Anda di halaman 1dari 14

Lex Crimen Vol. IV/No.

2/April/2015

TINJAUAN YURIDIS TENTANG TINDAK PIDANA menggunakan asas Lex spesialis derogat legi
PENCEMARAN NAMA BAIK DI DUNIA MAYA.1 generali yaitu dimana pengaturan pencemaran
Oleh : Eko Junarto Miracle Rumani.2 nama baik di dunia maya yang diatur dalam
Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 45 UU ITE
ABSTRAK merupakan ^> Æ •‰ •] o]•_ dari Pasal 310 KUHP
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk yang merupakan ^> Æ P v Œ o]_ dimana
mengetahui bagaimana keabsahan atau hubungan aturan ini menjadikan sinergi hukum
kedudukan hukum Informasi Elektronik dan atas kasus pencemaran nama baik. Kasus
Dokumen Elektronik sebagai alat bukti dalam pencemarn nama baik yang dilakukan oleh Prita
tindak pidana pencemaran nama baik di dunia Mulyasari di dunia maya sejak baru berlakunya
maya serta untuk mengetahui penerapan UU ITE menjadi bagian dalam referensi.
hukum atas perbuatan tindak pidana Penerapan sanksi pidana sendiri terspesifikasi
pencemaran nama baik di dunia maya. Dengan dan untuk sanksi dapat dikenakan pidana
menggunakan metode penelitian hukum penjara dan pidana denda.
normatif, maka dapat disimpulkan, bahwa: Kata kunci : Tinjauan Yuridis, Pencemaran.
1.Untuk perihal kekuatan dan nilai pembuktian,
alat bukti diatur dalam Pasal 184 KUHAP, yaitu PENDAHULUAN
kekuatan pembuktian dari alat bukti elektronik A. Latar Belakang
bersifat bebas (volledig bewijskracht)dan Tindak pidana pencemaran nama baik
bersifat tidak mengikat atau menentukan merupakan kejahatan hukum yang saat ini
(beslissende bewijskracht). Nilai pembuktian perlu diperhatikan secara khusus. Banyak
dari seluruh alat bukti didasarkan pada kasus-kasus pencemaran nama baik yang
penilaian hakim.Pengaturan alat bukti berkembang dalam masyarakat yang dibarengi
elektronik dalam UU ITE diatur dalam BAB III dengan pesatnya perkembangan informasi
tentang Informasi, Dokumen, dan Tanda elektronik. Perkembangan teknologi inilah yang
Tangan Elektronik, serta Pasal 44 UU ITE. Pasal mendorong beberapa perbuatan melawan
5 ayat (1) UU ITE mengatur secara tegas bahwa hukum dalam masyarakat terutama
Informasi atau Dokumen Elektronik dan/atau pencemaran nama baik melalui teknologi
hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah. modern ini. Dinamika teknologi yang maju
Lebih lanjut lagi, Pasal 5 ayat (2) menegaskan pesat inilah yang menjadi faktor terlampauinya
ZÁ ^/v(}Œu •] Elektronik dan/atau hukum.
Dokumen Elektronik dan/atau hasil Dilihat dari KUHP pencemaran nama baik
š lvÇ Yu Œµ‰ l v ‰ Œoµ • v Œi alat bukti diistilahkan sebagai penghinaan ataupenistaan
yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang terhadap seseorang. Penghinaanitu harus
Œo lµ ] /v }v •] _X Ketentuan ini dilakukan dengan cara menuduh seseorang
menegaskan bahwa alat bukti elektronik telah telah melakukan perbuatan yang belum
diterima dalam sistem hukum pembuktian di terbukti kebenarannya dengan maksud
Indonesia. Akan tetapi, penekanan dari bagian tuduhan itu akan tersiardiketahui orang
ini adalah pengaturan alat bukti elektronlk banyak.
dalam Hukum Acara Pidana di Indonesia.2. R. Soesilo menerangkanapa yang dimaksud
Untuk penerapan hukum terutama sanksi vP v ^u vPZ]v _U Ç ]šµ ^u vÇ Œ vP
pidana terhadap pelaku pencemaran nama baik kehormatan dan nama baik seseorangX_ z vP
dalam dunia maya (cyber), yang dimana ]• Œ vP ] • vÇ u Œ • Zu oµ[X Z< Z}Œu š v[
penerapan hukum ini di tinjau dari KUHP dan yang diserang di sini hanya mengenai
UU ITE. Penerapan hukum terhadap tindak l Z}Œu š v š vš vP Zv u ]l[U µl v
pidana pencemaran nama baik ini Zl Z}Œu š v[ o u o ‰ vP v • l•µ]oX3
Kehormatan atau nama baik merupakan hal
1
yang dimiliki oleh manusia yang masih hidup.
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Tommy F.
Sumakul, SH, MH., Tonny Rompis, SH, MH., Evie Sompie,
3
SH, MH. R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum pidana (KUHP)
2
Mahasiswa Fakultas Hukum Unsrat, Manado. NIM. Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
110711018 Politeia, Bogor, hlm 226.

117
Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015

Karena itulah tindak pidana terhadap korelasi penting dengan struktur pidana,
kehormatan dan nama baik pada umumnya terutama dalam hal pencemaran nama baik di
ditujukan terhadap seseorang yang masih informasi elektronik ini.
hidup. Demikian halnya dengan badan hukum, Berhadapan dengan kasus-kasus yang
pada hakikatnya tidak mempunyai kehormatan, menyangkut teknologi informasi, maka
tetapi KUHP menganut bahwa badan hukum tentulah pembuktian dari kasus ini yang
tertentu, antara lain : Presiden atau Wakil menjadi masalah yang perlu dihadapi.
Presiden, Kepala Negara, Perwakilan Negara Seringkali para penegak hukum mengalami
Sahabat, Golongan/Agama/Suku, atau badan kesulitan dalam menjerat pelaku karena
umum, memiliki kehormatan dan nama baik. masalah pembuktian yang tidak memenuhi
Delik pencemaran nama baik bersifat ketentuan sistem hukum pidana Indonesia.
subjektif, yaitu penilaian terhadap pencemaran Sementara upaya penjeratan terhadap pelaku-
nama baik tergantung pada pihak yang diserang pelaku kejahatan di dunia maya harus tetap
nama baiknya. Pencemaran nama baik hanya dilakukan. Sehingga upaya yang paling
dapat diproses oleh polisi apabila ada memungkinkan adalah perluasan alat bukti
pengaduan dari pihak yang merasa dicemarkan sebagai solusi dari penegakan hukum di bidang
nama baiknya. teknologi informasi
Pencemaran nama baik melalui media Penerapan hukum menjurus kepada
elektronik diatur dalam UU No.11 Tahun 2008 pemidanaan pelaku denganmaksud untuk
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menentukan apakah orang yang melakukan
W • o îó Ç š ~ï• Ç vP u vÇ µšl v ^• š] ‰ perbuatan pidana dipertanggungjawabkan atas
orang dengan sengaja dan tanpa hak suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak.
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan Jadi penerapan hukum menjadi permulaan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi pertanggungjawaban yang hanya dapat terjadi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang setelah seseorang melakukan suatu tindak
memiliki muatan penghinaan dan/atau pidana.5
‰ v u Œ vv u ]lX_4 Ketentuan hukum pencemaran nama baik
Sebagaimana dimaksud dalam pasal bersifat delik aduan, yakni perkara pencemaran
tersebut adalah berusaha untuk memberikan nama baik terjadi jika ada pihak yang
perlindungan atas hak-hak individu maupun mengadu. 6 Artinya, masyarakat yang merasa
institusi, dimana penggunaan setiap informasi dirugikan yang dianggap mencemarkan nama
melalui media yang menyangkut data pribadi baiknya atau merasa terhina dapat mengadu ke
seseorang atau institusi harus dilakukan atas aparat hukum agar perkara dapat segera di
persetujuan institusi/orang yang bersangkutan. tindak lanjuti, artinya aparat hukum tidak
Oleh sebab itu pencemaran nama baik berinisiatif melakukan penyidikan dan
dalam informasi elektronik merupakan hal yang pengusutan apabila tidak ada pihak yang
membuat kerugian disisi orang yang dirugikan merasa dirugikan.
akibat serangan kehormatan di informasi Agar dapat dipidananya si pelaku, tindak
elektronik. Suatu perbuatan dipandang sebagai pidana yang dilakukannya itu harus memenuhi
tindak pidana merupakan cerminan penolakan unsur-unsur yang telah ditentukan dalam
masyarakat terhadap perbuatan itu, dan Undang-undang. Seseorang akan diminta
karenanya perbuatan tersebut kemudian pertanggungjawaban atas tindakan-
dicela. Pertanggungjawaban pidana hanya tindakannya apabila tindakan tersebut
dapat dilakukan terhadap seseorang yang melawan hukum serta tidak ada alasan
melakukan tindak pidana. Dapat dicelanya si pembenar atau peniadaan sifat melawan
pembuat justru bersumber dari celaan yang ada hukum untuk pidana yang dilakukannya. Sanksi
pada tindak pidana yang dilakukan si pembuat.
Oleh karena itu, ruang lingkup 5
Chairul Huda, Dari Tindak Pidana Tanpa Kesalahan
pertanggungjawaban pidana mempunyai Menuju Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa
Kesalahan, Kencana, Jakarta, 2006, hlm 68
4 6
Lihat Pasal 27 ayat (3) UU Informasi dan Transaksi Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu Dalam KUHP, Sinar
Elektronik Grafika, Jakarta, 2014, hlm 178

