Anda di halaman 1dari 15

Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

MUTILASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA


(ISLAM)

Oleh :

Amsori, SH., MH., MM.


Dosen Tetap pada Program Strata Satu Sekolah Tinggi Ilmu Hukum “IBLAM”
dan sekarang sedang mengikuti Kuliah Program Doktor Studi Pengkajian Islam pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Email : (amsori.sh@gmail.com)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Abstract :

Crime is a problem faced by humans from time to time. Talking about crime, especially murder,
continues to experience growth accompanied by style and shape are very diverse, from the most simple to
very sophisticated. Sometimes the killing was done in ways that vicious as first tortured, burned and even
mutilation. Becomes an interesting thing because mutilation is a murder followed by shredding the
victim's body up into multiple parts made with the aim to destroy evidence. Not only that, the issue of
sanctions against the perpetrators of criminal acts of mutilation murders under construction in the
Indonesian criminal law there is no definite rules. Article which is often used as a legal basis for the
criminal murder mutilation is Article 338, 340 and 351 Criminal Code with a maximum penalty of
death, sometimes as an alternative to imprisonment. While the Islamic criminal law sanctions for
deliberate murder is Qisas. And the impact of the crime of murder mutilation is very large, in addition to
sadistic perpetrator in treating the bodies of the victims, but also causes damages to the family of the slain
of the two sides, they lose those who earn a living, and his heart was sad at the loss of loved ones.
Keywords: Murder, Mutilation, Punishment, Islamic Criminal Law, National Criminal Law.

Abstrak :

Kejahatan merupakan persoalan yang dihadapi manusia dari waktu ke waktu. Berbicara mengenai
kejahatan khususnya pembunuhan, terus mengalami perkembangan yang diiringi dengan gaya dan
bentuk yang sangat beragam, dari cara yang paling sederhana sampai yang sangat canggih. Terkadang
pembunuhan itu dilakukan dengan cara-cara yang keji seperti disiksa lebih dahulu, dibakar dan bahkan
mutilasi. Menjadi suatu hal yang menarik karena mutilasi adalah pembunuhan yang diikuti dengan
memotong-motong tubuh korban hingga menjadi beberapa bagian yang dilakukan dengan tujuan untuk
menghilangkan bukti. Tidak hanya itu, masalah sanksi terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan
secara mutilasi ini dalam konstruksi hukum pidana di Indonesia belum ada aturan yang pasti. Pasal
yang sering dijadikan sebagai dasar hukum pelaku tindak pidana pembunuhan secara mutilasi adalah
Pasal 338, 340 dan 351 KUHP dengan sanksi maksimal hukuman mati, yang terkadang hanya
merupakan alternatif dari hukuman penjara. Sedangkan dalam hukum pidana Islam sanksi yang
dijatuhkan bagi pembunuhan sengaja adalah Qishash. Dan dampak dari tindak pidana pembunuhan
secara mutilasi ini sangat besar, disamping sadisnya pelaku dalam memperlakukan mayat korban, tapi
juga mengakibatkan kerugian bagi keluarga si terbunuh dari dua sisi, yaitu mereka kehilangan orang
yang mencari nafkah dan hatinya sedih karena kehilangan orang yang dicintainya.
Kata Kunci: Pembunuhan, Mutilasi, Pemidanaan, Hukum Pidana Islam, Hukum Pidana Nasional.

71
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

PENDAHULUAN Kontinental yang didasarkan atas


hukum Romawi disebut sebagai
1. Latar Belakang
sistem Civil Law, yang memiliki
Negara Republik Indonesia adalah karakteristik antara lain yaitu adanya
negara hukum berdasarkan Pancasila kodifikasi, hakim tidak terikat kepada
dan Undang-Undang Dasar Negara presiden, dan sistem peradilan bersifat
Republik Indonesia (UUDNRI) inkuisitorial atau bahwa hakim
Tahun 1945, yang memiliki tujuan mempunyai peranan besar dalam
mewujudkan tata kehidupan negara mengarahkan dan memutuskan
dan bangsa yang adil dan sejahtera, perkara, hakim aktif dalam
aman, tentram, tertib dan menjamin menemukan fakta dan cermat dalam
kedudukan hukum yang sama bagi menilai alat bukti.
warga masyarakat. Penegasan bahwa
Dalam pemakaian istilah rechtstaat
negara hukum adalah cita hukum
yang kemungkinan besar dipengaruhi
(recht idée) Indonesia yang secara
oleh konsep hukum Kolonial Belanda,
normatif diatur dalam Pasal 1 ayat (3)
dimana Negara Indonesia adalah
UUDNRI Tahun 1945 perubahan ke-
termasuk dalam wilayah sistem
tiga, yang menyebutkan bahwa:
hukum Eropa Kontinental. Konsepsi
“Negara Indonesia adalah Negara negara hukum di Indonesia dapat
Hukum.” Ketentuan pasal tesebut diketahui dari perumusan mengenai
merupakan landasan konstitusional tujuan bernegara sebagaimana
bahwa Negara Indonesia adalah dirumuskan dalam Pembukaan
negara yang berdasarkan atas hukum, Undang-Undang Dasar Negara
hukum ditempatkan sebagai satu- Republik Indonesia Tahun 1945
satunya aturan main dalam kehidupan adalah, antara lain, untuk melindungi
bernegara dan bermasyarakat”. segenap bangsa dan tumpah darah
Indonesia serta memajukan
Istilah negara hukum dalam bahasa
kesejahteraan umum.
asing adalah rechtstaat dan the rule of
law. Konsep rechtstaat bertumpu pada Hukum adalah tata aturan (order)
sistem hukum Kontinental yang sebagai suatu sistem aturan-aturan
disebut Civil Law, sedangkan konsep (rules) tentang perilaku manusia.
the rule of law bertumpu pada sistem Dengan demikian hukum tidak
hukum Anglo Saxon yang disebut menunjuk pada satu aturan tunggal
Common Law. (rule), tetapi seperangkat aturan (rules)
yang memiliki suatu kesatuan
Sistem hukum Anglo Saxon (Common sehingga dapat dipahami sebagai
Law) ialah suatu sistem hukum yang suatu sistem. Konsekuensinya, adalah
didasarkan pada yurisprudensi. tidak mungkin memahami hukum jika
Sumber hukum dalam sistem hukum hanya memperhatikan satu aturan
ini ialah putusan hakim/pengadilan. saja.1
Dalam sistem hukum ini peranan
yang diberikan kepada seorang hakim
1
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at. Teori Hans
sangat luas. Sedangkan sistem hukum
Kelsen Tentang Hukum. Jakarta : Konstitusi Press,
yang dianut oleh negara-negara Eropa 2006, hlm 13

