SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program
Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Keluarga Islam Pada Fakultas Syariah
Oleh:
RAHMI SARI RAMBE
NIM: 101180049
DOSEN PEMBIMBING
H. HERMANTO HARUN, Lc, M.HI, Ph.D.
MUSTIAH RH, S.Ag, M.Sy.
NIM 101180049
Fakultas : Syariah
Yang menyatakan,
i
Pembimbing I : H. Hermanto Harun, Lc, M.HI, Ph.D
Pembimbing II : Mustiah RH, S.Ag, M.Sy
Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi, Jl. Jambi-Muara Bulian KM.
Simp. Sei Duren, Kab. Muaro Jambi, 31346. Tlp. (0741)
582021.
Kepada Yth.
Bapak Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Di -
JAMBI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Assalamu‟alaikum Wr.Wb
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudari Rahmi
Sari Rambe, NIM 101180049 yang berjudul “Mangupa Haroroan Boru Masyarakat
Batak Angkola Ditinjau Dari Hukum Islam”telah disetujui dan dapat diajukan untuk
dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana strata S.1
dalam Ilmu Hukum Keluarga Islam pada Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih, semoga bermanfaat bagi kepentingan
Agama, Nusa dan Bangsa.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Pembimbing I Pembimbing II
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
iii
MOTTO
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Ali-
Imran (3): 110).
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
Ridho-Nya dan di dalam lindungan dan selalu diberi kekuatan serta kesehatan,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Mangupa Haroroan Boru
Pernikahan Masyarakat Batak Angkola Ditinjau dari Hukum Islam”. Kemudian tidak
lupa pula shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis akui, tidak sedikit hambatan dan rintangan yang
penulis temui baik dalam mengumpulkan data maupun dalam penyusunannya, tanpa
ada bantuan dari para pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh
dosen pembimbing, maka skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang
turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Su‟aidi Asy‟ri, MA. Ph.D. sebagai Rektor Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag, MH. sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Agus Salim, M.A.,M.I.R.,Ph.D. sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik.
Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, MH. sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan. Bapak Dr. H. Ishaq SH. M.
Hum. sebagai Wakil Dekan Bidang Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.Ibu
Mustiah RH, S.Ag, M.Sy. dan Bapak Irsadunas Noveri, S.H,.M.H. sebagai Ketua
dan Sekretaris Prodi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak H. Hermanto Harun, Lc, M.HI, Ph.D. sebagai Pembimbing I dan Ibu
Mustiah RH, S.Ag, M.Sy sebagai Pembimbing II skripsi ini.
vi
5. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati Fakultas
Syariah dan perpustakaan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
6. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga apa yang kita
lakukan menjadi nilai positif dan amalan di masa yang akan datang untuk melakukan
perubahan yang lebih baik untuk bangsa dan negara dengan mengharap ridho Allah
Swt. Amin.
Peneliti,
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
ب Ba B Be
ت Ta T Te
ج Jim J Je
د Dal D De
ر Ra R Er
س Sin S Es
غ Gain G Ge
viii
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Ki
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wau W We
ﮬ Ha H Ha
ء Hamzah „ Apostrof
ي Ya Y Ye
ix
DAFTAR ISI
x
B. Tradisi Mangupa Haroroan Boru Pernikahan Masyarakat
Batak Angkola ......................................................................................................... 24
C. Konsep Kaidah Al-„Adatu Muhakkamah ......................................................... 41
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ......................................... 45
A. Proses Penyajian Mangupa Haroroan Boru Pernikahan Batak Angkola ......... 45
B. Pandangan Hukum Islam Terhadap Tradisi Mangupa Haroroan Boru
Pernikahan Batak Angkola ...................................................................................... 53
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 62
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 62
B. Saran-Saran ...................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 64
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
x
i
DAFTAR ISTILAH
Adaboru : Perempuan
Hambeng : Kambing
Horbo : Kerbau
Huta : Kampung/Desa
Mangupa : Ungkapan doa dan nasehat dari para orang tua atau sesepuh
Martahi : Musyawarah/mufakat
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan mempunyai ciri dan kebudayaan yang tentunya berbeda dengan sub suku batak
lainnya.1
Kebudayaan memiliki dua unsur yaitu wujud dan isi, wujud kebudayaan
meliputi, (a) sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan dan sebagainya, (b) sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat, (c) organisasi sosial, (d) sistem peralatan hidup dan
teknologi, (e) sistem mata pencaharian hidup, (f) sistem religi dan (g) kesenian. 2
Masyarakat Batak Angkola mempunyai tatanan adat yang tidak jauh berbeda
dengan adat dan budaya etnis lainnya. Hubungan dalam adat berpengaruh terhadap
interaksi sosial pada masyarakat adat tersebut. Masyarakat atau komunitas adat
mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap adat istiadat, karena kebudayaan secara
1
Akhiril Pane. Tradisi Mangupa Pada Masyarakat Angkola (Suatu Kajian Antropologi
Linguistik). Disertasi Fakultas Ilmu Budaya USU, 2018, h, 1.