118
Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015

dalam Undang-undang tentang perbuatan 2. Metode Pengolahan Bahan (Sekunder) 9


melawan hukum pencemaran nama baik di Bahan yang terkumpul kemudian diolah
dunia maya diharapkan agar bisa membuat dengan suatu teknik pengolahan secara
efek jera bagi pelaku. Deduksi dan Induksi secara berganti-
Namun demikian tindakan pencemaran gantian bilamana diperlukan.
nama baik masih banyakditemui dalam
kehidupan ini. Meski peraturan perundang- PEMBAHASAN
undangan secara jelas mengaturnya. Hal A. Keabsahan Informasi atau Dokumen
tersebut dikarenakan akibat adanya kemajuan Elektronik Sebagai Alat Bukti Dalam
teknologi yang berkembang dalam masyarakat Pembuktian Tindak Pidana Pencemaran
yang memungkinkan terjadinya kejahatan baru Nama Baik
yang dapat dilakukan lewat dunia maya. Pembuktian merupakan hal yang
Dengan demikian subjek pelaku pencemaran memegang perann penting dalam proses
nama baik melalui dunia maya perkara, karena pembuktian merupakan syarat
dikualifikasikansebagai orang yang telah yang harus terpenuhi dalam penyelesaian
melakukan tindakan hukum nyata. perkara. Penentuan mengenai cara bagaimana
pengenaan pembuktian pidana dapat
B. Rumusan Masalah dilaksanakan terhadap orang yang disangka
1. Bagaimanakah keabsahan Informasi melakukan perbuatan pidana, yang diatur
Elektronik dan Dokumen Elektronik sebagai dalam hukum pidana formal atau KUHAP. 10
alat bukti dalam tindak pidana pencemaran Melalui pembuktianlah ditentukan nasib
nama baik di dunia maya? dari terdakwa. Dimana hasil pembuktian
2. Bagaimanakah penerapan hukum terhadap dengan alat-alat bukti yang ditentukan undang-
tindak pidana pencemaran nama baik di µv vP ^š] l µlµ‰_ u u µlš]l v l • o Z v
dunia maya? yang didakwakan kepada terdakwa maka
š Œ lÁ ^ ] •l v_ Œ] Zµlµu v.
C. Metode Penelitian Sebaliknya, jikalau kesalahan terdakwa dapat
Oleh karena ruang lingkup penelitian ini dibuktikan dengan alat-alat bukti yang cukup
adalah pada disiplin Ilmu Hukum, u l š Œ lÁ ‰ š ]vÇ š l v ^ Œ• o Z_U
makapenelitian ini merupakan bagian dari dan kepadanya akan dijatuhi hukuman.11Tetapi
penelitian hukum kepustakaan vP v ^ Πdalam kasus tindak pidana yang melibatkan
meneliti bahan pustaka atau yang dinamakan teknologi informasi ini yang menjadi
‰ v o]š] v v}Œu š](_X7 permasalahannya adalah alat bukti yang diatur
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis dalam system hukum yang ada di Indonseisa
mempergunakan metode pengumpulan bahan belum menjangkau ranah dari dunia siber.12
dan metode pengolahan bahan sebagai berikut: Dalam KUHAP alat bukti yang sah yang
1. D š} W vPµu‰µo v Z v[(Primer)8 telah diatur dalam Pasal 184 KUHAP ayat (1)
Untuk mengumpulkan bahan, maka yang menjelaskan alat bukti yang sah adalah :
penulis menggunakan Metode Penelitian - Keterangan Saksi
Kepustakaan (Library Research) yakni - Keterangan Ahli
suatu metode yang digunakan dengan - Surat
jalan mempelajari buku - Petunjuk
literatur,perundang-undangan, dan bahan-
bahan tertulis lainnya yang berhubungan 9
Ibid
dengan materi pembahasan yang 10
Andi Hamzah, Mohammad Taufik Makarao, dan
digunakan untuk mendukung pembahasan Suhasril,Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek,
ini. Di samping itu dipergunakan sumber Ghalia, Jakarta, 2004, hlm 2
11
data dari internet. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan
Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan,
Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika,
7
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Jakarta, 2000, hlm 273
12
Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm 83 Togi Robson Sirait, Keabsahan Informasi Pada
8
Ibid, hlm 86 Pembuktian Tindak Pidana, Medan, 2014

