Anda di halaman 1dari 8

Penegakan Hukum Untuk Memperoleh Hak Atas Keadilan

Jurnal Vol. 3 No. 2, Maret 2013

PENEGAKAN HUKUM
UNTUK MEMPEROLEH HAK ATAS KEADILAN

Oleh :

Nurlely Darwis SH, MSi


------------------------------------

Abstract :

Undang- undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia khusus dalam penjelasan umum
menyebutkan bahwa manusia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa akal budi dan nurani yang
memberikan kepadanya kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk, dan dengan akal
budi serta nurani itu manusia memiliki kebebasan untuk berbuat dan bertanggung jawab atas
tindakannya. Hal ini kemudian yang disebut sebagai kebebasan dasar manusia dan merupakan hak
asasi manusia yang melekat pada diri setiap manusia secara kodrati yang harus dilindungi, dihormati,
ditegakkan dan tidak boleh dicabut oleh siapapun.

PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui melalui sejarah


pemidanaan melalui hukum pidana pada
Berbicara mengenai keadilan tentunya masa sekitar abad ke 16 s/18, tujuan dari
tidak lepas dari perdebatan tentang apa pembentukan Hukum Pidana adalah
makna dan esensi dari keadilan. Dalam untuk memberantas kejahatan dengan
khasanah hukum pidana terdapat suatu harapan, dunia atau masyarakat akan
adagium yang mengatakan ”Ubi jus ibi terbebas dari kejahatan. Untuk
remedium” yang berarti dimana ada hak menjelaskan permasalahan ini selanjutnya
disana ada kemungkinan menuntut, dikemukakan beberapa tokoh dalam
kewajiban perbaikan bilamana hak sejarah Hukum Pidana yang terkenal
tersebut dilanggar.1 seperti Thomas More (abad 16 – 18) dalam
tulisannya “Utopia” membuktikan bahwa
sanksi pidana berat ternyata belum tentu
1
Mardjono Reksodiputro, Bunga Rampai
efektif untuk memberantas kejahatan.
Permasalahan Dalam Sistem Peradilan Pidana,
Kumpulan Karangan Buku ke tiga; Jakarta, Pusat Oleh karena itu orang lalu menjadi tidak
Pelayanan Keadilan dan Bantuan Hukum, 1997; perduli terhadap sanksi hukum pidana
161.

1
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013
Penegakan Hukum Untuk Memperoleh Hak Atas Keadilan

dengan alasan antara lain, hukum ketika melakukan perbuatannya akan selalu
itu dilaksanakan hanya untuk menakut- menimbang kesenangan atau
nakuti orang dengan cara pemberian kesengsaraan yang akan didapatnya
hukuman yang bengis, berat, dan kejam (Prinsip Hedonisme);
pada pelaksanaan Pidana Badan dan 7. Dalam menentukan besarnya
Hukuman Mati. Pada dasarnya hal itu kerugian yang ditimbulkan oleh suatu
dimaksudkan agar masyarakat melihat kejahatan, yang dijadikan dasar
dan merasa takut melakukan kejahatan, penentuan hukuman adalah
dengan begitu masyarakat terhindar dari perbuatannya, bukan niatnya;
kejahatan.
8. Prinsip dari hukum pidana
seharusnya berada pada sanksinya
Pada pelaksanaan Acara Pidana, Bonger
yang positif.
juga menjelaskan bahwa telah terjadi
kesewenang- wenangan dan ketidak adilan
Aliran- aliran dalam hukum pidana yang
dalam acara pemeriksaan terdakwa,
ada ketika itu pada dasarnya tidak mencari
kemudian dalam kurun waktu selanjutnya
dasar hukum atau pembenaran dari
ada beberapa tokoh lain yang menetang
hukum pidana, tetapi berusaha
hukuman kejam dan sewenang- wenang
memperoleh suatu sistem hukum pidana
dalam pelaksanaan acaranya antara lain
yang adil, praktis dan bermanfaat. Aliran
Montesqueu, Rouseau, dan Voltaire.
ini dibagi dalam dua aliran yaitu Aliran
Tokoh penegakan hukum yang terkenal
Klasik dan Aliran Moderen 2,:
lainnya adalah Cesare Beccaria (1738 –
1794) dalam bukunya “Dei Delitti e Pene”,
1. Aliran Klasik, merupakan reaksi
menggambarkan Delapan Prinsip yang
terhadap pelaksanaan penghukuman
menjadi landasan bagaimana Hukum
di Prancis – abad ke 18 yang ternyata
Pidana, Hukum Acara Pidana dan Proses
banyak menimbulkan ketidak pastian
Penghukuman dijalankan secara adil.
hukum, ketidak samaan hukum dan
Prinsip- prinsip tersebut adalah :
ketidak adilan hukum. Aliran ini
1. Perlu dibentuk suatu masyarakat menghendaki hukum pidana tersusun
berdasarkan prinsip Sicial Contract; sistematis, dan menitik beratkan
kepada Kepastian Hukum. Mengingat
2. Sumber hukum adalah undang-
ketika itu dikenal “Code Perancis”
undang, bukan Hakim;
1791 (The Definite sentence) yang
3. Tugas hakim hanyalah menentukan sangat kaku / rigit. Selanjutnya
kesalahan orang; dengan Code Perancis tahun 1810
4. Menghukum adalah merupakan hak mengalami perubahan yang
Negara, dan hak itu diperlukan untuk memberikan keleluasaan pada Hakim
melindungi masyarakat dari dalam menentukan hukuman (The
keserakahan individu; Indefinite sentence) dengan
5. Harus dibuat suatu skala mengambil Tiga Prinsip yang
perbandingan antara kejahatan dan terkenal hingga kini sebagai simbol
penghukuman; penegaan hukum yaitu:

