Anda di halaman 1dari 9

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah

UNTAG Semarang

FUNGSI LAPORAN DAN PENGADUAN MASYARAKAT BAGI PENYIDIK


DALAM MENGUNGKAP KEJAHATAN
Sri Wulandari
sriwulan_64@yahoo.co.id
ABSTRAKSI

Hukum mengatur hubungan antara orang dengan orang lain dan membatasi kepekaan serta
mengadakan larangan atau keharusan agar tercapai ketertiban hukum di dalam masyarakat. Dalam
pergaulan hidup sering terjadi pelanggaran hukum karenanya harus dipulihkan dengan jalan
melakukan tindakan terhadap pelanggarnya. Pasal 108 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) menegaskan bahwa setiap orang yang mengetahui pemufakatan jahat/melakukan
tindak pidana terhadap ketentraman dan keamanan umum atau terhadap jiwa/hak milik wajib
melaporkan hal tersebut kepada penyidik dan apabila melalaikan dapat dipersalahkan melanggar Pasal
164 dan Pasal 165 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Maka setiap kali penyidik
menerima pemberitahuan yang bersifat laporan/pengaduan segera melakukan tindakan untuk
membuat masalah menjadi jelas dan terang. Laporan/pengaduan sama-sama mengandung arti
”Pemberitahuan” pada laporan pemberitahuan itu bersifat umum. Sedangkan untuk pengaduan lebih
bersifat pada tindak pidana aduan. Sekarang ini masih banyak masyarakat yang merasa
laporan/aduannya dipermainkan/tidak diindahkan/ditanggapi secara serius oleh aparat penegak
hukum, akibatnya timbul kejengkelan dari masyarakat dan bersifat pasif/apriori terhadap terjadinya
tindak pidana di masyarakat. Padahal masyarakat memiliki peran penting dalam pengungkapan suatu
kejahatan.

Kata Kunci : Laporan / Pengaduan – Kejahatan/ Tindak Pidana

ABSTRACT

Keywords: use 10 pt; lower case; italic; Times; write in 5-10 words.

1. Pendahuluan (KUHAP) menyebutkan setiap orang yang


mengetahui pemufakatan jahat/atau
1.1. Latar Belakang melakukan tindak pidana terhadap
Indonesia adalah hukum, senantiasa ketentraman dan keamanan umum atau
menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia terhadap jiwa atau terhadap hak milik
dan menjamin setiap warga negara wajib seketika itu juga melaporkan hal
memiliki kedudukan yang sama di depan tersebut kepada penyidik dan apabila hal
hukum dalam kerangka menegakkan itu dilalaikan, maka dapat dipersalahkan
supremasi hukum dan memberikan melanggar Pasal 164 dan Pasal 165 Kitab
pelayanan keamanan kepada masyarakat. Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Di dalam pergaulan hidup Penyidik atau penyelidik akan
bermasyarakat sering terjadi pelanggaran menerima pemberitahuan baik yang
hukum yang berupa kejahatan atau bersifat sebagai laporan atau aduan
pelanggaran. Hukum mengatur hubungan sebagai aparat penegak hukum, ia wajib
antara orang dengan orang lain, di segera melakukan tindakan untuk
samping itu membatasi kepentingan serta membuat masalahnya menjadi jelas dan
mengadakan larangan atau keharusan agar terang.
tercapai ketertiban hukum di dalam Dalam hal terjadi suatu tindak
masyarakat. Pasal 108 ayat (2) Kitab pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 1
Undang-Undang Hukum Acara Pidana butir 24 dan 25 Kitab Undang-Undang

74
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Hukum Acara Pidana (KUHAP) 1.2. Perumusan Masalah


