap informasi
mengenai sumber dana, tujuan transaksi, dan hubungan usaha
dengan pihak-pihak yang terkait; dan

Yang dimaksud dengan pihak-pihak yang terkait antara lain:


a. Perusahaan yang dimiliki atau dikelola oleh PEP;
b. Keluarga PEP sampai dengan derajat kedua; dan/atau
c. Pihak-pihak yang secara umum dan diketahui publik
mempunyai hubungan dekat dengan PEP.

3) memantau lebih ketat pola transaksi nasabah untuk kepentingan


pengkinian profil Nasabah atau Beneficial Owner.

Bagian Ketujuh CDD yang Lebih Sederhana


88 Pasal 34 (1) BPR dan BPRS dapat menerapkan prosedur CDD yang lebih sederhana
12/20/PBI/2010 dari prosedur CDD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67, Paragraf
68, Paragraf 69, dan Paragraf 70 terhadap calon Nasabah yang tingkat
risiko terjadinya pencucian uang atau pendanaan terorisme tergolong
rendah dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. tujuan pembukaan rekening untuk pembayaran gaji karyawan;
b. rekening berupa tabungan wajib terkait dengan pemberian
kredit/pembiayaan dari BPR/BPRS yang sama;
c. calon Nasabah berupa perusahaan publik yang tunduk pada
peraturan tentang kewajiban untuk mengungkapkan kinerjanya;
atau
d. nilai transaksi awal pembukaan rekening dibawah Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah).
(2) Dalam hal terhadap nilai transaksi awal rekening sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d ditemukan indikasi transaksi keuangan
yang tidak wajar yang diduga terkait dengan pencucian uang dan/atau
pendanaan terorisme, Bank wajib melakukan CDD sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 63.
(3) BPR dan BPRS wajib membuat dan menyimpan daftar Nasabah yang
mendapat perlakuan CDD yang lebih sederhana.
(4) Bagi calon Nasabah perorangan yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPR dan BPRS wajib meminta
informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 67 ayat (1) huruf a
angka 1) sampai angka 5) dengan disertai dokumen pendukung
sebagaimana dimaksud pada Paragraf 67 ayat (2).

64
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


(5) Bagi calon Nasabah perusahaan yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPR dan BPRS wajib meminta:
a. informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 68 ayat (1) huruf a
dan huruf c; dan
b. dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 68 ayat (3) huruf a
untuk perusahaan yang tergolong usaha mikro dan usaha kecil, dan
Paragraf 68 ayat (4) huruf d untuk perusahaan yang tidak tergolong
usaha mikro dan usaha kecil.
(6) Prosedur CDD yang lebih sederhana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak berlaku apabila terdapat dugaan terjadi transaksi Pencucian
Uang dan/atau Pendanaan Terorisme dan berlaku ketentuan CDD
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 63.
Calon Nasabah yang tingkat risiko terjadinya pencucian uang atau
pendanaan terorisme tergolong rendah antara lain adalah pihak/orang
yang tidak tergolong PEP.

Bagian Kedelapan Pelaksanaan CDD oleh Pihak Ketiga


89 Pasal 35 (1) BPR dan BPRS dapat menggunakan hasil CDD yang telah dilakukan oleh
12/20/PBI/2010 pihak ketiga terhadap calon Nasabahnya yang telah menjadi nasabah
pada pihak ketiga tersebut.

Yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah lembaga yang berada


dalam pengawasan otoritas yang berwenang.

(2) Hasil CDD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan oleh
BPR/BPRS apabila pihak ketiga :
a. memiliki prosedur CDD sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

Prosedur CDD antara lain mencakup identifikasi dan verifikasi calon


Nasabah.

b. memiliki kerja sama dengan BPR/BPRS dalam bentuk kesepakatan


tertulis;
c. tunduk pada pengawasan dari otoritas berwenang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; dan
d. bersedia memenuhi permintaan informasi dan salinan dokumen
pendukung apabila sewaktu-waktu dibutuhkan oleh BPR/BPRS
dalam rangka pelaksanaan program APU dan PPT.

Informasi yang dimaksud paling kurang berupa informasi


mengenai nama lengkap sesuai dengan yang tercantum pada
kartu identitas, alamat atau tempat dan tanggal lahir, nomor kartu
identitas, dan kewarganegaraan dari calon Nasabah.