119
Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015

- Keterangan Terdakwa setelah KUHAP menunjukkan kebutuhan untuk


Bila dilihat KUHAP dalam pembuktiannya mengatur alat bukti yang bersifat elektronik.
menganut sistem pembuktian secara negatif. Pada saat ini sudah ada peraturan perundang-
Dimana dalam system in merupakan undangan yang telah mengatur tentang
keseimbangan dari antara kedua sistem yang kedudukan alat bukti elektronik yaitu diatur
lainnya yang berlawanan. Dari keseimbangan dalam UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi
ini, pembuktian menurut undang-undang dan Transaksi Elektronik.
• Œ v P š]À ^u vPP µvPl v l o u Pengaturan alat bukti elektronik dalam UU
dirinya secara terpadu sistem pembuktian ITE diatur dalam BAB III tentang Informasi,
menurut keyakinan hakim dengan sistem Dokumen, dan Tanda Tangan Elektronik, serta
pembuktian menurut undang-undang secara Pasal 44 UU ITE. Pasal 5 ayat (1) UU ITE
positif.13 mengatur secara tegas bahwa Informasi atau
Ketentuan dan persyaratan mengenai alat Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
bukti yang diatur dalam KUHAP seperti yang merupakan alat bukti yang sah. Lebih lanjut
dijelaskan di atas dimaksudkan agar alat bukti lagi, Pasal 5 ayat (2) menegaskan bahwa
yang diajukan dipersidangan adalah alat bukti ^/v(}Œu •] o lšŒ}v]l vl š µ }lµu v
yang sah sehingga dapat digunakan di o lšŒ}v]l vl š µ Z •]o š lvÇ Yu Œµ‰akan
persidangan. Dengan memenuhi ketentuan, perluasan dari alat bukti yang sah sesuai
dan persyaratan tersebut, alat bukti yang dengan Hukum Acara yang berlaku di
diajukan telah diuji terlebih dahulu baik dari /v }v •] _X 16 Ketentuann ini menegaskan
segi keautentikan, relevansinya dengan tindak bahwa alat bukti elektronik telah diterima
pidana dan terdakwa, maupun kualitas alat dalam sistem hukum pembuktian di Indonesia.
bukti tersebut. Akan tetapi, terpenuhinya Akan tetapi, penekanan dari bagian ini adalah
seluruh syarat tersebut hanyalah satu kunci pengaturan alat bukti elektronlk dalam Hukum
dalam menentukan kesalahan terdakwa. Kunci Acara Pidana di Indonesia.17
lainnya ialah keyakinan hakim; tanpa keyakinan UU ITE tidak menjelaskan apa yang
hakim, hukuman tidak dapat dijatuhkan. ]u l•µ vP v ^‰ Œoµ • v Œ] o š µlš]
Dengan kata lain, alat bukti yang sah dan Ç vP • Z_ l v š š ‰]U W • o ñ Ç š ~î• hh /d
keyakinan hakim adalah dua unsur yang memberikan petunjuk penting mengenai
membentuk mekanisme check and balance perluasan ini, yaitu bahwa perluasan tersebut
dalam menentukan tindak pidana yang Z Œµ• ^• •µ ] vP v ,µlµu Œ Ç vP
didakwakan dan kesalahan terdakwa, keduanya Œo lµ ] /v }v •] _X D vP µ l ‰ada
saling tergantung dan tidak dapat pembahasan sebelumnya, perluasan tersebut
terpisahkan.14 mengandung makna :
Merujuk pada ketentuan di dalam KUHAP, - Memperluas cakupan atau ruang lingkup
nahwa perkara konvensional hakim haruslah alat bukti yang diatur dalam Pasal 184
menyadarkan keyakinannya pada minimal dua KUHAP; dan
alat bukti yang sah (Pasal 183 KUHAP). UU ITE - Mengatur sebagai alat bukti lain, yaitu
sendiri merupakan lex specialis dari KUHAP, menambah jumlah alat bukti yang diatur
dengan demikian UU ITE mengatur alat bukti dalam Pasal 184 KUHAP.
baru sebagai perluasan alat bukti konvensional Mengacu kepada ketentuan-ketentuan
karena UU ITE mengatur keberlakuan hukum mengenai pembuktian yang diatur dalam
diranah cyber atau siber.15 <h, W u l ^• •µ ] vP v ,µlµu Œ
KUHAP memang belum mengatur Ç vP Œo lµ ] /v }v •] _ u l•µ vÇ ] o Z
setidaknya dengan tegas mengenai alat bukti bahwa harus ada alat penguji terhadap alat
elektronik yang sah. Tetapi, dengan bukti elektronik agar alat bukti tersebut dapat
perkembangan peraturan perundang-undangan dinyatakan sah di persidangan, sama seperti
terhadap alat bukti lainnya, yaitu persyaratan
13
M. Yahya Harahap, Op Cit, hlm 278
formil dan persyaratan materil. Persyaratan
14
Joshua Sitompul, Op Cit, hlm 269
15 16
Sam Ardi, Buku Suplemen Mata Kuliah Hukum Acara Lihat Pasal 45 UU ITE
17
Pidana, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. Josua Sitompul, Op Cit, hlm 279

120
Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015

tersebut ditentukan berdasarkan jenis alat - Alat bukti elektronik disimpulkan terbagi
bukti elektronik yang dimaksud (dalam bentuk atas : Informasi Elektronik dan Dokumen
original atau hasil cetakannya).18 Elektronik.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa
1. Alat bukti elektronik memperluas cakupan dalam sistem pembuktian di Indonesia,
atau ruang lingkup alat bukti. kesalahan terdakwa ditentukan oleh minimal
Alat bukti dalam KUHAP yang diperluas dua alat bukti yang sah dan keyakinan hakim.
ialah alat bukti surat. Esensi dari surat ialah Keabsahan alat bukti didasarkan pada
kumpulan dari tanda baca dalam bahasa pemenuhan syarat dan ketentuan baik segi
tertentu yang memiliki makna. Esensi ini sama formil maupun materiil. Prinsip ini juga berlaku
dengan hasil cetak dari Informasi atau dalam bentuk asli atau original maupun hasil
Dokumen Elektronik. Hasil cetak dari informasi cetaknya, yang diperoleh baik melalui
atau Dokumen Elektronik dikategorikan sebagai penyitaan maupun intersepsi. KUHAP telah
surat lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal memberikan pengaturan yang jelas mengenai
187 huruf d KUHAP dan hanya memiliki upaya paksa penggeledahan dan penyitaan
hubungan dengan isi dari alat pembuktian yang secara umum, tetapi belum terhadap sistem
lain. Hasil cetak Informasi atau Dokumen elektronik. Oleh karena itu, ketentuan dan
elektronik belum dapat dikategorikan sebagai persyaratan formil maupun materil mengenai
otentik mengingat pembatasan yang diberikan alat bukti elektronik harus mengacu pada
oleh Pasal 5 ayat (4) UU ITE.19 KUHAP, UU ITE, dan undang-undang lainnya
yang mengatur secara spesifik mengenai alat
2. Alat bukti elektronik sebagai alat bukti lain bukti elektronik tersebut.21
Hal alat bukti elektronik sebagai alat bukti
lain dipertegas dalam Pasal 44 UU ITE yang a. Persyaratan Formil dan Materil alat bukti
mengatur bahwa Informasi atau Dokumen elektronik
Elektronik adalah alat bukti lain. Penegasan 1. Persyaratan Formil alat bukti elektronik
bahwa informasi atau dokumen elektronik Persyarata formil alat bukti elektronik
dalam bentuk originalnya merupakan alat bukti diatur dalam Pasal 5 ayat (4) dan Pasal 43 UU
selain yang telah diatur dalam KUHAP ialah ITE, yaitu:
pengaturan yang sangat penting mengingat 1. Informasi atau Dokumen Elektronik
informasi atau dokumen elektronik dalam tersebut bukanlah :22
bentuk originalnya dapat mengandung a. Surat yang menurut undang-undang
informasi yang tidak dapat diperoleh harus dibuat dalam bentuk tertulis;
apabilaInformasi atau Dokumen Elektronik b. Surat beserta dokumennya yang
tersebut dicetak. 20 Pengatiran alat bukti menurut undang-undang harus dibuat
Elektronik dalam UU ITE adalah : dalam bentuk yang sah
Alat bukti : 2. Penggeledahan atau penyitaan terhadap
- Keterangan saksi Sistem Elektronik harus dilakukan atas izin
- Keterangan Ahli Ketua Pengadilan Negeri setempat.
- Surat : (hasil cetak Informasi Elektronik 3. Penggeledahan atau penyitaan dan (2)
dan/atau Dokumen Elektronik) tetap menjaga terpeliharanya
- Petunjuk : (Sumber dari keterangan saksi, kepentingan pelayanan umum.
surat, keterangan terdakwa, surat berupa Dalam hal system elektronik yang
hasil cetak Informasi Elektronik dan/atau digunakan telah memenuhi persyaratan
Dokumen Elektronik) tersebut, maka kualitas alat bukti Elektronik
- Keterangan terdakwa dalam bentuk originalnya dan hasil cetak dari
Informasi atau Dokumen Elektronik adalah
sama. Dengan kata lain polisi, jaksa, dan hakim

