Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4305/Hukum Pidana Internasional
Kode/Nama UPBJJ : 83/Kendari
Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA JAWABAN : 1. Pelaku dapat dijerat ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) serta UU ITE dan perubahannya.Selain itu, penting untuk diketahui bahwa pelaku phishing dapat dijerat dengan beberapa tindak pidana, seperti penipuan, manipulasi, penerobosan, dan memindahkan atau mentransfer. Adapun beberapa pasal yang berpotensi menjerat pelaku phishing, antara lain: 1) Penipuan diatur dalam Pasal 378 KUHP, dengan bunyi sebagai berikut: Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama 4 tahun. 2) Manipulasi Pelaku mengirimkan surat elekronik (e-mail) yang seolah-olah asli dapat dijerat Pasal 35 jo. Pasal 51 UU ITE, sebagai berikut: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik dipidana penjara paling lama 12 tahun dan/atau denda paling banyak Rp12 miliar. 3) Penerobosan Jika pelaku menerobos atau menjebol suatu sistem elektronik tertentu, menggunakan identitas dan password korban dengan tanpa hak, ia dapat dijerat Pasal 30 ayat (3) jo. Pasal 46 ayat (3) UU ITE, sebagai berikut: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apapun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan dipidana penjara paling lama 8 tahun dan/atau denda paling banyak Rp800 juta. 4) Memindahkan atau Mentransfer Atas perbuatan memindahkan atau mentransfer informasi dan/atau dokumen elektronik milik korban, misalnya isi rekening, pelaku phishing dapat dijerat dengan Pasal 32 ayat (2) jo. Pasal 48 ayat (2) UU ITE yang berbunyi: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik orang lain yang tidak berhak dipidana penjara paling lama 9 tahun dan/atau denda paling banyak Rp3 miliar. 2. United Nations Convention on The Law of The Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut) pembajakan di laut yang diatur UNCLOS diartikan yang terjadi di laut lepas atau di luar yurisdiksi negara mana pun. UNCLOS memberi kewenangan kepada negara mana pun untuk menyita suatu kapal atau pesawat udara pembajak laut (perompak) atau suatu kapal atau pesawat udara yang telah diambil oleh perompak dan berada di bawah pengendaliannya dan menangkap orang-orang serta menyita barang yang ada di dalamnya. Ketentuan ini menjadi dasar universal jurisdiction terhadap pembajakan laut, di mana kewenangan mengadili kejahatan ini dimiliki oleh semua negara.Bahkan, jika kapal perang suatu negara berjumpa dengan kapal asing di laut lepas dan terdapat alasan yang cukup untuk mencurigai bahwa kapal itu terlibat dalam perompakan, dibolehkan untuk menaiki kapal asing tersebut. Tak hanya itu, pengadilan negara yang melakukan tindakan penyitaan itu juga dapat menetapkan hukuman yang akan dikenakan, dan juga dapat menetapkan tindakan yang akan diambil berkenaan dengan kapal-kapal, pesawat udara atau barang-barang, dengan tetap menghormati hak-hak pihak ketiga yang telah bertindak dengan iktikad baik. Sebagai catatan, penindakan terhadap bajak laut dalam hukum internasional bukan hanya kewenangan setiap negara, tapi juga merupakan kewajiban hukum, di mana semua negara harus bekerjasama sepenuhnya dalam penindasan pembajakan di laut lepas atau di tempat lain mana pun di luar yurisdiksi suatu negara. 3. Kejahatan internasional yang dikemukakan oleh Bassiouni, tidak berkorelasi postif dengan penegakan hukum pidana internasional itu sendiri. Kejahatan-kejahatan yang dikategorikan sebagai “international crimes” yang menempati hirarki teratas dalam kejahatan internasional, hanya empat kejahatan yang menjadi yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional, yakni agresi, genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang. Selain itu dapat saja dikemudian hari berdasarkan perkembangan doktrin dan praktek kebiasaan dalam hukum pidana internasional maupun konvensi, suatu kejahatan internasional dapat berubah hirarkinya. Maksudnya, suatu kejahatan inetrnasional yang tadinya termasuk dalam hirarki international infractions dapat saja berubah dan dimasukkan sebagai international delicts, bahkan sebagai “international crimes”. Sebagai misal, piracy pada awalnya berada pada hirarki “international crime”, namun dalam perkembangannya piracy hanya menempati tingkatan sebagai “international delicts”.