2
Ibid.
1
2
turun temurun telah tertata dalam suatu kehidupan masyarakat, begitu pula dengan
mendarah daging. Tujuan pernikahan bagi masyarakat Batak Angkola adalah (a)
mendapatkan laki-laki sebagai ahli waris, (c) menjalin hubungan kekeluargaan, (d)
menambah kerabat, (e) mendapat kebahagiaan, (f) melaksanakan ajaran agama, dan (g)
Pernikahan dalam hukum Islam adalah sesuatu yang sakral dan merupakan
suatu ibadah kepada Allah Swt karena mengikuti Sunnah Rasulullah Saw. Pernikahan
menjadi suatu ibadah apabila dilaksanakan dengan keikhlasan, tanggung jawab, serta
undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Bab 1 Pasal 1, yaitu suatu ikatan lahir bathin
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.5
3
Ibid.
4
Diana Riski Sapitri Siregar. Upacara Margondang dan Tortor Batak Angkola Ditinjau Dari
Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021, h, 2.
5
Wahyu Wibisana, Pernikahan Dalam Islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam. Ta‟lim Vol. 14
No. 2, 2016, h, 185.
3
sebagai bukti akan ayat-ayat Allah yang akan membangkitkan umat manusia dengan
dipertemukan jodohnya satu sama lain. Wahbah Al-Zuhaili menyebut Allah Swt pasti
akan menciptakan kesalingan dalam cinta antara laki-laki dan perempuan, agar tercipta
ketenangan di antara keduanya, tidak lain demikian sebagai tanda kekuasaan Allah
yang sah serta mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat.7
sepasang pengantin untuk membina rumah tangganya. Menurut konsep Batak Angkola
6
QS. Ar-Ruum (30): 21.
7
Lufaefi. Tafsir QS. Ar-Rum Ayat 21: Jangan Khawatir, Allah Pasti Pertemukan Jodohmu
Keniscayaan jodoh dalam Al-Qur'an. 07 April 2021. https://akurat.co/tafsir-qs-ar-rum-ayat-21-jangan-
4
khawatir-allah-pasti-pertemukan-jodohmu.
4
di dalam Mangupa juga para kerabat menyampaikan doa dan harapan untuk
pengantin.8
Batak Angkola yang bertujuan untuk mengembalikan Tondi (semangat) ke dalam diri
dengan tujuan untuk menguatkan, meneguhkan dan memberi semangat kepada anak
atau Boru yang akan menikah. Mangupa dimaknai sebagai ritual yang dilaksanakan
oleh orang yang mempunyai hajat dengan mendoakan orang yang di upa-upa agar
Dalam pelaksanaan Mangupa, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan seperti
pakaian adat, Ulos, Burangir, Bulu, Anduri, Payung Rarangon Tombak Padang, dan
Sira. Waktu dan tempat pelaksanaan Mangupa Haroroan Boru dilaksanakan sebelum
tengah hari di rumah atau tempat pelaksanaan acara pernikahan. Upacara Haroroan
Boru dipimpin oleh Raja Panusunan Bulung yang bertindak sebagai pemimpin yang
merangkum semua hata pangupa dan membacakan surat Tembaga Holing yaitu ayat-
ayat atau kalimat-kalimat yang berisi tentang kebenaran, kebaikan, dan estetika.10
tampi dan dialasi oleh bagian ujung daun pisang sebanyak tiga helai yang mana jenis
8
Diana Riski Sapitri Siregar. Upacara Margondang dan Tortor Batak Angkola Ditinjau Dari
Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021, h, 3.
9
Ibid.
10
Musa Arifin. Mangupa Ditinjau Dari Perspektif Hukum Islam, Jurnal Wl-Qanuny, Vol. 4
Nomor 1, 2018, h, 52.