72
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

Seperti kita ketahui bahwa negara Rasulullah sendiri, yang sering disebut
Indonesia adalah negara yang terdiri sebagai Hadist. Adapun dalam
dari berbagai macam suku, agama dan praktek beragama, Agama Islam
adat istiadat yang beraneka ragam dari memiliki aturan main yang dikenal
sabang sampai merauke yang dengan istilah Hukum Islam, dimana
memiliki istilah Bhinneka Tunggal aturan tersebut berdasarkan sumber
Ika. Adat istiadat tersebut sangat Al-Qur’an dan Al-Hadist.
berbeda satu sama lainnya, sejak
negara ini memproklamirkan Berkaitan dengan hal kejahatan
kemerdekaannya maka, Indonesia pembunuhan, dalam kitab suci agama
terbentuk menjadi negara kesatuan samawi disebutkan bahwa peristiwa
dengan memiliki satu sistem hukum pembunuhan yang pertama kali terjadi
yang berlaku secara Nasional. Yang di muka bumi adalah ketika Qabil
mana sistem hukum itu merupakan membunuh saudaranya yang bernama
salah satu alat pengintegrasi bangsa Habil. Setelah peristiwa tersebut,
ini. pembunuhan sebagai tindak pidana
kejahatan yang menghilangkan nyawa
Sistem hukum Indonesia sampai saat orang lain banyak terjadi yang
ini masih berlaku adalah sistem dilatarbelakangi oleh beberapa
hukum yang masih berkiblat kepada motivasi pelakunya atas perbuatannya
negara Belanda yaitu sistem hukum terhadap korban dengan waktu,
Eropa Continental atau sistem tempat, cara dan unsur yang berbeda.
hukum Civil Law. Bukti adanya sistem
hukum ini adalah Kitab Undang- Seiring dengan berjalannya waktu dan
Undang Hukum Pidana (KUHP) dan kemajuan jaman, tindak pidana
Kitab Undang-Undang Hukum kejahatan pembunuhan dapat terjadi
Perdata (KUHPer) yang sampai saat dalam berbagai bentuk. Salah satunya
ini dianggap masih tetap berlaku, adalah pembunuhan yang disertai
sebagaimana dimaksud dalam oleh tindakan menganiaya dengan
Pembukaan Undang-Undang Dasar memotong-motong jasad korbannya.
1945, Pasal 1 Aturan Peralihan yang Tindakan ini dikenal dengan istilah
berbunyi: “segala peraturan perundang- mutilasi.
undangan yang ada masih tetap berlaku
selama belum diadakan yang baru 2. Masalah Mutilasi
menurut Undang-Undang Dasar ini”.2
Peristiwa pembunuhan terus
Selanjutnya, dalam aspek sejarah, mengalami perkembangan yang
kehadiran Agama Islam dapat diiringi dengan bentuk yang sangat
dikatakan sebagai awal dari gerakan beragam, dari cara yang paling
kemerdekaan yang dipelopori oleh sederhana sampai yang sangat
Nabi Muhammad SAW. Hal itu dapat canggih. Terkadang pembunuhan itu
dibuktikan dengan dalil-dalil Al- dilakukan dengan cara-cara yang keji
Qur’an yang diturunkan kepada seperti di aniaya lebih dahulu, di
Beliau dan dengan sabda-sabda bakar dan bahkan di potong-potong,
yang sering disebut dengan mutilasi.
2
Perubahan Ke-Empat, Undang-Undang Dasar Menjadi suatu hal yang menarik
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

73
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

karena mutilasi adalah pembunuhan American Language diuraikan bahwa


yang diikuti dengan memotong- istilah homicide berasal dari dua kata,
motong tubuh korban hingga menjadi yakni kata homo yang berarti a man
beberapa bagian yang dilakukan atau manusia dan caedere yang berarti
dengan tujuan untuk menghilangkan to cut (memotong) atau to kill
jejak pembuktian. (membunuh). Sehingga bila kedua
kata tersebut digabungkan akan
Penerapan sanksi hukuman yang menjadi homidice yang artinya adalah
sering dijadikan sebagai dasar Hukum setiap perbuatan membunuh
Pidana Nasional pelaku tindak pidana seseorang oleh orang lain.3
pembunuhan secara mutilasi adalah
Pasal 340 KUHP dengan sanksi Di Indonesia, mutilasi dikategorikan
maksimal hukuman mati, yang dalam jenis tindak pidana kejahatan
terkadang hanya merupakan alternatif pembunuhan, namun tidak semua
dari hukuman penjara. Sedangkan kejahatan pembunuhan diiringi
dalam Hukum (Pidana) Islam sanksi dengan perbuatan mutilasi. Para
yang dijatuhkan bagi pembunuhan pelaku melakukan modus operandi
sengaja adalah Qishash. kejahatan pembunuhan dengan
mutilasi ini dengan tujuan untuk
Oleh karena itu, penulis dalam tulisan mengelabuhi para petugas kepolisian
ini akan menganalisa bagaimanakah agar identitas korban sulit untuk
pandangan Hukum Pidana Nasional dilacak dan ditemukan serta
di Indonesia dan Hukum (Pidana) menghilangkan jejak dari para korban
Islam tentang pelaku tindakan tindakan kriminal si pelaku, seperti
pemotongan tubuh korban secara memotong bagian tubuh korban
mutilasi dan dapatkah mutilasi disebut menjadi beberapa bagian, yang
sebagai kejahatan pembunuhan atau kemudian bagian-bagian tubuh
penganiayaan, serta sanksi hukum tersebut dibuang secara terpisah. Hal
apakah yang dapat diterapkan pada inilah yang menjadikan setiap kasus
pelaku tindak pidana mutilasi dalam kejahatan mutilasi selalu menarik
konsep pemidanaan baik berdasarkan perhatian media massa baik cetak
Hukum Pidana Nasional di Indonesia maupun elektronik dan seringkali
maupun secara Hukum (Pidana) disertai dengan judul yang cenderung
Islam. menarik pembaca dan pendengarnya.