(3) BPR dan BPRS wajib memastikan kecukupan identifikasi dan verifikasi
atas hasil CDD yang telah dilakukan oleh pihak ketiga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

Tanggung jawab akhir atas hasil identifikasi dan verifikasi calon

65
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Nasabah sepenuhnya menjadi tanggung jawab BPR dan BPRS.

(4) BPR dan BPRS yang menggunakan hasil CDD dari pihak ketiga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab untuk
melaksanakan penatausahaan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 78.

BAB IV Pengendalian Intern


90 Pasal 36 (1) BPR dan BPRS wajib memiliki sistem pengendalian intern yang efektif.
12/20/PBI/2010
Dalam hal BPR dan BPRS tidak memiliki Satuan Kerja Audit Internal
(SKAI), BPR dan BPRS menunjuk pejabat (pegawai, Direksi, Komisaris)
yang melaksanakan fungsi pengendalian intern dalam rangka
memastikan efektivitas penerapan program APU dan PPT.
Dalam memastikan efektivitas penerapan program APU dan PPT oleh
BPR dan BPRS, BPR dan BPRS mengoptimalkan satuan kerja Audit Intern
yang telah ada antara lain untuk melakukan uji kepatuhan (termasuk
penggunaan sample testing) terhadap kebijakan dan prosedur yang
terkait dengan program APU dan PPT.

(2) Pelaksanaan sistem pengendalian intern yang efektif antara lain


dibuktikan dengan:
a. adanya batasan wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk
unit kerja atau pegawai yang terkait dengan penerapan program
APU dan PPT;
b. adanya pemisahan fungsi antara pelaksana penerapan program
APU dan PPT dengan pegawai yang ditunjuk untuk mengawasi
efektivitas penerapan program tersebut; dan
c. dilakukannya pemantauan terhadap efektivitas pelaksanaan
program APU dan PPT oleh satuan kerja audit intern/pegawai yang
ditunjuk untuk melakukan fungsi pengawasan sebagaimana
disebutkan pada huruf b.

BAB V Sumber Daya Manusia dan Pelatihan


91 Pasal 37 BPR dan BPRS wajib melakukan prosedur penyaringan (screening) dalam
12/20/PBI/2010 rangka penerimaan pegawai baru, untuk mencegah digunakannya BPR dan
BPRS sebagai media atau tujuan pencucian uang atau pendanaan terorisme
yang melibatkan pihak intern BPR/BPRS.

Pemanfaatan jasa perbankan sebagai media pencucian uang dan


pendanaan terorisme dimungkinkan juga melibatkan pegawai BPR itu
sendiri. Dengan demikian untuk mencegah ataupun mendeteksi terjadinya
dugaan tindak pidana pencucian uang yang dilakukan melalui lembaga
perbankan perlu diterapkan Know Your Employee (KYE) yang diantaranya
adalah melalui prosedur screening.

92 Pasal 38 (1) BPR dan BPRS wajib menyelenggarakan pelatihan mengenai program
12/20/PBI/2010 APU dan PPT.

66
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Pelatihan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa seluruh pegawai,
khususnya pegawai terkait dan pegawai baru, telah mendapatkan
pengetahuan yang berkaitan dengan program APU dan PPT.

(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan


dengan cara antara lain:
a. menyelenggarakan in house training;
b. mengikutsertakan pegawai dalam pelatihan yang diselenggarakan
oleh pihak lain;
c. menyelenggarakan forum tukar-menukar informasi (knowledge
sharing); dan/atau

Tukar menukar informasi dapat dilakukan secara internal atau


dengan BPR/BPRS/instansi lain.

d. melakukan pembelajaran dengan menggunakan sarana elektronik


(elearning).

BAB VI Pelaporan
93 Pasal 39 (1) Dalam rangka menerapkan program APU dan PPT, BPR dan BPRS wajib
12/20/PBI/2010 menyampaikan:
a. Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 62 ayat (2) paling lambat 12 (dua belas)
bulan sejak diberlakukannya ketentuan ini;
b. Setiap perubahan Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 62 ayat (2) paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak perubahan tersebut kepada Bank Indonesia.
c. Dalam hal batas akhir laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan b jatuh pada hari Sabtu atau hari libur, maka batas akhir
laporan adalah hari kerja berikutnya.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan perubahan
sebagaimana ayat (1) huruf b disampaikan kepada:
a. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU), Bank Indonesia, Jl. M.H.
Thamrin No.2 Jakarta 10350, bagi BPR yang berkantor pusat di
wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia;
b. Direktorat Perbankan Syariah (DPbS), Bank Indonesia, Jl. M.H.
Thamrin No.2 Jakarta 10350, bagi BPRS yang berkantor pusat di
wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia;
c. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BPR/BPRS yang berkantor
pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.

