Anda di halaman 1dari 12

P a g e | 1

Tugas Hukum Pidana disusun oleh Yogi Krisnanda NPM : 1241173300121


Aliran-Aliran dalam Hukum Pidana

Secar garis besar, aliran-aliran ini dapat dibagi tiga, yakni: aliran klasik, aliran moderen,
dan aliran neoklasik (Muladi dan Nawawi Arief 1998:67).

1. Aliran Klasik
Aliran ini merupakan reaksi terhadap ancien regime di Perancis pada abad ke-18 yang
menimbulkan ketidakpastian hukum, ketidaksamaan di hadapan hukum dan ketidakadilan.
Aliran ini mengkehendaki hukum pidana disusun secara sistematis dan menitikberatkan
kepastian hukum. Berdasarkan pandangan indeterministis mengenai kebebasan berkehendak
manusia, aliran klasik meitikberatkan kepada perbuatan. Tidak kepada orang yang melakukan
tindak pidana. Hukum pidana yang dikehendaki adalah hukum pidana
perbuatan(daadstrafrecht). pada prinsipnya hanya menganut single track system berupa sanksi
tunggal, yaitu sanksi pidana.
Aliran ini juga bersifat retributif dan represif terhadap tindak pidana karena tema aliran klasik
ini, sebagaimana dinyatakan oleh Beccarian adalah doktrin pidana harus sesuai dengan
kejahatan.Sebagai konsekuensinya, hukum harus dirumuskan dengan jelas dan tidak memberikan
kemungkinan bagi hakim untuk melakukan penafsiran.
Aliran ini membatasi kebebasan hakim dalam menetapkan jenis pidana dan ukuran
pemidanaan. Hakim hanya merupakan alat undang-undang yang hanya menentukan salah atau
tidaknya seseorang dan kemudian menentukan pidana. Undang-undang menjadi kaku dan
terstruktur. Dikenal the definite setenceyang sangat kaku (rigid) seperti dalam Code Perancis
1791. Pidana yang ditetapkan UU tidak mengenal sistem peringanan atau pemberatan.

Dalam perkembangannya, sistem yang kaku ini dipengaruhi oleh aliran modern, maka timbullah
aliran Neoklasik yang menitikberatkan pada pengimbalan dari kesalahan si pembuat. (ex : Code
Penal Perancis 1810). Sistem yang dianut adalah the indefinite sentence.
Timbulnya aliran ini merupakan reaksi terhadap anciem regime yang abtair pada abad ke-
18 di Prancis yang banyak menimbulkan ketidakpastian hukum, ketidaksamaan hukum dan
ketidak-adilan. Karakteristik dari pada aliran ini adalah sebagai berikut:

P a g e | 2

Tugas Hukum Pidana disusun oleh Yogi Krisnanda NPM : 1241173300121
(1). Legal definition of crime
Hal ini merupakan pengambaran klasifikasi dari pada jenis-jenis perilaku tertentu, yang
oleh pembuat undang-undang dianggap sebagai tindak pidana.
(2). Let the punishment fit the crime
Hal ini sering disebut sebagai konstribusi utama dari tokoh aliran klasik, yakni Cesare
Beccaria yang pada tahun 1974 menulis sebuah essay yang terkenal yakni Dei delitti e delle pene
(On Crimes and punishment).
Ajaran ini sering pula disebut sebagai blind worship of punishment yang memuja pidana
sebagai sarana yang ampuh untuk mengatasi kejahatan.
(3). Doctrine of free will
Doktrin ini meragukan bahwa kelakuan manusia bersifat purposip, landasan kelakuan
manusia adalah apa yang dinamakan hendonism, di mana manusia mempunyai kebebasan
memilih perbuatan-perbuatan yang dapat memberikan kepadanya kebahagian dan menghindari
perbuatan-perbuatan yang akan memberikan penderitaan.
Oleh karena itu pidana dikemukakan pada setiap kejahatan itu di dalam tingkatan yang
dapat menghasilkan lebih banyak penderitaan dari pada kebahagiaan terhadap barang siapa yang
melakukan.
(4). Death penalty for some offenses
Hal ini sebenarnya tidak mutlak, karena Beccarai sendiri sebagai pelopor aliran ini
menolak pidana mati dengan beberapa alasan.
(5). Anecdotal methode-no empirical research
Hal ini sejalan dengan pandangan hendonistik, sehingga hukum harus dirumuskan secara
jelas dan tertutup bagi interprestasi hakim.
Hakim hanyalah merupakan instrumen hukum, dan hanya diijinkan untuk menentukan
benar atau salah dan kemudiaan memberikan pidana yang sudah ditentukan oleh pembuat
undang-undang.
(6). Definite sentence
Pidana ditentukan secara pasti oleh pembuat Undang-undang dan sama sekali tidak
diijinkan adanya judicial discreation.