Kejahatan mutilasi adalah jenis


TINDAK PIDANA MUTILASI kejahatan yang tergolong sadis,
dimana pelaku kejahatan tersebut
1. Menurut Hukum Pidana Nasional tidak hanya membunuh atau
Indonesia menghilangkan nyawa orang lain
melainkan juga dengan memotong-
Terlebih dahulu akan dijelaskan
motong setiap bagian tubuh
mengenai pengertian pembunuhan
korbannya. Motivasi memang
secara umum, istilah pembunuhan
merupakan pendorong utama
biasanya disepadankan dengan istilah
homicide dalam bahasa inggris. Dalam 3
Eko Hariyanto. Memahami Pembunuhan. Jakarta :
Webster’s New World Dictionary of The Kompas, 2014, hlm 1.

74
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

seseorang melakukan kejahatan. Berdasarkan teori ini kemungkinan


Kalangan ahli tidak seragam dalam untuk dilakukannya sebuah kejahatan
melihat perilaku mutilasi, karena mutilasi yaitu dapat terjadi karena
motif, bentuk dan karakter perilaku sifat-sifat kepribadian dari diri
pelakunya sangat beragam. Penulis seseorang (Personality Characteristics).
melihat dari beberapa kasus mutilasi
yang terjadi, ada beberapa hal yang Tindak Pidana Pembunuhan memang
melatarbelakanginya tindak pidana sudah lama di kenal oleh Hukum
kejahatan tersebut, antara lain, Nasional kita melalui Kitab Undang-
motifnya kebanyakan terkait dengan undang Hukum Pidana (KUHP).
perilaku seksual, adanya dendam, Pengaturan dalam Bab XIX Buku II
kasusnya relative sulit di ungkap KUHP menggolongkan beberapa
bahkan sebagian besar tidak berhasil perbuatan yang dapat dikategorikan
diungkap oleh polisi disebabkan sebagai Kejahatan terhadap Nyawa.
keinginan pelaku untuk Jenis Pembunuhan yang di atur dalam
menghilangkan jejak. bab ini meliputi Pembunuhan dengan
Sengaja (Pasal 338), Pembunuhan
Berdasarkan teori ilmu kriminologi, dengan rencana (Pasal 340),
pelaku kejahatan mutilasi ini Pembunuhan anak setelah lahir oleh
cenderung termasuk adalah orang- Ibu (Pasal 341-342), dan Pengguguran
orang yang memiliki kelainan suara kandungan (pasal 346-349). Sama
hati dan cenderung mengalami sekali tidak terdapat satu pasal pun
gangguan jiwa atau prilaku psikopat. yang mengatur tentang tindak pidana
Menurut Teori Psikologi Kriminal, pembunuhan yang diikuti
Personality Characteristics (sifat-sifat pemotongan tubuh korban. Keadaan
kepribadian), dinyatakan bahwa ada ini tentu saja dapat menimbulkan
empat alur penelitin psikologis yang masalah hukum tentang kepastian
berbeda telah menguji hubungan hukum dan keadilan bagi masyarakat.
antara kepribadian dengan kejahatan.
Pertama, melihat pada perbedaan- Untuk dapat disebut sebagai tindak
perbedaan antara struktur kepribadian pidana suatu tindakan haruslah
dari penjahat dan bukan penjahat. memenuhi beberapa persyaratan,
Kedua, memprediksi tingkah laku. yaitu tindakan tersebut telah
Ketiga, menguji tingkatan di mana tercantum dan diatur didalam
dinamika-dinamika kepribadian ketentuan hukum sebagai tindakan
normal beroperasi dalam diri yang terlarang baik secara formil atau
penjahat. Dan Keempat, mencoba materil yang dikenal dengan asas
menghitung perbedaan-perbedaan legalitas. Kiranya terdapat persamaan
individual antara tipe-tipe dan pandangan di antara para ahli hukum
kelompok – kelompok pelaku pidana bahwa pengertian asas legalitas
kejahatan. 4 adalah; “tiada perbuatan dapat
dipidana kecuali atas dasar kekuatan
ketentuan pidana menurut undang-

4
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa. Kriminologi.
Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm 49.

75
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

undang yang sudah ada terlebih menyebabkan matinya orang lain),


dahulu.5 sebagai delik culpa, dimana perbuatan
kurang berhati-hati diancam
Ketentuan tersebut diatas hukuman, atau mungkin dapat
sebagaimana termaktub dalam Pasal 1 dikenakan Pasal 351 ayat (3) tentang
ayat (1) KUHP adalah definisi baku penganiayaan biasa yang berakibat
dari asas legalitas, yang berbunyi matinya orang lain, atau Pasal 353
“tiada suatu perbuatan boleh ayat (3) tentang penganiayaan biasa
dihukum, melainkan atas ketentuan dengan direncanakan lebih dahulu
pidana dalam undang-undang yang berakibat matinya orang lain), atau
ada terdahulu dari pada perbuatan Pasal 354 ayat (2) tentang
itu”. Dari definisi tersebut, yang penganiayaan berat yang
penting untuk diulas selanjutnya mengakibatkan mati), atau pasal 355
adalah makna “perbuatan yang dapat ayat (2) tentang penganiayaan berat
dipidana dan ketentuan pidana dengan direncanakan lebih dahulu
menurut undang-undang”. yang mengakibatkan matinya orang
lain.
Tindak pidana kejahatan pembunuhan
pertama-tama diancam hukuman Sedangkan apabila kematian korban
dalam Pasal 338 KUHP yang dengan maksud atau dengan sengaja
bunyinya : “Barangsiapa dengan sengaja akan membunuh dan pelaku dengan
menghilangkan jiwa orang lain, dihukum tenang masih dapat memikirkan
karena pembunuhan biasa, dengan dengan cara bagaimana ia akan
hukuman penjara selama-lamanya lima melakukan pembunuhan itu, pelaku
belas tahun”. dapat dikenakan Pasal 340 KUHP
yang bunyinya : “barangsiapa dengan
Teknis pembunuhan ini dinamakan
sengaja dan dengan direncanakan lebih
delik material, dimana kejahatan baru
dahulu menghilangkan jiwa orang lain,
dianggap selesai, apabila akibatnya
dihukum karena pembunuhan
telah terjadi dan tidak dirumuskan
direncanakan (moord), dengan hukuman
cara bagaimana pembunuhan itu
mati atau penjara seumur hidup atau
dilakukan. Maksud dari pembunuhan
penjara sementara selama-lamanya dua
biasa (doodslag), dimana diperlukan
puluh tahun”.6
suatu perbuatan yang mengakibatkan
kematian orang lain, sedangkan Pengertian kata “dengan
kematian itu dilakukan dengan niat direncanakan lebih dahulu” menurut
disengaja atau dengan maksud adanya M.v.T pembentukan Pasal 340 KUHP
niat dari pelaku. diutarakan, antara lain: dengan
rencana lebih dahulu diperlukan saat
Apabila kematian korban tidak
pemikiran dengan tenang dan berpikir
dengan maksud atau tidak dengan
dengan tenang. Untuk itu sudah
sengaja, maka tidak masuk dalam
cukup jika si pelaku berpikir sebentar
pasal ini, mungkin masuk Pasal 359
saja sebelum atau pada waktu ia akan
KUHP (karena salahnya