5
pernikahan. Makanan yang diolah dari hewan yang disajikan dalam perangkat tersebut
jahiliyah sehingga sering sekali disebut sebagai Bid‟ah (sesuatu yang mengada-ada)
bahkan sebagian orang menegaskan bahwa tradisi ini berasal dari agama hindu, karena
orang-orang penganut agama hindulah yang pertama sekali melaksanakan tradisi ini.12
Atas dasar itulah, peneliti bermaksud untuk mengkaji tradisi Mangupa ini lebih
dalam lagi dari perspektif hukum Islam, dengan demikian peneliti mengangkat judul
penelitian ini sesuai dengan masalahnya yaitu “Tradisi Mangupa Haroroan Boru
B. Rumusan Masalah
11
Ibid.
12
Wawancara dengan Bapak Sultan Kasahatan, selaku tokoh adat Tapanuli Selatan. 12
November 2021.
6
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kerangka Teori
Secara bahasa Al-„adah berarti perbuatan atau ucapan serta lainnya yang
Secara istilah, „Adah adalah sebuah kecenderungan pada suatu obyek tertentu,
permasalahan yang tidak ditemukan ketentuannya secara jelas dan tidak ada
pertentangan dengan suatu aturan hukum yang bersifat khusus atau meskipun terdapat
pertentangan dengan suatu aturan hukum yang bersifat umum. 14 Kata „Adah memiliki
persamaan dengan „Urf. „Urf adalah sesuatu yang telah dikenal oleh masyarakat dan
perbuatan.15
menghindari dari segala macam kerusakan, baik di dunia maupun di akhirat. Semua
kasus hukum yang disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur‟an dan Sunnah maupun
13
Susi Susanti, Implementasi Kaidah Al‟Adatu Muhakkamah Pada Tradisi Marosok Dalam
Akad Jual Beli Di Pasar Ternaj Nagari Palangki Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Provinsi
Sumatera Barat, Skripsi UIN Suska Riau, 2020, h, 36.
14
Ibid.
15
Ibid, h, 39.
8
hukum Islam yang dihasilkan melalui proses ijtihad harus berdasarkan pada tujuan
dilakukan melalui berbagai macam metode ijtihad dan menjadikannya sebagai alat
untuk menetapkan hukum yang kasusnya tidak dilakukan secara eksplisit dalam Al-
Boru merupakan suatu perbuatan yang tidak diajarkan agama Islam, karena tidak ada
pada zaman Rasul, sementara itu Mangupa pada hakikatnya adalah bentuk syukuran
yang diadakan oleh pihak keluarga mempelai pengantin atas pernikahan anaknya.
Mangupa adalah rangkaian upacara adat pernikahan masyarakat Batak Angkola yang
untuk menguatkan, meneguhkan, dan memberi semangat dan ucapan syukur atas
pernikahan.
F. Tinjauan Pustaka
landasan berfikir untuk mendapat konsep yang tepat dan benar dalam menyusun
skripsi.
16
Ali Mutakin. Teori Maqashid Al Syariah dan HUbungannya dengan Metode Istinbath
Hukum. Kanun Jurnal Hukum. Vol. 19. No. 3. Agustus 2017, h. 555.
9
Skripsi yang berjudul upacara Margondang dan Tortor Batak Angkola ditinjau
dari perspektif pendidikan Islam yang ditulis oleh Diana Riski Sapitri Siregar. Skripsi
Dalam jurnal yang berjudul Mangupa ditinjau dari perspektif hukum Islam
yang ditulis oleh Musa Arifin, jurnal ini membahas tentang pelaksanaan Mangupa
Dalam jurnal yang berjudul hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia
yang ditulis oleh Eva Iryani, membahas tentang pengertian hukum Islam, tujuan hukum
1. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih dalam membahas tentang Mangupa
17
Diana Riski Sapitri Siregar. Upacara Margondang dan Tortor Batak Angkola Ditinjau
Dari Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021.
18
Musa Arifin. Mangupa Ditinjau Dari Perspektif Hukum Islam, Jurnal Wl-Qanuny, Vol. 4
Nomor 1, 2018.
19
Eva Iryani, Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, Vol.17 No.2 Tahun 2017.
10
2. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti membahas pandangan hukum Islam tentang
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang peneliti lakukan, peneliti tertarik dan
METODOLOGI PENELITIAN
Sumatera Utara dengan suku masyarakat di lokasi ini adalah suku Batak Angkola.
Waktu penelitian dilaksanakan selama 6 bulan mulai dari bulan Mei sampai
B. Jenis Penelitian
tertentu, keinginan untuk mencari sesuatu tersebut secara teliti, muncul karena adanya
Research berasal dari kata Perancis reserchier atau recheche yang merupakan
penggabungan dari “re” dan “cerchier” atau “searcher” yang berarti mencari atau
menemukan atau to travel through or survey. Term ini mulai digunakan sejak 1577,
1
Diana Riski Sapitri Siregar. Upacara Margondang dan Tortor Batak Angkola Ditinjau Dari
Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021, h, 35.
11
12
mengenai sifat atau proposisi tentang hubungan yang di duga terdapat di antara
adalah kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis, objektif, dan logis, dengan
fenomena, kejadian, maupun fakta yang diteliti untuk dapat menjawab pertanyaan atau
kejadian maupun peristiwa dalam kehidupan manusia dengan terlibat langsung atau
tidak langsung dalam setting yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh. Peneliti bukan
mengumpulkan data sekali jadi atau sekaligus dan kemudian mengolahnya, melainkan
tahap demi tahap dan makna disimpulkan selama proses berlangsung dari awal sampai
terjadi dalam masyarakat, mengkaji hubungan agama dengan kondisi ekonomi dan
doktrin dan fenomenaa-fenomena keagamaan ternyata tidak berdiri sendiri dan tidak
pernah terlepas dari jaringan institusi atau kelembagaan sosial kemasyarakatan yang
2
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Kencana), 2019, h, 26.
3
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Kencana), 2019, h, 26.
4
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Kencana), 2019, h, 328.
13
fenomenaa-fenomenaa keagamaan.5
antropologi bermula dan diawali dari kerja lapangan (field work), berhubungan dengan
orang, masyarakat, kelompok setempat yang diamati dan diobservasi dalam jangka
waktu yang lama dan mendalam. Inilah yang biasa disebut dengan thick description
lain Living in, yaitu hidup bersama masyarakat yang diteliti, mengikuti ritme dan pola
hidup sehari-hari mereka dalam waktu yang cukup lama. Selain corak deskriptif,
terdapat cara disiplin ilmu antropologi dalam mengkaji suatu masalah yang kedua
tahunan, terlebih pada saat aktifitas sehari-hari. Tidak hanya sampai disitu, corak
deskriptif juga mengkaji amalan-amalan yang dilakukan untuk dalam peristiwa penting
berusaha mengkaji hubungan agama dengan pranata sosial yang terjadi dalam
5
Yodi Fitradi Potabuga. PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM STUDI ISLAM. JURNAL
TRANSFORMATIF. Vol. 4, No. 1 April 2020
6
Yodi Fitradi Potabuga, Ibid.
14
hubungan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Corak ataupun cara pendekatan
observasi dengan menggunakan jangka waktu yang lebih lama. Kedua, praktik konkrit
dan nyata di lapangan, secara lebih spesifik cara ini dibutuhkan keterlibatkan secara
langsung peneliti. Ketiga, komparatif yang artinya studi dan pendekatan antropologi
Sehingga melalui beberapa cara diatas pendekatan antropologi dapat diketahui bahwa
1. Observasi
Observasi adalah salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui
atau menyelidiki tingkah laku nonverbal. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
kegiatan participant observer yaitu suatu bentuk observasi dimana pengamat secara
teratur berpartisipasi dan terlibat dalam kegiatan yang diamati. 8 Kegiatan observasi
7
Yodi Fitradi Potabuga, Ibid.
8
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Kencana), 2019, h, 328.
15
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Peneliti juga akan mengamati langsung
proses mangupa haroroan boru melalui video dari youtube atau media sosial lainnya.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah fakta yang bersumber dari catatan peristiwa atau karya-
karya yang sudah berlalu. Dokumentasi pada penelitian ini adalah buku, jurnak, skripsi,
tesisi, artikel, ensiklopedia, hasil seminar tentang Mangupa Haroroan Boru dan
3. Wawancara
adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara dengan sumber
Tabel 2. 1
9
. Muri Yusuf, Ibid, h, 372.
16
sekunder, dan observasi adalah data tambahan dan pelengkap. Data primer adalah data
pokok yang diperlukan dalam penelitian, yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya ataupun dari lokasi objek penelitian, atau keseluruhan data hasil penelitian
yang diperoleh di lapangan. Adapun data sekunder adalah data atau sejumlah
keterangan yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber perantara.10
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik triangulasi, yaitu
data tersebut. Teknik analisis data ini berdasarkan teori Miles dan Huberman yang lebih
dikenal dengan model alir yang terdiri dari tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah menganalisis semua data yang diperoleh dari berbagai
sumber, setelah data tersebut dipahami, dipelajari dan diamati maka yang harus
dilakukan adalah melakukan reduksi data yaitu memfokuskan, menyeleksi data mentah
10
Sayuti Una. Pedoman Penulisan Skripsi. (Jambi: Syariah Press dan Fakultas Syariah IAIN
STS Jambi, 2012) h, 36
11
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, (Jakarta: 2019), h, 53.
