Anda di halaman 1dari 27

PENOLOGI

&
K EM AS YARAK ATAN

GALIH B. SOESILO LL.M


PERTEMUAN 6&7

TEORI PEMIDANAAN
A. TUJUAN PEMIDANAAN
..

Pada dasarnya, terdapat 3 (tiga) pokok pemikiran tentang tujuan yang


ingin dicapai dari suatu pemidanaan, yaitu :

1. Memperbaiki kepribadian pelaku tindak pidana.

2. Menimbulkan efek jera

3. Membuat penjahat-penjahat tertentu tidak dapat melakukan kejahatan lainnya.


..

Sesuai dengan politik pemidanaan, maka tujuan pemidanaan harus diarahkan pada
perlindungan masyakarat, keseimbangan dan keselarasan hidup dalam masyarakat
dengan memperhatikan kepentingan masyarakat, negara, korban dan pelaku
tindak pidana. Berdasarkan tujuan tersebut maka pemidanaan harus mengandung
beberapa unsur sebagai berikut :

1. Kemanusiaan

2. Edukatif

3. Keadilan
B. ALIRAN-ALIRAN HUKUM PIDANA DAL AM MENENTUKAN TUJUAN PEMIDANA AN

1. Aliran Klasik (Klassieke Richting/Klassieke Scholl)

2. Aliran Modern atau Aliran Positif

3. Aliran Perlindungan Masyarakat

4. Aliran Neo Klasik


1. ALIRAN KLASIK ( KLASSIEKE RICHTING/KLASSIEKE SCHOLL )

Aliran Klasik muncul sebagai reaksi atas Ancien Regieme pada


abad ke XVIII di Perancis dan Inggris yang banyak menimbulkan
ketidak pastian hukum, ketidak samaan hukum dan ketidak adilan.
Menurut aliran Klasik, tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi
kepentingan perseorangan (individu) terhadap kekuasaan penguasa
atau negara.
..

Tokoh-tokoh Aliran Klasik antara lain adalah :


a. Cecare Beccaria
Sumbangan utama Beccaria adalah doktrin yang menyebutkan bahwa
pidana harus sesuai dengan kenyataan.
Beccaria meyakini konsep kontrak sosial dan berpendapat bahwa setiap
individu menyerahkan kebebasan atau kemerdekaan secukupnya kepada negara
agar masyarakat dapat berlangsung terus. Oleh karena itu hukum seharusnya ada
untuk melindungi dan mempertahankan keseluruhan kemerdekaan yang
dikorbankan terhadap persamaan kemerdekaan yang dilakukan oleh orang lain.
LANJUTAN

b. Jeremy Bentham
Jeremy Bentham adalah seorang filsuf dari Inggris penganut Utilitarian
Hedonist. Salah satu teorinya yang penting adalah Felicific Calculus yang menyatakan
bahwa :
“Manusia merupakan makhluk rasional yang akan memilih secara sadar
kesenangan dan menghindari kesusahan”.
Menurut Bentham, suatu pidana harus ditetapkan atau diberikan kepada
kejahatan sedemikian rupa sehingga kesusahan akan lebih berat daripada
kesenangan yang ditimbulkan dari kejahatan. Bentham dapat mengerti adanya
pidana yang berat karena hal tersebut dapat memperbaiki, tetapi pidana berat
tersebut harus dapat diterima oleh masyarakat sebelum diterapkan
2. ALIRAN MODERN ATAU ALIRAN POSITIF