18
Ibid, hlm 280
19 21
Ibid Ibid,hlm 382
20 22
Ibid Lihat, Pasal 5 ayat (4) UU ITE

121
Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015

dapat menggunakan keduanya atau salah menjamin kepastian hukum dan berfungsi
satunya. sebagai alat penguji dalam menentukan
keabsahan alat bukti sehingga hakim dapat
2. Persyaratan materil alat bukti elektronik yakin dengan fakta-fakta hukum yang
Persyaratan materil alat bukti elektronik dihadirkan melalui alat elektronik.25
diatur dalam Pasal 5 ayat (3) UU ITE, yaitu Alat bukti elektronik memiliki cakupan yang
Informasi atau Dokumen Elektronik dinyatakan luas dan jenis beragam, bisa digolongkan
sah apabila menggunakan Sistem Elektronik seperti:
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU - Email
ITE. Lebih lanjut, Sistem Elektronik diatur dalam - Website (situs)
Pasal 15 s.d Pasal 16 UU ITE dan dari kedua - SMS (short message service)
pasal ini, dapat diperoleh persyaratan yang - Gambar dan video
lebih rinci yaitu bahwa Sistem Elektronik :23 - Data file
1. Andal, aman, dan bertanggungjawab - dan hasil cetak dari informasi atau
2. Dapat menampilkan kembali Informasi atau dokumen elektronik.
Dokumen Elektronik secara utuh; Tiap jenis alat bukti tersebut memiliki
3. Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, karakteristik secara teknis yang memerlukan
keontentikan, kerahasiaan, dan penanganan tersendiri dalam menentukan
keteraksesan Informasi Elektronik; keabsahannya secara hukum. Oleh karena itu,
4. Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk perlu adanya kesepahaman di antara kalangan
dan dapat beroperasi sesuai prosedur atau aparat penegak hukum mengenai prinsip-
petunjuk yang telah ditetapkan tersebut. prinsip pengumpulan, penganalisaan, serta
Selain itu, Pasal 6 UU ITE juga memberikan penyajian alat bukti elektronik yang beragam
persyaratan materil mengenai keabsahan alat itu. Dalam hal yang diperlukan, dapat
bukti elektronik, yaitu bahwa informasi atau ditetapkan peraturan dan putusan yang lebih
dokumen elektronik dianggap sah sepanjang spesifik yang dijadikan pedoman dalam
informasi yang tercantum di dalamnya dapat memeriksa alat bukti elektronik baik di tingkat
diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan penyidikan, penuntutan, maupun persidangan.
dapat dipertanggungjawabkan sehingga Pengaturan atau patokan tersebut dapat
menerangkan suatu keadaan. UU ITE sendiri melalui penafsiran hakim (wetintepretarie) dan
tidak mengatur perihal cara mengumpulkan, penemuan hukum (rechtsvinding) oleh hakim.
mengamankan, menampilkan, atau menjamin Perihal kekuatan dan nilai pembuktian tidak
keutuhan informasi alat bukti elektronik karena diragukan lagi mengingat esensi keduanya
pada dasarnya,UU ITE menganut asas netral sama dengan alat bukti yang diatur dalam Pasal
teknologi. Maksudnya, cara atau metode 184 KUHAP, yaitu kekuatan pembuktian dari
pengumpulan dan pengamanan alat bukti alat bukti elektronik bersifat bebas (volledig
elektronik dapat menggunakan teknologi yang bewijskracht) dan bersifat tidak mengikat atau
tersedia sepanjang dapat memenuhi menentukan (beslissende bewijskracht). Nilai
persyaratan keabsahan alat bukti elektronik.24 pembuktian dari seluruh alat bukti didasarkan
pada penilaian hakim.26
b. Pengaturan yang lebih spesifik mengenai Disamping penegasan dalam KUHAP
alat bukti elektronik tentang alat bukti, dalam ilmu hukum
Sama halnya dengan persyaratan dan pembuktian dikenal juga adanya alat bukti riil
ketentuan alat bukti yang diatur dalam KUHAP, dan alat bukti demonstrative. Akan tetapi,
alat bukti elektronik harus memenuhi keduanya sering disatukan dalam istilah alat
persyaratan baik secara formil maupun materil bukti demonstratif. Alat bukti
sehingga alat bukti tersebut dapat dinyatakan demonstratifadalah alat bukti yang tidak secara
sah dan dipergunkan di persidangan. Ketentuan langsung membuktikan adanya fakta tertentu,
dan persyaratan tersebut adalah untuk tetapi alat bukti ini dipergunakan untuk

23 25
Josua Sitompul,Op Cit, hlm 284 Ibid, hlm 287
24 26
Ibid, hlm 285 Josua Sitompul, Op Cit, hlm 266

122
Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015

membuat fakta tersebut menjadi lebih jelas dan keterangan/informasi yang ada yang juga
dimengerti. 27 Dari sinilah kiranya alat bukti memuat unsure penghinaan. Dari hal tersebut
elektronik dapat ditarik menjadi alat bukti jelas bahwa Informasi Elektronik atau Dokumen
dengan menggunakan interpretasi dari hakim. Elektronik secara sah digunakan dalam proses
perkara yang tindak pidananya merujuk dalam
c. Refrensi contoh kasus yang menggunakan pembuktian di bidang elektronik.
Informasi Elektronik atau Dokumen Dari contoh kasus di atas dapat ditarik
Elektronik sebagai alat bukti. kesimpulan bahwa alat bukti elektronik
Salah satu kasus terbaru yang terjadi adalah khususnya dalam tindak pidana pencemaran
kasus Benny Handoko, pemilik akun twitter nama baik keabsahannya sudah terpampang
@benhan, yang mana telah dijatuhi pidana oleh mengingat contoh kasus di atas alat bukti
majelis hakum Pengadilan Negeri Jakarta elektronik merupakan alat bukti yang dipakai
Selatan telah secara sah dan meyakinkan Jaksa Penuntut dalam membuktikan kesalahan
bersalah melakukan tindak pidana yang terdakwa yang membidangi pencemaran nama
sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (3) UU baik di dunia maya.
ITE.
Pada kasus Benny Handoko tersebut dalam B. Penerapan Hukum Terhadap Tindak
dakwaannya JPU telah menguraikan bahwa Pidana Pencemaran Nama Baik di Dunia
terdakwa Benny Handoko yang menggunakan Maya
nama @benhan dalam akun twitternya Dalam pengimplementasian UU ITE dan
mengomentar suatu postingan dari akun anpa aturan hukum nasional relevan (hukum pidana)
nama yaitu @TrioMacan2000 yang berisi yang dalam hal ini masih merupakan warisan
^< v ‰ D]• lZµv ] vPP ‰ • P uµ•µZ • Œ kolonial yang dipertahanlan, sebelum
oleh TEMPO? Karena dia adalah pembongkar diberlakukannya UU ITE, aturan hukum yang
l •µ• všµŒÇ Ç vP ]o lµl v ^Œ] DµoÇ v] •_U paling sering digunakan di Indonesia ketika
kea kun twitter terdakwa @benhan. Kemudian terjadi cybercrime adalah aturan hukum positif
]š vPP ‰] }o Z ›}À]o] W ^l}Œ l•] vU ^Œ] ]šµ (KUHP dan KUHAP). KUHP menjadi oandangan
bukan korupsi tetapi MERAMPOK seperti landasan hukum yang cukup memadai,
' ZKE' v • i v]•vÇ _ š • • Œ šÁ š meskipun hal tersebut tidak sepenuhnya
tersebutlah maka terdakwa juga ikut karena terjadi kekosongan hukum dalam
menanggapi tulisan tersebut dan kemudian teknologi dan informasi kala UU ITE belum
u vµo]• ‰ lµv šÁ]šš ŒvÇ Ç ]šµ ^l}‹ ]l]v berlaku.28
lawakan ga bisa lebih lucu lagi.. Misbakhun kan KUHP telah mengatur hubungan-hubungan
š Œu •µl Ç vP ]lµ ^vP Œ u‰}l_ vl hukum tentang kejahatan yang berkaitan
všµŒÇUY Ç Ç Á Y_ ^ o ]v Œ] ]šµU dengan computer (computer crime) yang
š Œ lÁ iµP u vµo]• ^D]• lZµv W ‰ Œ u‰}l kemudian berkembang menjadi kejahatan
bank century, pembuat akun anonim penyebar dunia maya (cybercrime). Setidaknya ada dua
fitnah, penyokong PKS, mantan pegawai pajak pendapat yang berkembang sejalan dalam
] Œ ‰ o]vP l}Œµ‰_X menangani kasus kejahatan yang berhubungan
Dalam kasus ini, awal dari ketersinggungan dengan teknologi yang secara tidak langsung
korban adalah melalui isi dari tweet terdakwa. juga berkaitan dengan masalah cybercrime
Tweet tersebut tentunya dapat kita yakni:29
klasifikasikan sebagai informasii elektronik. 1) Menurut Mardjono Reksodiputro,
Sehingga dalam dakwaannya Jaksa mendakwa kejahatan computer atau yang berkaitan
terdakwa dengan dakwaan tunggal yaitu dengan teknologi dan informasi sebenarnya
terdakwa melanggar Pasal 27 ayat (3) UU ITE. bukanlah kejahatan baru dan masih
Dan dalam pembuktiannya, JPU mengajukan terjangkau oleh KUHP untuk
adanya 9 lembar hasil cetak dari isi tulisan pada menanganinya. Pengaturan untuk
twitter terdakwa dan segala menangani kejahatan komputer sebaiknya

