Siti Fatimah
Mohammad Syaiful Suib
Universitas Nurul Jadid
sayyidahfatimahfsl@gmail.com
syaifulsuib@gmail.com
Abstrak
E-money saat ini telah menjadi media pembayaran yang sangat digemari semua kalangan
termasuk pesantren. Kajian ini ingin mengetahui dan menganalisis motif pesantren dalam
menerapkan e-money. Studi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif berdasarkan
observasi, interview. Hasil dari studi ini disimpulkan bahwa pesantren juga mampu menerapkan
transaksi e-money sebagai media pembayaran pesantren dengan memanfaatkan teknologi
untuk membantu menunjang kegiatan kepesantrenan agar berjalan optimal. Tujuannya untuk
meningkatkan customer service pesantren, menciptakan lingkungan cahsless society, serta
paperless offices yang dapat mengefisienkan data. Implikasi dari penelitian ini diharapkan akan
semakin banyak pesantren yang menerapkan transaksi non tunai kepada santrinya, sebagai
salah respon positif pesantren terhadap perkembangan zaman sehingga dapat menyiapkan
generasi bangsa yang berdaya saing tinggi dengan bekal pemahaman agama yang kuat,
cerdas intelektual dan mampu memahami dan manguasai teknologi informasi dan komunikasi.
Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pesantren Daruut Tauhitt, Tebu Ireng dan
pada awal Agustus 2014, melalui gerakan pesantren Sunan Pandanaran, penerapan
inilah perkembangan e-money hingga kini e-money juga banyak dikuti oleh pesantren
terus meningkat. Dari data yang diperoleh lain di Indonesia. Salah satu pesantren
dari Bank Indonesia, kini instrumen yang juga menerapkan Layanan Keuangan
e-money pada bulan Oktober 2018 tecatat Digital (LKD) dan e-money adalah Pondok
144.361.292 instrumen. Pesantren Nurul Jadid yang merupakan
Salah satu faktor yang memicu salah satu pondok terbesar di Indonesia,
peningkatan penggunaan e-money di yang bertempat di Probolinggo, Jawa Timur.
Indonesia adalah Gerakan Nasional Non Melihat semakin banyaknya pesantren
Tunai (GNNT). Melalui gerakan ini BI menerapkan transaksi e-money dalam
(Bank Indonesia) menggandeng beberapa lingkungannya, sangat menarik bagi
lembaga, salah satunya adalah pesantren. penulis untuk mengangkat tema tentang
Pesantren yang menjadi uji coba penggunaan pesantren dan transaksi e-money, penulis
e-money adalah pesantren Daaruut Tauhiid, akan mengkaji tentang penerapan e-money
Bandung Jawa Barat dan pondok pesantren dalam dunia pesantren dengan mengetahui
Al-Mawaddah Jawa Timur, (Damanhuri motif apa yang mendasari pesantren untuk
Zuhri, 2015). Selain Pondok Daruut Tauhiid, menerapkan transaksi e-money sebagai
BI juga menggandeng Pesantren Tebuireng kartu belanja santri. Sementara Menurut
Jombang untuk mengampanyekan (Ramadani, 2016) dalam penelitiannya
penggunaan uang elektronik (e-money) menyatakan bahwa meningkatnya
dalam transaksi keuangan di lingkungan penggunaan e-money juga meningkatkan
pesantren, (Ibnu Nawawi/Fathoni, 2016). pengeluaran konsumsi pengguna e-money.
Hal ini juga disambut baik oleh Pesantren Hal ini, berbanding terbalik dengan
Sunan Pandanaran, Sardonoharjo, pada kehidupan pesantren yang dikenal dengan
17 November 2015 lalu. Pesantren ini lingkungan yang selalu menanamkan sikap
mewajibkan santrinya yang berjumlah sederhana, qonaah dan zuhud.
kurang lebih 3.000 santri menggunakan
e-money dalam bertransaksi, (Indah KAJIAN TEORI
Wulandari, 2015). Sistem Pembayaran
Penerapan e-money terus berkembang Dalam undang-undang Republik
pesat di dunia pesantren, tidak hanya Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang
Transformasi Sistem Pembayaran ………. (Siti Fatimah & Mohammad S Suib) 101
exis menghadapi tantangan zaman yang Tanda Mahasiswa yang terintegrasi dengan
semakin komplit. sistem perbankan. Kartu tanda mahasiswa
tidak lagi pasif namun memiliki fugsing yang
METODE PENELITIAN sangat kompilit, selain sebagai kartu identitas
Metode penelitian yang digunakan tapi juga bisa digunakan untuk transaksi
melalui pendekatan kualitatif deskriptif. Dari ritel, sebagai tabungan, akses parkir,
hasil data di peroleh data tentang persepsi, e-toll, peminjaman buku di perpustakaan.