dijelaskan bahwa laporan adalah Konsep pemikiran diatas cukup
pemberitahuan yang disampaikan oleh menjadi alasan untuk mengangkat
seseorang karena hak atau kewajiban permasalahan tentang :
berdasarkan Undang-Undang kepada bagaimanakah fungsi laporan dan
pejabat yang berwenang tentang telah atau pengaduan masyarakat bagi penyidik
sedang di duga akan terjadi peristiwa dalam mengungkap kejahatan?.
pidana. Sedangkan aduan adalah
pemberitahuan disertai permintaan oleh 1.3. Tujuan Penelitian
pihak yang berkepentingan kepada pejabat
yang berwenang untuk menindak menurut Untuk mengetahui dan menganalisa
hukum seorang yang telah melakukan fungsi laporan dan mengaduan
tindak pidana aduan yang merugikanya. masyarakat bagi penyidik dalam
Baik laporan / pengaduan keduanya mengungkap kejahatan/ tindak pidana.
sama-sama mengandung arti
”pemberitahuan” seseorang kepada 2. Kajian Teori
pejabat yang berwenang menerima 2.1. Pengertian Tindak Pidana
laporan dan pengaduan. Pada laporan, Istilah tindak pidana berasal dari
pemberitahuan bersifat umum melibatkan
bahasa Belanda yaitu ”Strafbear Feit”
seluruh jenis tindak pidana, sedangkan yang sebenarnya istilah resmi dalam
pengaduan adalah pemberitahuan Wetbook Van Strafecht (WVS) atau Kitab
seseorang kepada pejabat yang berwenang
Undang-Undang Hukum Pidana.
tentang tindak pidana aduan. Tindak pidana merupakan suatu
Sekarang ini masih banyak keluhan
pengertian dasar dalam hukum pidana.
masyarakat yang merasa Tindak pidana adalah suatu pengertian
laporan/pengaduannya dipermainkan. yuridis, lain halnya dengan istilah
Sehingga timbul rasa apatis yang luas
perbuatan jalan atau kejahatan (criem atau
dalam kehidupan masyarakat atas praktik vebrechen atau misdaad) yang bisa
penegakan hukum kita. Akibatnya timbul
diartikan secara yuridis (hukum) atau
kejengkelan dengan membiarkan tindak secara kriminologis.1 Istilah ”strafbear
pidana yang dialaminya berlalu begitu feit” di kalangan para sarjana ditafsirkan
saja.
berlainan. Memang soal penafsiran
Sebagai institusi publik penegak Undang-Undang Hukum Acara Pidana
hukum (POLRI) banyak dikeluhkan
merupakan tugas yang sangat penting bagi
masyarakat dalam memberikan pelayanan
hakim, Jaksa, Polisi dan Pembela. Hukum
terkait penyalahgunaan kewenangan, pidana sendiri tidak menentukan syarat-
penyimpangan prosedur dan permintaan
syarat penafsiran, maka istilah-istilah
uang atau barang. Bahkan ada sebagian penafsiran dalam hukum pidana tersebut,
masyarakat yang telah rela menyediakan diserahkan kepada pejabat yang
biaya, tapi penyelidikan/penyidikan
berwenang.
lamban dan pelapor yang menjadi korban Dalam perundang-undangan
kejahatan merasa dipermainkan akhirnya
Republik Indonesia dapat dijumpai istilah-
munculah tindakan main hakim sendiri istilah lain yang dimaksudkannya juga
secara massal sebagai akibat tidak ”Strafbear Feit” yaitu : Peristiwa Pidana (
tanggapnya aparat penegak hukum
merespon laporan/pengaduan masyarakat. 1
Sudarto, Hukum Pidana I, Yayasan
Sudarto d/a Fakultas Hukum UNDIP Semarang,
1978, hal. 39.

75
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Undang-Undang Dasar Sementara 1950 2.2. Laporan dan Pengaduan


