FAKULTAS HUKUM
TERAKREDITASI BERDASARKAN SK (BAN-PT)
NO. : 036/BAN-PT/Ak-XIII/S1/I/2011 Tanggal 7 JanuarI 2011
Jl. Ir. H. Juanda No. 68 Telp (0343) 420927 PASURUAN 67129
3. Jelaskan hubungan kejahatan dengan norma-norma yang lain terutama dengan norma
hukum, agar jelas berikan contoh kongkritnya !
5. Dalam prespektif kriminologi ada beberapa kajian yang sangat penting, JELASKAN !
a. Perkosaan Terhadap Laki-Laki (male rape).
b. Prostitusi dan Akar Masalahnya
c. Geng Motor dan Dampaknya Bagi Masyarakat Luas.
d. Kejahatan Kekerasan dan Brutalisme
e. Kejahatan Korporasi
__ @ __
Nama : Dendi Setyadi
Npm : 1974201001326
Kelas : 5b (Sore)
-Menurut Moeljatno tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang dan
diancam dengan pidana barang siapa yang melanggar hukum.
-Menurut J.E. Sahetapy6 pengertian Viktimologi adalah ilmu atau disiplin yang
membahas permasalahan korban dalam segala aspek, Sedangkan menurut Arief
Gosita Viktimologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan mengkaji semua aspek
yang berkaitan dengan korban dalam berbagai bidang kehidupan dan
penghidupannya.
-Individu memiliki hak untuk hidup, kebebasan dan memiliki kekayaan dan
pemerintah dibentuk untuk melindungi hak-hak tersebut dan muncul sebagai hasil
perjanjian sosial.
•Biologi Positivis
Pendiri aliran ini adalah Cesare Lombrosso. Inti dari biologi positivis adalah, bahwa
pelaku kejahatan memiliki perbedaan karakterisitik secara fisik dibandingkan
manusia yang lain.
•Psikologi Positivis
•Sosiologi Positivis
Menurut aliran ini kejahatn terjadi karena faktor lingkungannya, yaitu keadaan
masyarakat disekitarnya yang mempengaruhi terjadinya kejahatan, seorang itu
menjadi jahat atau tidak tergantung pada lingkungannya.
Aliran kritis juga dikenal dengan istilah “Critical Criminology” atau “kriminologi
baru”. Aliran kritis sesungguhnya memusatkan perhatian pada kritik tentang kami
terhadap intervensi kekuasaan dalam menentukan suatu perbuatan sebagai kejahatan.
Itulah sebabnya, aliran ini menggugat eksistensi hukum pidana. Pendukung aliran
menganggap bahwa pihak-pihak yang membuat hukum pidana hanyalah sekelompok
kecil dari anggota masyarakat yang kebetulan memiliki kekuasaan untuk membuat
dan membentuk hukum pidana tersebut. Jadi, hal yang dikatakan sebagai kejahatan
dalam hukum pidana dapat saja dianggap oleh masyarakat (umum) sebagai hal yang
bukan tindak kejahatan (tidak jahat). Dan tentunya, hal tersebut terjadi jika persepsi
para pembuat hukum pidana berbeda dengan persepsi luas pada umumnya.
Pendekatan yang cukup dominan dalam aliran yang kritis ini adalah pendekatan
konflik (Romli Atmasista, 2011:72). Pendekatan ini beranggapan bahwa hukum
dibuat dan ditegakkan bukan untuk melindungi masyarakat tetapi untuk nilai dan
kepentingan kelompok yang berkuasa. Dengan demikian, pendekatan konflik
memusatkan perhatiannya pada masalah kekuasaan dalam pendefinisian kejahatan.
Pendekatan konflik beranggapan bahwa orang-orang dalam suatu masyarakat
mempunyai tingkat kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi pembuatan dan
penegakan hukum. Pada umumnya, orang-orang atau kelompok yang memiliki
kekuasaan yang lebih besar akan mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk
menentukan perbuatan yang bertentangan dengan nilai dan kepentingan mereka
sebagai kejahatan. Pada saat yang sama , mereka juga memiliki kemampuan untuk
menghindari pendefinisian perbuatan mereka sebagai kejahatan, walaupun perbuatan
mereka tersebut bertentangan dengan nilai dan kepentingan orang atau pihak lain
yang tentunya memiliki kekuasaan yang lebih rendah. Pendekatan konflik dengan
demikian menghendaki suatu suatu hukum yang bersifat emansipatif atau hukum
yang melindungi masyarakat sehingga dapat mengangkat harkat dan martabat
masyarakat kelas bawah.
b.social defence menolak tipologi yang bersifat kaku tentang penjahat dan menitik
beratkan pada keunikan keperibadian manusia.