pendapat, penerimaan dan kepercayaan (Hamzah, 2019) Kemungkinan besar akan
warga pesantren terhadap era digital yang diberlakukan sistem pembayaran non tunai
tidak bisa di bendung dengan cara–cara di lingkungan pesantren secara menyeluruh
tradisional akan tetapi pesantren harus baik dalam lembasga formal, kampus
bersikap terbuka terhadap kemajuan zaman. dan pesantren. Berikut beberapa faktor,
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tujuan, mekanisme dan kendala penerapan
wawancara atau Interview, pengamatan e-money di Nurul Jadid:
atau observasi dan dokumentasi. (Sugiyono,
2008) Objek penelitian yang diterapkan Faktor-faktor penerapan e-money di
melalui observasi langsung kelapangan dan pesantren Nurul Jadid
interview kepada pihak-pihak yang berkaitan Beberapa faktor yang mendasari
seperti kepala pesantren, bendahara penerapan e-money di pesantren Nurul
pesantren dan kepala bagian perencanaan Jadid, antara lain (1) meningkatkan
dan keuangan , kepala wilayah pondok putri, pelayanan pesantren, (2) sebagai antisipasi
konsultan di pondok pesantren Nurul Jadid. kehilangan uang tunai, (3) mendisplinkan
Sumber data pendukung juga diperoleh dari santri dalam membayar uang bulanan
beberapa kajian dalam karya tulis ilmiah, pondok , serta (4) mengajarkan santri
jurnal, buku, dan berita yang berkaitan agar dapat mengelola keuangan pribadi
dengan teori tentang sistem pembayaran, dengan baik, (Maknunah, 2018). Seperti
kepesantrenan, e-money dan era digital. pembayaran uang bulanan, pembayaran
SPP sekolah dan kampus, belanja koperasi
HASIL DAN PEMBAHASAN pondok, dan keperluan pembayaran lainnya.
Transaksi E-Money: Belajar Dari Pondok Munculnya program e-money di Pesantren
Pesantren Nurul Jadid Menejemen Nurul Jadid Paiton juga menjadi salah satu
Keuangan Digitalisasi solusi untuk mengurangi efek negatif dari
Pondok pesantren Nurul Jadid penyalahgunaan uang saku dan dapat
menerapkan layanan keuangan digital meminimalisir terjadinya pelanggaran di
dan transaksi e-money sejak awal tahun pondok pesantren akibat penggunaan uang
2017. Transaksi Layanan Keuangan Digital tunai. Dari sisi penggunaan uang non tunai
(LKD) digunakan untuk pembayaran kos orang tua dan pengurus pondok pesantren
makan, pembayaran uang SPP sekolah dan dapat memonitor secara langsung transaksi
kampus serta pembayaran-pembayaran santri, mengetahui penggunaan melalui
yang lain. Namun penerapan transaksi kartu belanja santri (e-money).
e-money sebagai kartu belanja santri masih
belum diterapkan secara menyeluruh di Tujuan penerapan transaksi e-money di
lingkungan pesantren Nurul Jadid. Saat Nurul Jadid
ini yang menjadi percobaan penerapan Kepala pesantren Nurul Jadid (wahid,
transaksi e-money hanya di pondok putri 2018) menyatakan bahwa penerapan
wilayah Al-Hasyimiyah. e-money dipesantren sebagai bentuk ikhtiyar
Pada 19 Januari 2019 kampus Universitas pesantren untuk meningkatkan kualitas
Nurul Jadid melakukan sosialisasi Kartu pelayanan pesantren (cutomer services),
Transformasi Sistem Pembayaran ………. (Siti Fatimah & Mohammad S Suib) 103
setiap harinya. Adanya pembagian ini mesin jika terjadi permasalahan tentang
sebagai pembatas uang belanja santri agar mesin jika terjadi trouble, dan membimbing
tidak boros dan e-money dapat memberikan petugas koperasi dan pedagang dengan
pengaruh positif terhadap santri, wali santri memberikan pendamping dari santri yang
dan pesantren. Pondok Pesantren Nurul telah mahir bertransaksi dengan mesin.
