Sistem Pembayaran
Tunai
Pengelolaan Uang Rupiah
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia
Sistem Pembayaran
Tunai
Pengelolaan Uang Rupiah
Tim Penyusun
Ramlan Ginting
Dudy Iskandar
Gantiah Wuryandani
Zulkarnain Sitompul
Vimala Dewi Nurcahyani
Aulia Rizka Destiana
2012
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
DAFTAR ISI
Paragraf Halaman
Lampiran Hal. 34 – 54
Lampiran 1 Tabel Waktu dan Wilayah Kerja Kantor Bank Indonesia Hal. 34 – 35
Lampiran 2 Rencana Penyetoran Uang di Bank Indonesia Hal. 36
Lampiran 3 Rencana Penarikan Uang di Bank Indonesia Hal. 37
Lampiran 4 Laporan Proyeksi Cash Flow Hal. 38 – 42
Lampiran 5 Laporan Realisasi TUKAB Hal. 43 – 45
Lampiran 6 Alamat kantor Bank Indonesia Hal. 46 – 47
Lampiran 7 Surat Permintaan Klarifikasi oleh Masyarakat Hal. 48
i
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
ii
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
SE 13/9/DPU 2011
Penyetoran dan Penarikan Uang Butir VI.2,
Rupiah oleh Bank Umum di Bank Bab VII.A
Indonesia
SE 10/8/DPU 2008
Penukaran Uang Rupiah
SE 9/37/DPU 2007
Penyetoran dan Penarikan Uang
Rupiah oleh Bank Umum di Bank
Indonesia
9/10/PBI/2007
Perubahan atas 6/14/PBI 2004 tentang
Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan dan
Penarikan serta Pemusnahan Uang Rupiah
SE 6/49/DPU 2004
Permintaan Klarifikasi oleh
Masyarakat dan Bank atas
Uang yang Diragukan
Keasliannya dan Laporan
Penemuan Uang
Pasal 9
SE 6/25/DPU 2004
Penukaran Uang
Rupiah
6/14/PBI/2004
Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan dan
Penarikan serta Pemusnahan Uang Rupiah
2/17/PBI/2000
Pengeluaran dan Pengedaran serta Pencabutan
dan Penarikan Uang Rupiah
1/12/PBI/1999
Uang Rupiah Khusus
SE 10/4/UPPB/1997
tata cara pelaporan penemuan uang Keterangan:
rupiah palsu/dimanipulasikan atau
diragukan keasliannya
Diubah
Dicabut
13/52/KEP/DIR/UPU/1980
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pelaksanaan Berhubungan
Pengedaran Uang
PBI Masih Berlaku
SE Masih Berlaku
SE Tidak Berlaku
Regulasi Terkait
iii
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
Dasar Hukum :
- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009
- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
Regulasi Terkait :
- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaiman diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998
- Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
iv
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
1
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
2
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
3 Pasal 3 (1) Harga uang Rupiah merupakan nilai nominal yang tercantum pada setiap
14/7/PBI/2012 pecahan uang Rupiah.
(2) Bank Indonesia menetapkan pecahan uang Rupiah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(4) Ciri umum uang Rupiah logam sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
sedikit memuat:
a. gambar lambang negara “Garuda Pancasila”;
b. frasa “Republik Indonesia”;
c. frasa “Bank Indonesia”;
d. sebutan pecahan dalam angka sebagai nilai nominalnya; dan tahun emisi.
(5) Ciri khusus uang Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki fungsi
sebagai pengaman yang terdapat pada desain, bahan, dan teknik cetak.
(6) Ciri khusus uang Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bersifat
terbuka, semi tertutup, dan tertutup.
3
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
5 Pasal 5 (1) Ciri uang Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 4 ayat (2) tidak
14/7/PBI/2012 memuat gambar orang yang masih hidup.
Yang dimaksud dengan “bagian depan uang Rupiah” adalah sisi desain uang
Rupiah yang terdapat gambar lambang Negara “Garuda Pancasila”.
6 Pasal 6 (1) Bank Indonesia menetapkan desain uang Rupiah yang terdiri atas ciri, tanda
14/7/PBI/2012 tertentu, ukuran, dan unsur pengaman.
(2) Tanda tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup warna,
gambar, ukuran, besar, bahan baku uang Rupiah, dan tanda lainnya.
(3) Unsur pengaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk di dalamnya
ciri atau tanda yang dapat digunakan oleh tunanetra.
7 Pasal 7 (1) Bank Indonesia menetapkan bahan baku uang Rupiah yang terdiri atas kertas
14/7/PBI/2012 uang atau logam uang.
(2) Kertas uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terbuat dari bahan
kertas atau bahan lainnya.
Yang dimaksud dengan “bahan lainnya” antara lain polimer, serat sintetis,
atau campuran antara kertas dengan serat sintetis.
(3) Logam uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terbuat dari
aluminium, aluminium bronze, kupronikel, baja, atau bahan logam lainnya.
(4) Bank Indonesia melaksanakan pengadaan bahan baku uang Rupiah dan jasa
yang terkait dengan pengadaan bahan baku uang Rupiah.
Yang dimaksud dengan “jasa yang terkait dengan pengadaan bahan baku
uang Rupiah” antara lain jasa forwarding dan asuransi terkait kegiatan
pengadaan bahan baku uang Rupiah.
(5) Pengadaan bahan baku uang Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
mengutamakan produk dalam negeri dengan menjaga mutu, keamanan, dan
harga yang bersaing.
4
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
(6) Pelaksanaan pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengacu pada
ketentuan mengenai pengadaan di Bank Indonesia.
5
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
(4) Penunjukan lembaga lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh
Badan Usaha Milik Negara melalui proses yang transparan dan akuntabel
serta menguntungkan negara, dan harus memperoleh persetujuan Bank
Indonesia.
(5) Dalam hal badan usaha milik negara tidak dapat memenuhi persyaratan
pencetakan uang Rupiah yang disepakati sebelumnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), maka Bank Indonesia dapat menetapkan kebijakan lain dalam
rangka menjaga ketersediaan uang Rupiah.