27 28
Liga Sabina Luntungan, Keabsahan Bukti Elektronik Maskun, Op Cit, hlm 62
29
Dalam Kasus Pidana, Lex crimen, 2013,hlm 137 Budi Suhariyatno, Opcit, hlm 48

123
Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015

diintergrasikan ke dalam KUHP dan Dalam Pasal 27 ayat (3) UU No 11 Tahun


bukan ke dalam undang-undang sendiri. 2008 sebagai berikut:
2) Kejahatan yang berhubungan dengan ^^ š] ‰ orang dengan sengaja atau tanpa
komputer atau teknologi informasi hak mendistribusikan dan/atau
memerlukan ketentuan khusus dalam KUHP mentransmisikan dan/atau membuat dapat
atau undang-undang tersendiri yang diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
mengatur tindak pidana di bidang Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
komputer atau teknologi informasi. penghinaan dan/atau pencemaran
Sahetapy, berpendapat bahwa hukum v u ]l_X32
pidana yang ada tidak siap menghadapi Unsur-unsur dalam pasal diatas ialah:
kejahatan teknologi informasi karena tidak - Setiap orang
segampang itu, menganggap kejahatan - Dengan sengaja dan tanpa hak
dibidangnya itu. Sulitnya pembuktian dan - Mendistribusikan, dan/atau
kerugian besar yang mungkin terjadi mentransmisikan, dan/atau membuat dapat
melatarbelakangi pendapatnya yang diakses informasi elektronik, dan /atau
mengatakan perlunya produk hukum baru dokumen elektronik.
untuk menangani tindak pidana komputer atau - Memiliki muatan mencemarkan nama baik
di bidang teknologi informasi itu sendiri.30 Unsur muatan penghinaan dan/atau
Berdasarkan pernyataan pro dan kontra pencemaran nama baik yang diatur dalam Pasal
mengenai diperlukannya undang-undang 27 ayat (3) UU ITE juga mengacu pada KUHP,
khusus mengenai cybercrime di atas kemudian khususnya Bab XVI tentang Penghinaan. Pasal
berakhir dengan diundangkannya Undang- 310 dan Pasal 311 KUHP memberikan dasar
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang pemahaman atau esensi mengenai penghinaan
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). atau pencemaran nama baik, yaitu tindakan
Dalam hal ini pemerintah merasa perlu menyerang kehormatan atau nama baik orang
membuat UU yang mengatur tentang lain dengan maksud untuk diketahui oleh
cybercrime karena keterdesakan kebutuhan umum. Oleh karena itu perbuatan
nasional yang melingkupi ketidakmampuan mendistribusikan, mentransmisikan, membuat
sistem hukum nasional dalam menanggulangi dapat diaksesnya, dalam pasal ini haruslah
cybercrime yang hanya memakai aturan hukum dimaksudkan untuk menyerang kehormatan
lama. Tetapi dalam hal itu aturan landasan atau nama baik orang lain dengan maksud
hukum berupa KUHP dan KUHAP masih diketahui oleh umum.
menjadi patokan dalam cybercrime dan Orang tersebut haruslah pribadi kodrati
menjadi kolaborasi antara KUHP, KUHAP, (naturlijk persoon) dan bukan pribadi hukum
dengan UU No 11 Tahun 2008 tentang (rechts persoon). Pribadi hukum tidak mungkin
Informasi dan Transaksi Elektronik.31 memiliki perasaan terhina atau nama baiknya
Dalam kasus pencemaran nama baik di tercemar mengingat pribadi hukum merupakan
dunia maya yang melibatkan human atau abstraksi hukum. Meskipun pribadi hukum
manusia dengan teknologi di dalamnya dipresentasikan oleh pengurus atau wakilnya
merupakan fenomena yang baru dalam era yang resmi, tetapi delik penghinaan hanya
globalisasi di Indonesia ini, terutama sejak dapat ditujukan pada pribadi kodrati, sama
Undang-undang tentang Informasi dan seperti pembunuhan atau penganiayaan. Tidak
Transaksi Elektronik disahkan pada tahun 2008 mungkin pribadi hukum dapat dibunuh atau
lalu. dianiaya secara harafiah.33
Pasal 27 ayat (3) UU Nomor 11 Tahun 2008 Hal lain yang perlu ditekankan di sini ialah
tentang ITE telah memaparkan secara baik bahwa delik penghinaan dalam Pasal 27 ayat (3)
tentang bagaimana maksud pencemaran nama UU ITE bersifat subjektif, sama seperti dalam
baik dalam berinteraksi elektronik. Pasal 310 KUHP. Maksudnya, perasaan telah
terserangnya nama baik atau kehormatan

30 32
Ibid Lihat Pasal 27 ayat (3) UU No 11 Tahun 2008
31 33
Ibid, hlm 49 Josua Sitompul, Op cit, hlm 177