Pasal 14 ayat 1) sebagai berikut: Menurut Kitab Undang-
a. Perbuatan Pidana (Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1951, mengenai
Undang Hukum Acara
tindakan sementara Pidana (KUHAP)
menyelenggarakan kesatuan susunan Laporan dan Pengaduan dalam
kekuasaan dan acara pengadilan- perkara pidana diatur pada Pasal 1
pengadilan sipil, Pasal 5 ayat 3b). butir 24 dan 25 Kitab Undang-Undang
b. Perbuatan-perbuatan yang dihukum Hukum Acara Pidana (KUHAP).
(Undang-Undang Darurat Nomor 2 Menurut Pasal 103 jo Pasal 108
Tahun 1951 tentang : berpaling S Kitab Undang-Undang Hukum Acara
1948 – 17 dan Undang-Undang Pidana (KUHAP) dijelaskan bahwa :
Republik Indonesia (dahulu) No. 8 Pasal 103 Kitab Undang-Undang
Tahun Pasal 3. Hukum Acara Pidana (KUHAP)
c. Hal yang diancam dengan hukum dan 1. Laporan atau pengaduan yang
perbuatan-perbuatan yang dapat diajukan secara tertulis harus
dikenakan hukuman (Undang-Undang ditandatangani oleh palapor
Darurat No. 16 Tahun 1951, tentang atau pengadu.
Penyelesaian Perselisihan Perburuhan 2. Laporan atau pengaduan yang
Pasal 19, 21, 22). diajukan secara lisan harus
d. Tindak Pidana Undang-Undang dicatat oleh penyidik dan
Darurat No. 7 Tahun 1955 tentang ditandatangani oleh pelapor
Pengusutan, Penentuan dan Peradilan atau pengadu dan penyidik.
Tindak Pidana Ekonomi Pasal 1. 3. Dalam hal laporan atau
e. Tindak Pidana Undang-Undang pengadu tidak dapat menulis,
Darurat No. 7 Tahun 1953 tentang hal itu harus disebutkan
Pemilihan Umum Pasal 129. sebagai catatan dalam laporan
f. Penetapan Presiden No. 4 Tahun 1964 atau pengaduan tersebut.
tentang Kewajiban Kerja Bakti dalam Pasal 108 Kitab Undang-Undang
Rangka Pemasyarakatan bagi Hukum Acara Pidana (KUHAP)
terpidana karena melakukan tindak 1. Setiap orang yang
pidana yang merupakan kejahatan mengalami, melihat,
Pasal 1. menyaksikan dan menjadi
Kaitannya dengan istilah ini Prof. korban peristiwa yang
Moeljanto, SH lebih menyetujui istilah merupakan tindak pidana
”perbuatan pidana”, yang artinya berhak untuk mengajukan
perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan laporan atau pengaduan
hukum larangan mana disertai dengan kepada penyelidik dan
ancaman (sanksi) yang berupa pidana penyidik baik lisan maupun
tertentu bagi siapa yang melanggar tertulis.
tersebut.2 Untuk menjatuhkan pidana 2. Setiap orang yang
cukup adanya tindak pidana akan tetapi mengetahui permufakatan
disamping itu harus ada orang yang dapat jahat untuk melakukan tindak
dipidana. Orang ini tidak ada, jika ada pidana terhadap jiwa atau
sifat melawan hukum atau kesalahan. terhadap hak milik wajib
seketika itu juga melaporkan
2
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, hal tersebut kepada penyidik
Yogyakarta, Tahun 1975, hal. 78. atau penyelidik.

76
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

3. Setiap pegawai negeri dalam Acara Pidana (KUHAP) disebut relatif,


rangka melaksanakan karena dalam delik ini ada hubungan
tugasnya yang mengetahui istimewa antara si pembuat dan orang-
tentang terjadinya peristiwa orang yang terkena.3
yang merupakan tindak Perbedaan pengertian antara laporan dan
pidana, wajib segera pengaduan adalah sebagai berikut:
melaporkan hal itu kepada Laporan
penyelidik atau penyidik. 1. Berisi pemberitahuan tentang
4. Laporan atau pengaduan yang telah atau sedang atau akan
diajukan secara tertulis harus terjadinya suatu peristiwa
ditandatangani oleh pelapor pidana.
atau pengadu. 2. Setiap orang berhak
5. Laporan atau pengaduan yang melaporkan (bagi yang
diajukan secara lisan harus tertentu atau tindak pidana
dicatat oleh penyidik dan tertentu, bahkan merupakan
ditandatangani oleh pelapor suatu kewajiban).
atau pengadu dan penyidik. 3. Berlaku untuk semua jenis
6. Setelah menerima laporan tindak pidana biasa (gewone
atau pengaduan, penyelidik delict), misalnya pencurian,
atau penyidik harus pembunuhan, penadahan dan
memberikan surat tanda sebagainya.
penerimaan laporan atau 4. Dapat disampaikan setiap saat
pengaduan kepada yang (asalkan belum lewat waktu
bersangkutan. menurut ketentuan undang-
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum undang).
Acara Pidana (KUHAP) dinyatakan ketentuan 5. Laporan yang sudah diajukan
beberapa jenis delik tertentu hanya dapat tidak dapat dicabut kembali.
dituntut setelah menerima pengaduan dari Prosesnya menjadi
pihak tertentu, yaitu dengan dasar anggapan kewenangan pihak yang
bahwa kepentingan perseorangan di dalam berwajib.
beberapa jenis delik tertentu akan lebih Aduan
dirugikan daripada kepentingan umum 1. Pemberitahuan yang disertai
dengan tidak diadakannya penuntutan. Harus permintaan agar orang yang
diketahui bahwa delik aduan hanya terdiri telah melakukan tindak
atas kejahatan, sedangkan aduan terhadap pidana aduan diambil
pelanggaran tidak dikenal. tindakan menurut hukum.
Sejalan dengan itu, DR. Barda Nawawi 2. Hanya orang-orang tertentu
Arief, SH menegaskan (pada umumnya adalah
bahwa delik atau aduan dibedakan menurut korban, anggota keluar,
jenisnya ada dua (2) yaitu : suami/istri, atau wali) tidak
a. Delik aduan yang absolut ialah misalnya ada kewajiban untuk
Pasal 284, 310 dan 332 Kitab Undang- mengadukan.
Undang Hukum Pidana (KUHP). Delik 3. Berlaku untuk tindak pidana
ini menurut sifatnya hanya dapat aduan (klacht delict),
dituntut berdasarkan pengaduan.
b. Delik aduan yang relatif ialah misalnya 3
Barda Nawawi Arief, Diklat Hukum
Pasal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana I A, Jurusan Hukum Pidana Fakultas
Hukum UNDIP, Semarang.