Kebijakan lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia antara lain Bank
Indonesia dapat mensyaratkan cara pengadaan tertentu dalam penunjukkan
lembaga lain.
(6) Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan lembaga
lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3), harus menjaga mutu, keamanan,
dan harga yang bersaing dalam melaksanakan pencetakan uang Rupiah untuk
Bank Indonesia.
6
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
(3) Bank Indonesia menentukan nomor seri uang Rupiah kertas dalam rangka
pengedaran uang Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(2) Kegiatan layanan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
penyetoran, penarikan, dan penukaran.
Yang dimaksud dengan “penyetoran” adalah kegiatan Bank atau pihak lain
yang ditunjuk oleh bank untuk melakukan penyetoran uang Rupiah ke Bank
Indonesia.
Yang dimaksud dengan “penarikan” adalah kegiatan Bank atau pihak lain
yang ditunjuk oleh bank untuk melakukan penarikan uang Rupiah dari Bank
Indonesia.
(3) Penyetoran dan penarikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
oleh bank dan/atau pihak lain yang ditunjuk oleh bank.
(4) Bank dan/atau pihak lain yang melaksanakan penyetoran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) wajib terlebih dahulu melakukan penyortiran dan
penghitungan uang Rupiah yang akan disetorkan kepada Bank Indonesia
dengan benar.
7
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
Penyortiran dan penghitungan uang Rupiah telah dilakukan oleh bank dengan
benar apabila tercampurnya uang Rupiah Tidak Layak Edar dengan uang
Rupiah yang masih layak edar, selisih lebih atau kurang, dan/atau jumlah
uang Rupiah palsu, tidak melebihi batas toleransi yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
(5) Penyetoran dan penarikan uang Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan persyaratan penyetoran
serta penarikan uang Rupiah diatur sebagai berikut.
SE 13/9/DPU Prinsip umum pelaksanaan penyetoran uang dan/atau penarikan uang diatur
2011 Romawi II.1 sebagai berikut:
a. Penyetoran uang dan/atau penarikan uang dilakukan oleh bank yang
memiliki rekening giro di Bank Indonesia.
b. Bank hanya dapat melakukan 1 (satu) kali penyetoran uang dan/atau 1
(satu) kali penarikan uang di Bank Indonesia dalam 1 (satu) hari
kerja, dengan pengaturan sebagai berikut:
1) Penyetoran uang yang masih layak edar dan penarikan uang dapat
dilakukan terhadap jenis pecahan yang berbeda.
Contoh: Bank A melakukan penyetoran uang pecahan 10.000 dalam
kondisi layak edar dan melakukan penarikan uang pecahan 20.000
dalam 1 (satu) hari kerja.
2) Penyetoran uang dalam kondisi tidak layak edar dan penarikan uang
dapat dilakukan terhadap jenis pecahan yang sama atau berbeda.
Contoh: Bank B melakukan penyetoran uang pecahan 10.000 dalam
kondisi tidak layak edar dan melakukan penarikan uang pecahan
10.000 dan/atau pecahan lainnya dalam 1 (satu) hari kerja.
c. Penyetoran uang dan/atau penarikan uang sebagaimana dimaksud pada
huruf a dilakukan di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia setempat.
Contoh: 1 (satu) kantor cabang Bank A di Bandung mewakili
seluruh kantor cabang Bank A di Bandung melakukan penyetoran
uang dan/atau penarikan uang di Kantor Bank Indonesia Bandung.
d. Bank melakukan penyetoran uang dan/atau penarikan uang melalui
kantor bank yang ditunjuk sebagai koordinator bank dalam bank yang
sama.
Contoh: 1 (satu) kantor cabang Bank A mewakili seluruh kantor cabang
bank A di dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Bank Indonesia setempat
untuk melakukan penyetoran uang dan/atau penarikan uang di Bank
Indonesia.
e. Bank dapat menunjuk pihak lain untuk melakukan penyetoran uang
dan/atau penarikan uang di Bank Indonesia, dengan menyampaikan
surat pemberitahuan berikut salinan perjanjian kerjasama dengan pihak
lain dan dokumen terkait lainnya kepada Kantor Bank Indonesia
setempat.
f. Pihak lain dapat melakukan penyetoran uang ke Bank Indonesia
dan/atau penarikan uang dari Bank Indonesia untuk lebih dari 1 (satu)
8
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
9
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
SE 13/9/DPU 2. Penyampaian rencana penyetoran uang oleh bank kepada Bank Indonesia,
2011 Romawi III.1 diatur sebagai berikut:
a, b, c, d 1) wilayah Indonesia Bagian Barat
Bank yang berada di wilayah kerja kantor Bank Indonesia tersebut,
harus menyampaikan rencana penyetoran uang kepada Bank
Indonesia paling lama pukul 16.30 WIB pada 1 (satu) hari kerja
sebelum penyetoran uang.
2) sebagian wilayah Indonesia Bagian Barat, wilayah Indonesia Bagian
Tengah dan wilayah Indonesia Bagian Timur
Bank yang berada di wilayah kerja kantor Bank Indonesia tersebut,
harus menyampaikan rencana penyetoran uang kepada Bank
Indonesia paling lama pukul 16.45 WIB atau WITA atau WIT pada 1
(satu) hari kerja sebelum penyetoran uang.
10
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
SE 13/9/DPU 4. Bank Indonesia menghitung uang yang disetorkan oleh bank secara garis
2011 Romawi III.3 besar (per pak dan/atau per brood) untuk UK dan (per kantong plastik)
untuk UL di loket setoran Bank Indonesia.
SE 13/9/DPU 5. Bank Indonesia melakukan kegiatan pengolahan Uang terhadap Uang yang
2011 Romawi III.4 disetorkan oleh Bank antara lain dengan melakukan penghitungan secara
rinci dan mendeteksi keaslian Uang.