6
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
5
Eddy O.S. Hiariej, Asas Legalitas dan Penemuan (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal
Hukum, Jakarta : Erlangga, 2009, hlm 19. Demi Pasal. Bogor: Politeia, 1991, hlm 241.

76
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

melakukan kejahatan sehingga ia orangtua Ryan di Desa Jatiwates,


menyadari apa yang dilakukannya”.7 Kecamatan Tembelang, Jombang,
Jawa Timur. Alasan Ryan membunuh
Didalam ketentuan Kitab Undang- dan memutilasi adalah karena
Undang Hukum Pidana (KUHP) cemburu, dendam dan ingin
sebagaimana tersirat dalam pasal menguasai harta milik korban dan ia
tersebut diatas sangat jelas sekali juga adalah seorang homoseksual.8
bahwa para pelaku yang melakukan
pembunuhan dalam hal ini adalah Dari uraian tersebut diatas, Si pelaku
pembunuhan berencana, maka akan seolah-olah menganggap tindakan
dipidana dengan hukuman mati atau pembunuhan yang dilakukannya itu
pidana penjara seumur hidup. belumlah cukup sehingga harus diikuti
dengan tindakan mutilasi pada
Sebagai fenomena dalam masyarakat, korbannya.
kejahatan disertai dengan kekerasan
merupakan kejahatan tradisional yang Dalam Oxford Dictionary,
telah ada sejak dahulu, namun memberikan definisi mutilasi sebagai
bentuknya sekarang telah mengalami “damage sb’s body severely, esp by cutting
modifikasi. Fenomena yang sama juga or tearing off part of it.”9
terjadi di Indonesia, kejahatan
kekerasan menjadi perhatian Apabila di kaji secara mendalam,
pemerintah dan masyarakat karena tindak mutilasi ini terbatas pada
terjadi tidak hanya di kota-kota besar, korban yang berwujud manusia
tetapi juga di beberapa daerah. Di alamiah baik perseorangan maupun
Propinsi Jawa Barat misalnya, pada kelompok dan bukanlah binatang.
bulan Agustus lalu, dalam kasus dan Tindakan ini dapat dilakukan oleh
peristiwa yang berbeda masyarakat pelaku terhadap korban pada waktu
Depok dikejutkan dengan penemuan masih bernyawa ataupun pada mayat
mayat dalam plastik di sebuah korban. Tindakan pemotongan
selokan. Mayat tanpa identitas ini di manusia secara hidup-hidup ataupun
temukan dalam keadaan mengerikan, mayat jelas merupakan tindakan yang
dari seluruh bukti yang ditemukan sangat di cela oleh masyarakat dan
ternyata korban telah di potong- dianggap sebagai tindakan yang
potong. Kisah Ryan ‘si jagal manusia’ sangat jahat dan sadis. Oleh karena
dari Jombang mengaku telah itu, menurut penulis tindak pidana
melakukan pembunuhan diikuti kejahatan mutilasi sangatlah tepat jika
pemotongan terhadap salah satu di golongkan ke dalam kejahatan
korban terakhirnya. Very Idham pembunuhan secara berencana.
Henyansyah alias Ryan (38), telah
menyodomi, membunuh dan 2. Menurut Hukum Pidana Islam
memutilasi sebagian korban yang
Secara nyata manusia tidak mundur
berjumlah 10 (sepuluh) orang dengan
dari kejahatan, walaupun para pelaku
mengubur potongan tubuh korbannya
dibelakang pekarangan rumah 8
Hermawan Aksan, Jejak Pembunuh Berantai, Jakarta
: Grafidia, 2008, hlm 58.
7 9
Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Nyawa Dictionary, Oxford Learner’s Pocket Dictionary. New
dan Tubuh., Jakarta : Sinar Grafika, 2005, hlm 31 York : Oxford University Press, 2004, hlm 283.

