88 169 1 SM
88 169 1 SM
PENEGAKAN HUKUM
UNTUK MEMPEROLEH HAK ATAS KEADILAN
Oleh :
Abstract :
Undang- undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia khusus dalam penjelasan umum
menyebutkan bahwa manusia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa akal budi dan nurani yang
memberikan kepadanya kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk, dan dengan akal
budi serta nurani itu manusia memiliki kebebasan untuk berbuat dan bertanggung jawab atas
tindakannya. Hal ini kemudian yang disebut sebagai kebebasan dasar manusia dan merupakan hak
asasi manusia yang melekat pada diri setiap manusia secara kodrati yang harus dilindungi, dihormati,
ditegakkan dan tidak boleh dicabut oleh siapapun.
1
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013
Penegakan Hukum Untuk Memperoleh Hak Atas Keadilan
dengan alasan antara lain, hukum ketika melakukan perbuatannya akan selalu
itu dilaksanakan hanya untuk menakut- menimbang kesenangan atau
nakuti orang dengan cara pemberian kesengsaraan yang akan didapatnya
hukuman yang bengis, berat, dan kejam (Prinsip Hedonisme);
pada pelaksanaan Pidana Badan dan 7. Dalam menentukan besarnya
Hukuman Mati. Pada dasarnya hal itu kerugian yang ditimbulkan oleh suatu
dimaksudkan agar masyarakat melihat kejahatan, yang dijadikan dasar
dan merasa takut melakukan kejahatan, penentuan hukuman adalah
dengan begitu masyarakat terhindar dari perbuatannya, bukan niatnya;
kejahatan.
8. Prinsip dari hukum pidana
seharusnya berada pada sanksinya
Pada pelaksanaan Acara Pidana, Bonger
yang positif.
juga menjelaskan bahwa telah terjadi
kesewenang- wenangan dan ketidak adilan
Aliran- aliran dalam hukum pidana yang
dalam acara pemeriksaan terdakwa,
ada ketika itu pada dasarnya tidak mencari
kemudian dalam kurun waktu selanjutnya
dasar hukum atau pembenaran dari
ada beberapa tokoh lain yang menetang
hukum pidana, tetapi berusaha
hukuman kejam dan sewenang- wenang
memperoleh suatu sistem hukum pidana
dalam pelaksanaan acaranya antara lain
yang adil, praktis dan bermanfaat. Aliran
Montesqueu, Rouseau, dan Voltaire.
ini dibagi dalam dua aliran yaitu Aliran
Tokoh penegakan hukum yang terkenal
Klasik dan Aliran Moderen 2,:
lainnya adalah Cesare Beccaria (1738 –
1794) dalam bukunya “Dei Delitti e Pene”,
1. Aliran Klasik, merupakan reaksi
menggambarkan Delapan Prinsip yang
terhadap pelaksanaan penghukuman
menjadi landasan bagaimana Hukum
di Prancis – abad ke 18 yang ternyata
Pidana, Hukum Acara Pidana dan Proses
banyak menimbulkan ketidak pastian
Penghukuman dijalankan secara adil.
hukum, ketidak samaan hukum dan
Prinsip- prinsip tersebut adalah :
ketidak adilan hukum. Aliran ini
1. Perlu dibentuk suatu masyarakat menghendaki hukum pidana tersusun
berdasarkan prinsip Sicial Contract; sistematis, dan menitik beratkan
kepada Kepastian Hukum. Mengingat
2. Sumber hukum adalah undang-
ketika itu dikenal “Code Perancis”
undang, bukan Hakim;
1791 (The Definite sentence) yang
3. Tugas hakim hanyalah menentukan sangat kaku / rigit. Selanjutnya
kesalahan orang; dengan Code Perancis tahun 1810
4. Menghukum adalah merupakan hak mengalami perubahan yang
Negara, dan hak itu diperlukan untuk memberikan keleluasaan pada Hakim
melindungi masyarakat dari dalam menentukan hukuman (The
keserakahan individu; Indefinite sentence) dengan
5. Harus dibuat suatu skala mengambil Tiga Prinsip yang
perbandingan antara kejahatan dan terkenal hingga kini sebagai simbol
penghukuman; penegaan hukum yaitu:
3
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013
Penegakan Hukum Untuk Memperoleh Hak Atas Keadilan
luhur kemanusiaan.3 Dalam hal ini prinsip Nasional dan forum Internasional atas
non diskriminasi harus ditegakkan. semua pelanggaran HAM yang dijamin
oleh hukum Indonesia dan hukum
UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM Internasional mengenai hak asasi manusia
menyebutkan adanya beberapa hal yang yang telah diterima negara Republik
berkaitan dengan hak untuk mendapatkan Indonesia”.