SE 13/9/DPU 6. Dalam hal berdasarkan kegiatan penghitungan rinci terhadap Uang setoran
2011 Romawi III.5 Bank ditemukan adanya campuran antara ULE dan UTLE lebih dari 20%
(dua puluh persen) dari jumlah Uang yang disetorkan oleh Bank, maka:
a. Bank Indonesia akan memberikan pembinaan berupa surat pembinaan
tertulis dan dicatat dalam buku administrasi pembinaan (log book).
b. Untuk Bank yang telah menerima surat pembinaan tertulis
sebagaimana dimaksud pada huruf a sebanyak 3 (tiga) kali pada jenis
pecahan Uang tertentu yang disetorkan, setelah diterbitkannya surat
pembinaan tertulis yang ketiga Bank Indonesia melakukan uji petik
dengan persentase tertentu terhadap jenis pecahan Uang tertentu
yang disetorkan oleh Bank di loket setoran Bank Indonesia.
Contoh: Pada tanggal 11 April 2011, Bank A telah menerima surat
pembinaan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali terhadap pecahan 100.000,
maka sejak tanggal 12 April 2011 Bank Indonesia melakukan uji petik
dengan persentase tertentu terhadap setoran Uang pecahan 100.000
yang disetorkan oleh Bank A di loket setoran Bank Indonesia.
c. Dalam hal berdasarkan uji petik di loket setoran Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada huruf b, ditemukan adanya campuran
antara ULE dan UTLE lebih dari 20% (dua puluh persen) dari jumlah
Uang pecahan tertentu yang disetorkan oleh Bank, maka Bank
Indonesia melakukan penolakan setoran Uang pecahan tertentu yang
disetorkan oleh Bank tersebut.
d. Pelaksanaan uji petik terhadap setoran Uang pecahan tertentu
sebagaimana dimaksud pada huruf b dan penolakan terhadap setoran
Uang Bank sebagaimana dimaksud pada huruf c, berlaku untuk jangka
11
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
SE 13/9/DPU 7. Bank Indonesia melakukan penghitungan ulang secara rinci atas Uang yang
2011 Romawi III.6 disetorkan oleh Bank, yang dapat disaksikan oleh petugas Bank dan/atau
Pihak Lain atas permintaan Bank Indonesia atau atas permintaan petugas
Bank dan/atau Pihak Lain dengan mengajukan surat permintaan terlebih
dahulu dan disetujui oleh Bank Indonesia.
SE 13/9/DPU 8. Petugas Bank dan/atau Pihak Lain yang akan menyaksikan penghitungan
2011 Romawi III.7 ulang secara rinci atas Uang setoran sebagaimana dimaksud pada angka 6,
harus memenuhi ketentuan tata tertib di area kas yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan apabila petugas Bank dan/atau Pihak Lain tidak
memenuhi ketentuan tata tertib di area kas, maka Bank Indonesia dapat
menolak Petugas Bank dan/atau Pihak Lain untuk menyaksikan
penghitungan secara rinci atas Uang setoran dimaksud.
SE 13/9/DPU 9. Bank Indonesia akan memperhitungkan pada rekening giro Bank, apabila
2011 Romawi III.8 dalam penghitungan ulang secara rinci atas Uang yang disetorkan oleh
Bank ditemukan adanya selisih, yang antara lain disebabkan karena:
a. jumlah lembar atau keping suatu pecahan kurang atau lebih;
b. terdapat pecahan (denominasi) lain;
c. terdapat uang dicabut dan ditarik dari peredaran yang telah
melampaui jangka waktu penggantian;
d. terdapat uang rusak yang tidak mendapatkan penggantian; dan/atau
e. ditemukan Uang Palsu.
12
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
SE 13/9/DPU 4. Bank Indonesia dapat melakukan pembayaran ULE yang diperoleh dari
2011 Romawi IV.3 setoran bank, tanpa melalui proses hitung ulang secara rinci oleh Bank
Indonesia kepada bank yang sama atau bank yang berbeda dengan
kemasan uang yang masih utuh dan tersegel serta masih terdapat label
Bank penyetor.
Contoh: setoran ULE Bank A di kantor Bank Indonesia Surabaya yang
belum dilakukan penghitungan ulang secara rinci, dapat dibayarkan
kepada Bank A atau Bank B yang berada di wilayah kerja Kantor Bank
Indonesia Surabaya atau Kantor Bank Indonesia lainnya.
SE 13/9/DPU 6. Bank dapat melakukan verifikasi atas kebenaran jumlah uang yang ditarik
2011 Romawi IV.5 dari Bank Indonesia sebelum uang tersebut dibawa keluar dari loket
13
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
SE 13/9/DPU 8. Bank tidak dapat melakukan klaim atas kekurangan jumlah uang yang
2011 Romawi IV.7 diterima dari Bank Indonesia, setelah uang tersebut dibawa keluar dari
loket bayaran Bank Indonesia.
14 Pasal 14 (1) Bank harus terlebih dahulu melakukan transaksi uang Rupiah antarbank
14/7/PBI/2012 sebelum dapat memperoleh layanan penyetoran dan/atau penarikan
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 13 ayat (2).
14
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
(2) Dalam kondisi tertentu, Bank Indonesia dapat menetapkan bank tidak harus
melakukan transaksi uang Rupiah antarbank sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis laporan serta mekanisme penyampaian
laporan diatur sebagai berikut:
2) Perkiraan jumlah ULE yang masuk dan kebutuhan bank terhadap ULE
sebagaimana dimaksud pada butir 1).a), tidak termasuk rencana bank
15
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
SE 13/9/DPU 2. Bank harus menyampaikan informasi posisi long, posisi short dan/atau
2011 Romawi VI.2 posisi square kepada Bank Indonesia dalam jumlah nominal untuk masing-
masing pecahan pada setiap hari kerja secara benar, lengkap dan sesuai
dengan batas waktu yang ditetapkan melalui sistem informasi yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
a. Dalam hal sistem informasi dalam penyampaian informasi posisi long,
posisi short dan/atau posisi square mengalami kerusakan maka
penyampaian informasi dapat disampaikan melalui faksimili atau sarana
tertulis lain.
b. Waktu penyampaian informasi posisi long, posisi short dan/atau posisi
square diatur sebagai berikut:
1) Tahap I
a) wilayah Indonesia Bagian Barat
Mulai pukul 07.10 WIB sampai dengan paling lama pukul 09.00
WIB.
b) sebagian wilayah Indonesia Bagian Barat, wilayah Indonesia Bagian
Tengah dan wilayah Indonesia Bagian Timur
Mulai pukul 07.40 WIB atau WITA atau WIT sampai dengan paling
lama pukul 09.30 WIB atau WITA atau WIT.