77
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

misalnya zinah, pencurian 4. Hasil dan Pembahasan


dalam keluarga, pencemaran Menurut Pasal 108 ayat Kitab
nama baik dan sebagainya. Undang-Undang Hukum Acara Pidana
4. Tenggang waktunya (KUHAP) ada pihak-pihak yang diberikan
ditentukan selambat- hak dan kewajiban untuk menyampaikan
lambatnya dalam waktu enam laporan, yaitu :
bulan sejak orang yang (1) Setiap orang yang mengalami,
berhak mengadu mengetahui melihat, menyaksikan dan atau
adanya kejahatan, jika menjadi korban peristiwa yang
bertempat tinggal di luar merupakan tindak pidana, berhak
Indonesia (Pasal 74 ayat 1 mengajukan laporan atau pengaduan
Kitab Undang-Undang kepada penyelidik dan atau penyidik
Hukum Acara Pidana baik secara lisan dan tulisan.
(KUHAP)). Dan orang yang (2) Setiap orang yang mengetahui
mengajukan pengaduan permufakatan jahat untuk melakukan
berhak menarik kembali tindak pidana terhadap ketentraman
dalam waktu tiga bulan dan keamanan umum atau terhadap
setelah pengaduan diajukan jiwa atau terhadap hak milik wajib
(Pasal 75 Kitab Undang- seketika itu juga melaporkan hal
Undang Hukum Acara Pidana tersebut kepada penyelidik atau
(KUHAP)). penyidik.
Laporan dapat dicabut kembali. Prosesnya (3) Setiap pegawai negeri dalam rangka
dilanjutkan atau tidak, diserahkan kepada melaksanakan tugasnya mengetahui
pengadu. tentang terjadinya peristiwa yang
3. Model Penelitian merupakan tindak pidana wajib segera
Tipe penelitian yang melaporkan hal itu kepada penyidik
digunakan adalah penelitian yuridis atau penyelidik.
normatif karena permasalahan yang Ada pihak-pihak yang diberi hak untuk
akan diteliti meliputi peraturan menyampaikan laporan dan aduan, yaitu :
perundang – undangan, teori – teori Pasal 108 ayat 1 Kitab Undang-Undang
hukum dan pendapat para sarjana. Hukum Acara Pidana (KUHAP) menyebutkan:
Dengan menggunakan spesifikasi ”Setiap orang mengalami, melihat
penelitian Diskriptif analitis yaitu menyaksikan dan atau menjadi
memberikan gambaran secara konkrit, korban peristiwa yang merupakan
sistematis dan menyeluruh tentang tindak pidana berhak untuk
objek penelitian serta mengajukan laporan atau pengaduan
memperbandingkan dan kepada penyelidik dan atau
menghubungkan dengan penyidik baik secara lisan dan
permasalahan. tulisan”.
Data yang dipergunakan Pada Pasal 72 Kitab Undang-Undang Hukum
adalah data sekunder yang didukung Pidana (KUHP) menyebutkan :
data primer kemudian dilakukan (1) Selama orang yang terkena kejahatan
analisa secara normatif kualitatif. yang hanya boleh dituntut atas
pengaduan, dan orang itu umurnya
cukup enam belas tahun dan lagi
belum dewasa, atau selama ia berada
di bawah pengampunan yang