77
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

menyadari bahwa tindakan tersebut demikian, suatu kejahatan adalah


akan dihukum. Jadi sebenarnya perbuatan yang hanya dilarang oleh
sangatlah sulit untuk menghentikan syariat. Dengan kata lain, melakukan
suatu kejahatan, termasuk pula (commission) atau tidak melakukan
dengan kejahatan pembunuhan. Salah (ommission) suatu perbuatan yang
satu varian dari kejahatan kekerasan membawa kepada hukuman yang
adalah kejahatan pembunuhan. Unsur ditentukan oleh syariat adalah
tindakan yang disengaja dan kejahatan. 11
menyebabkan kematian terlihat jelas
terutama pada kejahatan pembunuhan Para ahli hukum Islam membagi
dengan cara mutilasi. Namun kejahatan dalam tiga klasifikasi, yaitu
setidaknya kejahatan seperti mutilasi hudud, qishash, dan ta’zir. Kejahatan
ini dapat diminimalisir dengan cara hudud adalah kejahatan yang paling
pencegahan-pencegahan tertentu. serius dan berat dalam hukum pidana
Islam. Ia adalah kejahatan terhadap
Kejahatan mutilasi atas korban kepentingan publik. Tetapi ini tidak
tampaknya merupakan hal yang berarti bahwa kejahatan hudud tidak
menarik jika ditilik dari aspek-aspek mempengaruhi kepentingan pribadi
pembunuhan seperti diuraikan di atas sama sekali, namun terutama sekali
karena seringkali kejahatan mutilasi berkaitan dengan apa yang disebut
disamakan begitu saja dengan hak Allah. Dengan demikian,
kejahatan pembunuhan. Selain kejahatan dalam kategori ini dapat
mengingat kejahatan tersebut beragam didefinisikan sebagai kejahatan yang
jenisnya, maka diperlukan data akurat diancam dengan hukuman hadd, yaitu
melalui sebuah penelitian kriminologi, hukuman yang ditentukan sebagai hak
viktimologi dan hukum pidana Allah. Jenis kejahatan yang tergolong
tentang pelaku kekerasan. kejahatan hudud ini adalah riddah
Berdasarkan studi tentang kejahatan (murtad), al-baghy (pemberontakan),
kekerasan tersebut, kejahatan mutilasi zina, qadzab (tuduhan palsu zina),
cenderung dijadikan satu dengan sariqah (pencurian), hirabah
kategori trend kejahatan (perampokan), dan shurb al-khamr
pembunuhan.10 (meminum khamar).

Dalam hukum Islam, kejahatan Kategori berikutnya adalah qishash. Ia


(jarimah/jinayat) didefinisikan sebagai jatuh pada posisi ditengah antara
larangan-larangan hukum yang kejahatan hudud dan ta’zir dalam hal
diberikan Allah, yang pelanggarnya beratnya. Kejahatan-kejahatan dalam
membawa hukuman yang ditentukan- kategori ini kurang serius dibanding
Nya. Larangan hukum berarti yang pertama (hudud), namun lebih
melakukan perbuatan yang dilarang berat daripada yang berikutnya
atau tidak melakukan suatu perbuatan (ta’zir). Sasaran dari kejahatan ini
yang tidak diperintahkan. Dengan adalah integritas tubuh manusia,
sengaja atau tidak disengaja. Ia terdiri
10
Imran, Mohammad Fadil. Mutilasi Dalam Perspektif
11
Kriminologi : Tinjauan Teoritis Lima Kasus mutilasi di Topo Santoso. Membumikan Hukum Pidana
Jakarta. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Islam: Penegakan Syariat dalam Wacana dan
2015. Agenda. Jakarta: Gema Insani Press, 2003, hlm 20.

78
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

dari apa yang dikenal dalam hukum b. Pembunuhan Tidak Disengaja


pidana modern sebagai kejahatan Pembunuhan tidak disengaja
terhadap manusia atau crimes against (khata) adalah perbuatan yang
persons. Jadi, pembunuhan dengan dilakukan oleh seseorang dengan
sengaja, pembunuhan menyerupai tidak ada unsur kesengajaan yang
sengaja, pembunuhan karena mengakibatkan orang lain
kealpaan, penganiayaan, meninggal dunia.
menimbulkan luka/sakit karena c. Pembunuhan Semi Sengaja
kelalaian, masuk dalam kategori Pembunuhan semi sengaja (syibhu
tindak pidana qishash ini. al-amd) adalah perbuatan yang
sengaja dilakukan oleh seseorang
Kategori terakhir adalah kejahatan kepada orang lain dengan tujuan
ta’zir. Landasan dan penetuan mendidik.
hukumannya didasarkan pada ‘ijma
(konsensus) berkaitan dengan hak Dari ketiga jenis tindak pidana
negara muslim untuk melakukan pembunuhan tersebut diatas, sanksi
kriminalisasi dan menghukum semua hukuman qishash hanya berlaku pada
perbuatan yang tidak pantas, yang pembunuhan jenis pertama, yaitu jenis
menyebabkan kerugian/kerusakan pembunuhan disengaja. Adapun
fisik, sosial, politik, finansial, atau kedua jenis pembunuhan lainnya,
moral bagi individu atau masyarakat sanksi hukumnya berupa diyat. Dalil
secara keseluruhan.12 yang mewajibkan hukuman secara
qishash ini tidak hanya berdasarkan
Pembunuhan adalah suatu aktivitas Al-Quran, tetapi juga berdasarkan
yang dilakukan oleh seseorang Hadist Nabi Muhammad SAW.
dan/atau beberapa orang yang
mengakibatkan seseorang dan/atau Dasar hukum sanksi pembunuhan di
beberapa orang meninggal dunia. dalam Al-Quran, antara lain adalah: 14
Apabila diperhatikan dari sipat
perbuatan seseorang dan/atau a. Surah Al-Baqarah Ayat 178 - 179,
beberapa orang dalam melakukan yang artinya berbunyi : “Wahai
pembunuhan, maka dapat orang-orang yang beriman !
dikelompokkan menjadi : disengaja Diwajibkan atas kamu
(amd), tidak disengaja (khata), dan (melaksanakan) Qishash
semi disengaja (syibhu al-amd).13 berkenaan dengan orang-orang
yang dibunuh. Orang merdeka
a. Pembunuhan Disengaja dengan orang merdeka, hamba
Pembunuhan disengaja (amd) sahaya dengan hamba sahaya,
adalah perbuatan yang dilakukan perempuan dengan perempuan.
oleh seseorang dengan tujuan Tetapi siapa yang memperoleh
untuk membunuh orang lain maaf dari saudaranya, hendaklah
dengan menggunakan alat yang dia mengikutinya dengan baik,
dipandang layak untuk dibunuh. dan membayar diat (tebusan)

12 14
Ibid., hlm 23. Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Per Kata; Dilengkapi
13
Zainuddin Ali. Hukum Pidana Islam. Jakarta : Dengan Asbabun Nuzul & Terjemah, Jakarta:
Sinar Grafika, 2012, hlm 24. Maghfirah Pustaka, 2009, hlm 27.