16
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
17
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
SE 13/9/DPU 3. Dalam hal bank melakukan perubahan rencana penyetoran uang dan/atau
2011 Romawi VI.3 penarikan uang, ketentuan diatur sebagai berikut:
a. Bank yang telah menyampaikan rencana penyetoran uang dan/atau
rencana penarikan uang dapat menyampaikan perubahan rencana
penyetoran uang dan/atau rencana penarikan uang melalui faksimili
dan/atau sistem informasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
b. Bank hanya dapat melakukan perubahan rencana penyetoran UTLE
paling banyak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah nominal
rencana penyetoran UTLE untuk masing-masing jenis pecahan
sebelumnya .
c. Bank hanya dapat melakukan perubahan rencana penyetoran ULE paling
banyak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah nominal rencana
penyetoran ULE untuk masing-masing jenis pecahan sebelumnya,
setelah terlebih dahulu mengoptimalkan TUKAB.
d. Dalam hal perubahan rencana penyetoran uang dan/atau rencana
penarikan uang sebagaimana dimaksud pada huruf a berdampak pada
terjadinya penarikan uang ke Bank Indonesia maupun terdapat
perubahan jumlah penarikan uang ke Bank Indonesia, maka bank harus
menyampaikan permohonan melalui faksimili dengan menyampaikan
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada Bank Indonesia.
18
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
15 Pasal 15 Bank Indonesia melakukan kegiatan distribusi uang Rupiah sebagaimana dimaksud
14/7/PBI/2012 dalam Paragraf 13 ayat (1) yang meliputi distribusi uang Rupiah:
a. antarkantor Bank Indonesia;
b. ke lokasi penyimpanan uang Rupiah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
dan/atau
c. ke lokasi pihak lain yang melakukan kerjasama dengan Bank Indonesia dalam
layanan kas.
Pihak lain yang melakukan kerjasama dengan Bank Indonesia dalam layanan
kas antara lain pengelola kas titipan.
Pengolahan Uang Rupiah oleh Bank dan/atau Pihak Lain yang Ditunjuk
Bagian Ketiga
oleh Bank
16 Pasal 16 (1) Dalam rangka menjaga kualitas uang Rupiah yang beredar dan mencegah
14/7/PBI/2012 beredarnya uang Rupiah palsu di masyarakat, bank dan/atau pihak lain yang
ditunjuk oleh bank wajib melakukan pengolahan uang Rupiah dengan
memenuhi ketentuan Bank Indonesia.
19
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
SE 13/9/DPU 2011 Bank harus melakukan pemilahan, penyortiran dan pengemasan uang yang
Romawi II.4 akan disetorkan ke Bank Indonesia, dengan tata cara sebagai berikut:
a. Pemilahan, penyortiran dan pengemasan UK
1) UK dipilah dan disortir menurut jenis pecahan dan tahun emisi, serta
disusun searah;
2) UK yang telah dipilah dan disortir, dalam jumlah 100 (seratus) lembar
dengan jenis pecahan dan tahun emisi yang sama diikat menjadi 1
(satu) pak dengan menggunakan ban UK bank yang bersangkutan yang
dibubuhi stempel nama bank dan/atau pihak lain, tanggal pengolahan
UK dan paraf petugas bank dan/atau Pihak Lain;
3) UK yang telah diikat menjadi 1 (satu) pak, selanjutnya diikat menjadi 1
(satu) brood yang terdiri dari 10 (sepuluh) pak dengan jenis pecahan
dan tahun emisi yang sama;
4) UK yang telah dipilah dan disortir, dalam jumlah 10 (sepuluh) brood
dengan jenis pecahan dan tahun emisi yang sama, dikemas dalam
kantong plastik transparan dan diberikan segel serta label yang
dibubuhi stempel nama bank dan/atau pihak lain;
5) Dalam label bank terdapat informasi nama bank, tanggal penyetoran
UK, kode ULE dan/atau UTLE, jenis pecahan, tahun emisi, jumlah
nominal dan tanda tangan petugas bank dan/atau pihak lain.
b. Pemilahan, penyortiran dan pengemasan UL
1) UL dipilah dan disortir menurut jenis pecahan dan tahun emisi;
2) UL yang telah dipilah dan disortir, selanjutnya dikemas dalam kantong
plastik transparan yang berisi 500 (lima ratus) keping dengan jenis
pecahan dan tahun emisi yang sama dan diberikan segel serta label
yang dibubuhi stempel nama bank dan/atau pihak lain;
3) Dalam label bank terdapat informasi nama bank, tanggal penyetoran
UL, kode ULE dan/atau UTLE, jenis pecahan, tahun emisi, jumlah
nominal dan tanda tangan petugas bank dan/atau pihak lain.
Yang dimaksud dengan “uang Rupiah yang hilang atau musnah” adalah uang
Rupiah yang karena suatu sebab, fisik dan/atau tanda keasliannya telah hilang
atau musnah.
20
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
19 Pasal 19 (1) Bank Indonesia memberi penggantian atas uang Rupiah rusak dengan
14/7/PBI/2012 ketentuan sebagai berikut:
a. Uang Rupiah kertas
1. Dalam hal fisik uang Rupiah kertas lebih besar dari 2/3 (dua pertiga)
ukuran aslinya dan ciri uang Rupiah dapat dikenali keasliannya, diberi
penggantian sebesar nilai nominal dengan persyaratan:
a) Uang Rupiah kertas rusak masih merupakan satu kesatuan dengan
atau tanpa nomor seri yang lengkap; atau
b) Uang Rupiah kertas rusak tidak merupakan satu kesatuan, dan kedua
nomor seri pada uang Rupiah kertas rusak tersebut lengkap dan sama.