P a g e | 3

Tugas Hukum Pidana disusun oleh Yogi Krisnanda NPM : 1241173300121

Aliran Hukum Pidana Klasik (Daad Strafrecht) Secara garis besar, konsep pemikiran
tentang hukum pidana yang beraliran klasik memiliki ciri sebagai berikut:
a. titik sentral perhatian hukum pidana dan penegakannya menurut aliran ini adalah
perbuatan pelaku kejahatan (Daad artinya perbuatan). Jadi yang terpenting adalah
sepanjang fakta/ kenyataan ada orang yang telah berbuat tindak pidana (melanggar aturan
hukum pidana), maka orang tersebut harus dijatuhi sanksi pidana sebagaimana telah
diancamkan dalam ketentuan hukum tanpa melihat motivasi yang mendorong si pelaku
berbuat pelangaran.
b. Timbulnya konsep Daad Strafrecht, sebenarnya secara teoritik adalah akibat dari
pengaruh kuat paham Indeterminisme , yaitu suatu paham yang memandang bahwa
manusia dan perbuatan adalah otonom/ mandiri (dalam arti tidak terjadi karena pengaruh
factor-faktor lain diluar dirinya) melainkan murni dari pilihannnya sendiri. Dalam
konfigurasi pemikiran yang demikian ini, maka konsep bahwa perbuatan pidana =
penjatuhan sanksi pidana menjadi logis adanya.
c. Aliran ini dengan dikaitkan dengan salah satu konsep tujuan diadakanya hukum pidana
maka bisa dikatakan bahwa aliran klasik tersebut sesungguhnya adalah cermin atau
malah penjabaran dari konsep mengenai tujuan diadakannya hukum pidana yang
pertama yaitu melindungi kepentingan-kepentingan yang bersifat luas/
kemasyarakatan. Karena dalam aliran klasik ini, begitu terjadi suatu tindak pidana yang
dilakukan seseorang, maka demi untuk melindungi masyarakat, orang tersebut harus
segera dijatuhi pidana tanpa memperhatikan kondisi (motivasi/ latar belakang) dirinya
saat berbuat tindak pidana.
Aliran klasik ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Definisi hukum dari kejahatan
2. Pidana harus sesuai dengan kejahatannya
3. Doktrin kebebasan berkehendak
4. Pidana mati untuk beberapa tindak pidana
5. Tidak ada riset empiris; dan
P a g e | 4

Tugas Hukum Pidana disusun oleh Yogi Krisnanda NPM : 1241173300121
6. Pidana yang ditentukan secara pasti.

Aliran klasik berpijak pada tiga tiang :
a. Asas legalitas
- tiada pidana tanpa undang-undang
- tiada tindak pidana tanpa undang-undang
- tiada penuntutan tanpa undang-undang
b. Asas kesalahan : Tiada pidana tanpa kesalahan(kesengajaan atau kealpaan)
c. Asas pengimbalasan : pembalasan

Tokoh aliran klasik :
1. Cesare Beccaria (1738-1794) Dalam bukunya Dei delitti e delle pene (On crimes and
Punishment). Pidana harus cocok dengan kejahatan (punishment should fit the crime). Beccaria
meyakini konsep kontrak sosial dimana individu menyerahkan kebebasan atau kemerdekaannya
secukupnya kepada negara. Hukum harusnya hanya ada untuk melindungi dan mempertahankan
keseluruhan kemerdekaan yang dikorbankan terhadap persamaan kemerdekaan yang dilakukan
oleh orang lain. Prinsip dasar yang digunakan sebagai pedoman adalah kebahagiaan yang
terbesar untuk orang sebanyak-banyaknya
2. Jeremy Bentham The greatest good must go to the greatest number (kebaikan yang terbesar
harus untuk rakyat yang jumlahnya terbesar). Teori yang diciptakannya : Felicific
Calculus artinya manusia merupakan ciptaan yang rasional yang memilih secara sadar
kesenangan dan menghindari kesusahan. Suatu pidana harus ditetapkan pada tiap kejahatan
sehingga kesusahan akan lebih berat daripada kesenangan yang ditimbulkan oleh
kejahatan. Jeremy Bentham melihat suatu prinsip baru yaitu utilitarian yang menyatakan bahwa
suatu perbuatan tidak dinilai dengan sistem yang irrasional yang absolut, tetapi melalui prinsip-
prinsip yang dapat diukur. Bentham menyatakan bahwa hukum pidana jangan dijadikan sarana
pembalasan tetapi untuk mencegah kejahatan.




P a g e | 5

Tugas Hukum Pidana disusun oleh Yogi Krisnanda NPM : 1241173300121
Aliran Modern (Positive School)
Aliran ini timbul pada abad ke-19 dan yang menjadi pusat perhatian adalah si pembuat.
Aliran ini sering disebut juga aliran positif karena di dalam mencari sebab kejahatan
menggunakan metode ilmu alam dan bermaksud untuk langsung mendekati dan mempengaruhi
penjahat secara positif sejauh dia masih dapat diperbaiki. Ciri-ciri dari pada aliran ini adalah
sebagai berikut:
(1). Rejected legal definition of crimes and substituted natural crime
Natural dalam hal ini diartikan sebagai sesuatu yang tidak konvensional, sesuatu yang
ada di dalam kehidupan manusia di dalam masyarakat, bebas dari pada keadaan-keadaan dan
urgensi-urgensi dari pada masa tertentu atau pandangan-pandangan tertentu dari pembuat
undang-undang. Jadi natural crime dalam hal ini mengambarkan perbuatan-perbuatan yang oleh
masyarakat beradab diakui sebagai kejahatan.
(2). Let the punishment fit the criminal
Menurut Cesare Lamborso (1835-1909) salah seorang pelapor aliran ini, sepanjang setiap
pelaku tindak pidana mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang berbeda-beda, adalah merupakan
suatu kebodohan untuk menerapkan pidana yang melakukan tindak pidana tertentu.
(3). Doctrine of determinism
Doktrin ini menyatakan tingah laku seseorang merupakan hasil interaksi antara
kepribadian dan lingkungan hidup seseorang.
Bukan pelaku tindak pidana yang menghendaki perbuatan pidana, tetapi situasilah yang
mendorongnya demikian.
Situasi dalam hal ini mencakup personal dan moral, sedangkan lingkungan hidup tersebut
di atas menjadikannya sebagi mata rantai sebab akibat, eksternal dan internal yang menentukan
sebagai penjahat.
(4). Abolition of the death penalty
Menurut Vernon Fox (Muladi 1992:64) ini juga tidak terlalu mutlak. Hal ini terbukti dari
usul Raffaele Garofalo (1852-1934) yang juga seorang pelapor aliran moderen, untuk
mempertahankan pidana mati bagi mereka yang melakukan tindak pidana sebagai akibat
kerusakan psikologi yang bersifat permanen yang menjadikan tidak layak hidup bermasyarakat.
(5). Empirical research: use of the inductive method
P a g e | 6

Tugas Hukum Pidana disusun oleh Yogi Krisnanda NPM : 1241173300121
Menurut Stephen Schafer (Muladi 1992:64), kelahiran positif pada akhir abad 18
melambangkan bahwa the era of faith telah lalu dan scientific age telah dimulai.
Scientific age ini didasarkan atas penemuan-penemuan ilmiah, baik ilmu-ilmu alam,
sebagai landasan filsafat individualisasi serta pembinaan narapidana secara ilmiah.
(6). Indeterminate sentence
Pidana yang tidak ditentukan secara pasti ini sesuai dengan pandangan Lambroso yang
menyatakan bahwa different criminal have different needs, Dalam hal ini keputusan tentang
pidana diserahkan kepada Pengadilan.
Undang-Undang dalam hal ini hanya menentukan alternatif-alternatif dalam batas-batas
minimum dan maksimum yang diperkenankan oleh undang-undang.
Pada tahun-tahun setelah Perang Dunia II, aliran moderen ini berkembang menjadi aliran
atau gerakan perlindungan masyarakat (social defence) yang memutuskan tujuannya pada
pencegahan kejahatan dan pembinaan para pelaku tindak pidana (the prevention of crime and the
treatment of offenders).
Muncul pada abad ke-19. Pusat perhatian : Pembuat. Aliran ini disebut juga aliran positif
karena dalam mencari sebab kejahatan menggunakan metode ilmu alam dan mempengaruhi
penjahat secara positif sejauh dia masih dapat diperbaiki.
Inti ajaran : Perbuatan seseorang itu harus dilihar secara konkrit bahwa perbuatan itu dipengaruhi
oleh factor watak, biologis dan lingkungan kemasyarakatan. Aliran ini bertitik tolak pada
pandangan determinisme karena manusia tidak mempunyai kebebasan kehendak, tetapi
dipengruhi oleh watak dan lingkungannya.
Aliran ini menolak pandangan pembalasan berdasarkan kesalahan yang subyektif. Aliran ini
menghendaki adanya individualisasi pidana yang bertujuan untuk mengadakan resosialisasi
pelaku. Aliran ini menyatakan bahwa sistem hukum pidana, tindak pidana sebagai perbuatan
yang diancam pidana oleh undang-undang, penilaian hakim yang didasarkan pada konteks
hukum yang murni atau sanksi pidana itu sendiri harus tetap dipertahankan. Hanya saja dalam
menggunakan hukum pidana, aliran ini menolak penggunaan fiksi-fiksi yuridis dan teknik-teknik
yuridis yang terlepas dari kenyataan sosial. Marc Ancel, salah satu tokoh aliran modern
menyatakan bahwa kejahatan merupakan masalah kemanusiaan dan masalah sosial yang tidak
mudah begitu saja dimasukkan ke dalam perumusan undang-undang.

P a g e | 7

Tugas Hukum Pidana disusun oleh Yogi Krisnanda NPM : 1241173300121
Ciri-ciri aliran modern :
1. Menolak definisi hukum dari kejahatan
2. Pidana harus sesuai dengan pelaku tindak pidana
3. Doktrin determinisme
4. Penghapusan pidana mati
5. Riset empiris; dan
6. Pidana yang tidak ditentukan secara pasti.
Menurut pandangan modern, hakim mempunyai kekuasaan dalam menentukan :
a. Jenis pidana (strafsoort)
b. Berat ringannya pidana (strafmaat)
c. Cara menjalankan pidana (strafmodliteit / strafmodus)

Pada awalnya penganut aliran modern adalah : Cesare Lombrosso, Lacassagne, Enrico Ferri dan
Raffaele Garofalo.

Lambroso menganjurkan bahwa pidana tidak ditetapkan secara pasti oleh pengadilan (the
indeterminate sentence), pidana mati merupakan seleksi terakhir yang bilamana penjara
pembuangan dan kerja keras, penjahat tetap mengulangi kejahatan yang mengancam masyarakat
dan korban kejahatan harus diberi kompensasi atas kerugian yang diakibatkan oleh penjahat dan
ia memberi tekanan yang besar pada pencegahan kejahatan.

Ferri menyatakan bahwa seseorang memiliki kecenderungan bawaan menuju kejahatan tetapi
bilamana ia mempunyai lingkungan yang baik maka ia akan hidup terus tanpa melanggar pidana
ataupun hukum moral, kejahatan terutama dihasilkan oleh tipe masyarakat darimana kejahatan
itu datang, oleh karena itu pembuat undang-undang harus selalu memperhitungkan faktor-faktor
ekonomi, moral, administrasi dan politik di dalam tugasnya sehari-hari, dan kejahatan hanya
dapat diatasi dengan mengadakan perubahan-perubahan di masyarakat.Gorofalo mengusulkan
konsep kejahatan natural (natural crime) yang merupakan pengertian paling jelas untuk
menggambarkan perbuatan-perbuatan yang oleh masyarakat beradab diakui sebagai kejahatan
dan ditekan melalui sarana berupa pidana.Setelah PD II, aliran ini berkembang menjadi aliran /
P a g e | 8

Tugas Hukum Pidana disusun oleh Yogi Krisnanda NPM : 1241173300121
gerakan perlindungan masyrakat, dengan tokohnya Filippo Gramactica dalam tulisannya La
Lotta Contra la Pena (The Fight against Punishment).

Perlindungan masyarakat (law of Social Defence) harus menggantikan hukum pidana yang
sudah ada.Tujuan utama hukum perlindungan masyarakat adalah mengintegrasikan ide-ide atau
konsep perlindungan masyarakat ke dalam konsepsi baru hukum pidana.
Aliran Neoklasik (Neoclassical School)
Berkembang pada abad ke-19 yang memiliki basis sama dengan aliran klasik, yaitu kepercayaan
pada kebebasan kehendak (indeterminisme). Penganut aliran Neoklasik beranggapan bahwa
pidana yang dihasilkan oleh aliran klasik terlalu berat dan merusak semangat kemanusiaan.
Perbaikan ini didasarkan pada beberapa kebijakan peradilan dengan merumuskan pidana
minimum dan maksimum dan mengakui asas-asas tentang keadaan yang meringankan(principle
of extenuating circumtances). Perbaikan selanjutnya adalah banyak kebijakan peradilan yang
berdasarkan keadaaan-keadaan obyektif. Aliran ini mulai mempertimbangkan kebutuhan adanya
pembinaan individual dari pelaku tindak pidana.

Salah satu sumbangan terpenting : masuknya kesaksian ahli di pengadilan untuk membantu juri
dalam mempertimbangkan derajat pertanggungjawaban seorang pelaku tindak pidana.
Aliran Hukum Pidana Modern (Daader Strafrecht) Secara garis besar, konsep
pemikiran tentang hukum pidana yang beraliran modern atau daader strafrecht ini memiliki cirri-
ciri pokok sebagai berikut:
a. Titik sentral perhatian hukum pidana dan penegakannnya dalam aliran ini adalah pada
diri si pelaku kejahatan (Daader artinya pelaku). Jadi, ketika terjadi suatu tindak pidana
maka tidaklah selalu otomatis pelakunya harus dijatuhi sanksi pidana tertentu sesuai
dengan ketentuan hukum. Karena dalam ini harus diselidiki/ dibuktikan terlebih dahulu
apa yang sesungguhnya menjadi latar belakang atau motivasi dari pelaku saat melakukan
tindak pidana tersebut.
b. Timbulnya konsep Daader Strafrecht diatas, secara teoritik adalah akibat adanya
pengaruh kuat dari paham Determinisme, yaitu paham yang memandang bahwa
manusia dan perbuatannya adalah sama sekali tidak otonom. Artinya dipengaruhi oleh
hal-hal eksternal diluar dirinya. Dalam perkembangannya Determinisme ini pun
P a g e | 9

Tugas Hukum Pidana disusun oleh Yogi Krisnanda NPM : 1241173300121
kemudian sampai pada gagasan perlunya mengganti konsep pemberian sanksi pidana
(yang cenderung bersifat punishment/ hukuman, menjadi pengenakan tindakan (yang
lebih bersifat treatment/ pembinaan).
c. Apabila aliran pemikiran hukum pidana modern ini dikaitkan dengan salah satu konsep
tentang tujuan diadakannya hukum pidana, maka bisa dikatakan bahwa aliran ini
sesungguhnya adalah cermin atau malah penjabaran dari konsep mengenai tujuan
diadakannya hukum pidana yang kedua (yaitu melindungi kepentingan-
kepentingan yang bersifat perseorangan dari setiap individu warga Negara). Hal ini
terlihat dari konsep aliran modern ini yang menghendaki aspek kondisional dalam diri
pelaku tujuannya ialah agar individu pelaku kejahatan yang menjadi calon terpidana
tersebut pun dapat tetap terjamin perlindungan hak-haknya dari kemungkinan mengalami
kesewenag-wenangan penguasa.

ALIRAN NEO KLASIK
Aliran ini berkembang selama abad 19 dan mempunyai dasar yang sama dengan aliran
klasik, tetapi dengan modifikasi tertentu.
Untuk menambah kejelasan, di bawah ini dikemukakan beberapa karakteristik dalam
aliran ini, yaitu:
(1). Modifikasi dari doktrine of free will, yang dapat dipengaruhi oleh patologi,
ketidakmampuan, penyakit jiwa atau keadan-keadaan lain.
(2). Diterima berlakunya keadaan-keadaan yang meringankan (mitigating circumtances) baik fisik,
lingkungan maupun mental.
(3). Modifikasi dari doktrin pertanggungan jawab pidana guna menetapkan peringanaan pidana dengan
pertanggungjawaban sebagai, di dalam hal-hal yang khusus, misalnya gila, di bawah umur, dan
keadaan-keadaan lain yang dapat mempengaruhi pengetahuaan dan niat seseorang pada waktu
terjadinya kejahatan.
(4). Diperkenankan masuknya kesaksian ahli (expert testimony) untuk menentukan derajat pertanggung
jawaban.
Aliran neo klasik ini sebenarnya berpangkal dari aliran klasik yang dalam
perkembangannya kemudian dipengaruhi oleh aliran modern.
P a g e | 10

Tugas Hukum Pidana disusun oleh Yogi Krisnanda NPM : 1241173300121
Menurut pendapat Howard Abadinsky, pembahasan dan pemahaman terhadap ketiga
aliran tersebut di atas sangat penting karena dari perbandingan karakteristik anatara aliran-aliran
dai dalam hukum pidana tersebut, jelas di dalam hukum pidana tersebut, jelas bahwa persoalan
disparitas pidana tidak akan muncul bilamana kita menganut aliran klasik yang di dalam
pemidanaan mendasarkan diri pada definite sentence, yang tidak memungkinkan sama sekali
adanya judicial discretiaon.
Yang penting di dalam hal ini adalah konsistensi kita dalam menganut salah satu aliran.
Seandainya kita memang memilih aliran moderen atau neo klasik maka kita harus konsisten
dengan segala konsekuensinya.
Di dalam hal disparitas pidana, yang penting adalah sampai sejauh manakah disparitas
pidana tersebut mendasarkan diri atas: resanable justification.
1. Modifikasi dari doktrin kebebasan berkehendak, yang dapat dipengaruhi oleh patologi,
ketidakmampuan, penyakit jiwa dan keadaan-keadaan lain;
2. Diterima berlakunya keadaan-keadaan yang meringankan;
3. Modifikasi dari doktrin pertanggungjawaban untuk mengadakan peringatan pemidanaan,
dengan kemungkinan adanya pertanggungjawaban sebagian di dalam kasus-kasus
tertentu, seperti penyakit jiwa usia dan keadaan-keadaan lain yang dapat mempengaruhi
pengetahuan dan kehendak seseorang pada saat terjadinya kejahatan; dan;
4. Masuknya kesaksian ahli di dalam acara peradilan guna menentukan derajat
pertanggungjawaban
Determinisme dan Indeterminisme
Dualisme istilah ini berkisar pada pesoalan, apakah seorang manusia pada hakikatnya
adalah bebas dari pengaruh (indeterminisme) atau justru selalu terpengaruh oleh
kekuatan dari luar (determinisme)
Kata determiner dalam bahasa Prancis bahkan berarti menentukan
Determinisme adalah bahwa kekuatan menentukan dari luar itu adalah termasuk tabiat
atau watak dari seorang dan alasan yg mendorong orang itu untuk pada akhirnya
mempunyai kehendak tertentu itu, dan kekuatan2 ini didorong pula oleh keadaan dalam
masyarakat tempat orang itu hidup. Jadi kehendak melakukan perbuatan pidana menurut
determinisme dikarenakan kehendak itu selalu ditentukan oleh kekuatan itu.
P a g e | 11

Tugas Hukum Pidana disusun oleh Yogi Krisnanda NPM : 1241173300121
Sedangkan indeterminismeseseorang melakukan suatu kejahatan, menurut faham
indeterminisme dianggap mempunyai kehendak untuk itu, mungkin tanpa dipengaruhi
kekuatan-kekuatan luar tersebut diatas.
Secara garis besar, konsep pemikiran tentang hukum pidana yang beraliran Neo Klasik/
Neo Modern (Daad-Daader Strafrecht) memiliki ciri-ciri pokok sebagai berikut:
a. Titik setral perhatian hukum pidana dan penegakannya dalam aliran ini adalah aspek
perbuatan pidana dan pelaku dari perbutan pidana secara seimbang (Daad-Daader artinya
perbuatan dan pelakunya). Jadi suatu pemidanaan adalah haruslah didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan secara matang dan seimbang antara fakta berupa telah
terjadinya tindak pidana yang dilakukan seseorang maupun kondisi subyektif dari pelaku
tindak pidana khususnya saat ia berbuat. Gabungan antara keduanya harus bisa
melahirkan keyakinan bahwa orang tersebut memang pelaku sebenarnya dari tindak
pidana yang terjadi dan untuk itu ia memang patut dicela, yang dalam hal ini ialah dengan
cara dikenakan sanksi pidana terhadap dirinya.
b. Apabila aliran ini dikaitkan dengan salah satu konsep tentang tujuan diadakannnya
hukum pidana, maka bisa dikatakan bahwa aliran ini sesunggguhnya adalah cermin atau
malah penjabaran dari konsep mengenai tujuan diadakannya hukum pidana yang ketiga
yaitu untuk melindungi kepentingan-kepentingan yang bersifat kemasyarakatan dan
sekaligus juga kepentingan-kepentingan yang bersifat perseorangan. Hal ini
menunjukkan bahwa keharusan perhatian terhadap realitas tentang telah terjadinya
perbuatan pidana, kiranya dapat disamakan dengan orientasi untuk memberikan
perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan yang bersifat publik. Sedangkan
keharusan perhatian terhadap kondisi subjektif pelaku perbuatan pidana, kiranya dapat
disamakan dengan orientasi untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan
yang bersifat perseorangan (c.q individu pelaku tindak pidana sebagai warga
Negara).




P a g e | 12

Tugas Hukum Pidana disusun oleh Yogi Krisnanda NPM : 1241173300121
Daftar Pustaka :
CST. Kansil, Pengantar ilmu hukum dan Tata hukum Indonesia, Ctk.9, Balai Pustaka, Jakarta,
1993
M.Abdul Kholiq, Buku Pedoman kuliah hukum pidana, Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, 2002,
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana, Ctk. I, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2005,
M.Abdul Kholiq, Buku Pedoman kuliah hukum pidana, Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, 2002,
M.Abdul Kholiq, Buku Pedoman kuliah hukum pidana, Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, 2002,
Direktorat Jenderal Peraturan prundang-undangan, Departement Hukum dan HAM, Rancangan
Undang-undang KUHP, 2005.

Anda mungkin juga menyukai