Anda di halaman 1dari 3

Kasus skiming yang di alami oleh bank rakyat indonesia (bri) ini merupakan suatu kasus pembobolan

rekening nasabah bri yang melalui cara salin data atau yang sering disebut skimming.

Dimana kasus ini terjadi diperkirakan karena di sebabkan oleh lemahnya pengawasan dari pihak bank
yaitu pengawasan terhadap pihak ketiga sebagai perpanjang layananan dari bank itu. Misalnya
menggunakan meain cashless dengan mempunyai fitur yang sama persis dengan mesin ATM ( Anjungan
Tunai Mandiri).

Maka menurutnya, perbankan harus segera membuat SOP yang ketat untuk pengawasan penggunaan
mesin cashless oleh pihak ketiga. Selain itu, bank juga harus memberikan edukasi kepada nasabah dan
masyarakat bahwa bank memiliki jaminan yang transparan dan mudah.

Ia menilai, pemerintah pun harus turut berperan dalam mencegah modus skimming. Pemerintah, dia
mengatakan, seharusnya membuat kebijakan penggunaan kartu debit, mesin cashless, serta pihak ketiga.

"Misal pembatasan fitur pada mesin cashless. Aturan seperti ini pernah diterapkan pada kartu uang
elektronik, yang mana kartu uang elektronik tidak boleh gabung dalam kartu debit. Lalu pada kartu uang
elektronik diterapkan limit maksimum saldo yang bisa disimpan di dalamnya," jelasnya.

Lebih lanjut, Kun Arief mengingatkan pada nasabah agar saat ini tetap mengikuti apa yang telah
diedukasi oleh pihak bank dalam penggunaan kartu debit atau kredit. Seperti pengetikan nomor pin
secara tertutup dengan tangan.

Kemudian jangan memberikan pin kepada siapa pun yang berusaha memberikan bantuan untuk
melaksanakan transaksi dengan pin tersebut. Meski begitu, nasabah tidak perlu mengurangi transaksinya
di pihak ketiga atau merchant," tegasnya.

Untuk mengantisipasi agar kejadian skiming yang di alami oleh Bri agar tidak terjadi lagi maka PT Bank
Rakyat Indonesia Tbk (BRI) akan terus mengembangkan sistem deteksi fraudnya pada sistem
keamanannya ditingkatkaan lagi agar lebih canggih lagi. agar kasus kejahatan skimming yang pernah
terjadi tidak dapat terulang kembali.

Dengan ditingkatkannga lagi deteksi awal fraud ini diharapkan bank dapat lebih proaktif dalam
mengatasi fraud yang Nantinya akan ada data yang menganalisis perilaku nasabah dan transaksi agar
ketika terjadi penyimpangan bisa mudah diinformasikan ke pada nasabah bri.
Kronologi Kasus Pembobolan ATM BRI dengan Teknik Skimming

BRI mengimbau para nasabah agar menutupi aktivitas saat memasukkan pin dengan menggunakan
tangan, supaya tidak terekam kamera.

Pada saat itu Puluhan nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Ngadiluwih, Kediri, Jawa Timur, pada
Senin (12/3/2018) lalu, dikejutkan dengan berkurangnya saldo rekening mereka. Jumlah uang tabungan
yang hilang dari Rp500 ribu, Rp4 juta, bahkan mencapai Rp10 juta.

Para nasabah pun berbondong-bondong mendatangi kantor BRI untuk mengetahui penyebab hilangnya
uang dalam rekening tabungan mereka. Usai pelaporan itu, BRI bersedia mengganti rugi sebesar Rp145
juta kepada 33 nasabah yang menjadi korban.

Teknik skimming ini biasanya dilakukan dengan cara memasangkan WiFi pocket router disertai kamera
untuk mencuri PIN nasabah. Melalui alat tersebut, para pelaku menduplikasi data magnetic stripe pada
kartu ATM lalu mentransfernya ke dalam kartu ATM kosong.

Melihat kasus itu BRI pun mengambil langkah preventif untuk mengantisipasi terjadi hal serupa,
terutama untuk mengamankan uang nasabah baik dari sisi teknologi maupun kebijakan. Selain itu, BRI
juga memberikan video imbauan kepada para nasabah agar menutupi aktivitas saat memasukkan pin
dengan menggunakan tangan, supaya tidak terekam kamera. Imbauan lain, nasabah juga diminta
mengakses layanan notifikasi pesan singkat.

Seperti diberitakan Antara, Kabid Humas Polda Metro Jaya Argo Yuwono, para pelaku itu berhasil
diringkus usai polisi melakukan pelacakan selama seminggu.
Dari tangan pelaku, Polda Metro Jaya berhasil menyita sejumlah barang bukti yang menguatkan peran
mereka sebagai penyadap mesin ATM. Di antaranya 1.480 kartu ATM palsu berbagai asal bank.
Terbanyak, dari BRI, dengan jumlah 1.211 kartu ATM.

Skimming adalah tindakan pencurian informasi kartu kredit atau debit dengan cara menyalin informasi
yang terdapat pada strip magnetik kartu kredit atau debit secara ilegal. Beberapa waktu lalu, nasabah PT
Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) di Mataram juga mengalami pembobolan dengan teknik skimming.
Nasabah tiba-tiba terpotong saldo tabungan, padahal mereka tidak melakukan transaksi pengambilan
uang.

Menurut Hari Siaga, modus yang digunakan oleh pelaku kejahatan perbankan dengan teknik skimming
tersebut di antaranya dengan cara memasang Wifi Pocket Router disertai kamera yang dimodifikasi
menyerupai penutup PIN pada mesin-mesin Automatic Teller Machine (ATM) untuk mencuri PIN
nasabah. Kemudian melalui alat tersebut, para pelaku menduplikasi data magnetic stripe pada kartu
ATM lalu mengkloning ke dalam kartu ATM kosong.

Dengan terjadinya kasus ini akan berdampak selain nasabah juga pada bank karena Reputasi akan
kenyamanan dan tingkat keamanan bank yang terjaga menjadi turun di mata masyarakat sehingga
masyarakat takut untuk menaruh uank di bri dan nasabah bri akan terjadinya penurunan karna
masyarakat pastinya akan takut jika tarus menyimpan uang di bri nantinya uang mereka bisa hilang. Dan
masyarakat akan lebih pergi ke tempat bank yang memungkinkan lebih aman buat masyarakat untuk
menaruh uangnya.

Untuk membuaat nasabahnya tidak takut dan lari ke bank yang lain maka bri terus memastikan
keamanan dalam bertransaksi, serta BRI melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai tips bertransaksi
yang aman melalui berbagai bentuk sarana komunikasi, seperti melalui media massa, SMS Blast, email
messaging, akun media sosial resmi BRI dalam rangka meningkatkan awareness/ kepercayaan
nasabahnya dan memastikan nasabah senantiasa berhati-hati dalam memanfaatkan kartu debit dan
ketika bertransaksi melalui mesin ATM.

Anda mungkin juga menyukai