79
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

kepadanya dengan baik (pula). berturut-turut sebagai taubat


Yang demikian itu adalah kepada Allah. Dan Allah Maha
keringanan dan rahmat dari Mengetahui, Maha Bijaksana.”
Tuhanmu. Siapa yang melampaui d. Surah An-Nisa Ayat 93, yang
batas setelah itu, maka ia akan artinya berbunyi : “Dan siapa
mendapat azab yang sangat yang membunuh seorang yang
pedih.” beriman dengan sengaja, maka
b. Surah Al-Baqarah Ayat 179, yang balasannya ialah neraka
artinya berbunyi : “Dan dalam jahannam, dia kekal didalamnya.
qishash itu ada (jaminan) Allah murka kepadanya, dan
kelangsungan kehidupan bagimu, melaknatnya serta menyediakan
wahai orang-orang yang berakal, azab yang besar baginya.”
agar kamu bertakwa.” e. Surah Al-Maidah Ayat 32, yang
c. Surah An-Nisa Ayat 92, yang artinya berbunyi : “Oleh karena
artinya berbunyi : “Dan bagi itu Kami tetapkan (suatu hukum)
seorang yang beriman, tidak patut bagi Bani Israel, bahwa barang
membunuh seorang yang beriman siapa membunuh seseorang,
(yang lain), kecuali karena bukan karena orang itu
tersalah (tidak sengaja). Siapa membunuh orang lain, atau
yang membunuh seorang yang bukan karena berbuat kerusakan
beriman karena tersalah di bumi, maka seakan-akan dia
(hendaklah) dia memerdekakan telah membunuh semua manusia.
seorang hamba sahaya yang Siapa yang memelihara
beriman serta (membayar) kehidupan seorang manusia,
tebusan yang diserahkan kepada maka seakan-akan dia telah
keluarganya (si terbunuh itu), memelihara kehidupan semua
kecuali jika mereka (keluarga manusia. Sesungguhnya Rasul
terbunuh) membebaskan Kami telah datang kepada
pembayaran. Jika dia (si mereka dengan (membawa)
terbunuh) dari kaum yang keterangan-keterangan yang jelas.
memusuhimu, padahal dia orang Tetapi kemudian banyak di
beriman, maka (hendaklah si antara mereka setelah itu
pembunuh) memerdekakan melampaui batas di bumi.”
hamba sahaya yang beriman. f. Surah An-Maidah Ayat 45, yang
Dan jika dia (si terbunuh) dari artinya berbunyi : “Kami telah
kaum (kafir) yang ada perjanjian menetapkan bagi mereka
(damai) antara mereka dengan didalamnya (Taurat) bahwa
kamu, maka (hendaklah si nyawa (dibalas) dengan nyawa,
pembunuh) membayar tebusan mata dengan matal, hidung
yang diserahkan kepada dengan hidung, telinga dengan
keluarganya (si terbunuh) serta telinga, gigi dengan gigi, dan
memerdekakan hamba sahaya luka-luka (pun) ada qishashnya
yang beriman. Siapa yang tidak (balasan yang sama), maka itu
mendapatkan (hamba sahaya), (menjadi) penebus dosa baginya.
maka hendaklah dia (si Barangsiapa tidak memutuskan
pembunuh) berpuasa dua bulan perkara menurut apa yang

80
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

diturunkan Allah, maka mereka


itulah orang-orang zalim.”
c. Diriwayatkan dari Abu Hurairah
Dasar hukum sanksi pembunuhan di beliau bekata, Rasulullah SAW
dalam Al-Hadist, antara lain adalah :15 bersabda : “Barangsiapa
mendapati keluarganya dibunuh
a. Diriwayatkan dari Abdullah bin maka dia berhak memilih dua
Mas’ud r.a, ia berkata, Rasulullah perkara, antara diyat dan
SAW pernah bersabda: ”Sesuatu qishash.” (HR. Bukhari No 6880)
yang pertama kali diadili di
antara manusia pada hari kiamat Selanjutnya diartikan oleh para ulama
adalah masalah darah (yakni sebagai suatu perbuatan manusia yang
tindak pidana dengan menyebabkan hilangnya nyawa.
menumpahkan darah atau Mazhab Maliki hanya membagi
pembunuhan).” (HR. Bukhari No pembunuhan menjadi dua macam,
6533) yakni pembunuhan secara sengaja dan
pembunuhan tak sengaja. Sedangkan
b. Diriwayatkan dari Anas r.a,
para ulama Hanafiyah, Syafiiyah, dan
bahwasannya saudara perempuan
Hambali membagi pembunuhan
Rubayyi, yaitu Ummu Haritsah,
menjadi tiga macam, yaitu
telah melukai seseorang, lalu
pembunuhan sengaja (qatl al-‘amd),
mereka minta pengadilan kepada
yakni suatu perbuatan penganiayaan
Rasullah SAW, maka Rasullah
terhadap seseorang dengan maksud
bersabda : “Lakukan Qishash!
untuk menghilangkan nyawanya,
Lakukan Qishash!”. Kata Ummu
pembunuhan semi sengaja (qatl syibh
Rubayyi, “ Ya Rasulullah!
al-‘amd), yakni perbuatan
Apakah dia akan di Qishash?
penganiayaan terhadap seseorang
Demi Allah! Dia tidak boleh
tidak dengan maksud untuk
diqishash!. Lalu Nabi bersabda :
membunuhnya, tetapi mengakibatkan
“Subhanallah! Hai Ummu
kematian, dan pembunuhan karena
Rubayy, qishash adalah ketetapan
kesalahan (qatl al-khata’), yakni
Allah.” Kata Ummu Rubayyi,
pembunuhan yang disebabkan salah
“Jangan Demi Allah! Dia tidak
dalam perbuatan, salah dalam maksud
boleh diqishash selamanya.” Kata
dan kelalaian.
Anas : Ummu Rubayyi selalu
mengatakan begitu sehingga Adapun unsur dari pembunuhan
keluarga korban rela menerima sengaja yaitu, korban adalah orang
uang denda. Maka Rasulullah yang hidup, perbuatan si pelaku
SAW bersabda : “Sungguh di mengakibatkan kematian korban, dan
antara hamba-hamba Allah ada ada niat bagi si pelaku untuk
orang yang apabila bersumpah menghilangkan nyawa korban.
pasti dia akan Sedangkan unsur pembunuhan semi
melaksanakannya.” (HR. Bukhari sengaja yaitu, pelaku melakukan
No 2703) perbuatan yang mengakibatkan
kematian, ada maksud penganiayaan
15
Imam Al-Mundziri. Ringkasan Hadis Shahih atau permusuhan (jadi bukan niat
Muslim. Jakarta : Pustaka Amani, 1994, hlm 562