78
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

disebabkan oleh hal lain dari pada bersangkutan (Pasal 108 ayat 6
keborosan, maka wakilnya yang sah Kitab Undang-Undang Hukum
dalam perkara perdata yang berhak Acara Pidana (KUHAP)).
mengadu. 2. Isi Aduan
(2) Jika ada wakil atau wakil itu sendiri a. Berisi tentang hari, tanggal/tahun
yang harus diadukan maka penuntut dan jam laporan disampaikan,
dilakukan atas pengaduan wali b. Berisi identitas pelapor dan
pengawas atau pengampu, pengawas, menyebutkan, nama lengkap,
atau pengampu pengawas, juga umur, jenis kelamin, kebangsaan,
mungkin atas pengaduan istrinya atau agama, pekerjaan dan alamat,
seorang keluarga sedarah dalam garis c. Berisi uraian cermat, jelas dan
lurus, atau tidak ada, atas pengaduan lengkap mengenai tindak pidana/
seorang keluarga sedarah dalam garis peristiwa yang dilaporkan, waktu
menyimpang sampai derajat ketiga. 4 kejadian, tempat kejadian,
Yang menjadi isi laporan dan aduan kronologis kejadian, nama korban
adalah sebagai berikut : dan nama pelaku, kerugian,
1. Isi Laporan modus operandi,
a. Berisi tentang hari, tanggal/tahun d. Aduan yang diajukan secara
dan jam laporan disampaikan, tertulis ditandatangani oleh
b. Berisi identitas pelapor dan pengadu (Pasal 108 ayat 4 Kitab
menyebutkan : nama lengkap, Undang-Undang Hukum Pidana
umur, jenis kelamin, kebangsaan, (KUHP)),
agama, pekerjaan dan alamat, e. Aduan yang diajukan secara lisan
c. Berisi uraian cermat, jelas dan harus dicatat oleh penyelidik dan
lengkap mengenai tindak ditandatangani oleh pengadu dan
pidana/peristiwa yang dilaporkan, penyidik (Pasal 108 ayat 5 Kitab
waktu kejadian, tempat kejadian, Undang-Undang Hukum Pidana
kronologis kejadian, nama korban (KUHP)),
dan nama pelaku, kerugian modus f. Setelah menerima aduan,
operandi, penyelidik atau penyidik harus
d. Laporan diajukan secara tertulis memberikan surat tanda
harus ditandatangani oleh pelapor penerimaan laporan kepada yang
(Pasal 108 ayat 4 Kitab Undang- bersangkutan (Pasal 108 ayat 6
Undang Hukum Pidana (KUHP)), Kitab Undang-Undang Hukum
e. Laporan yang diajukan secara Pidana (KUHP)).
lisan harus dicatat oleh penyelidik Ada beberapa hal yang harus dipahami oleh
dan ditandatangani oleh pelapor pelapor/pengadu dalam menyampaikan
dan penyidik (Pasal 108 ayat 5 laporan dan aduan sesuai tata cara Kitab
Kitab Undang-Undang Hukum Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Acara Pidana (KUHAP)), (KUHAP) yaitu :
f. Setelah menerima laporan,
penyidik atau penyelidik harus Bentuk dan Cara Mengajukan Laporan atau
memberikan surat tanda Pengaduan
penerimaan laporan kepada yang Ketentuan Pasal 108 ayat (1), (4),
(5), dan (6). Bentuk laporan atau
4
Soesilo Yuwono, Penyelesaian Pidana pengaduan adalah :
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum - Dapat dilakukan dengan lisan, atau
Pidana (KUHP), Alumni : Bandung, 1982, hal. 51.