keadilan. Hak- hak tersebut tentunya harus
dilaksanakan oleh setiap orang yang Pasal dalam UUD-45 dalam Bab X A,
terkait, terlebih lagi para aparat penegak pasal 28 A sampai dengan pasal 29 J ada
hukum. Demikian juga halnya dengan memuat hal yang berkaitan dengan HAM.
lembaga hukum atau pengadilan yang Pasal yang khusus mengatur hal yang
menangani permasalahan bila terjadi berkaitan dengan keadilan tertuang dalam
konflik, mengingat permasalahan HAM pasal 28 D, yang menyatakan bahwa:
juga merupakan permasalahan ”Setiap orang berhak atas pengakuan,
internasional. jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang
sama didepan hukum”. Pasal 28 I ayat (2)
PELANGGARAN HAM DAN HAK
menyatakan bahwa setiap orang bebas dari
MEMPEROLEH KEADILAN perlakuan yang bersifat diskriminatif dan
Pasal 1 angka 6 UU No 39 tahun 1999, berhak mendapatkan perlindungan dari
menyebutkan bahwa: ”Pelanggaran HAM perlakuan yang bersifat diskriminatif.
Jaminan untuk ketentuan tersebut tertuang
adalah setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara, juga dalam pasal 1 UU No 4 tahun 2004
baik disengaja maupun tidak disengaja tentang Kekuasaan Kehakiman yang
atau kelalaian yang secara melawan menyatakan bahwa: ”Kekuasaan
hukum mengurangi, menghalangi, Kehakiman adalah kekuasaan negara yang
membatasi, dan atau mencabut hak asasi merdeka untuk menyelenggarakan
manusia seseorang atau sekelompok orang peradilan guna menegakkan hukum dan
yang dijamin oleh undang- undang ini, keadilan berdasarkan Pancasila, demi
dan tidak mendapatkan penyelesaian terselenggaranya negara hukum”. Dengan
hukum yang adil dan benar, berdasarkan demikian jelas bahwa fungsi Kekuasaan
mekanisme hukum yang berlaku”. Kehakiman adalah untuk menegakkan
hukum dan keadilan. Oleh karena itulah
Dalam pengertian tersebut diatas dapat setiap keputusan pengadilan akan diwali
diartikan bahwa pelaku pelanggaran HAM dengan kalimat: ”Demi keadilan
mungkin dilakukan oleh orang perorang berdasarkan KeTuhanan Yang Maha
atau kelompok orang. Demikian juga Esa”.
dengan korban, dan umumnya pada kasus
pelanggaran HAM korban kesulitan untuk Pasal 4 ayat 3 UU No 4 tahun 2004
mendapatkan keadilan. Pasal 7 UU No. 39 tentang Kekuasan Kehakiman
tahun 1999 tentang HAM menyatakan menegaskan bahwa: ”Dalam menegakkan
bahwa: ”Setiap orang berhak untuk hukum dan keadilan, lembaga kehakiman
menggunakan semua upaya hukum bersifat mandiri dan terlepas dari campur
tangan lembaga lain diluar lembaga
kehakiman”. Kebebasan ini ternyata juga
3
A.Yahya Harahap, Pembahasan diikuti dengan kewajiban lembaga untuk
Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jilid I
Pustaka Kartini; Jakarta 1993;1.