Bahwa fokus dalam mempelajari kejahatan harus diberikan pada


pembinaan ilmiah pelaku tindak pidana dan bukan pada pidana yang dikenakan
pada pelaku kejahatan.
Tokoh-tokoh Aliran ini antara lain adalah :
a. Cecare Lombroso
Lambroso mengatakan, bahwa :
“Pidana yang kejam pada masa lalu tidak memberikan pemecahan terhadap
pencegahan kejahatan dan alirannya merupakan strategi baru di dalam melawan
kejahatan yang didasarkan atas etiologi dan sifat-sifat alamiahnya”.
LANJUTAN
B. Enrico Ferri
Enrico Ferri membuat sebuah buku dengan judul Criminal Sociology. Enrico
Ferri menyatakan, bahwa : “Seseorang dapat memiliki kecenderungan bawaan
menuju kejahatan tetapi bilamana ia hidup di lingkungan yang baik maka ia akan
hidup terus sampai akhir hayatnya tanpa melanggar hukum, baik hukum pidana
maupun hukum moral”.
Enrico Ferri mengemukakan suatu dalil yang disebut dengan Hukum
Kejenuhan Penjahat (Law of Criminal Saturation). “Bahwa untuk mencapai akar-
akar kriminalitas, peranan hygiene sosial sangat besar. Hal ini mengharuskan
pembuat undang-undang untuk selalu memperhitungkan faktor-faktor ekonomi,
moral, administrasi dan politik di dalam tugasnya sehari-hari. Kejahatan dalam hal
ini hanya dapat diatasi dengan mengadakan perubahan-perubahan di dalam
masyarakat”.
3. ALIRAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

Tokoh yang terkenal dalam Aliran Perlindungan Masyarakat adalah Filippo


Gramatica :
a. Konsepsi Radikal (Ekstreem)
Menurut Filippo Gramatica, Hukum Perlindungan Masyarakat (The Law of
Social Defence) harus menggantikan Hukum Pidana yang ada. Tujuan utama dari
Hukum Perlindungan Masyarakat adalah mengintegrasikan individu ke dalam
tertib sosial dan bukan pemidaan terhadap perbuatannya.
b. Konsepsi Moderat (Reformist)
Konsep ini dipelopori oleh Marc Ancel yang menamakan gerakannya
sebagai Defense Sociale Nouvelle (New Social Defence) atau Perlindungan
Masyarakat Baru. Menurut Marc Ancel, perlindungan terhadap individu dan
masyarakat tergantung pada perumusan Hukum Pidana yang tepat .
4. ALIRAN NEO KLASIK

Aliran Neo Klasik berkembang pada abad XIX dan mempunyai dasar yang
sama dengan Aliran Klasik, yaitu kebebasan kehendak manusia. Penganut Aliran
Neo Klasik berpendapat bahwa pidana yang dihasilkan oleh Aliran Klasik terlalu
berat dan merusak semangat kemanusiaan yang berkembang saat itu.

Aliran Neo Klasik mempertimbangkan kebutuhan pembinaan individual


dari pelaku tindak pidana. Salah satu hasil yang penting dari Aliran Neo Klasik
adalah adanya kesaksian ahli di muka pengadilan .
4. ALIRAN NEO KLASIK

Adanya kesaksian ahli di muka pengadilan untuk membantu juri dalam


mempertimbangkan pertanggungjawaban pelaku tindak pidana

Muladi dalam bukunya, Lembaga Pidana Bersyarat menegaskan bahwa


aliran-aliran ini berusaha untuk memperoleh suatu sistem Hukum Pidana yang
praktis dan bermanfaat sesuai dnegan perkembangan dan persepsi masyarakat
tentang Hak Asasi Manusia.
C. TEORI TUJUAN PEMIDANAAN

Teori tentang tujuan pemidanaan secara garis besar


dapat dibedakan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu :

1.Teori Pembalasan atau Teori Absolut

2.Teori Relatif atau Teori Tujuan

3.Teori Gabungan
..
a.Teori Absolut/Teori pembalasan (Vergeldings Theorien).

Menurut teori ini pidana dijatuhkan semata-mata karena orang telah


melakukan kejahatan atau tindak pidana. Teori ini diperkenalkan oleh Kent dan
Hegel. Teori Absolut didasarkan pada pemikiran bahwa pidana tidak bertujuan
untuk praktis, seperti memperbaiki penjahat tetapi pidana merupakan
tuntutan mutlak, bukan hanya sesuatu yang perlu dijatuhkan tetapi
menjadi keharusan, dengan kata lain hakikat pidana adalah
pembalasan (revegen).
..

