Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH BAKAR TONGKANG

Ritual Bakar Tongkang atau Go Cak La merupakan kenangan terhadap leluhur yang
menemukan Bagansiapiapi. Sebagai wujud syukur pada bulan kelima tanggal enambelas
pasca imlek, Go Cak La digelar setiap tahun. Artinya, disaat itulah pertama sekali 18 orang
marga Ang yang berangkat dari Provinsi Fujian – China (Tionghoa) menginjakkan kaki di
daratan Bagansiapiapi.

Bermula dari tuntutan hidup yang lebih baik, sekelompok orang Tionghoa merantau
menyeberangi lautan dengan menggunakan kapal kayu yang sangat sederhana. Awalnya ada
3 kapal tongkang dalam ekspedisi, namun hanya 1 kapal yang berhasil mencapai pulau
Sumatera. Setelah berapa lama berlayar dilautan, ke-18 orang marga Ang, berdoa ke dewa
Kie Ong Ya yang saat itu ada di kapal, agar diberi petunjuk arah daratan. Tak berapa lama
dikeheningan malam, tiba-tiba rombongan melihat adanya cahaya yang samar-samar.

Dengan pemikiran dimana ada api disitu ada daratan dan kehidupan, rombongan mengikuti
arah cahaya, dan pada akhirnya tibalah mereka di daratan Selat Malaka. Semua rombongan
bermarga Ang itu antara lain: Ang Nie Kie, Ang Nie Hiok, Ang Se Guan, Ang Se Pun, Ang
Se Teng, Ang Se Shia, Ang Se Puan, Ang Se Tiau, Ang Se Po, Ang Se Nie Tjai, Ang Se Nie
Tjua, Ang Un Guan, Ang Cie Tjua, Ang Bung Ping, Ang Un Siong, Ang Sie In, Ang Se Jian,
Ang Tjie Tui.

Cahaya terang yang mereka lihat itu adalah kunang-kunang diatas bagan (tempat
penampungan ikan di pelabuhan), sehingga para perantau itu menamakan daratan itu
Baganapi, yang merupakan asal-usul nama Bagansiapiapi. Ke-18 orang perantau asal
Tionghoa yang keseluruhannya bermarga Ang itulah yang dianggap sebagai leluhur orang
Tionghoa Bagansiapiapi yang saat ini menjadi Ibukota Kabupaten Rokan Hilir, Prov Riau.

Para marga Ang yang menemukan daerah tempat tinggal lebih baik itu, mengajak sanak-
keluarganya dari negeri Tirai Bambu – China. Keahlian menangkap ikan yang mereka miliki,
mendorong penangkapan hasil laut terus berlimpah. Bahkan hasil laut itu di ekspor ke
berbagai negara di penjuru dunia, hingga menjadikan Bagansiapiapi menjadi penghasil ikan
laut terbesar nomor 2 di dunia setelah Norwegia.

Sebagai wujud terimakasih kepada dewa laut Kie Ong Ya, sekaligus mengenang para leluhur
yang menemukan Bagansiapiapi, para perantau memutuskan untuk membakar tongkang yang
1
mereka tumpangi, sebagai sesajen kepada dewa laut. Setiap tahun diadakan Ritual Bakar
Tongkang atau Go Cak La. Go berarti bulan kelima dan Cap Lak berarti tanggal enambelas,
perayaan Go Cap Lak jatuh pada tanggal 16 bulan kelima setiap tahunnya pasca imlek.

Tradisi bakar tongkang di yakini sudah digelar sejak tahun 1826, namun pada masa
pemerintahan orde baru, perayaan Go Cak La sempat vakum selama puluhan tahun. Baru
tahun 2000 perayaan kembali digelar. Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir menjadikannya
ajang tahunan sebagai sarana pariwisata.

Saat ini, perayaan Ritual Bakar Tongkang atau Go Cak La sudah masuk kalender Visit
Indonesia setiap tahunnya. Festival bakar tongkang selalu digelar secara meriah dan totalitas.
Replika kapal berukuran panjang 8,5 meter dan lebar 1,7 meter dengan berat mencapai 400
kg, disimpan selama satu malam di Kuil Eng Hok King, kemudian dibawa dalam prosesi
melalui kota ke situs di mana akan dibakar.

Detik-detik yang selalu dinantikan adalah saat pembakaran replika tongkang, jatuh kemana
arah tiang utama. Warga percaya jika arah tiang akan menentukan nasib mereka pada tahun
mendatang.

Jika tiang replika tongkang yang dibakar jatuh kelaut, mereka percaya keberuntungan
sebagian besar akan datang dari laut. Dan sebaliknya,, jika tiang utama jatuh le daratan, maka
keberuntungan pada tahun itu sebagian besar akan datang dari darat. Prosesi vestifal bakar
tongkang juga melibatkan atraksi Tan Ki. Dimana sejumlah orang menunjukkan kemampuan
fisik dengan menusuk dirinya pakai pisau atau tombak yang tajam, namun senjata tajam
tersebut tidak akan melukainya.

Festival Bakar Tongkang tahun ini akan berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 17-19
Juni 2019. Event tahunan yang sarat akan budaya China ini, sangat berpotensi menarik
wisman asal Tiongkok maupun warga keturunan yang sudah bermukim di Indonesia. Dari
tahun ke tahun, festival ini selalu meriah dan mendapat sambutan luar biasa dari warga
setempat maupun pendatang. Seperti wisatawan Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan,
sampai ke China daratan.

Momen festival bakar tongkang memberikan dampak positif terhadap masyarakat


Bagansiapiapi, terutama pada pertumbuhan ekonomi. Tahun lalu panitia mencatat jumlah
pengunjung Festival Bakar Tongkang hingga 69 ribu orang. Dari jumlah tersebut, 40 ribu
merupakan wisatawan nusantara sisanya yakni 29 ribu orang adalah wisatawan mancanegara.
Data tersebut dihitung berdasarkan jumlah hunian kamar hotel dan jalur pintu masuk
transportasi, dan perayaan bakar tongkang tahun 2019 ini, diharapkan akan dapat menarik
wisatawan sebanyak 70 ribu pengunjung, kata Suyatno Bupati Rokan Hilir Prov Riau.

Bupati mengajak seluruh panitia untuk lebih berperan aktif sesuai dengan tugas pokoknya
masing-masing, termasuk masalah keamanan, karena puluhan ribu orang datang ke Kota
Bagansiapiapi.

Faktor keamanan sangat diperhitungkan sekali dan sangat penting, karena ada beberapa
kegiatan menjelang Festival Bakar Tongkang yang sudah disusun, seperti pawai Fashion
Karnaval, Bagan Heritage, Pentas Seni hingga peninjauan ke Pulau Jemur, ujar Bupati.

2
3

Anda mungkin juga menyukai