Pembawa Materi: Pak I Gede Widhiana Suarda and Pak Meldy Ance Almendo
Fakultas Hukum
UNIVERSITAS JEMBER
Materi 1: Pak I Gede Widhiana Suarda
Dunia mengalami perubahan secara terus-menerus, dalam hal ini kita bisa melihat dengan
jelas dalam perkembangan teknologi yang semakin canggih, dimana apabila dahulu orang
masih menggunakan kamera roll untuk mengambil gambar dan masih melalui proses
pengolahan, kini menggunakan kamera hp yang memiliki kualitas tinggi.
Perkembangan teknologi sudah mengantar ke era yang baru dengan kemudahan ada,
namun terdapat pula aspek lain. Era ini disebut sebagai Era Distrupsi.
1.Bersikap Positif, menanggapi era ini dengan harapan yang tinggi dan positif
2.Bersikap Negatif, menanggapi era ini dengan pesimis dan menggangap ancaman.
Dampak positif:
1.Praktis, pada era ini, teknologi semakin mempermudah kita dalam menjalankan tugas
kita.
Dampak Negatif:
b.Cyber Crime(CC).
Apa perbedaan?
Dalam CC, Menggunakan IT dan mencakupi seluruh kelas masyarakat (tidak perlu
pendidikan dan kemampuan yang tinggi).
Luas:Kejahatan/tindakan pidana dan segala perbuatan tercela yang terjadi di dunia maya.
(Australian Federal Policy).
Legal Framework
1.Kriminalisasi
3.Mengedepankan Pencegahan
Dalam suatu kasus kriminal, entah dalam tindakan kriminak konvensional maupun
tindakan kriminal dunia maya (cyber crime) terdapat beberapa teori pembuktian.
3.Teori Conviction in Time, teori ini menyatakan bahwa salah tidaknya seorang
terdakwa semata-mata ditentukan oleh penilaian “Keyakinan Hakim” keyakinan
hakimlah yang menentukan wujud kebenaran sejati dalam sistem pembuktian.
Hakekat dari Pembuktian adalah untuk menyajikan gambaran secara utuh tentang
tindak pidana yang terjadi pada hakim, sehingga seolah-olah hakim melihat sendiri
peristiwa tersebut seolah-olah peristiwa pidana tersebut terjadi dihadapannya, atau
hakim seakan-akan mengalami sendiri peristiwa tersebut melalui alat bukti yang
ada yang didukung dengan barang bukti yang berkaitan dengan tindak pidana
tersebut.
Tujuan pembuktian tersebut adalah sebagai suatu kepastian bahwa benar benar
telah terjadi suatu tindak pidana dan seorang sebagai pelakunnya dengan cara
menyajikan fakta-fakta yang dapat dipercaya berdasarkan alat bukti yang ada
sehingga hakim memperoleh keyakinan tentang apa yang sebenarnya dan terdakwa
yang sebagai pelakunya.
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia peroleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya.”
Berdasarkan pasal diatas, maka diketahui bahwa suatu kesalahan harus dibuktikan
dengan ada setidaknya 2 alat bukti yang sah dan atas dasar dari alat bukti yang sah,
hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Barang bukti pada dasarnya adalah benda yang digunakan untuk melakukan tindak
pidana atau benda yang diperoleh dari suatu tindak pidana yang menunjukkan telah
terjadinya tindak pidana.
1.Regulasi/Dasar Hukum
Parameter pembuktian
Pasal International Covenant on Civil and Political Right 1966 yang telah
diratifikasi melalui UU No.12 Tahun 2005 mengatur bahwa tidak boleh seorang
yang dengan sewenang-wenang atau secara tidak sah dicampuri perihal
kepribadiannya, keluarganya, rumah tangganya atau surat demikian pula tidak
boleh dicemari kehormatannya dan nama baiknya secara tidak sah.
Alat bukti yang sah dalam petunjuk sebagaimana dimaksud dalam pasal 188 ayat 2
Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana, khusus untuk
tidak pidana korupsi juga dapat diperoleh dari:
a.Alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau
disimpan secara elektronik dengan alat optic atau yang serupa denga itu;dan
b.Dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat,dibaca,
dana tau didengarkan dengan atau tanpa bantuan suatu saran, baik yang tertuang
diatas kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terekam secara
elektronik berupa tulisan,suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka
yang memiliki makna.
Dalam Keterangan ahli terdapat dualisme alat bukti yaitu ahli kedokteran dan ahli
pada umumnya’atau ahli yang lainnya punya dampak pada bentuk keterangan ahli
seperti: Keterangan ahli yang berbentuk laporan VER, Keterangan ahli dalam
bentuk BAP didepan Penyidik dan Keterangan Ahli yang berupa keterangan
langsung secara lisan didepan siding pengadilan dan dicatat oleh panitera siding.