Muladi (Zainal Abidin, 2005 : 11) bahwa: Teori absolut memandang bahwa
pemidanaan merupakan pembalasan atas kesalahan yang telah dilakukan sehingga
berorientasi pada perbuatan dan terletak pada terjadinya kejahatan itu sendiri.
Teori ini mengedepankan bahwa sanksi dalam hukum pidana dijatuhkan semata-
mata karena orang telah melakukan sesuatu kejahatan yang merupakan akibat
mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada orang yang melakukan
kejahatan sehingga sanksi bertujuan untuk memuaskan tuntutan keadilan.

Tidaklah perlu untuk memikirkan manfaat menjatuhkan pidana itu. Setiap


kejahatan harus berakibatkan dijatuhkan pidana kepada pelanggar.
..b.Teori Relatif atau Tujuan (Doel Theorien)
Teori relatif atau teori tujuan, berpokok pangkal pada dasar bahwa pidana
adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum) dalam masyarakat. Teori ini
berbeda dengan teori absolut, dasar pemikiran agar suatu kejahatan dapat dijatuhi
hukuman artinya penjatuhan pidana mempunyai tujuan tertentu, misalnya
memperbaiki sikap mental atau membuat pelaku tidak berbahaya lagi, dibutuhkan
proses pembinaan sikap mental.
Menurut Muladi (Zainal Abidin, 2005 : 11) tentang teori ini
bahwa: Pemidanaan bukan sebagai pembalasan atas kesalahan pelaku tetapi sarana
mencapai tujuan yang bermanfaat untuk melindungi masyarakat menuju
kesejahteraan masyarakat. Sanksi ditekankan pada tujuannya, yakni untuk
mencegah agar orang tidak melakukan kejahatan, maka bukan bertujuan untuk
pemuasan absolut atas keadilan.
..

Dari teori ini muncul tujuan pemidanaan yang sebagai sarana


pencegahan, baik pencegahan khusus (speciale preventie) yang
ditujukan kepada pelaku maupun pencegahan umum (general
preventie) yang ditujukan ke masyarakat. Teori relatif ini berasas pada
tiga tujuan utama pemidanaan yaitu preventif,detterence, dan
reformatif.
.. Tujuan preventif (prevention) untuk melindungi masyarakat dengan
menempatkan pelaku kejahatan terpisah dari masyarakat.

Tujuan menakuti (detterence) untuk menimbulkan rasa takut melakukan


kejahatan, baik bagi individual pelaku agar tidak mengulangi perbuatanya, maupun
bagi publik sebagai langkah panjang.

Sedangkan tujuan perubahan (reformation) untuk mengubah sifat jahat si


pelaku dengan dilakukannya pembinaan dan pengawasan, sehingga nantinya dapat
kembali melanjutkan kebiasaan hidupnya sehari-hari sebagai manusia yang sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Menurut teori ini suatu kejahatan tidak
mutlak harus diikuti dengan suatu pidana
..

Menurut Zevenbergen(Wirjono Projdodikoro, 2003 : 26) ”terdapat tiga


macam memperbaiki si penjahat, yaitu perbaikan yuridis, perbaikan intelektual,
dan perbaikan moral.” Perbaikan yuridis mengenai sikap si penjahat dalam hal
menaati undang-undang. Perbaikan intelektual mengenai cara berfikir si penjahat
agar ia insyaf akan jeleknya kejahatan. Sedangkan perbaikan moral mengenai rasa
kesusilaan si penjahat agar ia menjadi orang yang bermoral tinggi.
..
c.Teori Gabungan/modern (Vereningings Theorien)