79
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

- Dilakukan dengan tulisan praktek penegakan hukum yang


Cara mengajukan atau menyampaikan mendiamkan laporan/ pengaduan mereka.
laporan/pengaduan adalah : Akibatnya timbul kejengkelan, dengan
- Kalau laporan berbentuk ”lisan”, jalan membiarkan tindak pidana yang
laporan atau pengaduan lisan tersebut dialaminya berlalu begitu saja tanpa
”dicatat” oleh pejabat yang menerima. dilaporkan/diadukan kepada pejabat
Setelah dicatat, laporan atau penyelidik atau penyidik. Mereka anggap
pengaduan ”ditandatangani” oleh hanya buang-buang waktu dan biaya.
pelapor/pengadu dan si penerima Malah ada sebagian yang sudah rela
laporan (penyelidik, penyidik, atau mengeluarkan biaya sekian banyak, tapi
penyidik pembantu). penyelidikan dan penyidikan tidak
- Jika laporan atau pengaduan yang digubris ataupun lamban jalannya
diajukan kepada pejabat (penyelidik, sehingga pelapor jadi korban kejahatan,
penyidik, atau penyidik pembantu) dipermainkan dengan segala macam biaya.
berbentuk ”tertulis”, laporan Kalau yang tak berduit, jangan harap
ditandatangani pelapor pengadu. laporannya akan ditangani. Hal ini adalah
- Jika dalam hal pelapor/pengadu tidak salah satu segi dari pengalaman kita.
dapat menulis, hal itu harus dibuat Barangkali gejala main hakim sendiri atau
catatan dalam laporan atau pengaduan secondary law enforcement membunuh
(Pasal 103 ayat (3)). dan membakar hidup-hidup pelaku tindak
- Setelah pejabat (penyelidik, penyidik, pidana secara massal sebagai akibat dari
penyidik pembantu) menerima tidak tanggapnya aparat penyidik
laporan pengaduan, pejabat penyelidik merespons pelaporan/pengaduan
atau penyidik memberikan ”surat merupakan langkah / wujut kekesalan
tanda penerimaan” laporan atau masyarakat. Padahal paritisipasi dan
pengaduan kepada yang bersangkutan informasi publik sangat penting dalam
(Pasal 108 ayat (6)). mengungkap dan menyeselesaikan setiap
Surat tanda terima penerimaan kejahatan.
laporan/pengaduan, gunanya sebagai Karena itu, laporan sangat berfungsi
sarana pengawasan dari masyarakat atau bagi penyidik untuk melakukan tindakan
dari pelapor/pengaduan. Dengan adanya penyelidikan yaitu serangkaian tindakan
surat tanda terima, dapat dipergunakan penyelidik untuk mencari dan menemukan
sebagai bukti pelaporan atau pengaduan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak
apabila pejabat yang menerima laporan pidana guna menemukan dapat/tidak
mendiamkan laporan/pengaduan peristiwa dilakukannya penyelidikan menurut cara
pidana tersebut. Apabila pejabat tidak yang diatur dalam Undang-Undang.
menangani atau mendiamkan atau Sedangkan pengaduan bagi
menyampaikan, yang bersangkutan dapat penyidik berfungsi juga sebagai sarana
menyampaikan hal itu ke pihak atasan penyelidikan berdasarkan
dengan memperlihatkan bukti tanda pengaduan/permintaan pengadu (korban,
penerimaan laporan/pengaduan. keluarga dan penasehat hukumnya).
Sampai sekarang masih banyak Dalam Pasal 1 ayat 2 KUHAP,
keluhan anggota masyarakat yang merasa penyidikan dirumuskan sebagai rangkaian
pelaporan/pengaduannya dipermainkan tindakan penyidik untuk mencari serta
(penundaan pelayanan), sehingga timbul mengumpulkan bukti yang dengan bukti
perasaan apatis yang luas dalam itu membuat terang tindak pidana yang
kehidupan masyarakat atas pengalaman terjadi dan menemukan tersangkanya.

80
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Dalam kenyataannya menyidikan dimulai Mengenai keharusan penyidik