Aliran Kritis Tindakan menyimpang merupakan hasil dari proses politik, dimana
undang-undang merumuskan larangan-larangan atau perilaku yang diharapkan dalam
keadaan tertentu. Kejahatan dalam teori ini ditentukan oleh bagaimana undang-
undang dirumuskan dan dijalankan. Menurut Pendekatan ini kemiskinan bukanlah
“sebab” kejahatan, akan tetapi karena bentuk-bentuk tindakan yang dilakukan oleh
orang-orang miskin lebih banyak ditunjuk oleh undang-undang.
Dalam menilai sebab kejahatan dalam aliran kritis dapat dilihat dari dua pendekatan ;
1. Pendekatan interaksionis; menekankan bahwa sumber perilaku (kejahatan)
manusia tidak hanya ditentukan oleh peranan kondisi-kondisi sosial, akan tetapi juga
dipengaruhi oleh peranan individu dalam menangani , menafsirkan dan berinteraksi
dengan kondisi-kondisi yang bersangkutan;
2. Pendekatan konflik memfokuskan dalam mempertanyakan “kekuasaan” dalam
mendefinisikan kejahatan. Menurut Sue Titus Reid, bekerjanya hukum mencerminkan
kepentingan dari rulling class, hukum pidana berusaha menciptkan perbuatan yang
menyimpang dan digunakan oleh rulling class untuk mempertahankan ketertiban.
Berdasarkan aliran konflik, Austin Turk mengatakan kalau kejahatan itu bukanlah
perilaku akan tetapi status. Sejalan dengan itu Howard S Backer mengatakan bahwa
kejahatan (deviance) bukanlah kualitas tindakan yang dilakukan seseorang, akan
tetapi akibat diterapkannya peraturan dan sanksi terhadap seorang pelaku. Hofnagel
mengemukanan bahwa suatu masyarakat tertentu akan menciptakan kejahatan melalui
badan legislatif untuk tujuan mengamankan struktur sosial tertentu.
Dalam pendekatan konflik, mereka yang berada dalam status sosial yang tinggi dapat
mengontrol perilaku sehingga tidak disebut sebagai kejahatan dan dirinya tidak
disebut sebagai penjahat. Richard R Quenney mengatakan jika penegakkan hukum
bergantung pada kelompok dominan didalam masyarakat yang secara politis
terorganisasi. Kelompok ini tidak lain adalah mereka yang berasal dari kelompok elit
yang dengan kemampuanya mampu untuk mempengaruhi perbuatan hukum dan
penegakannya. Dengan begitu label sebagai penjahat sukar untuk dilekatkan pada
kelompok ini.
(belum Sempurna)
- Pelacuran sebagai gejala sosial disebabkan oleh berbagai faktoryang melekat dalam
kehidupan manusia. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya pelacuran terletak baik
pada aspek kodrati manusiawi terutama yang berhubungan
dengan nafsu seksualnya pria dan wanita. Serta faktor-faktor luar yang mempengaruhi
seperti
faktor sosial, faktor ekonomi, dan kebudayaan. Dimana praktek prostitusi
tetap ada dari masa ke masa sepanjang sejarah umat manusia setelah memiliki dan
diatur oleh
lembaga perkawinan dalam hubungan antara pria dan wanita.
- kejahatan kekerasan dalam masyarakat banyak terjadi baik menurut pandangan ahlii
hukum maupun persfektif ahli kriminologi kejadian kejahatan kekerasan yang terjadi
terkadang ada andil yang besar dari pihak korban, sebagai pencetus kejahatan,
disamping
faktor-faktor dinamika sosial yang menjadi faktor yang latar belakang dari kejahatan
kekerasan tersebut, seperti sikap, motifmotif dan pola kepribadian penjahat
seperti psikopat,
kejahatan kerah putih; mayoritas individu yang dapat bertindak sebagai atau
mewakili kepentingan korporasi adalah profesional kerah putih;
kejahatan terorganisasi; pelaku dapat mendirikan perusahaan untuk tujuan
kejahatan atau sebagai kendaraan untuk mencuci hasil kejahatan. Produk kriminal
bruto dunia diperkirakan mencapai 20% dari perdagangan dunia. (de Brie 2000); dan
kejahatan perusahaan negara; dalam banyak konteks, peluang untuk
melakukan kejahatan muncul dari hubungan antara korporasi dan negara .