81
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

membunuh) dan ada hubungan sebab qishash termasuk perintah agama


akibat antara perbuatan pelaku yang disyariatkan. Dengan demikian
dengan kematian korban. Selanjutnya, upaya implementasi hukuman qishash
unsur pembunuhan karena kesalahan di Indonesia telah mendapat legitimasi
yaitu, adanya perbuatan yang sangat kuat dari agama.17
menyebabkan kematian, terjadinya
perbuatan itu karena kesalahan, dan 3. Teori Harmonisasi Hukum
adanya sebab akibat antara perbuatan
kesalahan dan kematian korban. Untuk mengukur sejauhmana urgensi
hukuman qishash ini dapat diterapkan
Sanksi bagi pembunuhan sengaja ada di Indonesia dan sejauhmana
beberapa jenis, yaitu hukuman pokok, efektivitas hukuman pidana yang
hukuman pengganti, dan hukuman bersumber dari KUHP, maka salah
tambahan. Hukuman pokok satu cara adalah melihat fakta-fakta
pembunuhan adalah qishash. Bila kejahatan pembunuhan dan data-data
dimaafkan oleh keluarga korban, vonis kasus pembunuhan di
maka hukuman penggantinya adalah Indonesia. Dalam pelaksanaan
diyat. Jika sanksi qishash atau diyat penerapan hukum terhadap pelaku
dimaafkan, maka hukuman tindak pidana mutilasi, dimana
penggantinya adalah ta’zir. Hukuman pengaturannya berdasarkan hukum
tambahan bagi tindak pidana ini positif yang bersumber pada dua
adalah terhalangnya hak atas warisan sistem hukum yang berbeda yaitu
dan wasiat. Sistem Hukum Pidana Nasional yang
bersumber pada Kitab Undang-
Sementara itu, hukuman pokok pada Undang Hukum Pidana (KUHP) dan
pembunuhan semi sengaja adalah Sistem Hukum Pidana Islam yang
diyat dan kaffarat, sedangkan bersumber pada Al-Qur’an dan Al-
hukuman penggantinya adalah puasa Hadist. Sehingga tidak tertutup
dan ta’zir, dan hukuman kemungkinan adanya pertentangan
tambahannya adalah terhalang kaidah-kaidah dan konsep-konsep.
menerima warisan dan wasiat. Maka teori harmonisasi hukum
digunakan untuk menselaraskan atau
Selanjutnya, sanksi pokok
menserasikan perbedaan dan
pembunuhan karena tersalah adalah
pertentangan tersebut.
diyat dan kaffarat. Hukuman
penggantinya adalah puasa dan ta’zir, Harmonisasi merupakan suatu proses
dan hukuman tambahannya adalah menuju harmoni. Hal yang dilakukan
hilangnya hak waris dan hak adalah mengidentifikasi masalah,
mendapat wasiat.16 mendiagnosa bagian-bagian yang
berbenturan yang memerlukan
Adapun dari sumber hukum Al-Quran
harmonisasi, sebab dan akibat dari
dan Al-Hadist tersebut diatas, para
benturan tersebut, pihak-pihak yang
ulama dari berbagai mazhabnya dari
dahulu sampai sekarang telah
melakukan kesepakatan (ijma), bahwa
17
Paisol Burlian. Implementasi Konsep Hukuman
Qishash di Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika, 2015,
16
Topo Santoso. Op.Cit., hlm 36. hlm 38

82
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

terlibat, maksud dan tujuannya, dan seimbang, terintegrasi dan konsisten,


dasar hukum masing – masing.18 serta taat asas. Langkah sistemik
harmonisasi hukum nasional,
Secara teoritis dikenal tiga bertumpu pada paradigma Pancasila
model harmonisasi hukum, dan UUD 1945 yang melahirkan
yaitu tinkering harmonization, following sistem ketatanegaraan dengan dua
harmonization dan leading asas fundamental, asas demokrasi dan
harmonization. asas negara hukum yang diidealkan
mewujudkan sistem hukum nasional
Tinkering harmonization merupakan
dengan tiga komponen, yaitu
harmonisasi hukum melalui
substansi hukum, struktur hukum
optimalisasi penerapan hukum yang
beserta kelembagaannya, dan budaya
ada (existing law) dengan beberapa
hukum. Langkah sistemik tersebut di
penyesuaian, dengan pertimbangan
satu sisi dapat dijabarkan dalam
efisiensi.
harmonisasi peraturan perundang-
Following harmonization, menunjuk undangan dan di sisi lain
pada harmonisasi hukum bidang- diimplementasikan dalam rangka
bidang tertentu yang ditujukan untuk penegakan hukum.
penyesuaian hukum yang ada (existing
Melalui harmonisasi hukum, akan
law) dengan perubahan-perubahan
terbentuk sistem hukum yang
sosial.
mengakomodir tuntutan akan
Leading harmonization, menunjuk pada kepastian hukum dan terwujudnya
penerapan atau penggunaan hukum keadilan. Begitu pula dalam hal
untuk melakukan perubahan- penegakan hukum, harmonisasi
perubahan sosial. 19 hukum akan dapat menghindari
tumpang tindih bagi badan peradilan
Harmonisasi hukum diartikan sebagai yang melakukan kekuasaan
upaya atau proses penyesuaian asas kehakiman, dengan badan-badan
dan sistem hukum, agar terwujud pemerintah yang diberi wewenang
kesederhanaan hukum, kepastian melakukan fungsi peradilan menurut
hukum dan keadilan. Harmonisasi peraturan perundang-undangan.
hukum sebagai suatu proses dalam
pembentukan peraturan perundang- Setelah memahami teori atau konsep
undangan, mengatasi hal-hal yang harmonisasi hukum, maka dapat
bertentangan dan kejanggalan di dikemukakan proses atau langkah-
antara norma-norma hukum di dalam langkah harmonisasi hukum pidana
peraturan perundang-undangan, islam dan hukum pidana nasional,
sehingga terbentuk peraturan sebagai berikut:
perundang – undangan nasional yang
1. Memahami karakteristik hukum
harmonis, dalam arti selaras, serasi,
yang ingin diharmonisasikan;
Ada dua sistem hukum yang
18
Martin Boodman. The Myth of Harmonization of berbeda, yaitu Hukum Islam dan
Laws. The American Journal of Comparative Law, Hukum Pidana Indonesia. Pada
Vol. 39, No. 4 (Autumn, 1991), hlm 700
19
https://kgsc.wordpress.com/harmonization-of- tahap ini kedua sistem hukum
law/