12
Ibid.
17
2. Penyajian Data
3. Penarikan Kesimpulan
Data yang diperoleh dari berbagai sumber baik itu pengamatan, wawancara dan
dokumentasi dan telah direduksi, telah difokuskan maka langkah selanjutnya adalah
pertanyaan penelitian terkait dengan tradisi mangupa haroroan boru masyarakat batak
Dalam penelitian ini, analisis data berlangsung dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mencari bahan terkait topik penelitian dengan dokumentasi yaitu buku, jurnal,
5. Hasil analisis tersebut dibahas dan disimpulkan sehingga menjadi sebuah informasi
E. Sistematika Penulisan
13
Ibid.
18
Penyusunan skripsi ini terbagi kepada lima bab yang mana setiap bab terdiri
dari sub-sub bab. Masing-masing membahas permasalahan tertentu tetapi terikat antara
BAB I : Pendahuluan
BAB V : Penutupan
19
dan saran-saran.
BAB III
GAMBARAN UMUM
Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah suku batak yang bermukim dan
berasal dari Sumatera Utara. Macam-macam etnis dalam suku batak adalah Batak
Angkola, Batak Toba, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Pakpak, dan Batak
Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Utara
di sebelah utara, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara dan
Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 14 kecamatan, 38 kelurahan, dan 212 desa.2
Tabel 3. 1
Jumlah Penduduk dan Mata Pencarian
dan Nelayan.
1
Maria Serlitaria Nainggolan, Makna Tari Tortor Sebagai Identitas Orang Batak di Kota Balik
Papan, Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 5, Nomor 1, 2017, h, 157.
2
Ida Marohan Nasution, Tortor Manilpokkon Hasaya Dalam Upacara Adat Horja Godang di
Kabupaten Tapanuli Selatan Terhadap Bentuk Penyajian, Jurnal Pendidikan Seni Tari, 2015, h, 4.
20
21
Batak Angkola terbagi lagi menjadi beberapa wilayah yang lebih kecil yaitu:
(Sibolga).
Kecamatan Saipar Dolok Hole, Kecamatan Arse dan Kecamatan Aek Billah.3
Kabupaten Padang Lawas Utara yaitu Kecamatan Padang Bolak, Kecamatan Padang
3
Ida Marohan Nasution, Tortor Manilpokkon Hasaya Dalam Upacara Adat Horja Godang di
Kabupaten Tapanuli Selatan Terhadap Bentuk Penyajian, Jurnal Pendidikan Seni Tari, 2015, h, 4.
22
Utara memiliki adat budaya yang telah dikembangkan sejak dahulu sampai sekarang,
dan adat budaya ini turun temurun. Banyak sekali sistem sosial yang mengatur
semarga, kerabat dekat, dan lainnya, salah satu sistem sosial itu disebut Dalihan Na
Tolu. Selain sistem sosial, bahasa serta pakaian adat sub suku Batak Angkola berbeda
juga dengan sub suku Batak lainnya yang terdapat di Sumatera Utara. 5
Setiap masyarakat dari berbagai daerah pada sub suku batak secara khususnya
memiliki pola kehidupan yang berbeda-beda dan tempat tinggal yang berada di
berbagai daerah serta memiliki struktur geografis yang berbeda-beda juga dengan sub
suku lainnya. Sehingga terciptalah disetiap masyarakatnya aturan dan pola hidup yang
berbeda dengan kelompok sub suku lainnya. Akan tetapi dibalik perbedaan itu ada juga
beberapa kesamaan, hal inilah yang menjadi sebuah kekayaan di dalam suku batak
tersebut serta perbedaan itu jugalah yang menjadi pembanding setiap sub suku
tersebut.6
4
Ida Marohan Nasution, Tortor Manilpokkon Hasaya Dalam Upacara Adat Horja Godang di
Kabupaten Tapanuli Selatan Terhadap Bentuk Penyajian, Jurnal Pendidikan Seni Tari, 2015, h, 4.
5
Ida Marohan Nasution, Tortor Manilpokkon Hasaya Dalam Upacara Adat Horja Godang di
Kabupaten Tapanuli Selatan Terhadap Bentuk Penyajian, Jurnal Pendidikan Seni Tari, 2015, h, 4.