6. Motif manusia pada dasarnya


mengarah pada keuntungan dan
kerugian, artinya manusia dalam Muladi Dr., SH ; Barda Nawawi A.SH;
2

Teori- teori dan Kebijakan Kriminal; 25; 1984


2
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013
Penegakan Hukum Untuk Memperoleh Hak Atas Keadilan

a. Kepastian Hukum, (Asas berbuat dan bertanggung jawab atas


Legalitas) ini berarti segala sesuatu tindakannya. Hal ini kemudian yang
aturan harus dibuat dalam bentuk disebut sebagai kebebasan dasar manusia
tertulis. dan merupakan hak asasi manusia yang
b. Persamaan didepan Hukum, melekat pada diri setiap manusia secara
artinya asas ini menentang kodrati yang harus dilindungi, dihormati,
keberpihakan atau prinsip non ditegakkan dan tidak boleh dicabut oleh
diskriminasi; siapapun.

c. Keseimbangan antara kejahatan Masalah Hak Asasi Manisia pada


dengan hukuman, dimaksudkan hakikatnya merupakan masalah manusia
agar tidak ada kesewenang- dan kemanusiaan yang harus dihormati
wenangan menetapkan hukuman oleh setiap orang maupun lembaga.
orang. Permasalahan HAM akan mencuat
menjadi suatu masalah apabila dalam
2. Aliran Moderen, aliran ini timbul kehidupan bermasyarakat manusia ada
pada abad ke 19 yang lebih terjadi pelanggaran HAM. Gangguan
memusatkan perhatian pada Pelaku. terhadap hak seseorang bila tidak
Aliran ini disebut juga “Aliran mendapatkan penyelesaian akan menjadi
Positif” karena dalam mencari konflik. Untuk itulah terdapat lembaga
penyebab kejahatan adalah dengan yang mempunyai tugas dan wewenang
metode pendekatan Ilmiah, kemudian untuk menyelesaikan konflik tersebut,
mempengaruhi penjahat secara positif salah satunya adalah lembaga pengadilan,
melihat sejauh mana ia masih bisa inilah yang disebut sebagai benteng
diperbaiki. terakhir orang mencari dan mendapatkan
keadilan.

LEMBAGA PENGADILAN Lembaga pengadilan pada dasarnya


mempunyai tugas dan wewenang untuk
Sejak kemerdekaan Indonesia pada tahun menyelesaikan konflik masyarakat yang
1945 pada pembukaan undang- undang sedang dalam situasi terganggu hak asasi
dasar negara alinea terakhir telah manusianya apakah itu dalam perkara
menjelaskan hal yang berkaitan dengan perdata ataupun dalam perkara pidana.
keadilan. Hal ini secara jelas ada pada Rakyat dalam hal ini berhak atas keadilan
ideologi negara yaitu Pancasila, pada sila yang pada dasarnya hal ini telah dijamin
kelima ”Keadilan Sosial Bagi Seluruh oleh undang- undang (right to justice),
Rakyat Indonesia” yang berlaku umum sebagai mana diatur dalam KUHAP.
tanpa memandang siapapun. Selanjutnya Salah satu hak yang selalu menarik untuk
undang- undang No. 39 tahun 1999 diperhatikan adalah hak tersangka untuk
tentang Hak Asasi Manusia khusus dalam mendapatkan bantuan hukum dari
penjelasan umum menyebutkan bahwa penasihat hukum dalam setiap tingkat
manusia dianugerahi oleh Tuhan Yang pemeriksaan perkara di pengadilan. (pasal
Maha Esa akal budi dan nurani yang 54 KUHAP). Hak ini merupakan bagian
memberikan kepadanya kemampuan dari hak untuk memperoleh keadilan bagi
untuk membedakan yang baik dan yang tersangka, dan tersangka atau terdakwa
buruk, dan dengan akal budi serta nurani harus diperlakukan sesuai dengan nilai
itu manusia memiliki kebebasan untuk

3
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013
Penegakan Hukum Untuk Memperoleh Hak Atas Keadilan

luhur kemanusiaan.3 Dalam hal ini prinsip Nasional dan forum Internasional atas
non diskriminasi harus ditegakkan. semua pelanggaran HAM yang dijamin
oleh hukum Indonesia dan hukum
UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM Internasional mengenai hak asasi manusia
menyebutkan adanya beberapa hal yang yang telah diterima negara Republik
berkaitan dengan hak untuk mendapatkan Indonesia”.
keadilan. Hak- hak tersebut tentunya harus
dilaksanakan oleh setiap orang yang Pasal dalam UUD-45 dalam Bab X A,
terkait, terlebih lagi para aparat penegak pasal 28 A sampai dengan pasal 29 J ada
hukum. Demikian juga halnya dengan memuat hal yang berkaitan dengan HAM.
lembaga hukum atau pengadilan yang Pasal yang khusus mengatur hal yang
menangani permasalahan bila terjadi berkaitan dengan keadilan tertuang dalam
konflik, mengingat permasalahan HAM pasal 28 D, yang menyatakan bahwa:
juga merupakan permasalahan ”Setiap orang berhak atas pengakuan,
internasional. jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang
sama didepan hukum”. Pasal 28 I ayat (2)
PELANGGARAN HAM DAN HAK
menyatakan bahwa setiap orang bebas dari
MEMPEROLEH KEADILAN perlakuan yang bersifat diskriminatif dan
Pasal 1 angka 6 UU No 39 tahun 1999, berhak mendapatkan perlindungan dari
menyebutkan bahwa: ”Pelanggaran HAM perlakuan yang bersifat diskriminatif.
Jaminan untuk ketentuan tersebut tertuang
adalah setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara, juga dalam pasal 1 UU No 4 tahun 2004
baik disengaja maupun tidak disengaja tentang Kekuasaan Kehakiman yang
atau kelalaian yang secara melawan menyatakan bahwa: ”Kekuasaan
hukum mengurangi, menghalangi, Kehakiman adalah kekuasaan negara yang
membatasi, dan atau mencabut hak asasi merdeka untuk menyelenggarakan
manusia seseorang atau sekelompok orang peradilan guna menegakkan hukum dan
yang dijamin oleh undang- undang ini, keadilan berdasarkan Pancasila, demi
dan tidak mendapatkan penyelesaian terselenggaranya negara hukum”. Dengan
hukum yang adil dan benar, berdasarkan demikian jelas bahwa fungsi Kekuasaan
mekanisme hukum yang berlaku”. Kehakiman adalah untuk menegakkan
hukum dan keadilan. Oleh karena itulah
Dalam pengertian tersebut diatas dapat setiap keputusan pengadilan akan diwali
diartikan bahwa pelaku pelanggaran HAM dengan kalimat: ”Demi keadilan
mungkin dilakukan oleh orang perorang berdasarkan KeTuhanan Yang Maha
atau kelompok orang. Demikian juga Esa”.
dengan korban, dan umumnya pada kasus
pelanggaran HAM korban kesulitan untuk Pasal 4 ayat 3 UU No 4 tahun 2004
mendapatkan keadilan. Pasal 7 UU No. 39 tentang Kekuasan Kehakiman
tahun 1999 tentang HAM menyatakan menegaskan bahwa: ”Dalam menegakkan
bahwa: ”Setiap orang berhak untuk hukum dan keadilan, lembaga kehakiman
menggunakan semua upaya hukum bersifat mandiri dan terlepas dari campur
tangan lembaga lain diluar lembaga
kehakiman”. Kebebasan ini ternyata juga
3
A.Yahya Harahap, Pembahasan diikuti dengan kewajiban lembaga untuk
Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jilid I
Pustaka Kartini; Jakarta 1993;1.
melayani para pencari keadilan. Hal ini

4
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013
Penegakan Hukum Untuk Memperoleh Hak Atas Keadilan

ditentukan pada pasal 16 ayat (1) UU No maka berlaku ketentuan yang paling
4 tahun 2004, yang menyatakan: menguntungkan bagi tersangka; (4)
”Pengadilan tidak boleh menolak untuk Setiap orang berhak mendapatkan
memeriksa, mengadili dan memutuskan bantuan hukum sejak saat penyidikan
suatu perkara yang diajukan dengan dalih sampai adanya putusan pengadilan
bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, yang telah memperoleh kekuatan
melainkan wajib untuk memeriksa dan hukum tetap; (5) Setiap orang tidak
mengadilinya”. Dengan demikian apapun dapat dituntut untuk keduakalinya
persoalan yang dihadapi oleh pencari dalam perkara yang sama atas suatu
keadilan, tidak dapat ditolak oleh hakim. perbuatan yang telah memperoleh
Jadi hakim wajib mengadilinya. putusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap.
Berakaitan dengan hak asasi manusia,
3. Hal – hal yang berkaitan dengan
1. Pasal 17 UU No 39 tahun 1999
hukum keperdataan tercantum dalam
menjelaskan: ”Setiap orang tanpa
pasal 19 UU No 39 tahun 1999: ”(1)
diskriminasi berhak untuk
Tiada suatu pelanggaran atau
memperoleh keadilan dengan
kejahatan apapun diancam dengan
mengajukan permohonan,
hukuman berupa perampasan seluruh
pengaduan, dan gugatan, baik dalam
harta kekayaan milik yang bersalah;
perkara pidana, perdata, maupun
(2) Tidak seorangpun atas putusan
administrasi serta diadili melalui
pengadilan boleh dipidana penjara
proses peradilan yang bebas dan tidak
atau kurungan berdasarkan atas
memihak, sesuai dengan hukum acara
alasan ketidak- mampuan untuk
yang menjamin pemeriksaan yang
memenuhi suatu kewajiban dalam
obyektif oleh hakim yang jujur dan
perjanjian utang piutang.
adil untuk memperoleh putusan yang
adil dan benar”.
Dalam proses peradilan pidana,
perlindungan terhadap hak- hak yang
2. Pasal 18 UU No 39 tahun 1999
dimiliki tersangka / terdakwa/ terpidana,
menjelaskan: ”(1) Setiap orang yang
tertuang dalam UU No 8 tahun 1981
ditangkap, ditahan, dan dituntut
tentang KUHAP yang meliputi,
karena disangka melakukan suatu
(1)Perlakuan yang sama dimuka hukum
tindak pidana berhak dianggap tidak
tanpa diskriminasi apapun; (2)Praduga tak
bersalah, sampai dibuktikan
bersalah; (3)Hak untuk memperoleh
kesalahannya secara sah dalam suatu
kompensasi (gati rugi) dan rehabilitasi;
sidang pengadilan dan diberikan
(4)hak untuk memperoleh bantuan
segala jaminan hukum yang
hukum; (5)Hak kehadiran terdakwa di
diperlukan untuk pembelaannya,
muka pengadilan; (6)Peradilan yang bebas
sesuai dengan ketentuan peraturn
dan dilakukan dengan cepat dan
perundang- undangan; (2) Setiap
sederhana; (7)Peradilan yang terbuka dan
orang tidak boleh dituntut, kecuali
umum; (8) Pelanggaran atas hak – hak
berdasarkan suatu peraturan
terdakwa; (9)Penggeledahan dan
perundang- undangan yang sudah ada
penyitaan harus didasarkan pada undang-
sebelum tindak pidana itu dilakukan;
undang dan dilakukan dengan surat
(3) Setiap ada perubahan dalam
perintah tertulis; (10)Hak seorang
peraturan perundang- undangan,