124
Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015

seseorang hanya ada pada korban. Korbanlah pihak RS Omni tidak berkenan, maka rusaklah
yang dapat menentukan bagian mana dari hubungan saling percaya antara penyedia
informasi elektronik yang menyerang layanan dan yang dilayani. Masalah melebar
kehormatan atau nama baiknya. Akan tetapi, dan menjadi inti dari kasus ini adalah ketika
penilaian subjektif ini harus diimbangi dengan pengungkapan kekesalan melalui e-mail, tetapi
kriteria-kriteria yang lebih objektif. Tanpa ada Prita mengirim e-mail tersebut dalam tata
kriteria yang lebih objektif, maksud bahasa yang kesal karena buruknya pelayanan
perlindungan hukum yang diberikan melalui RS Omni yang di dalamnya terdapat kata yang
Pasal 27 ayat (3) UU ITE dapat disalahgunakan. telah mencemarkan nama baik dari RS Omni itu
Kriteria-kriteria tersebut dapat dibangun sendiri dan perasaan tersinggung dari pihakRS
berdasarkan kejelasan identitas orang yang Omni yang merasa dicemarkan nama baiknya.
dihina dan muatan dari informasi atau Dasar penahanan Prita adalah karena ia
dokumen elektronik yang dianggap menghina dianggap melanggar Pasal 310 KUHP dan Pasal
atau mencemarkan nama baik seseorang. 27 ayat (3) UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Kebijakan kriminal yang dianut menurut UU Informasi dan Transaksi Elektronik, dengan
Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE dapat dilihat ancaman hukuman yang ada adalah enam
dalam Pasal 27-Pasal 37, yang mengatur tahun penjara dan denda Rp. 1 Miliar.Melihat
tentang perbuatan melawan hukum dan dapat kasus Prita Mulyasari, masyarakat beranggapan
dikenakan sanksi pidana. sah saja jika Prita mengungkapkan
Berdasarkan rumusan perbuatan dalam kekesalannya karena hak Prita sebagai pasien
Pasal 27 penggunaan sarana informasi yang menuntut pelayanan maksimal RS Omni.
elektronik memiliki muatan yang berdampak Tetapi yang menjadi permasalahan hukum
pada pelanggaran hukum, khususnya adalah cara Prita komplain dan
pencemaran nama baik. Yang pada akhirnya mengungkapkan kekesalannya lewat dunia
memberikan akibat kerugian bagi maya yang dengan kata kekecewaan dan
penyelenggara Negara, orang, badan hukum, disamping itu telah mencemarkan nama baik
dan masyarakat lainnya. dari RS Omni yang membuat Prita harus
Dalam penegakan hukum di bidang berhadapan dengan hukum. Dalam kasus ini
kejahatan dunia maya (cybercrime) ini yang dialami oleh Prita terdapat poin atau inti
khususnya pencemaran nama baik di dunia dimana kasus ini dimulai yaitu pernyataan Prita.
maya merupakan fenomena yang sempat Kata-kata Prita yang telah mencemarkan nama
menjadi pusat perhatian seluruh tanah air. baik adalah sangat mempunyai efek hukum dan
Disamping keberadaan Undang-undang tentang bersifat subjektif, tergantung dari sudut
Informasi dan Transaksi Elektronik, terdapat pandang mana orang melihatnya. Apakah itu
contoh kasus pencemaran nama baik opini atau fakta. Mungkin hal itu dianggap
yangmenjadikan kasus ini sebagai pencemaran benar sebagai fakta, namun bilamana sudah
nama baik yang modern karena dilakukan masuk ranah hukum,persoalan menjadi lain.34
melalui dunia maya (cyber). Adalah kasus Prita Pihak lawan akan memandang bahwa kata-
Mulyasari. Dimana seorang ibu ini kata itu sebagai sebuah serangan pribadi. Oleh
mengeluhkan sebuah pelayanan sebuah rumah sebab itu, banyak cara seseorang
sakit yaitu RS. Omni Hospital Alam Sutera menyampaikan keluhan yang lebih elegan, dan
Serpong, Tangerang Selatan. Prita yang terpenting adalah bentuk pernyataan
mempersoalkan hasil laboratorium yang sehingga tidak secara langsung tertuju kepada
menyatakan bahwa rombositnya 27.000 tidak individu. Karena hal ini, perlu dipahami bahwa
boleh dilihat. Pihak RS Omni Hospital delik penghinaan atau pencemaran nama baik
menyatakan, hal itu belum divalidasi, jadi masih yang penting sudah disiarkan di depan umum.35
menjadi rahasia. Rasa percaya Prita sebagai Jika kita mencermati kasus Prita Mulyasari
pasien menjadi lebih menurun lagi, saat maka seharusnya kita lebih mengerti dampak
pertanyaan tentang obat suntik yang diberikan daripada suatu perbuatan yang bisa
tidak mendapat jawaban yang jelas. Mungkin
34
pertanyaan Prita yang bertubi-tubi membuat Ibid, hlm 185
35
Ibid, hlm 186

125
Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015

menjadikan perbuatan kita sebagai perbuatan dan pidana denda. Kedua macam pidana
yang melawan hukum. Untuk menjawab hal ini tersebut ditetapkan secara maksimum khusus
maka perlu di uraikan terlebih dahulu saja. Hal ini perlu mendapat perhatian karena
mengenai kapan suatu perbuatan itu dikatakan terdapat kelemahan jika hanya diberlakukan
melawan hukum? Sifat melawan hukumnya maksimum khusus saja tanpa ada minimum
terdapat dari dua ukuran yaitu sifat melawan khusus, karena dalampraktiknya nanti
hukum yang formal (formeele dimugkinkan terjadinya disparatis. Oleh
wedderrechtelijkeidbegrip) dan sifat melawan karenanya sebaiknya sanksi minimum khusus
hukum yang materiil (materiele juga di akumulasikan dalam UU ITE mengingat
wedderrechtelijkeidbegrip). Melawan hukum kejahatan di dunia maya (cybercrime)
diartikan sebagai melawan undang-undang oleh merupakan kejahatan dua sisi yang
karena itu pandangan dalam kasus Prita ini menimbulkan kerugian yang sederhana dan
disebut sifat melawan hukum formal.36 menimbulkan kerugian yang tidak sederhana
Memperhatikan bahwa pencemaran nama pula.40 Oleh sebab itu penjatuhan pidana bukan
baik di dunia maya merupakan suatu unsur hanya untuk menerapkan hukum, akan tetapi
yang bermula dari kesengajaan seseorang juga untuk mencapai suatu ketertiban,
sesuai dengan Pasal 310 dan Pasal 311 KUHP kedamaian, dan ketentraman dalam
dan Pasal 27 ayat (3) UU ITE, maka delik ini masyarakat, dan yang menjadi pokok
merupakan delik sengaja, artinya pelaku penerapan hukum menjadi upaya mendidik dan
memang berkehendak mencemarkan nama pembelajaran bagi pelaku tindak pidana,
baik orang itu.37 Jika yang dicemarkan nama khususnya dalam pencemaran nama baik.
baiknya itu melakukan delik yang Dalam kasus pencemaran nama baik, baik
dituduhkan,tidak dapat dipidana pelaku dalam KUHP dan dalam UU ITE telah jelas
penghinaan. Begitu pula jika dia berbuat untuk bagaimana sanksi yang diberikan bagi pelaku
kepentingan umum (algemeen belang; public yang melakukan pelanggaran ini. Sinergi antara
interest) tidak dipidana. Hal ini merupakan keberadaan aturan tentang delik penghinaan
dasar pembenar secara khusus dalam undang- atau pencemaran nama baik ini menjadikan
undang. Untuk kepentingan umum jika pelaku bisa terjerat.
memang itu menjadi pekerjaannya. Hakim Wujud kolaborasi perbuatan cybercrime
wajib memeriksa apakah dia bertindak untuk dalam konteks hukum positif, khususnya
kepentingan atau karena terpaksa untuk pencemaran nama baik dapat terintregritas
membela diri. Jika dia diberi kesempatan untuk karena ( lš}Œ ^suatu perbuatan dapat dijatuhi
membuktikan tuduhannya dan dia tidak pidana, jika memenuhi unsur-unsur tindak
dapat,dan tuduhannya bertentangan dengan pidana (delik), namun tidak semua perbuatan
yang dia ketahui, maka akan menjadi delik dapat dijatuhi pidana jika perbuatan tersebut
fitnah (Pasal 311 KUHP) yang dipidana jauh tercantum dalam rumusan delik_. Oleh sebab
lebih berat.38 itu pencemaran nama baik lewat teknologi dan
Dalam penerapan sanksi bagi pidana informasi haruslah memenuhidua syarat untuk
kejahatan dunia maya (cybercrime) dalam UU dapat dipandang dalam dipidananya suatu
ITE, menjadi salah satu sentral dalam dinamika perbuatan, yaitu perbuatan yang bersifat
kriminal, sanksi hukum seharusnya dilakukan melawan hukum dan perbuatan yang bersifat
melalui pendekatan yang rasional, karena jika tercela.41
tidak, akan menimbulkan ^šZ Œ]•]• }( }À Œ Esensi penghinaan atau pencemaran nama
Œ]u]v o]Ì š]}v_ yaitu krisis pelampauan batas baik dalam kehidupan nyata ataupun dalam
dari hukum pidana. 39 Sanksi Pidana yang dunia maya adalah sama, yaitu menyerang
ditetapkan dalam undang-undang ini kehormatan atau nama baik orang lain untuk
ditetapkan sanksi yang berupa pidana penjara diketahui oleh umum atau sehingga diketuai
oleh umum. Pemahaman akan jeratan terhadap
36
Budi Suhariyanto, Op cit, hlm 171
orang yang melakukan pencemaran nama baik
37
Andi Hamzah, Op cit, hlm 179
38 40
Ibid Ibid, hlm 153
39 41
Budi Suhariyanto, Op cit, hlm 152 Maskun, Op Cit, hlm 63