6
Mailin, dkk, Makna Simbolik Mangupa Dalam Upacara Adat Pernikahan Suku Batak
Angkola Di Kabupaten Padang Lawas, Jurnal At-Balagh, Volume. 2, Nomor 1 Januari 2018, h, 86.
23
Bagi kehidupan etnis Batak Angkola secara fungsional ditata dengan sistem
kekerabatan Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu adalah filosofis atau wawasan sosio
kultural yang menyangkut masyarakat dan budaya batak. Orang batak menganut sistem
kekerabatan patrilineal, yaitu posisi laki-laki lebih diutamakan dari pada perempuan
dalam tatanan sosialnya. Sehingga kekerabatan yang ada dalam Dalihan Na Tolu
modal sosial yang menyemangati etnis Batak Angkola untuk berinteraksi dalam
pelaksanaan adat. Dalihan Na Tolu erat kaitannya dengan system kekerabatan, nilai
sosial dan nilai agama. Agama yang dianut oleh etnis Batak Angkola adalah mayoritas
Dari sisi adat, kehidupan masyarakat Batak Angkola ditata oleh sistem Dalihan
Na Tolu yaitu pertautan tiga unsur kekerabatan: Kahanggi (teman semarga), Anak Boru
(kelompok pengambil istri), dan Mora (pihak pemberi istri). Dalihan Na Tolu
dianalogikan dengan tiga tungku, yang biasanya batu dipakai untuk menyangga periuk
atau kuali ketika memasak, dan jarak antara ketiga batu tersebut sama, sehingga
ketiganya dapat menyangga secara kokos alat memasak diatasnya. Karena itu Dalihan
peran, kewajiban dan hak dari ketiga unsur tersebut disetiap aktivitas.8
7
Desniati Harahap, Implikasi Sistem Kekerabatan Dalihan Na Tolu, Riset, Vol. XII, No. 1,
Januari 2016, h, 122.
8
Desniati Harahap, Implikasi Sistem Kekerabatan Dalihan Na Tolu, Riset, Vol. XII, No. 1,
Januari 2016, h, 123.
24
Ada dua nilai yang dijunjung tinggi oleh orang Batak Angkola, satu sisi ia tetap
memegang adat istiadat, namun di sisi lain mematuhi ajaran-ajaran syariat Islam.
Kehidupan sosial masyarakat Batak Angkola di Tapanuli Selatan sudah ditata dengan
struktur system kekerabatan Dalihan Na Tolu dan ajaran agama Islam. Setiap kegiatan
acara adat yang paling banyak dipengaruhi adat adalah acara-acara yang berhubungan
dengan pernikahan. Sementara pada upacara kelahiran, kematian, dan musibah warna
Islam lebih dominan karena intensitas nilai-nilai adat dan Islam yang diperlakukan
berbeda.9
1. Pengertian Tradisi
Secara epistemologi, tradisi berasal dari bahasa latin (tradition) yang artinya
kebiasaan serupa dengan itu budaya (culture) atau adat istiadat. Menurut Van Reusen
harta, kaidah-kaidah, dan juga norma. Akan tetapi tradisi ini bukanlah sesuatu yang
tidak dapat berubah, tradisi tersebut malahan dipandang sebagai keterpaduan dari hasil
tingkah laku manusia dan juga pola kehidupan manusia dalam keseluruhannya.10
Tradisi yang dilahirkan oleh manusia merupakan adat isitiadat, yakni kebiasaan
namun lebih ditekankan kepada kebiasaan yang bersifat supranatural yang meliputi
dengan nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturan yang berkaitan. Tradisi
9
Ibid, h, 126.
10
Ainur Rofiq, Tradisi Slametan Jawa dalam Perspektif Pendidikan Islam, Jurnal Pendidikan
Islam, Volume 15 Nomor 2 September 2019, h, 96.
25
yang ada dalam suatu komunitas merupakan hasil turun temurun atau dari nenek
moyang. Manusia dan budaya memang saling mempengaruhi, baik secara kangsung
dan menakutkan bagi pelakunya juga lingkungannya. Untuk itu peran penting dari
individu, komunitas juga semua lapisan masyarakat perlu untuk melestarikan budaya.
Dalam budaya itu sendiri mengandung nilai moral kepercayaan sebagai penghormatan
kepada yang menciptkan suatu budaya tersebut dan diaplikasan dalam suatu komunitas
pertanda kebesaran Allah Swt, hal ini sesuai dengan yang ada dalam Al-Qur‟an yaitu:
11
Robi Darwis, Tradisi Ngaruwat Bumi dalam Kehidupan Masyarakat, Jurnal Studi Agama-
agama dan Lintas Budaya 2, 1 September 2017, h, 75.