2. Dalam hal fisik uang Rupiah kertas sama dengan atau kurang dari
2/3 (dua pertiga) ukuran aslinya, tidak diberikan penggantian.
b. Uang Rupiah logam
1. Dalam hal fisik uang Rupiah logam lebih besar dari 1/2 (satu perdua)
ukuran aslinya dan ciri uang Rupiah dapat dikenali keasliannya, diberikan
penggantian sebesar nilai nominal;
2. Dalam hal fisik uang Rupiah logam sama dengan atau kurang dari 1/2
(satu perdua) ukuran aslinya, tidak diberikan penggantian.
c. Uang Rupiah kertas yang terbuat dari bahan plastik (polimer)
1. Dalam hal fisik uang Rupiah kertas mengerut dan masih utuh serta ciri
uang Rupiah dapat dikenali keasliannya, diberi penggantian sebesar nilai
nominal;
2. Dalam hal fisik uang Rupiah kertas mengerut dan tidak utuh, diberikan
penggantian sebesar nilai nominal sepanjang ciri uang Rupiah masih
dapat dikenali keasliannya dan fisik uang Rupiah lebih besar dari 2/3 (dua
pertiga) ukuran aslinya.
(2) Uang Rupiah lusuh atau uang Rupiah cacat dalam kondisi rusak sepanjang
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan
penggantian dengan nilai yang sama nominalnya.
(3) Uang Rupiah rusak sebagian karena terbakar diberikan penggantian dengan
nilai yang sama nominalnya, sepanjang menurut penelitian Bank Indonesia
masih dapat dikenali keasliannya dan memenuhi persyaratan untuk dapat
diberikan penggantian.
(4) Bank Indonesia tidak memberikan penggantian atas uang Rupiah rusak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila menurut Bank Indonesia
kerusakan uang Rupiah tersebut diduga dilakukan secara sengaja atau
dilakukan secara sengaja.
21
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
SE 10/8/DPU (5) Penggantian sebesar nilai nominal terhadap uang Rupiah kertas hanya
2008 Romawi diberikan dalam hal:
V.2.c 1) Uang rusak masih merupakan satu kesatuan dengan atau tanpa nomor seri
yang lengkap. Yang dimaksud satu kesatuan dengan atau tanpa nomor seri
yang lengkap adalah kondisi fisik UK yang diserahkan oleh masyarakat tidak
terdiri dari 2 (dua) bagian atau lebih dan dengan atau tanpa nomor seri
yang lengkap; atau
2) Uang rusak tidak merupakan satu kesatuan, tetapi terbagi menjadi paling
banyak 2 (dua) bagian terpisah, dan kedua nomor seri pada uang rusak
tersebut lengkap dan sama.
Uang rusak dengan 2 (dua) bagian terpisah yang disambungkan kembali
dengan perekat termasuk uang rusak yang tidak merupakan satu kesatuan.
SE 10/8/DPU (6) Bank Indonesia tidak memberikan penggantian atas uang rusak yang terdiri
2008 Romawi lebih dari 2 (dua) bagian terpisah baik yang disambungkan kembali dengan
V.2.f perekat maupun tidak disambungkan.
SE 10/8/DPU (7) Dalam hal diperlukan proses penelitian secara laboratoris terhadap uang rusak
2008 Romawi VII yang diterima dari masyarakat, maka Bank Indonesia dapat menahan uang
rusak dalam rangka menilai besarnya keutuhan dan/atau menetapkan
penggantian atas uang rusak tersebut.
Dalam hal uang rusak akan ditahan oleh Bank Indonesia, masyarakat
menyerahkan surat pernyataan yang antara lain berisi kesediaan bahwa:
a. Uang rusak ditahan oleh Bank Indonesia untuk dilakukan penelitian secara
laboratoris; dan
b. apabila uang rusak setelah dilakukan penelitian secara laboratoris tidak
dikembalikan oleh Bank Indonesia, sepanjang kondisi fisik uang rusak
tersebut tidak memungkinkan untuk dikembalikan.
SE 13/12/DPU (8) Bank Indonesia mengembalikan uang rusak yang tidak mendapat penggantian
2011 Romawi kepada masyarakat pemilik uang rusak.
VII.A
Bank Indonesia memberikan tanda pada uang rusak yang tidak mendapat
penggantian dengan mencantumkan frasa “TIDAK DIGANTI” atau tanda lainnya
sebelum dikembalikan ke pada pemilik uang rusak.
22
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
Dalam hal pemilik uang rusak sebagaimana menyetujui uang rusak miliknya
dimusnahkan oleh Bank Indonesia, pemilik uang rusak dimaksud
menandatangani surat pernyataan yang antara lain berisi persetujuan bahwa
uang rusak miliknya dimusnahkan oleh Bank Indonesia.
20 Pasal 20 (1) Bank yang beroperasi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
14/7/PBI/2012 menyediakan layanan penukaran uang Rupiah kepada masyarakat sesuai
ketentuan penukaran uang Rupiah.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang Rupiah yang layak edar
dan jenis pecahan yang sesuai, bank menyediakan layanan penukaran uang
Rupiah. Sepanjang bank masih memiliki persediaan uang Rupiah yang layak
edar yang dibutuhkan oleh masyarakat, maka bank tersebut tidak boleh
menolak permintaan penukaran uang Rupiah dari masyarakat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan layanan penukaran uang Rupiah:
SE 10/8/DPU 2008 Layanan penukaran adalah kegiatan penerimaan uang oleh Bank Indonesia
Romawi I.9 dan/atau pihak lain yang disetujui oleh Bank Indonesia dari masyarakat dengan
memberikan penggantian berupa uang yang masih layak edar (ULE) dalam
pecahan yang sama atau pecahan lainnya.
SE 10/8/DPU 2008 Bank Indonesia dan/atau pihak lain yang disetujui oleh Bank Indonesia
Romawi II memberikan layanan penukaran kepada masyarakat untuk menukarkan :
1. ULE dengan ULE dalam pecahan yang sama atau pecahan lainnya; atau
2. UTLE dengan ULE dalam pecahan yang sama atau pecahan lainnya.
23
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
24
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
Yang dimaksud dengan “uang Rupiah yang sudah tidak berlaku” adalah uang
Rupiah yang dicabut dan ditarik dari peredaran.