83
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

tersebut harus dipelajari dan hukum positif dalam penerapan


karakteristiknya, antara lain dasar dan penegakan hukum atas sanksi
filosofisnya, aspek yuridis dan yang diberikan terhadap pelaku tindak
aspek sosiologisnya serta pidana pembunuhan khususnya
tujuannya. mutilasi.
2. Menemukan prinsip-prinsip
hukum dari sistem hukum atau
PENUTUP
ketentuan hukum yang berbeda;
Masing-masing sistem hukum Hukum nasional Indonesia adalah hukum
tersebut memiliki prinsip-prinsip yang dibangun oleh warga negara
hukum tersendiri yang mungkin Republik Indonesia sebagai pengganti
saja memiiki perbedaan atau hukum kolonial. Adapun dari segi KUHP,
pertentangan, dan persamaan. dalam konteks kejahatan terhadap nyawa
Semua prinsip-prinsip hukum manusia, persamaan hukuman qishash
digali dan dijabarkan dengan dengan pidana mati adalah bahwa
jelas, dan diperbandingkan satu hukuman qishash tercakup juga
dengan lainnya. didalamnya pidana mati, seperti dalam
3. Menemukan titik taut objektif kasus pembunuhan disengaja yang tidak
antara hukum yang ingin dimaafkan oleh keluarga korban. Saat ini
diharmonisasikan; banyak orang beranggapan bahwa
Hasil dari perbandingan prinsip- hukuman qishash lebih identik sebagai
prinsip hukum akan memberikan hukuman mati, padahal hukuman qishash
deskripsi tentang prinsip-prinsip mati hanya berlaku pada satu poin saja,
yang bertentangan dan prinsip- yaitu: “pembunuhan disengaja yang tidak
prinsip yang memiliki persamaan. dimaafkan oleh keluarga korban”,
Disinilah, akan dilihat titik taut selebihnya dalam kasus pembunuhan
objektif dari kedua sistem hukum lainnya, hukumannya adalah diyat.
yang berbeda terrebut, yang dapat
menjadi pintu masuk dalam Dengan demikan dapat disimpulkan
melakukan harmonisasi hukum. bahwa hukuman bagi pembunuh
khususnya mutilasi di Indonesia masih
4. Menentukan metode harmonisasi
belum efektif. Sebagai relevansi masalah
hukum.
ini, Islam menawarkan konsep penting
Langkah terakhir adalah
tentang masalah kejahatan terhadap nyawa
menetapkan metode harmonisasi
manusia, dengan menyebutkan bahwa
hukum apa yang akan digunakan,
tindak pidana pembunuhan (al-qatl) disebut
apakah terbatas pada prinsip-
dengan istilah kejahatan terhadap jiwa
prinsip hukum utama saja,
manusia (al-jinayah ‘ala al-insaniyyah)
memilih hal-hal tertentu yang
dengan konsep Hukum Pidana Islam (Fiqh
dianggap penting
Jinayah).
diharmonisasikan (parsial), atau
diadopsi secara keseluruhan.

Keempat cara inilah yang akan


digunakan sebagai instrument untuk
mengharmonisasikan hukum islam

84
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016
Mutilasi Dalam Perspektif Hukum Pidana (Islam)

O.S. Hiariej, Eddy. Asas Legalitas dan


DAFTAR PUSTAKA Penemuan Hukum. Jakarta: Erlangga,
2009.
Aksan, Hermawan. Jejak Pembunuh Santoso, Topo. Membumikan Hukum
Berantai. Jakarta: Grafidia, 2008. Pidana Islam: Penegakan Syariat dalam
Wacana dan Agenda. Jakarta: Gema
Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam.
Insani Press, 2003
Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Santoso, Topo dan Eva Achjani Zulfa.
Al-Mundziri, Imam. Ringkasan Hadis
Kriminologi. Jakarta: Rajawali Pers,
Shahih Muslim. Jakarta : Pustaka
2014.
Amani, 1994.
Soesilo, R. Kitab Undang-Undang Hukum
Asshiddiqie, Jimly dan Muchamad Ali
Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Syafa’at. Teori Hans Kelsen Tentang
Komentarnya Lengkap Pasal Demi
Hukum. Jakarta: Konstitusi Press.
Pasal. Bogor: Politeia, 1991.
2006.
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Boodman, Martin. The Myth of
Indonesia Tahun 1945
Harmonization of Laws. The American
Journal of Comparative Law, Vol. https://kgsc.files.wordpress.com
39, No. 4, Autumn, 1991.
Burlian, Paisol. Implementasi Konsep
Hukuman Qishash di Indonesia.
Jakarta : Sinar Grafika, 2015.
Dictionary. Oxford Learner’s Pocket
Dictionary. New York: Oxford
University Press, 2004.
Hariyanto, Eko. Memahami Pembunuhan.
Jakarta: Kompas Media Nusantara,
2014.
Hatta, Ahmad. Tafsir Qur’an Per Kata;
Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul &
Terjemah. Jakarta: Maghfirah
Pustaka, 2009.
Imran, Mohammad Fadil. Mutilasi Dalam
Perspektif Kriminologi: Tinjauan
Teoritis Lima Kasus mutilasi di Jakarta.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2015.
Marpaung, Leden. Tindak Pidana Terhadap
Nyawa dan Tubuh. Jakarta: Sinar
Grafika, 2005.

85
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara – Fakultas Hukum Universitas Suryadarma | Volume 6 No.2, Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai