Anda di halaman 1dari 3

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan dijelaskan secara rinci

dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 (UU 10/1998) tentang Perlindungan hukum yang
diberikan oleh bank kepada nasabahnya.

 Terkait dengan risiko dan kerugian nasabah bank sudah diatur dalam Pasal 29 ayat (4) UU
10/1998, berikut bunyinya. Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi
mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang
dilakukan melalui bank.

simpanan nasabah juga sudah dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan, sebagaimana terdapat dalam
Pasal 37B ayat (1) dan (2) UU 10/1998, berikut kutipannya.

(1) Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan.

(2) Untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dibentuk
Lembaga Penjamin Simpanan.

 Sejatinya pihak Bank wajib untuk memberi ganti rugi kepada nasabah yang uangnya hilang. Hal
tersebut diatur dalam Pasal 7 huruf g UU 8/1999, berikut bunyinya.

Bank wajib memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang
diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Kemudian Pasal 19 ayat (1) UU 8/1999 menjelaskan jika Bank bertanggung jawab memberi ganti rugi
atas kerusakan, pencemaran, dan kerugian konsumen yang diakibatkan mengkonsumsi barang atau jasa
yang dihasilkan atau diperdagangkan.

Terkait dengan ganti rugi oleh pihak bank diatur dalam Pasal 19 ayat (2) UU 8/1999, berikut bunyinya.

Ganti rugi dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau
setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1. Data Lebih Aman Perbedaan yang paling mendalam dari kedua ATM ini adalah teknologi, di mana
kartu ATM berbasis chip mempunyai proses otentifikasi akses ke jaringan ATM ataupun EDC sedangkan
untuk kartu ATM berbasis magnetic stripe tidak mempunyai proteksi ataupun password terhadap data
yang ada. Hal ini lah yang menjadikan kartu ATM berbasis magnetic stripe mudah dibaca dan dicuri
pihak tak bertanggung jawab. Sedangkan kartu ATM berbasis chip selain berfungsi meningkatkan
keamanan bertransaksi juga memiliki sejumlah keunggulan lain di antaranya interoperabilitas instrumen
sejalan dengan semangat Gerbang Pembayaran Nasional (GPN).
2. Tidak Bisa Digandakan Kartu ATM berbasis magnetic stripes mudah digandakan karena data nomor
kartu, expire date, nama nasabah, dan lainnya disimpan pada magnetic stripes. Terminal dan bank host
pun tidak dapat memastikan keaslian kartu yang digunakan pada saat transaksi. Di mana kartu berbasis
chip tidak mudah digandakan karena data yang disimpan dapat lebih banyak di dalam chip yang memiliki
CPU, memory, sistem operasi, aplikasi, dan fungsi kriptografi. Adapun, keaslian kartu dapat dipastikan
dengan metode offline CAM dan online CAM.

3. Fisik yang Tidak Ringkih Jika melihat perbedaan dari fisik, kartu ATM berbasis magnetic stripes
memiliki pola garis hitam memanjang pada bagian belakang kartu, di mana putih hitam di bagian
belakang kartu itu menyimpan data dan akan terbaca ketika kamu melakukan transaksi. Pita hitam
tersebutlah yang mengirimkan data EDC melalui gesekan magnetik. Adapun, ketika pita hitam pada
kartu ATM berbasis magnetic stripes rusak, maka kartu ATM sulit terbaca. Sedangkan kartu ATM
berbasis chip memiliki chip di bagian kiri depan kartu ATM. Di mana dalam chip tersebut ada penyimpan
data yang jauh lebih banyak dikarenakan chip tersebut memiliki CPU, memory, sistem operasi, aplikasi
dan fungsi kriptografi.

Risiko dari Kartu ATM/ Debit

Walapun di satu sisi terdapat beberapa manfaat dari Kartu ATM/Debit, tetapi di sisi lain terdapat risiko
yang perlu disikapi dengan kehati-hatian dari para penggunanya, seperti :

1. Risiko kartu digunakan oleh pihak lain, karena penggguna yang sah melakukan kelalaian dalam
penyimpanan kartu dan PIN.
2. Risiko fraud yang sengaja dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dengan
mencuri data nasabah pengguna yang tersimpan dalam kartu.

Pihak-Pihak dalam Penyelenggaraan Kartu ATM/Debit

1. Pemegang kartu adalah pengguna yang sah dari Kartu ATM/Debit


2. Prinsipal adalah bank atau lembaga selain bank yang bertanggung jawab atas pengelolaan
sistem dan/atau jaringan antar anggotanya, baik yang berperan sebagai penerbit dan/atau
acquirer, dalam transaksi Kartu ATM/Debit yang kerjasama dengan anggotanya didasarkan atas
suatu perjanjian tertulis.
3. Penerbit adalah bank atau lembaga selain bank yang menerbitkan Kartu ATM/Debit.
4. Acquirer adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan kerjasama dengan pedagang
(merchant), yang dapat memproses Kartu Debit yang diterbitkan oleh pihak lain.
5. Pedagang (merchant) adalah penjual barang dan/atau jasa yang menerima pembayaran dari
transaksi penggunaan Kartu Debit.
6. Penyelenggara kliring adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan perhitungan hak
dan kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan/atau acquirer dalam rangka transaksi
Kartu ATM/Debit.
7. Penyelenggara penyelesaian akhir adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan dan
bertanggungjawab terhadap penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban keuangan masing-
masing penerbit dan/atau acquirer dalam rangka transaksi Kartu ATM/Debit berdasarkan hasil
perhitungan dari penyelenggara kliring.

Anda mungkin juga menyukai