(2) Jumlah dan nilai nominal uang Rupiah yang dimusnahkan oleh Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia secara periodik setiap 1 (satu) tahun sekali.
Jumlah dan nilai nominal uang Rupiah yang dimusnahkan oleh Bank Indonesia
meliputi jenis pecahan, jumlah bilyet atau keping, dan nilai nominal. Data
jumlah dan nilai nominal uang Rupiah yang dimusnahkan yang ditempatkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia untuk periode 1 (satu) tahun
yaitu data dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Yang dimaksud dengan “uang Rupiah tidak asli” adalah benda yang
menyerupai uang Rupiah tetapi tidak memenuhi ciri-ciri keaslian uang Rupiah.
25
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
26 Pasal 26 (1) Masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia tentang
14/7/PBI/2012 uang Rupiah yang diragukan keasliannya.
26
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
(2) Dalam hal berdasarkan hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
uang Rupiah tersebut dinyatakan asli, Bank Indonesia memberi penggantian
sebesar nilai nominal.
(3) Dalam hal uang Rupiah yang dinyatakan asli sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dalam kondisi lusuh, cacat, atau rusak sebagian, besarnya penggantian
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 18 dan
Paragraf 19.
(4) Dalam hal berdasarkan hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
uang Rupiah tersebut dinyatakan tidak asli, Bank Indonesia tidak memberi
penggantian dan uang Rupiah tidak asli tersebut diproses sesuai ketentuan
yang berlaku.
SE 6/49/DPU 2004 (5) Bank Indonesia menyampaikan informasi hasil penelitian atas uang yang
Romawi III diragukan keasliannya kepada pihak yang mengajukan permintaan klarifikasi
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya permintaan
klarifikasi secara lengkap dan benar.
Dalam hal permintaan klarifikasi diajukan oleh kantor bank, Bank Indonesia
mengirimkan tembusan informasi hasil penelitian atas uang yang diragukan
keasliannya kepada kantor pusat bank atau kantor cabang bank asing.
Batas waktu penyampaian informasi hasil penelitian atas uang yang diragukan
keasliannya dapat dikesampingkan apabila dalam melakukan penelitian atas
uang yang diragukan keasliannya diperlukan pemeriksaan secara laboratoris.
Bank Indonesia memberitahukan hal tersebut kepada pihak yang mengajukan
permintaan klarifikasi.
27
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
27 Pasal 27 (1) Bank harus menahan uang Rupiah yang diragukan keasliannya yang diterima
14/7/PBI/2012 dari masyarakat.
Bank harus menahan uang Rupiah yang diragukan keasliannya dalam rangka
penanggulangan peredaran uang Rupiah palsu.
SE 6/49/DPU 2004 1. Penyampaian laporan penemuan uang palsu adalah sebagai berikut:
Romawi V a. Kantor pusat bank atau kantor cabang bank asing wajib menyampaikan
Laporan Penemuan Uang Palsu secara bulanan secara benar, lengkap,
dan tepat waktu kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat
Pengedaran Uang dengan alamat Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10110
yang contohnya tertera pada Lampiran 11, yang datanya bersumber
dari :
1) hasil penelitian atas uang yang diragukan keasliannya pada bulan
yang bersangkutan; dan/atau
2) pemberitahuan oleh Bank Indonesia pada bulan yang bersangkutan
atas penemuan uang palsu yang berasal dari setoran kantor bank.
b. Dalam hal bank tidak memiliki data sebagaimana dimaksud pada huruf
a, bank tidak perlu menyampaikan laporan.
c. Laporan yang disampaikan oleh kantor pusat bank atau kantor cabang
bank asing kepada kantor pusat Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
pada huruf a merupakan laporan gabungan dari seluruh kantor bank
yang berkedudukan di Indonesia.
28
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
3. Sanksi Administratif
Kantor pusat Bank atau Kantor Cabang Bank Asing yang terlambat
menyampaikan Laporan atau tidak menyampaikan Laporan kepada Kantor
Pusat Bank Indonesia dikenakan sanksi administratif berupa teguran
tertulis.
Kerjasama dilakukan antara lain dalam bentuk pertukaran data dan informasi,
pelaksanaan pemberian informasi dan pengetahuan kepada masyarakat.
29
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
(7) Uang Rupiah khusus yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia merupakan alat
pembayaran yang sah dan dijamin oleh Bank Indonesia sebesar nilai nominal.
(8) Pengeluaran uang Rupiah khusus dilakukan dengan Peraturan Bank Indonesia
yang ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia dan
diumumkan melalui media massa.
Peraturan Bank Indonesia mengatur antara lain mengenai macam, harga, ciri,
dan jumlah uang Rupiah Khusus.
(9) Uang Rupiah khusus dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam jumlah terbatas.
(10) Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia melakukan
pengedaran uang Rupiah Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(11) Dalam hal pengeluaran uang Rupiah khusus dilakukan atas permohonan pihak
lain, distribusi dan penjualan uang Rupiah khusus tersebut dapat dilakukan
oleh pihak yang mengajukan permohonan pengeluaran uang Rupiah khusus
dimaksud.
Spesimen uang Rupiah kertas emisi baru disampaikan kepada bank, bank
sentral negara lain, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan/atau pihak lain
yang dipandang perlu oleh Bank Indonesia.
(2) Spesimen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan alat
pembayaran yang sah.
31 Pasal 31 (1) Bank Indonesia menetapkan kriteria contoh uang Rupiah atau benda yang
14/7/PBI/2012 menyerupai uang Rupiah yang dapat digunakan untuk tujuan pendidikan
dan/atau promosi.
(2) Contoh uang Rupiah atau benda yang menyerupai uang Rupiah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan kata “spesimen”.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria contoh uang Rupiah atau benda
yang menyerupai uang Rupiah diatur dalam ketentuan ini.
30
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
31
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
34 Pasal 34 (1) Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia
14/7/PBI/2012 sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 32 ayat (1) terdapat Bank dan/atau
pihak lain yang ditunjuk oleh bank yang melanggar kewajiban pengolahan uang
Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 16, dikenakan sanksi berupa
teguran tertulis.