126
Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015

khususnya dalam dunia maya menjadi esensi menyerang kehormatan seseorang atau nama
juga dalam Pasal 310 KUHP menjadi satu roh baik seseorang, sehingga nama baik seseorang
dalam Pasal 27 ayat (3) UU ITE sehingga unsur tercemar ataun rusak. Dalam menentukan
penunjang jeratan pasal-pasal ini terpenuhi. adanya penghinaan atau pencemaran nama
Dalam penentuan hukuman khususnya dalam baik, konten dan konteks menjadi bagian yang
Pasal 27 ayat (3) UU ITE telah dijabarkan dalam sangat penting untuk dipahami. Tercemarnya
Pasal 45 ayat (1) UU ITE yang menguraikan atau rusaknya nama baik seseorang secara
tentang sanksi pidana yang didapat dari hakiki hanya dapat dinilai oleh orang yang
perbuatan melanggar hukum pencemaran bersangkutan. Dengan kata lain,korbanlah yang
nama baik di dunia maya atau informasi menilai secara subyektif tentang konten atau
elektronik. bagian mana dari informasi elektronik atau
Dalam Pasal 27 ayat (3) UU ITEberbunyi: dokumen elektronik yang ia rasa telah
^^ š] ‰ }Œ vP vP v • vP i š µ š v‰ menyerang kehormatan atau nama baiknya.
hak mendistribusikan dan/atau Konstitusi memberikan perlindungan terhadap
mentransmisikan dan/atau membuat dapat harkat dan martabat seseorang sebagai salah
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau satu hak asasi manusia. Oleh karena itu,
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perlindungan hukum diberikan kepada korban,
penghinaan dan/atau pencemaran dan bukan kepada orang lain. Orang lain tidak
42
v u ]l_ dapat menilai sama seperti penilaian korban.45
Dalam Pasal45 ayat (1) UU ITE yang berbunyi : Dalam pencemaran nama baik memang
^^ š] ‰ }Œ vP Ç vP u u vµZ] µv•µŒ memiliki sesuatu daya tarik tersendiri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal27 ayat mengingat dalam hal pembuktianmerupakan
(1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana sesuatu yang tergolong sulit dalam hal
dengan penjara paling lama 6 (enam) tahun pencemaran nama baik. Namun terlepas dari
dan/atau denda paling banyak semua itu penerapan hukum pencemaran
Rp.1.000.000.000,00 (satu u]o] Œ Œµ‰] Z•_43 nama baik dalam konteks di dunia maya
Jelas sekali bagaimana hukuman yang di menjadi kondusif mengingat teknologi
atur dalam Pasal 45 ayat (1) UU ITE ini, seakan mendukung pembuktian akan hal tersebut yang
menjadi jawaban atas Pasal 27 ayat (3) UU ITE berbeda jika mencari bukti pencemaran nama
yang menjerat para pelaku pencemaran nama baik dalam virtual atau nyata yaitu mencari
baik lewat dunia maya yang sering terjadi saat penyebab lisan maupun tulisan.
ini. Memang penerapan hukum menjadi bagian Sedangkan, konteks berperan untuk
penegakan hukum selalu melibatkan manusia memberikan nilai objektif terhadap konten.
didalamnya dan dengan demikian akan Pemahaman akan konteks mencakup gambaran
melibatkan tingkah laku manusia juga. Hukum mengenai suasana hati korban dan pelaku,
tidak bisa tegak dengan sendirinya, artinya maksud dan tujuan pelaku dalam mediseminasi
dalam menerapkan hukum ia tidak akan informasi, serta kepentingan-kepentingan yang
mampu mewujudkan janji-janji serta kehendak- ada di dalam pendiseminasian
kehendaknya yang tercantum dalam peraturan- (penyebarluasan) konten. Ketentuan Pasal 27
peraturan hukum tersebut.44 ayat (3) UU ITE mengacu pada bagaimana
Kasus pencemaran nama baik ini perlu ketentuan penghinaan atau pencemaran nama
dibahas bagaimana anggapan orang mengenai baik yang diatur dalam Kitab Undang-Undang
penerapan hukum dalam Pasal 27 ayat (3) UU Hukum Pidana (KUHP), khususnya Pasal 310
ITE merupakan delik biasa. Pemahaman ini dan Pasal 311 KUHP. Dalam KUHP diatur
keliru dari dua hal, yaitu dari segi esensi delik dengan tega bahwa penghinaan merupakan
penghinaan dan dari sisi historis. delik aduan. Tidak adanya ketentuan tegas
Pertama, secara esensi penghinaan, bahwa Pasal 27 ayat (3) UU ITE merupakan
pencemaran nama baik adalah perbuatan delik aduan kerap dipermasalahkan dalam
penerapan ketentuan ini. Akan tetapi, dari
42
Lihat Pasal 27 ayat (3) UU ITE
43 45
Lihat Pasal 45 ayat (1) UU ITE http:// www.hukumonline.com/klinik/detail/ - diakses
44
Abdul Wahid, Op cit, hlm136 Pada 13 Maret 2015