94 Pasal 40 (1) BPR dan BPRS wajib menyampaikan laporan Transaksi Keuangan
12/20/PBI/2010 Mencurigakan, laporan transaksi keuangan tunai, dan laporan lain
kepada PPATK sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang.

Laporan disampaikan kepada PPATK Jl. Ir. H. Juanda No.35, Jakarta


10120.

67
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


(2) Kewajiban BPR dan BPRS untuk melaporkan Transaksi Keuangan
Mencurigakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga berlaku untuk
transaksi yang diduga terkait dengan kegiatan terorisme atau
pendanaan terorisme.
(3) BPR dan BPRS wajib menyampaikan laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada PPATK
paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah BPR dan BPRS mengetahui
adanya unsur Transaksi Keuangan Mencurigakan.

Yang dimaksud dengan “BPR dan BPRS mengetahui adanya unsur


Transaksi Keuangan Mencurigakan” adalah sejak direktur yang
berwenang menyetujui transaksi tersebut sebagai Transaksi Keuangan
Mencurigakan.

(4) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


dengan berpedoman pada ketentuan yang dikeluarkan oleh PPATK.

Yang dimaksud dengan “ketentuan yang dikeluarkan oleh PPATK”


adalah Pedoman PPATK yang mengatur mengenai Pedoman Identifikasi
dan Tata Cara Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan bagi
Penyedia Jasa Keuangan.

BAB VII Ketentuan Lain-Lain


95 Pasal 41 BPR dan BPRS harus melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah
12/20/PBI/2010 penyalahgunaan teknologi dalam pengembangan modus pencucian uang
atau skema pendanaan terorisme.

96 Pasal 42 BPR dan BPRS wajib bekerja sama dengan penegak hukum dan otoritas
12/20/PBI/2010 yang berwenang dalam rangka memberantas pencucian uang dan/atau
pendanaan terorisme.

Termasuk kerjasama dengan penegak hukum yang dimaksudkan dalam


ayat ini adalah menyampaikan dokumen atau informasi kepada penegak
hukum terkait dengan identitas nasabah yang diduga melakukan tindak
pidana yang merupakan tindak pidana asal (predicate crime) dari tindak
pidana pencucian uang sesuai perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII Penilaian Penerapan Program APU dan PPT


97 SE Penilaian penerapan program APU dan PPT bagi BPR dan BPRS adalah
13/14/DKBU 2011 sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 4 yang merupakan bagian yang
Romawi II tidak terpisahkan dari ketentuan ini.
1. Tujuan Penilaian
a. Penilaian atas penerapan program APU dan PPT dan kewajiban
lainnya terkait dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang (UU PPTPPU) dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
menyeluruh mengenai kecukupan dan efektifitas penerapan
program APU dan PPT dan kewajiban lainnya terkait dengan UU
PPTPPU pada setiap BPR dan BPRS. Gambaran menyeluruh tersebut