(2) Selain teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia
melakukan pembinaan kepada bank dan/atau pihak lain yang ditunjuk oleh
bank, termasuk meminta komitmen untuk perbaikan.
(3) Bank atau pihak lain yang ditunjuk oleh bank yang telah memperoleh surat
teguran dan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
yang tidak melaksanakan perbaikan sesuai komitmen yang diberikan,
dikenakan sanksi berupa larangan untuk melakukan kegiatan penyetoran uang
Rupiah dalam jangka waktu tertentu.
35 Pasal 35 Bank yang menolak menerima penyetoran uang Rupiah dari nasabah sebagaimana
14/7/PBI/2012 dimaksud dalam Paragraf 21 dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
32
Sistem Pembayaran Tunai Pengelolaan Uang Rupiah
33
Lampiran 1
WAKTU PENYAMPAIAN
No. URAIAN
(HARI SENIN-JUM'AT)
10.
10. Pontianak 10. Palu
Pematangsiantar
14. Surabaya
15. Tasikmalaya
16. Tegal
17. Yogyakarta
Penyampaian Posisi
1 Long, Short, dan/atau
Square
Penyampaian hasil
rekapitulasi Posisi paling lama 09.30 paling lama 10.00 paling lama 10.00
Kas Bank Tahap I
33
34
Lampiran 1
Penyampaian hasil
rekapitulasi Posisi paling lama 16.15 paling lama 16.30 paling lama 16.30
Kas Bank Tahap II
2 Penyampaian Rencana
Penyetoran Uang dan
Penarikan Uang
a. Rencana
paling lama 16.30 paling lama 16.45 paling lama 16.45
Penyetoran Uang
b. Rencana
paling lama 16.30 paling lama 16.45 paling lama 16.45
Penarikan Uang
3 Rekapitulasi Rencana
Penyetoran Uang dimulai sejak 16.45 dimulai sejak 17.00 dimulai sejak 17.00
dan/atau Penarikan Uang
4 Penyampaian Faksimili
Rencana Perubahan
Penyetoran Uang paling lama 08.00 paling lama 08.30 paling lama 08.30
dan/atau Penarikan Uang
(H+0)
Keterangan:
Penyampaian Informasi Posisi Long, Short dan/atau Square oleh Bank kepada Bank Indonesia dilakukan
*) :
pada:
1. Tahap I
2. Tahap II (apabila ada perubahan posisi
pada tahap I)
34
35
Lampiran 2 RENCANA PENYETORAN UANG
DI BANK INDONESIA
HARI / TANGGAL PENYETORAN :
ULE UTLE
TAHUN EMISI/ JUMLAH JUMLAH
JUMLAH JUMLAH
NOMINAL NOMINAL
PECAHAN BROOD/KANTONG BROOD/KANTONG
(TOTAL) (TOTAL)
UANG KERTAS
… 100,000
… 50,000
… 20,000
… 10,000
… 5,000
… 2,000
… 1,000
… …
SUB JML UK
UANG LOGAM
… 1,000
… 500
… 500
… 200
… 100
… 50
… 25
… …
SUB JML UL
TOTAL
35
36
Lampiran 3
DI BANK INDONESIA
TAHUN EMISI /
JUMLAH BROOD/KANTONG JUMLAH NOMINAL (TOTAL)
PECAHAN
UANG KERTAS
… 100,000
… 50,000
… 20,000
… 10,000
… 5,000
… 2,000
… 1,000
… …
SUB JML UK
UANG LOGAM
… 1,000
… 500
… 500
… 200
… 100
… 50
… …
SUB JML UL
TOTAL
36
37
Lampiran 4
37
38
Lampiran 4
38
39
Lampiran 4
Sehingga Bank A pada periode Minggu I bulan Mei 2011, diperkirakan berada dalam posisi
Long sebesar Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pecahan 100.000, dan
merencanakan untuk melakukan penyetoran UTLE pecahan 10.000 sebesar Rp25.000.000 (dua
puluh lima juta rupiah).
39
40
Lampiran 4
(DIATAS KOP SURAT RESMI BANK)
(dalam
Periode Bulan : ribuan)
ULE UTLE
Periode Aliran Aliran Penyetoran
Pecahan Kebutuhan Long/Short
Minggu Masuk Masuk Ke BI
(1) (2) (3) = (1) - (2) (4) (5)
Uang Kertas
Rp 100,000
Rp 50,000
Rp 20,000
Rp 10,000
Rp 5,000
Rp 2,000
I Rp 1,000
(tgl. 1-7) Uang Logam
Rp 1,000
Rp 500
Rp 200
Rp 100
Rp 50
Rp 25
TOTAL
Uang Kertas
Rp 100,000
Rp 50,000
Rp 20,000
Rp 10,000
Rp 5,000
Rp 2,000
II Rp 1,000
(tgl. 8-15) Uang Logam
Rp 1,000
Rp 500
Rp 200
Rp 100
Rp 50
Rp 25
TOTAL
III Uang Kertas
(tgl. 16- Rp 100,000
40
41
Lampiran 4
23) Rp 50,000
Rp 20,000
Rp 10,000
Rp 5,000
Rp 2,000
Rp 1,000
Uang Logam
Rp 1,000
Rp 500
Rp 200
Rp 100
Rp 50
Rp 25
TOTAL
Uang Kertas
Rp 100,000
Rp 50,000
Rp 20,000
Rp 10,000
Rp 5,000
IV Rp 2,000
(tgl. 24- Rp 1,000
akhir Uang Logam
bulan) Rp 1,000
Rp 500
Rp 200
Rp 100
Rp 50
Rp 25
TOTAL
Grand Total
41
42
Lampiran 5
(dalam ribuan)
Bank Counterpart
Pecahan Jumlah
Bank A Bank B Bank C
4 April 2011 6 April 2011 7 April 2011
Uang Kertas (UK)
Rp 100.000 10.000.000 - - 10.000.000
Rp 50.000 - 5.000.000 - 5.000.000
Rp 20.000 - - 2.000.000 2.000.000
Rp 10.000 - - - -
Rp 5.000 - - - -
Rp 2.000 - - - -
Rp 1.000 - - - -
Sub Jumlah UK 10.000.000 5.000.000 2.000.000 17.000.000
Uang Logam (UL)
Rp 1.000 - - - -
Rp 500 - - - -
Rp 200 - - - -
Rp 100 - - - -
Rp 50 - - - -
Sub Jumlah UL - - - -
Jumlah Total
10.000.000 5.000.000 2.000.000 17.000.000
(UK + UL)
42
43
Lampiran 5
Dengan demikian, Bank A menyampaikan Laporan Realisasi TUKAB kepada Bank Indonesia
paling lama pada hari Selasa, tanggal 12 April 2011 untuk periode Minggu I April 2011, dimana
Bank A telah melakukan 3 (tiga) kali TUKAB dengan Bank B pada tanggal 1 April 2011, Bank C
pada tanggal 4 April 2011 dan Bank D pada tanggal 7 April 2011 dengan total nominal TUKAB
sebesar Rp17.000.000.000 (tujuh belas miliar rupiah).