5
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013
Penegakan Hukum Untuk Memperoleh Hak Atas Keadilan

tersangka untuk diberitahu tentang 2004 tetang Kekuasaan Kehakiman


persangkaan dan pendakwaan menjelaskan bahwa: ”Tidak
terhadapnya, dan kewajiban pengadilan seorangpun dapat dikenakan
untuk mengendalikan pelaksanaan penangkapan, penahanan,
putusan- putusannya. penggeledahan dan pensitaan, selain
atas perintah tertulis oleh kekuasaan
yang sah dalam hal dan menurut tata
KEADILAN TANPA DISKRIMINASI. cara yang diatur dalam undang-
1. Equality before the law berarti semua undang”. Dalam KUHAP hal ini
orang mempunya kedudukan yang diatur pada pasal 20 sampai dengan
sama didepan hukum, yang pasal 5 25 dan pasal 29 ayat (1 dan 3) yang
ayat (1) UU No 4 tahun 2004 tentang mengandung pengertian alasan
kekuasaan Kehakiman menjelaskan penahanan.
bahwa : “Pengadilan mengadili 4. Asas Retroaktif atau Principles of
menurut hukum dengan tidak Legality, sebagaimana termuat dalam
membeda – bedakan orang. KUHAP pasal 1 ayat (1) KUHP yang
dalam penjelasan umum juga menyatakan bahwa: ”Tiada suatu
mencantumkan perlakuan yang sama perbuatan dapat dipidana kecuali atas
terhadap setiap orang dimuka hukum kekuatan aturan pidana dalam
dengan tidak membedakan orang. Hal undang- undang yang telah ada,
yang sama juga tertuang dalam Pasal sebelum perbuatan dilakukan”. (
7 DUHAM dan pasal 14 (1) ICCPR Nullum Delictum Nulla Poena Sine
yang menjelaskan tentang kedudukan Praevia Lege Poenali) aspek legalitas ini
yang sama bagi setiap orang
mempunyai beberapa aspek yaitu:
dihadapan pengadilan dan badan
peradilan. a. Tidak dapat dipidana kecuali
berdasarkan ketentuan pidana
2. Presumtion of Innocence, adalah suatu
menurut undang- undang;
prinsip yang penting dalam hukum
b. Tidak ada penerapan undang-
acara pidana yang menganggap orang
undang atas dasar analogi /
tidak bersalah sebelum ada kekuatan
penafsiran.
hukum tetap yang menyatakan orang
tersebut barsalah. Pasal 8 UU No 4 c. Ketentuan pidana hanya berlaku
tahun 2004 tentang kekuasaan terhadap kejadian atau peristiwa
Kehakiman menjelaskan: ”Setiap yang terjadi setelah adanya
orang yang disangka, ditangkap, ketentuan pidana tersebut. Tidak
ditahan, dituntut, dan atau berlaku surut.
dihadapkan kepengadilan wajib d. Penuntutan pidana hanya
dianggap tidak bersalah sebelum ada menurut ketentuan undang-
keputusan pengadilan yang undang yang ada.
berkekuatan hukum tetap. Dan
sebagai perwujudan dari asas ini ada 5. Pasal 18 ayat (4) KUHAP
hak- hak tersangka yang diatur dalam menjelaskan tentang hak untuk
KUHAP. ( pasal 11 DUHAM). mendapatkan bantuan hukum, yaitu
setiap orang berhak yang berada pada
3. Berkaitan dengan prosedur proses peradilan berhak mendapatkan
penangkapan pasal 7 UU No 2 tahun bantuan hukum sejak saat penyidikan