68
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


diperlukan untuk memastikan tingkat kepatuhan BPR dan BPRS
terhadap ketentuan yang berlaku dan efektivitas penerapannya,
serta untuk mengidentifikasi langkah-langkah perbaikan yang
diperlukan.
b. Bank Indonesia melakukan penilaian secara kuantitatif terhadap
penerapan program APU dan PPT dan kewajiban lain terkait dengan
UU PPTPPU berdasarkan hasil pemeriksaan Bank Indonesia.
2. Cakupan Penilaian
Penilaian atas penerapan program APU dan PPT dan kewajiban lain
terkait dengan UU PPTPPU pada BPR dan BPRS paling kurang mencakup
4 (empat) aspek sebagai berikut:
a. pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris;
b. kebijakan dan prosedur;
c. pengendalian intern; dan
d. sumber daya manusia dan pelatihan.
3. Hasil Penilaian
Penilaian atas penerapan program APU dan PPT dilakukan terhadap
masing-masing aspek sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan
diberikan nilai dalam skala 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) sesuai
kriteria sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 4.
Berdasarkan penilaian terhadap masing-masing aspek tersebut, secara
kuantitatif ditetapkan hasil akhir penilaian berupa nilai dalam skala 1
sampai dengan 5 dan predikat sebagai berikut:
a. Nilai 1 sampai dengan 1,9 mencerminkan bahwa penerapan
program APU dan PPT dan kewajiban lain terkait dengan UU
PPTPPU tergolong Sangat Baik. Predikat Sangat Baik diberikan
karena penerapannya dinilai sangat memadai dan sangat efektif
untuk mengurangi risiko terkait dengan pencucian uang dan
pencegahan pendanaan terorisme serta memenuhi kewajiban
pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi
keuangan tunai kepada PPATK.
b. Nilai 2 sampai dengan 2,9 mencerminkan bahwa penerapan
program APU dan PPT dan kewajiban lain terkait dengan UU
PPTPPU tergolong Baik. Predikat Baik diberikan karena
penerapannya dinilai memadai dan efektif untuk mengurangi risiko
terkait dengan pencucian uang dan pencegahan pendanaan
terorisme serta memenuhi kewajiban pelaporan transaksi keuangan
mencurigakan dan transaksi keuangan tunai kepada PPATK.
c. Nilai 3 sampai dengan 3,9 mencerminkan bahwa penerapan
program APU dan PPT dan kewajiban lain terkait dengan UU
PPTPPU tergolong Cukup Baik. Predikat Cukup Baik diberikan
karena penerapannya dinilai cukup memadai dan cukup efektif
untuk mengurangi risiko terkait dengan pencucian uang dan
pencegahan pendanaan terorisme serta memenuhi kewajiban
pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi
keuangan tunai kepada PPATK.
d. Nilai 4 sampai dengan 4,9 mencerminkan bahwa penerapan
program APU dan PPT dan kewajiban lain terkait dengan UU
PPTPPU tergolong Kurang Baik. Predikat Kurang Baik diberikan
karena penerapannya dinilai kurang memadai dan kurang efektif

69
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


untuk mengurangi risiko terkait dengan pencucian uang dan
pencegahan pendanaan terorisme serta memenuhi kewajiban
pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi
keuangan tunai kepada PPATK.
e. Nilai 5 mencerminkan bahwa penerapan program APU dan PPT dan
kewajiban lain terkait dengan UU PPTPPU tergolong Tidak Baik.
Predikat Tidak Baik diberikan karena penerapannya dinilai tidak
memadai dan tidak efektif untuk mengurangi risiko terkait dengan
pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme serta
memenuhi kewajiban pelaporan transaksi keuangan yang
mencurigakan dan transaksi keuangan tunai kepada PPATK.
4. Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Hasil penilaian atas penerapan program APU dan PPT dan kewajiban
lain terkait dengan UU PPTPPU diperhitungkan dalam penilaian faktor
manajemen tingkat kesehatan BPR dan BPRS.

BAB IX Sanksi
98 Pasal 43 (1) BPR dan BPRS yang terlambat menyampaikan Pedoman Program APU
12/20/PBI/2010 dan PPT dan/atau perubahannya sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (1) Paragraf 93 ayat (1) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan per
laporan dan paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
SE 1) BPR dan BPRS dianggap terlambat menyampaikan Pedoman
13/14/DKBU 2011 Pelaksanaan Program APU dan PPT apabila menyampaikan
Romawi III No. 2a Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT setelah tanggal 1
Desember 2011.
2) BPR dan BPRS dianggap terlambat menyampaikan perubahan
Pedoman Pelaksanaan Program APU dan PPT apabila
menyampaikan perubahan Pedoman Pelaksanaan Program APU dan
PPT lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak perubahan tersebut
ditandatangani oleh Dewan Komisaris.
3) BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada angka 1) dikenakan
sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu
rupiah) per hari keterlambatan dan paling banyak sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
4) BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada angka 2) dikenakan
sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu
rupiah) per hari keterlambatan dan paling banyak sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Pasal 43 (2) BPR dan BPRS yang terlambat menyampaikan Laporan Transaksi
12/20/PBI/2010 Keuangan Mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 94
Ayat (2) ayat (3) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00
(lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan per laporan dan paling
banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

SE 1) BPR dan BPRS dianggap terlambat menyampaikan Laporan


13/14/DKBU 2011 Transaksi Keuangan Mencurigakan apabila menyampaikan Laporan
Romawi III No. 2b Transaksi Keuangan Mencurigakan lebih dari 3 (tiga) hari kerja
setelah BPR dan BPRS mengetahui adanya unsur Transaksi

70
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Keuangan Mencurigakan, yaitu sejak direktur yang berwenang
menyetujui transaksi tersebut sebagai Transaksi Keuangan
Mencurigakan.
2) BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada angka 1) dikenakan
sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu
rupiah) per hari keterlambatan dan paling banyak sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Pasal 43 (3) BPR dan BPRS yang belum menyampaikan Pedoman Program APU dan
12/20/PBI/2010 PPT dan/atau perubahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Ayat (3) dalam waktu lebih 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian
dikenakan sanksi berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar
sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

Selain terkena kewajiban membayar, BPR dan BPRS tetap wajib


menyampaikan Pedoman Program APU dan PPT dan/atau
perubahannya.