Jadid menetapkan batasan uang belanja
santri agar santri tidak konsumtif. Batasan Transformasi Sistem Pembayaran
uang belanja santri maximal RP 900.000,- Pesantren Melalui E-Money Di Era Digital
dengan rincian Rp 300.000,- untuk Pembayaran merupakan beralihnya
pembayaran bulanan santri (in the cost) sejumlah uang atau dana dari pemilik
dan Rp 600.000-, untuk uang belanja santri kepada penerima dengan adanya transaksi
selama satu bulan. Uang belanja santri tertentu. Dalam lingkungan pesantren
dalam satu hari Rp 15.000,- dengan rincian pembayaran merupakan hal yang sangat
di dalam kartu BRIZZI Rp 8.000,- (belanja urgen untuk dilaksanakan karena pesantren
di dalam wilayah al-Hasyimiyah) dan yang membutuhkan biaya untuk menunjang
ditunaikan adalah Rp 7.000,- (belanja di keberlangsungan kegiatan kepesantrenan.
luar wilayah). Jika dikalkulasi dalam satu Proses pembayaran dalam lingkungan
bulan maka santri hanya menghabiskan Rp pesantren bisa dikatakan mudah dan sulit,
450.000,- dalam satu bulan, sehingga dari mudah jika transaksi hanya bersifat ritel
Rp 600.000,- masih tersisa Rp 150.000,- namun akan sulit jika transaksi besar dan
sebagai tabungan santri. Tabungan santri berjumlah banyak. Dalam hal ini, diperlukan
akan di cairkan pada saat pulangan pondok sebuah sistem.
(Maulid dan Ramadhan), jadi santri bisa Sistem merupakan aturan, prosedur
membawa pulang uang tabungan sebesar dan mekanisme suat lembaga yang saling
Rp 900.000 setiap pulangan pondok. berkaitan secara teratur dan tidak dapat
dipisahkan. Pembayaran dalam lingkungan
Kendala penerapan e-money di pesantren terdiri dari pembayaran kos
pesantren Nurul Jadid makan, biaya bulanan santri atau SPP,
Penerapan e-money masih belum belanja harian dan biaya kebutuhan lainnya.
maksimal, ada berbagai kendala yang Sistem pembayaran di pesantren cenderung
menghambat penerapan e-money bersifat manual, yang dalam hal ini dinilai
diantaranya: (1) tidak semua wali santri masih kurang efektif dan efisien. Sering
paham dengan dunia perbankan sehingga terjadinya kesalahan transaksi dan susah
masih ada santri yang mendapatkan uang menemukan letak kesalahannya. (Vera
tunai dari orang tuanya, (2) mesin EDC Intanie Dewi, 2006)
kadang rusak, sehingga, konsep pembagian Dengan adanya perkembangan teknologi
uang tunai dan uang elektonik menjadi pesantren mengadopsi sistem pembayaran
terhambat, (3) Sumber daya petugas non tunai untuk mempermudah proses
koperasi dan pedagang masih belum pembayaran. Sistem pembayaran non tunai
memadai untuk bertransaksi menggunakan dilakukan pesantren dengan bersinergi
mesin, sehingga terjadi kesalahan dalam dengan perbankan. Sistem ini lebih cepat,
memproses transaksi. (Agustin, 2018) transaksi lancar dan laporan keuangan lebih
Upaya mengatasi hal tersebut pengurus akurat. Penerapan e-money dipesantren
pesantren memberikan pengarahan juga merupakan bentuk pengaplikasian
kepada wali santri agar meminta bantuan ilmu dan respon terhadap perkembangan
perbankan uantuk melakukan transaksi zaman. Istilah Ilmu tanpa di barengi dengan
agar wali santri perlahan-lahan tau dan bisa agama maka ibarat orang buta, sedangkan
melek perbankan, menghubungi teknisi agama tanpa disasari Ilmu adalah ibarat
Transformasi Sistem Pembayaran ………. (Siti Fatimah & Mohammad S Suib) 105
selalu terjadi, sebab ia adalah hasil dari layanan keuangan. Banyak pesantren–
interaksi antara pertumbuhan ekonomi, pesantren telah menerapkan telah berusaha
perubahan sosial budaya termasuk meningkatkan layanan keuangan dengan
kedalaman pengamalan ajaran dan nilai- memanfaatkan teknologi finansial berupa
nilai agama serta perkembangan iptek. e-money. Program e-money di pesantren
Apabila dilaksanakan secara terencana dan menjadi salah satu solusi untuk mengurangi
terkendali, ketiga proses tersebut menjadi efek negatif dari penyalahgunaan uang
sinergis. Dalam hal ini pembangunan saku dan dapat meminimalisir terjadinya
ekonomi tidak secara otomatis menjamin pelanggaran pondok akibat penggunaan
terdapatnya peningkatan kualitas SDM. uang tunai. Penggunaan uang non tunai