127
Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU- pada Pasal 310 KUHP. Selanjutnya pengaturan
VI/2008 mengenai konstitusional Pasal 27 ayat tentang pengaturan tentang pidana (straf) dan
(3) UU ITE telah ada penegasan bahwa Pasal 27 penjatuhannya sebagaimana di atur dalam
ayat (3) UU ITE merupakan delik aduan dalam Pasal 45 ayat (1) UU ITE wajib merujuk pada
penerapannya. Dalam pertimbangan Buku 1 KUHP. 48 Itulah sebabnya dalam hal
Mahkamah Konstitusi Butir [3.17.1] dijelaskan : dalam beberapa kasus pencemaran nama baik
Bahwa terlepas dari pertimbangan di dunia maya dan dalam penerapan hukumnya
Mahkamah yang telah diuraikan dalam paragraf diperlukan penerapan hukum yang akurat dan
terdahulu, keberlakuan dan tafsir atas Pasal 27 seimbang mengingat kejahatan jenis ini
ayat (3) UU ITE tidak dapat dipisahkan dari merupakan kejahatan tradisional namun
norma hukum pokok dalam Pasal 310 dan 311 dilakukan dengan modern. Oleh sebab itu
KUHP sebagai genus delict yang mensyaratkan relevansi KUHP telah terimbangi dengan
adanya pengaduan (klacht) untuk dapat dicetuskannya UU No 11 Tahun 2008 tentang
dituntut, harus juga diperlakukan terhadap ITE yang di dalam Pasal 27 ayat (3) membahas
perbuatan yang dilarang dalam Pasal 27 tentang pencemaran nama baik di dunia maya
Ayat (3) UU ITE, sehingga Pasal a quo juga harus beserta sanksi yang telah di atur dalam Pasal 45
ditafsirkan sebagai delik yang UU ITE.
mensyaratkan pengaduan (klacht) untuk dapat
dituntut didepan Pengadilan.46 PENUTUP
Dari uraian Putusan Mahkamah Konstitusi A. Kesimpulan
Nomor 50/PUU-VI/2008 tentang penerapan 1. Untuk perihal kekuatan dan
Pasal 27 ayat (3) yang disinergikan dengan Pasal nilaipembuktian, alat bukti diatur dalam
310 dan Pasal 311 KUHP mengenai pencemaran Pasal 184 KUHAP, yaitu kekuatan
nama baik atau penghinaan, maka diperlukan pembuktian dari alat bukti elektronik
upaya yang progresif dari para penegak hukum bersifat bebas (volledig bewijskracht) dan
untuk berani menafsirkan pasal-pasal tersebut. bersifat tidak mengikat atau menentukan
Selain itu mereka diharapkan juga berhati-hati (beslissende bewijskracht). Nilai
dalam menerapkan pasal-pasal tersebut.47 pembuktian dari seluruh alat bukti
Memang dalam menerapkan UU ITE didasarkan padapenilaian hakim.
ternyata banyak ketentuan hukum yang terkait, Pengaturan alat bukti elektronik dalam UU
karena UU ITE merupakan UU khusus di luar ITE diatur dalam BAB III tentang Informasi,
KUHP yang mengatur tindak pidana. Dokumen, dan Tanda Tangan Elektronik,
Konsekuensinya, ketentuan-ketentuan umum serta Pasal 44 UU ITE. Pasal 5 ayat (1) UU
untuk menerapkan UU ITE harus merujuk pada ITE mengatur secara tegas bahwa Informasi
UU yang bersifat umum, yaitu KUHP. atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka cetaknya merupakan alat bukti yang sah.
penjelasan unsur-unsur tindak pidana Lebih lanjut lagi, Pasal 5 ayat (2)
‰ v u Œ v v u ]lU Ç ]šµ µv•µŒ ^• š] ‰ u v P •l v ZÁ ^/v(}Œu •]
}Œ vP_ Z Œµ• u Œµiµl ‰ µlµ / <h,WX Elektronik dan/atau Dokumen
Pengertian unsure Elektronik dan/atau hasil
^u v ]•šŒ] µ•]l vUu všŒ v•u]•]l vU š µ š lvÇ Yu Œµ‰ l v perluasan dari alat
membuat dapat diaksesnya informasi atau bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara
}lµu v o lšŒ}v]l_ u Œµiµl ‰ l š všµ v Ç vP Œo lµ ] /v }v •] _X < š všµ v ]v]
UU ITE. Namun demikian pengertian menegaskan bahwa alat bukti elektronik
barangsiapa dalam Pasal 27 ayat (3) UU ITE telah diterima dalam sistem hukum
dapat diartikan bukan hanya pada orang pembuktian di Indonesia. Akan tetapi,
(manusia), melainkan juga kepada instansi penekanan dari bagian ini adalah
o ]vvÇ X ^ vPl v ‰ vP Œš] v µv•µŒ ^uµ š v pengaturan alat bukti elektronlk dalam
‰ v u Œ v v u ]ll‰ vPZ]v v_ u Œµiµl Hukum Acara Pidana di Indonesia.

46 48
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-VI/2008 Widodo, Hukum Pidana di Bidang Teknologi Informasi,
47
Budi Suhariyanto, Op cit, hlm 178 Aswaja, Yogjakarta, 2013, hlm 141

128
Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015

2. Untuk penerapan hukum terutama sanksi Huda Chairul, Dari Tindak Pidana Tanpa
pidana terhadap pelaku pencemaran nama Kesalahan Menuju Tiada
baik dalam dunia maya (cyber) , yang Pertanggungjawaban Pidana Tanpa
dimana penerapan hukum ini di tinjau dari Kesalahan, Kencana, Jakarta, 2006.
KUHP dan UU ITE. Penerapan hukum Marpaung Leden, Tindak Pidana Terhadap
terhadap tindak pidana pencemaran nama Kehormatan, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
baik ini menggunakan asas Lex spesialis Maskun, Kejahatan Siber Cyber Crime Suatu
derogat legi generali yaitu dimana Pengantar, Prenada Media Group, Jakarta,
pengaturan pencemaran nama baik di 2013.
dunia maya yang diatur dalam Pasal 27 ayat Widodo, Hukum Pidana di Bidang Teknologi
(3) dan Pasal 45 UU ITE merupakan ^> Æ Informasi, Aswaja Pressindo, Yogjakarta,
•‰ •] o]•_ dari Pasal 310 KUHP yang 2013.
merupakan ^> Æ P v Œ o]_ dimana Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Bina
hubungan aturan ini menjadikan sinergi Aksara, Jakarta, 1987.
hukum atas kasus pencemaran nama baik. Nasution Bahder Johan, Metode Penelitian Ilmu
Kasus pencemarn nama baik yang dilakukan Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008.
oleh Prita Mulyasari di dunia maya sejak Oetarid Sadino, Pengantar Ilmu Hukum,
baru berlakunya UU ITE menjadi bagian Pradinya Paramita, Jakarta, 1993.
dalam referensi. Penerapan sanksi pidana PoernomoPrasetyo, Asas-asas Hukum Pidana,
sendiri terspesifikasi dan untuk sanksi Ghalia, 2000 , Jakarta, hlm 130
dapat dikenakan pidana penjara dan pidana Prasetyo Teguh, Hukum Pidana, Edisi Revisi,
denda. Raja Grafindo,Jakarta, 2010.
Sitompul Josua, Cyberspace Cybercrimes
B. Saran Cyberlaw Tinjauan Aspek hukum Pidana,
1. Kiranya dalam pemahaman terhadap Tatanusa, 2012, Jakarta.
keabsahan Informasi Elektronik dan SoesiloR., Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Dokumen Elektronik sebagai alat bukti, (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
menjadi pertimbangan bagi aparat Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia,Bogor.
penegak hukum dalam melaksanakan SuhariyatnoBudi, Tindak Pidana Kejahatan
penegakan hukum, bukan hanya aparat Dunia Maya, Raja Grafindo Persada,
penegak hukum saja, kita kaum intelektual Jakarta,2012.
dan masyarakat dapat memahami akan SunarsoSiswanto, Hukum Informasi Dan
kedudukan hukum akan alat bukti Transaksi Elektronik Studi Kasus Prita
tersebut. Mulyasari, Rineka Cipta, Jakarta, 2009.
2. Kiranya masyarakat dapat memahami Tirtaadmidjaja, Pokok-Pokok Hukum Pidana,
tentang penerapan hukum yang terjadi Fasco, Jakarta, 1995.
dalam pencemaran nama baik. Berkaca WahidAbdul, Kejahatan Mayantara (Cyber
dari kasus pencemaran nama baik yang Crime), Refika Aditama, Bandung, 2010.
gempar di Indonesia, kurang pahamnya Hamzah Andi, Mohammad Taufik Makarao,
masyarakat akan menyampaikan suatu Suhasril,Hukum Acara Pidana dalam-
pernyataan secara tidak teliti bisa menjadi Teori dan Praktek, Ghalia, Jakarta,
senjata makan tuan apabila ranah itu 2004.
sudah memasuki ranah hukum. Harahap Yahya, Pembahasan Permasalahan
Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang
DAFTAR PUSTAKA Pengadilan, Banding, Kasasi, dan
Effendi Erdianto, Hukum Pidana Indonesia Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta,
Suatu Pengantar, Refika Aditama,Bandung, 2000.
2014. Sam Ardi, Buku Suplemen Mata Kuliah Hukum
Hamzah Andi, Delik-Delik Tertentu Dalam Acara Pidana, Fakultas Hukum Universitas
KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, 2014. Brawijaya Malang.

129
Lex Crimen Vol. IV/No. 2/April/2015

Luntungan Sabina, Keabsahan Bukti Elektronik


Dalam Kasus Pidana, Lex crimen, 2013.
Sirait Togi Robson, Keabsahan Informasi Pada
Pembuktian Tindak Pidana, Medan, 2014.
SUMBER t SUMBER LAIN
Pancasila
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-
VI/2008
Kamus Besar Bahasa Indonesia
http://sigitpriambodo.blogspot.com/2013/04/
makalah/ di akses 23 Februari 2015
http://makalah-hukum-
pidana.blogspot.com/2012_09_01_archive.
html diakses 07 Maret 2015
http://www.hukumonline.com/klinik/detail -
diakses 13 Maret 2015

130

Anda mungkin juga menyukai