6
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013
Penegakan Hukum Untuk Memperoleh Hak Atas Keadilan

sampai adanya putusan pengadilan jawabkan perilakunya dalam


yang telah memperoleh ekuatan melaksanakan penegakan hukum
hukum yang tetap. Bagi tersangka dengn tidak membebankan
atau terdakwa yang diancam dengan keseluruhan tanggung jawab kepada
hukuman pidana 5 tahun atau lebih negara.
sedangkan kondisi mereka tidak
9. Perlidungan bagi saksi, dalam sistem
mampu untuk membayar penasihat
peradilan pidana saksi sangat
hukum, maka mereka diperkenankan
diperlukan untuk memperjelas
untuk mengajukan permohonan
kedudukan suatu perkara. Oleh
untuk bisa mendapatkan bantuan
karena itu keberadaan saksi harus
hukum disetiap tingkat pemeriksaan
mendapat perlindungan hukum yang
secara cuma – cuma .
memadai. (UU No 13 tahu 2006
6. Pasal 70 KUHAP memberikan juga tentang Perlindungan saksi dan
jaminan agar dalam proses peradilan, korban). Pasal 108 ayat (1), pasal 113,
penasihat hukum dengan tersangka/ pasal 116 ayat (1), pasal 117 ayat (1),
terdakwa dapat berkomunikasi dalam pasal 118, pasal 166, pasal 168, pasal
menghadapi persoalan hukum. Oleh 177, pasal 178 KUHAP adalah pasal-
karena itu penasihat hukum berhak pasal dalam KUHAP yang tidak
menghubungi dan berbicara dengan secara langsung mengatur hak- hak
tersangka pada setiap tingkat atau perlindungan yang dapat
pemeriksaan dan setiap waktu untuk diberikan kepada saksi.
kepentingan pembelaan perkaranya.
7. Nebis In Idem, adalah Istilah hukum DAFTAR PUSTAKA
yang berkaitan dengan seseorang yang
tidak bisa dituntut untuk 1. Muladi Dr., SH ; Barda Nawawi A.SH;
keduakalinya dalam perkara yang Teori- teori dan Kebijakan Kriminal;
sama (Pasal 18 ayat 5) KUHAP. 1984,
Bahwa proses hukum yang ditempuh
2. A.Yahya Harahap, Pembahasan
seseorang dalam satu kasus hanya
Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
berlaku satu kali. Dengan demikian
Jilid I Pustaka Kartini; Jakarta 1993.
apapun putusan hakim untuk satu
3. Andi Hamzah; Asas-AsasHukum
kasus harus diterima sebagai suatu
Pidana; edisi Revisi 2008;Rineke Cipta,
putusan terakhir yang memiliki
Jakarta.
kekuatan mengikat.
4. .............................; HukumAcara
8. Hal lain yang perlu mendapat Pidana Indonesia; Sinar Grafika, Edisi
perhatian adalah ”Hak untuk Kedua, Jakarta, 2010.
mendapatkan ganti rugi (Kompensasi,
Restitusi, dan Rehabilitasi)”. 5. A.Sanusi Has,; Dasar- dasar Penologi;
Permasalahan ini mengandung makna Rasanta; Jakarta; 1994.
bahwa hak warga negara untuk 6. Moeljatno; Asas-Asas Hukum Pidana;
memperoleh kompensasi dalam Rineka Cipta, Edisi Revisi; Jakarta,
bentuk ganti kerugian / uang dan 2008.
rehabilitasi / pemulihan nama, dan 7. Made Darma Weda;Kriminologi; PT
kewajiban dari pejabat penegak Raja Grafindo Persada; Jakarta, 1996.
hukum untuk mempertanggung

7
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013
Penegakan Hukum Untuk Memperoleh Hak Atas Keadilan

8. Mardjono Reksodiputro, Bunga


Rampai Permasalahan Dalam Sistem
Peradilan Pidana, Kumpulan Karangan
Buku ke tiga; Jakarta, Pusat Pelayanan
Keadilan dan Bantuan Hukum, 1997.
9. Satochid Kartanegara dan Pendapat
Para Ahli Hukum Terkemuka;
Kumpulan Kuliah, Bagian Satu, Balai
Lektur Mahasiswa.

UNDANG-UNDANG:
1. Undang-undang No. 39 tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia
2. Undang-undang No 26 tahun 2000
Tentang Peradilan Hak Asasi Manusia
3. Kitab Undang-undang Hukum Pidana
4. Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana

8
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 3 No. 2, Maret 2013

Anda mungkin juga menyukai