12
Robi Darwis, Ibid.
13
QS. Al-Hujurat (49): 13.
26
Pada ayat tersebut jelas sekali bahwasanya perbedaa suku bangsa, ras,
golongan, tradisi atau adat istiadat dan juga budaya merupakan suatu kekayaan bangsa
yang tak ternilai harganya, harus dilestarikan dan juga dijaga dengan baik agar tidak
Tradisi mangupa ini berasal dari kata upa-upa dan akhirnya dikatakan dengan
Mangupa karena arti dari Upa-Upa adalah hidangan. Awal mula tradisi mangupa dan
orang yang pertama kali menggunakan tradisi Mangupa tidak diketahui oleh
masyarakat setempat, akan tetapi tradisi ini telah dilakukan oleh masyarakat pada masa
zaman batu (purba) yang awalnya mereka melakukan Mangupa dengan memakan
daging manusia yang tekah mati, setelah itu masyarakat berfikir rasional untuk tidak
memakan daging manusia yang telah mati, akhirnya mencari makanan yang lebih layak
mengetahui bahwa daging sapi bisa dimakan, akan tetapi menurut kepercayaan agama
Hindu daging sapi ini tidak boleh dimakan, jadi akhirnya masyarakat menggunakan
14
Siti Maryam Pane, Tradisi Mangupa dalam Pesta Margondang Pada Suku Batak Angkola
Jae, Jurnal Paidagogeo, Volume 2, Nomor 1 Maret, 2017, h, 49.
15
Siti Maryam Pane, Tradisi Mangupa dalam Pesta Margondang Pada Suku Batak Angkola
Jae, Jurnal Paidagogeo, Volume 2, Nomor 1 Maret, 2017, h, 49.
27
a. Sahala Siregar, Mangupa adalah menyatakan tanda kebesaran hati orang tua kepada
b. H. Doar, Mangupa adalah jamuan yang diberikan orang tua kepada anaknya
c. Hormatua Harahap, Mangupa adalah ungkapan rasa syukur dari orang tua terhadap
upacara adat ini berasal dari Tapanuli Selatan, Sumatera Utara yang memiliki tata
laksana spesifik dan fungsi nasehat, termasuk Mangupa Tondi kepada anak laki-laki
dan perempuan untuk pasangan pernikahan yang akan mengarungi bahtera kehidupan.
Menurut pakar adat tujuan dari Mangupa adalah untuk menguatkan, meneguhkan dan
memberi semangat kepada anak atau Boru yang sakit, terkejut atau baru lepas dari
bahaya.17
Dalam tradisi dan adat istiadat Tapanuli Selatan, ada tiga kondisi di mana
anak), Haroroan Boru (pernikahan) dan Marmasuk Naimbaru (memasuki rumah baru).
Belakangan ini mangupa dimaknai sebagai pemberian, dan suatu ritual yang dilakukan
oleh orang yang berhajat dengan mendoakan orang yang diupa-upa agar memperoleh
16
Siti Maryam Pane, Tradisi Mangupa dalam Pesta Margondang Pada Suku Batak Angkola
Jae, Jurnal Paidagogeo, Volume 2, Nomor 1 Maret, 2017, h, 49.
17
Musa Arifin. Mangupa Ditinjau Dari Perspektif Hukum Islam, Jurnal Wl-Qanuny, Vol. 4
Nomor 1, 2018, h, 48.
28
kebaikan, maka oleh sebagian orang menganggap bahwa Mangupa semacam tradisi
mendoakan untuk hal-hal yang baik, bahkan dikalangan masyarakat batak angkola
mangupa ini.18
tubuh atau yang lebih dikenal dengan istilah paulak tondi tu badan. Tradisi Mangupa
bermaksud memohon berkah dari Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa agar selalu
selamat, sehat dan murah rezeki dalam kehidupan. Disamping itu tradisi lisan,
menduduki jabatan, keluar sebagai juara, naik haji dan selamat sampai tujuan).19
keraslah Tondi semakin teguh bersatu dengan badan sehingga mampu menghadapi
18
Musa Arifin. Mangupa Ditinjau Dari Perspektif Hukum Islam, Jurnal Wl-Qanuny, Vol. 4
Nomor 1, 2018, h, 48.
19
Mailin, dkk, Makna Simbolik Mangupa Dalam Upacara Adat Pernikahan Suku Batak
Angkola Di Kabupaten Padang Lawas, Jurnal At-Balagh, Volume. 2, Nomor 1 Januari 2018, h, 92.
