Hukum pidana merupakan salahsatu hukum publik yang berlaku di Indonesia. Adanya hukum
pidana mempunyai beberapa tujuan.
Menurut aliran klasik hukum pidana bertujuan untuk melindungi individu dari kekuasaan negara
atau kekuasaan penguasa. Sedangkan menurut aliran modern hukum pidana bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari kejahatan, sehingga hukum pidana harus memperhatikan kejahatan
yang dilakukan dan keadaan penjahat. Menurut aliran modern hukum pidana dipengaruhi oleh
perkembangan kriminologi.
Vos mengungkapkan ada aliran ketiga yang merupakan gabungan antara aliran klasik dan aliran
modern yang dituangkan dalam KUHP juli tahun 2006 yang menjelaskan tujuan hukuman
pidana di dalam pasal 51.
Ada tiga teori yang digunakan untuk merealisasikan tujuan hukum pidana, yaitu :
1. Teori pembalasan
Menurut teori ini adanya hukum pidana digunakan sebagai pembalasan. Teori ini lair pada akhir
abad ke -18. Teori pembalasan didukung oleh pendapatdari beberapa ahli, diantaranya :
a. Stahl berpendapat negara merupakan ciptaaan Tuhan sebagai wakilnya untuk mentertibkan
hukum. Apabila seseorang melakukan suatu kejahatan maka ia telah melanggar tertib hukum di
dunia sehingga ia harus menerima sanksi sebagai konsekuensinya untuk mengembalikan
ketertiban hukum.
b. Herbert berpendapat seseorang yang melakukan kejahatan menimbulkan rasa ketidakpuasan
dalam masyarakat sehingga harus dijatuhi hukuman pidana untuk mengembalikan rasa kepuasan
dalam masyarakat.
c. Immanuel Kant berpendapat kejahatan akan menimbulkan rasa ketidakadilan sehingga
pelakunya harus merasakan derita sebagai sebuah pembalasan dari ketidakadilan yang telah
dilakukannya.
3. Teori gabungan
Menurut teori ini hukum pidana bertujuan untuk mencegah munculnya gejala sosial yang kurang
sehat dalam masyarakat dan juga sebagai obet bagi seseorang yang pernah melakukan kejahatan
agar tidak mengulangi peruatannya.