Namun perkembangan SDM yang berkualitas dapat dimonitor langsung oleh orang
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. tua dan pengurus pondok, transaksi
Zaman telah memaksa pesantren untuk santri dapat diketahui melalui kartu
melakukan perubahan secara internal. Pada belanja santri (e-money). Hal ini juga
posisi ini pesantren dilema antara sikap maju mempermudah wali santri membayar
atau memilih diam, jika pesantren memilih biaya pendidikan dan uang belanja santri
diam maka konsekuensinya menjadikan tanpa harus berkunjung kepesantren
pesantren tertinggal dan dilengserkan dari setiap bulannya. Dari sinilah, pesantren
kehidupan. Namun jika memilih untuk maju, memanfaatkan transaksi e-money sebagai
mebutuhkan strategi dan menejemen agar sebuah peluang yang akan meningkatkan
bisa memfilter dampak yang dibawa oleh stabilitas kegiatan kepesantrenan. Dengan
kemajuan zaman. Jika perkembangan merebaknya layanan keuangan digital
zaman tidak disikapi dengan arif akan (e-money) di pesantren juga membantu
berdampa besar terhadap pergeseran nilai- pemerintah untuk memberikan pemahaman
nilai agama, budaya dan moral. (Rusydiyah, kepada masyarakat tentang digital yang
2017) menuntut Indonesia bertransformasi dari
Tuntutan zaman menghendaki agar industri konvensional menuju industri
pembentukan kepribadian harus dilakukan digital. Penerapan e-money dipesantren
secara lebih seksama, sehingga SDM juga memberikan banyak manfaat
diarahkan untuk menghadapi tantangan dan keuntungan, baik bagi santri, wali
zaman dan di waktu yang bersamaan santri, pesantren maupun pemerintah.
menjadi insan yang taat menjalankan ajaran Pemanfaatan e-money dapat meningkatkan
agamanya. Dengan demikian pondok efisiensi dan efektivitas proses
pesantren harus turut serta mewujudkan pembelajaran dan pengelolaan pesantren.
manusia Indonesia yang beriman dan Disamping itu dengan adanya penerapan
bertakwa, yang berilmu dan beramal; e-money dipesantren akan memperluas
juga membentuk manusia Indonesia yang akses keuangan masyarakat dalam
modern. Peran pondok pesantren sebagai dunia perbankan dan akan membantu
agen perubahan seperti di masa yang lalu meningkatkan perekonomian negara dalam
(pra kemerdekaan) yang mampu berjuang menghadapi ekonomi global. Penerapan
demi bangsa dan negaranya dapat diraih e-money sudah sewajarnya diperkenalkan
kembali, yakni dengan menjadikan pondok kepada santri, agar santri bisa beradaptasi
pesantren sebagai pusat pendidikan dan dengan era digital dan tidak ketinggalan
pengembangan budaya modern. dengan derasnya arus perkembangan
teknologi.
SIMPULAN
Perkembangan teknologi finansial telah
mendorong terjadinya perubahan dalam
Transformasi Sistem Pembayaran ………. (Siti Fatimah & Mohammad S Suib) 107
134. https://doi.org/10.20473/ydk.v32i1.4431
Vera Intanie Dewi. (2006). PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA. BINA
EKONOMI, 10(2), 60–77.
Wahidah, E. Y. (2015). STUDI IMPLEMENTASI TRADISIONALISASI DAN MODERNISASI
PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN. M U A D D I B, 5(2), 184–207.
INTERVIEW
Agustin, S. (2018, Desember Jumat). Hambatan penerapan e-money. (S. Fatimah, Interviewer)
Hamzah, M. (2019, Januari Sabtu). Kepala Perencanaan dan Keuangan Universitas Nurul
Jadid. (S. Fatimah, Interviewer)
Jamaluddin, M. (2012). METAMORFOSIS PESANTREN DI ERA GLOBALISASI. KARSA , 128-
139.
Maknunah, S. (2018, Desember Jumat). Faktor-faktor Yang Melatarbelakangi Penerapan
E-money Di Pesantren Nurul Jadid. (S. Fatimah, Interviewer)
Munawaroh, M. (2018, Desember Selasa). Alur wali santri mengirimkan uang bulanan dan uang
belanja santri. (S. fatimah, Interviewer)
Munawaroh, M. (2018, Desember Selasa). Upaya pesantren mengatasi hambatan-hambatan
penerapan e-money. (S. Fatimah, Interviewer)
Rahman, A. (2018, Desember Rabu). Latar belakang dan Mekanisme penerapan E-money. (S.
Fatimah, Interviewer)
Sutik. (2018, Desember Minggu). Prosedur penerapan e-money di pesantren Nurul Jadid
wilayah Al-Hasyimiyah. (S. fatimah, Interviewer)
wahid, A. H. (2018, januari sabtu). Kepala Pesantren Nurul Jadid. (S. Fatimah, Interviewer)