SE 1) BPR dan BPRS dianggap tidak menyampaikan Pedoman Pelaksanaan


13/14/DKBU 2011 Program APU dan PPT apabila belum menyampaikan Pedoman
Romawi III No. 2c Pelaksanaan Program APU dan PPT sampai dengan tanggal 2
Januari 2012.
2) BPR dan BPRS dianggap tidak menyampaikan perubahan Pedoman
Pelaksanaan Program APU dan PPT apabila BPR dan BPRS belum
menyampaikan perubahan Pedoman Pelaksanaan Program APU
dan PPT lebih dari 1 (satu) bulan sejak perubahan tersebut
ditandatangani oleh Dewan Komisaris.
3) BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada angka 1) dikenakan
sanksi kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta
rupiah) serta teguran tertulis.
4) BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada angka 2) dikenakan
sanksi kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta
rupiah) serta teguran tertulis.

Pasal 43 (4) BPR dan BPRS yang belum menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan
12/20/PBI/2010 Mencurigakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam waktu lebih
Ayat (4) 1 (satu) bulan sejak ditemukan pada saat pemeriksaaan dikenakan
sanksi berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

Selain terkena kewajiban membayar, BPR dan BPRS tetap wajib


menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan.

SE 1) BPR dan BPRS dianggap tidak menyampaikan Laporan Transaksi


13/14/DKBU 2011 Keuangan Mencurigakan apabila menyampaikan Laporan Transaksi
Romawi III No. 2d Keuangan Mencurigakan lebih dari 1 (satu) bulan sejak ditemukan
pada saat pemeriksaan.
2) BPR dan BPRS sebagaimana dimaksud pada angka 1) dikenakan
sanksi kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta
rupiah) serta teguran tertulis.

71
Liabilitas dan Modal Anti Pencucian Uang

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Pasal 43 (5) BPR dan BPRS yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana
12/20/PBI/2010 dimaksud dalam Paragraf 56, Paragraf 60 ayat (1), Paragraf 61, Paragraf
Ayat (5) 62, Paragraf 63, Paragraf 65, Paragraf 66, Paragraf 67, Paragraf 68,
Paragraf 69, Paragraf 70, Paragraf 71, Paragraf 72, Paragraf 73 ayat (1),
ayat (4), ayat (6), Paragraf 74, Paragraf 75, Paragraf 76 ayat (1), Paragraf
77, Paragraf 78, Paragraf 79, Paragraf 81, Paragraf 82 ayat (1), ayat (3),
Paragraf 83, Paragraf 84, Paragraf 86, Paragraf 87, Paragraf 88 ayat (3),
Paragraf 89 ayat (3), Paragraf 90, Paragraf 91, Paragraf 92, Paragraf 93,
Paragraf 94, dan/atau Paragraf 96 ketentuan ini dan ketentuan
pelaksanaan terkait lainnya dapat dikenakan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, antara lain berupa:
SE a. teguran tertulis;
13/14/DKBU 2011 b. penurunan tingkat kesehatan Bank;
Romawi III No. 1
Yang dimaksud dengan tingkat kesehatan BPR/BPRS adalah tingkat
kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai Tata Cara Penilaian Tingkat
Kesehatan BPR/BPRS.

c. pembekuan kegiatan usaha tertentu;

Pembekuan kegiatan usaha tertentu adalah larangan terhadap


kegiatan usaha yang menurut penilaian Bank Indonesia merupakan
kegiatan usaha berisiko tinggi untuk digunakan sebagai sarana
pencucian uang dan pendanaan terorisme dalam hal BPR/BPRS
tidak menerapkan program APU dan PPT secara memadai.

d. pemberhentian pengurus Bank; dan/atau


e. pencantuman anggota pengurus, pegawai Bank, dan/atau
pemegang saham dalam daftar pihak-pihak yang mendapat
predikat tidak lulus dalam penilaian kemampuan dan kepatutan
atau dalam catatan administrasi Bank Indonesia sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

72

Anda mungkin juga menyukai