Teori gabungan atau teori modern memandang bahwa tujuan pemidanaan


bersifat plural, karena menggabungkan antara prinsip-prinsip relatif (tujuan) dan
absolut (pembalasan) sebagai satu kesatuan. Teori ini bercorak ganda, dimana
pemidanaan mengandung karakter pembalasan sejauh pemidanaan dilihat sebagai
suatu kritik moral dalam menjawab tindakan yang salah. Sedangkan karakter
tujuannya terletak pada ide bahwa tujuan kritik moral tersebut ialah suatu
reformasi atau perubahan perilaku terpidana di kemudian hari.
Teori ini diperkenalkan oleh Prins, Van Hammel, Van List (Djoko Prakoso, 1988
:47) dengan pandangan sebagai berikut :
1. Tujuan terpenting pidana adalah membrantas kejahatan sebagai suatu
gejala masyarakat.
2. Ilmu hukum pidana dan perundang-undangan pidana harus
memperhatikan hasil studi antropologi dan sosiologis.
3. Pidana ialah suatu dari yang paling efektif yang dapat digunakan
pemerintah untuk memberantas kejahatan. Pidana bukanlah satu-satunya sarana,
oleh karena itu pidana tidak boleh digunakan tersendiri akan tetapi harus
digunakan dalam bentuk kombinasi denga upaya sosialnya.

Dari pandangan diatas menunjukkan bahwa teori ini mensyaratkan agar


pemidanaan itu selain memberikan penderitaan jasmani juga psikologi dan
terpenting adalah memberikan pemidanaan dan pendidikan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pemidanaan, yaitu
dikehendakinya suatu perbaikan-perbaikan dalam diri manusia atau yang
melakukan kejahatan-kejahatan terutama dalam delik ringan.
Sedangkan untuk delik-delik tertentu yang dianggap dapat merusak tata
kehidupan sosial dan masyarakat, dan dipandang bahwa penjahat-penjahat
tersebut sudah tidak bisa lagi diperbaiki, maka sifat penjeraan atau pembalasan
dari suatu pemidanaan tidak dapat dihindari.
Teori ini di satu pihak mengakui adanya unsur pembalasan dalam
penjatuhan pidana. Akan tetapi di pihak lain, mengakui pula unsur prevensi dan
unsur memperbaiki penjahat/pelaku yang melekat pada tiap pidana. Teori ketiga
ini muncul karena terdapat kelemahan dalam teori absolut dan teori relatif,
kelemahan kedua teori tersebut adalah (Hermien Hadiati Koeswadji, 1995 : 11-
12):
1. Kelemahan teori absolut :
a) Dapat menimbulkan ketidakadilan. Misalnya pada pembunuhan tidak semua pelaku
pembunuhan dijatuhi pidana mati, melainkan harus dipertimbangkan berdasarkan alat-alat
bukti yang ada.
b) Apabila yang menjadi dasar teori ini adalah untuk pembalasan, maka mengapa hanya Negara
saja yang memberikan pidana?

2. Kelemahan teori tujuan :


a) Dapat menimbulkan ketidak adilan pula. Misalnya untuk mencegah kejahatan itu dengan jalan
menakut-nakuti, maka mungkin pelaku kejahatan yang ringan dijatuhi pidana yang berat
sekadar untuk menakut-nakuti saja, sehingga menjadi tidak seimbang. Hal mana bertentangan
dengan keadilan.
b) Kepuasan masyarakat diabaikan. Misalnya jika tujuan itu semata-mata untuk memperbaiki
sipenjahat, masyarakat yang membutuhkan kepuasan dengan demikian diabaikan.
c) Sulit untuk dilaksanakan dalam peraktek. Bahwa tujuan mencegah kejahatan dengan jalan
menakut-nakuti itu dalam praktek sulit dilaksanakan. Misalnya terhadap residive.
TERIMAKASIH
REFERENSI
1. Tolib Setiyadi, Pokok-pokok Hukum Penitensier Indonesia, Bandung : Alfabeta,
2010, hlm. 31
2. https://www.lawyersclubs.com/teori-teori-pemidanaan-dan-tujuan-
pemidanaan/
3. Dr. Sahat Maruli Tua Situmeang, S.H.,M.H Penologi – Fakultas Hukum UNIKOM

Anda mungkin juga menyukai