43
44
Lampiran 5
Nama Bank :
Laporan Mingguan Periode :
(dalam
ribuan)
Bank Counterpart
Pecahan Bank ... Bank ... Bank ... Bank ... Bank ... dst. Jumlah
44
45
Lampiran 6
--------------------------------------------------------------
ALAMAT KANTOR BANK INDONESIA
18. KBI Malang Jl. Merdeka Utara No.7/ Jl. Merdeka Timur No.1,
Malang
23. KBI Palangka Raya Jl. Diponegoro No.17, Palangka Raya 73111
45
46
Lampiran 6
-------------------------------------------------------
28. KBI Purwokerto Jl. Jend. Gatot Subroto No.98, Purwokerto 53116
31. KBI Sibolga Jl. Kapten Maruli Sitorus No.8, Sibolga 22513
46
47
Lampiran 7
*) Kepada Yth.
Direktur Direktorat Pengedaran Uang Kantor
Pusat Bank Indonesia
Jl. M.H. Thamrin No.2 JAKARTA
**) Kepada Yth.
Pemimpin Bank Indonesia ………….
Jl. ……………………….
………………
Bersama ini kami mengajukan permintaan klarifikasi atas uang yang diragukan keasliannya
sebesar Rp.……………. (terbilang ………………………….) dengan rincian sebagaimana tercantum pada Berita
Acara Serah Terima Uang yang diragukan keasliannya.
Demikian agar Saudara maklum. Atas perhatian dan bantuan Saudara, kami ucapkan terima
kasih.
…………., ……………………….
(Nama lengkap)
*) Alamat surat permintaan klarifikasi, bagi masyarakat yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta, Provinsi
Banten, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Karawang, dan Kota Depok.
**) Alamat surat permintaan klarifikasi, bagi masyarakat yang berdomisili di luar wilayah DKI Jakarta,
Provinsi Banten, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Karawang, dan Kota Depok.
47
48
Lampiran 8
Pada hari ini ………. tanggal ………. bulan ………….. tahun ………….,
bertempat di ……………., yang bertanda tangan dibawah ini :
Alamat : ……………………
Pangkat/Jabatan : ……………………
Alamat : ……………………
Dengan ini menerangkan bahwa Pihak Pertama telah menyerahkan uang yang diragukan
keasliannya sebesar Rp …………. (terbilang : ..…..…...) kepada Pihak Kedua, dan Pihak Kedua telah
menerima uang tersebut dari Pihak Pertama dengan rincian sebagaimana tercantum pada lampiran
berita acara serah terima yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berita acara ini.
Berita Acara ini dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing untuk Pihak Pertama dan Pihak
Kedua.
48
49
Lampiran 8
Nama : …………………………………..
Alamat : …………………………………..
Jenis Uang Pecahan Tahun Emisi Jumlah Nomor Seri Jumlah Nominal
(uang kertas/uang logam) Lembar Keping
JUMLAH
49
50
Lampiran 9
*) Kepada Yth.
Direktur Direktorat Pengedaran Uang Kantor
Pusat Bank Indonesia
Jl. M.H. Thamrin No.2 JAKARTA
**) Kepada Yth.
Pemimpin Bank Indonesia ………….
Jl. ……………………….
………………
Bersama ini kami mengajukan permintaan klarifikasi atas uang yang diragukan keasliannya
sebesar Rp…………. (terbilang …………………) dengan rincian sebagaimana tercantum pada Berita Acara
Serah Terima Uang yang diragukan keasliannya.
Demikian agar Saudara maklum. Atas perhatian dan bantuan Saudara, kami ucapkan terima
kasih.
…………., ……………………….
Bank ………………………
50
51
Lampiran 10
Pada hari ini ……… tanggal ……… bulan …………. tahun ……...……., bertempat di …………….,
Pangkat/Jabatan : ……………………
Bank : ……………………
Alamat : ……………………
Pangkat/Jabatan : ……………………
Alamat : ……………………
Dengan ini menerangkan bahwa Pihak Pertama telah menyerahkan uang yang
diragukan keasliannya sebesar Rp …………. (terbilang : ..……..…...) kepada Pihak Kedua, dan
Pihak Kedua telah menerima uang tersebut dari Pihak Pertama dengan rincian sebagaimana
tercantum pada lampiran berita acara serah terima yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari berita acara ini.
Berita Acara ini dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing untuk Pihak Pertama
dan Pihak Kedua.
51
52
Lampiran 10
A. Uang yang diragukan keasliannya yang ditemukan bank pada saat penyerahan/penyetoran/penukaran oleh nasabah.
No. Nama Nasabah Alamat Lengkap Jenis Uang Pecahan Tahun Jumlah Nomor Jumlah
(uang kertas/ Emisi Lembar Keping Seri Nominal
uang logam)
JUMLAH
B. Uang yang diragukan keasliannya yang ditemukan bank dalam kegiatan pengolahan uang
Jenis Uang Pecahan Tahun Emisi Jumlah Nomor Seri Jumlah Nominal
(uang kertas/uang logam) Lembar Keping
JUMLAH
52
53
Lampiran 11
JUMLAH
…………………., …………….
Bank …………………………..
53
54