melayani para pencari keadilan. Hal ini
4
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013
Penegakan Hukum Untuk Memperoleh Hak Atas Keadilan
ditentukan pada pasal 16 ayat (1) UU No maka berlaku ketentuan yang paling
4 tahun 2004, yang menyatakan: menguntungkan bagi tersangka; (4)
”Pengadilan tidak boleh menolak untuk Setiap orang berhak mendapatkan
memeriksa, mengadili dan memutuskan bantuan hukum sejak saat penyidikan
suatu perkara yang diajukan dengan dalih sampai adanya putusan pengadilan
bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, yang telah memperoleh kekuatan
melainkan wajib untuk memeriksa dan hukum tetap; (5) Setiap orang tidak
mengadilinya”. Dengan demikian apapun dapat dituntut untuk keduakalinya
persoalan yang dihadapi oleh pencari dalam perkara yang sama atas suatu
keadilan, tidak dapat ditolak oleh hakim. perbuatan yang telah memperoleh
Jadi hakim wajib mengadilinya. putusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap.
Berakaitan dengan hak asasi manusia,
3. Hal – hal yang berkaitan dengan
1. Pasal 17 UU No 39 tahun 1999
hukum keperdataan tercantum dalam
menjelaskan: ”Setiap orang tanpa
pasal 19 UU No 39 tahun 1999: ”(1)
diskriminasi berhak untuk
Tiada suatu pelanggaran atau
memperoleh keadilan dengan
kejahatan apapun diancam dengan
mengajukan permohonan,
hukuman berupa perampasan seluruh
pengaduan, dan gugatan, baik dalam
harta kekayaan milik yang bersalah;
perkara pidana, perdata, maupun
(2) Tidak seorangpun atas putusan
administrasi serta diadili melalui
pengadilan boleh dipidana penjara
proses peradilan yang bebas dan tidak
atau kurungan berdasarkan atas
memihak, sesuai dengan hukum acara
alasan ketidak- mampuan untuk
yang menjamin pemeriksaan yang
memenuhi suatu kewajiban dalam
obyektif oleh hakim yang jujur dan
perjanjian utang piutang.
adil untuk memperoleh putusan yang
adil dan benar”.
Dalam proses peradilan pidana,
perlindungan terhadap hak- hak yang
2. Pasal 18 UU No 39 tahun 1999
dimiliki tersangka / terdakwa/ terpidana,
menjelaskan: ”(1) Setiap orang yang
tertuang dalam UU No 8 tahun 1981
ditangkap, ditahan, dan dituntut
tentang KUHAP yang meliputi,
karena disangka melakukan suatu
(1)Perlakuan yang sama dimuka hukum
tindak pidana berhak dianggap tidak
tanpa diskriminasi apapun; (2)Praduga tak
bersalah, sampai dibuktikan
bersalah; (3)Hak untuk memperoleh
kesalahannya secara sah dalam suatu
kompensasi (gati rugi) dan rehabilitasi;
sidang pengadilan dan diberikan
(4)hak untuk memperoleh bantuan
segala jaminan hukum yang
hukum; (5)Hak kehadiran terdakwa di
diperlukan untuk pembelaannya,
muka pengadilan; (6)Peradilan yang bebas
sesuai dengan ketentuan peraturn
dan dilakukan dengan cepat dan
perundang- undangan; (2) Setiap
sederhana; (7)Peradilan yang terbuka dan
orang tidak boleh dituntut, kecuali
umum; (8) Pelanggaran atas hak – hak
berdasarkan suatu peraturan
terdakwa; (9)Penggeledahan dan
perundang- undangan yang sudah ada
penyitaan harus didasarkan pada undang-
sebelum tindak pidana itu dilakukan;
undang dan dilakukan dengan surat
(3) Setiap ada perubahan dalam
perintah tertulis; (10)Hak seorang
peraturan perundang- undangan,
5
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013
Penegakan Hukum Untuk Memperoleh Hak Atas Keadilan
6
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013
Penegakan Hukum Untuk Memperoleh Hak Atas Keadilan
7
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013
Penegakan Hukum Untuk Memperoleh Hak Atas Keadilan
UNDANG-UNDANG:
1. Undang-undang No. 39 tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia
2. Undang-undang No 26 tahun 2000
Tentang Peradilan Hak Asasi Manusia
3. Kitab Undang-undang Hukum Pidana
4. Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana
8
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013