sesudah terjadinya tindak pidana untuk untuk memberitahukan penuntut umum
mendapatkan keterangan-keterangan dalam hal penyidik telah mulai
mengenai : melakukan penyidikan sebagaimana
- Tindak pidana yang telah dilakukan, dimaksud dalam Pasal 109 ayat 1 Kitab
- Kapan tindak pidana itu dilakukan, Undang-Undang Hukum Acara Pidana
- Dimana tindak pidana itu dilakukan, (KUHAP). Menteri Kehakiman dalam
- Dengan apa tindak pidana itu keputusannya tanggal 10 Desember 1983
dilakukan, No. M 14 PW.0703 Tahun 1983 telah
- Bagaimana tindak pidana itu memberikan penjelasan sebagai berikut :
dilakukan Pengertian mulai melakukan penyidikan
- Mengapa tindak pidana itu dilakukan, adalah jika kegiatan penyidikan tersebut
- Siapa pembantunya. sudah dilakukan tindakan upaya dari
penyidik, seperti pemanggilan pro
Dalam hubungannya dengan fungsi
yustisia, penangkapan, penahanan,
penyelidikan, pedoman pelaksanaan Kitab
pemeriksaan, penyitaan dan sebagainya
Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) menjelaskan bahwa 5. Kesimpulan
penyelidikan bukanlah merupakan fungsi Setiap orang yang mengalami,
yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi melihat atau menjadi korban tindak
penyidikan, yang mendahului tindakan pidana berhak untuk mengajukan
lain yang berupa : penangkapan, laporan/pengaduan kepada penyidik
penahanan, penggeledahan, penyitaan, (POLRI). Dengan adanya
penyelesaian penyidikan dan penyerahan laporan/pengaduan tersebut
berkas perkara kepada penuntut umum. serangkaian proses hukum akan
Adapun latar belakang, motivasi ditindak lanjuti dan menjadi dasar
dan urgensi diintrodusirnya fungsi dalam membuat terang suatu peristiwa
penyelidikan di dalam Kitab Undang- pidana.
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Namun demikian seringkali
antara lain untuk melindungi dan penyidik pengabaikan laporan /
menjamin terhadap hak asasi manusia, pengaduan publik dengan melakukan
adanya persyaratan dan pembatasan yang penundaan pelayanan,
ketat dalam penggunaan wewenang alat- penyalahgunaan wewenang,
alat pemaksa, ketatnya pengawasan, dan penyimpangan prosedur dll. Sehingga
adanya lembaga ganti rugi dan sering kali masyarakat lebih memilih
rehabilitasi, dikaitkan bahwa setiap bersifat apatis, padahal peran
peristiwa yang terjadi dan diduga sebagai masyarakat sangat penting dalam
tindak pidana itu tidak selalu mengungkap suatu kejahatan.
menampakkan secara jelas sebagai tindak
pidana. Oleh karena itu sebelum 6. Penelitian Mendatang
digunakannya alat-alat pemaksa, perlu Diharapkan penelitian yang akan
ditentukan terlebih dahulu berdasarkan mengenai penegak hukum (POLRI)
data atau keterangan yang didapat dari yang lebih profesional dan memiliki
hasil penyelidikan bahwa peristiwa yang sifat responsif khususnya di bidang
terjadi dan diduga sebagai tindak pidana pelayanan publik baik secara
itu benar-benar merupakan tindak pidana, administratif maupun teknis.
sehingga dapat dilakukan penyidikan.

81
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Daftar Pustaka Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana


Barda Nawawi Arief, Diklat Hukum Pidana I di Indonesia, Sumur, Bandung, 1985.
A, Jurusan Hukum Pidana Fakultas KUHAP dan KUHP , Sinar Grafika, Jakarta,
Hukum UNDIP, Semarang.
2011
Bambang Poernomo, Pandangan Terhadap
Asas-asas Umum Hukum Acara
Pidana, Liberty, Yogyakarta, 1982.

Benyamin Asri, Hak-hak Tersangka dan


Terdakwa Dalam Penyidikan,
Penuntutan dan Peradilan, Tarsito,
Bandung, 1989.

Bismar Siregar, Hukum Acara Pidana,


Binacipta, Jakarta, 1983.

Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana,


Yogyakarta, Tahun 1975.
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan
Pertanggungjawaban Pidana,
Aksara Baru : Jakarta, Tahun
1981.
Wiryono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum
Pidana di Indonesia, PT. Erasco
: Jakarta, Tahun 1972.
Nico Ngani, I Nyoman Budi Jaya, Hasan
Madani, Mengenai Hukum Acara
Pidana, Yogyakarta, Liberti, Seri
2.
Satochid, Hukum Pidana Kumpulan
Kuliah, Jakarta, Abali Lektur
Mahasiswa, Ct. Thai, .
Soesilo Yuwono, Penyelesaian Pidana
Berdasarkan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP),
Alumni : Bandung, 1982.

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi


Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1982.

S. Achmad, Soemadipradja, Pokok-pokok


Hukum Acara Pidana Indonesia,
Alumni, Bandung, 1981.

Wahyu Afandi, Hakim dan Hukum Dalam


Praktek, Alumni, Bandung, 1978.

82

Anda mungkin juga menyukai