20
Mailin, dkk, Makna Simbolik Mangupa Dalam Upacara Adat Pernikahan Suku Batak
Angkola Di Kabupaten Padang Lawas, Jurnal At-Balagh, Volume. 2, Nomor 1 Januari 2018, h, 92.
29
Alur proses Mangupa dalam acara adat pernikahan suku Batak Angkola
dimulai dengan Mandok Hata dari: (a) orang kaya (MC, Pembukaan), (b) Ibu
mempelai laki-laki dan Suhut Sihabolonan, (c) ayah mempelai laki-laki dan Kahanggi,
(d) Mora Dongan, Pisang Raut, Hatobangon, alim ulama, dan usnsur pemerintahan,
(e) Harajaon. Kemudian dibalas oleh kedua pengantin yang berfungsi untuk memberi
jawaban atas kata-kata nasihat yang telah disampaikan oleh kedua orang tua dan tokoh-
tokoh adat.21
Acara Mangupa ini ibarat orang tua memberi makan anaknya yang merupakan
tanda syukur kepada Allah Swt atas segala nikmat yang mereka terima. Hidangan yang
terdiri dari makanan yang akan digunakan untuk acara mangupa adalah kerbau yang
diberikan orang tua kepada anaknya yaitu: 1) Mata, hidung, telinga, lidah, hati, kaki
dan sedikit kulit kerbau ini akan digulai, 2) Tiga butir telur ayam yang direbus, 3)
Segenggam garam yang bermakna keberuntungan, 4) Udang dan sayur yang digulai.22
“Tahapan kedua adalah tata cara letak bahan upa-upa yaitu: 1) Wadah yang
digunakan seperti Anduri dilapisi dengan tiga lembar ujung daun pisang, 2) Di atas
daun pisang ini dilettakkan nasi, 3) Tiga telur ayam yang sudah direbus dan sudah
dikupas ditegakkan di atas nasi yang bentuk letakannya menyerupai tungku yang
21
Mailin, dkk, Makna Simbolik Mangupa Dalam Upacara Adat Pernikahan Suku Batak
Angkola Di Kabupaten Padang Lawas, Jurnal At-Balagh, Volume. 2, Nomor 1 Januari 2018, h, 92.
22
Diana Riski Sapitri Siregar. Upacara Margondang dan Tortor Batak Angkola Ditinjau
PerspektifDari
Pendidikan Islam, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021, h, 57.
30
yang juga dibungkus dengan daun pisang, 5) Pada bagian depan hidangan diletakkan
mata kerbau dan di antara kedua mata diletakkan hidung kerbau. Di antara mata kanan
dan mata kiri kerbau diletakkan telingan dan di belakang dari bagian hidung diletakkan
lidah, 6) Hidangan ini menyerupai kepala kerbau dan di belakang kepala tersebut hati
dan sedikit kulit kerbau. Di samping nasi juga diletakkan dua ekor ikan yang sudah
digulai, 7) Udang dan sayuran diletakkan di tepi nasi, 8) Hidangan ini ditutup dengan
Setelah semua pihak yang telah ditentukan hadir, maka Mangupa-Upa dapat
dimulai. Hidangan Mangupa-Upa akan diletakkan dimana ujung daun pisang harus
menghadap kepada orang tua pengantin, ini bermakna orang tua sudah tidak memiliki
bermakna harapan keluarga untuk kesenangan dan kemuliaan yang diupa, 2) Tiga butir
telur ayam yang direbus bermakna kekebalan jiwa dan raga terhadap bahaya, penyakit,
serta perbuatan setan dan manusia yang tidak senang kepada mereka, 3) Segenggam
Ikan, udang dan sayur bermakna supaya mereka sehat selama hidupnya., 5) Nasi putih
bermakna bahwa orang yang memberinya makan merasa senang dan nasi ini sebagai
23
Diana Riski Sapitri Siregar. Upacara Margondang dan Tortor Batak Angkola Ditinjau Dari
Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021, h, 57.
24
Diana Riski Sapitri Siregar. Upacara Margondang dan Tortor Batak Angkola Ditinjau Dari
Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021, h, 57.
31
ungkapan suka cita yang belum sempat diungkapkan orang tuanya, 6) Tiga daun pisang
perilaku yang baik, 7) Anduri/tampian beras bermakna agar yang diupa-upa pandai
berperilaku yang baik kepada semua kerabat dari segala penjuru dan memberikan
Dalam mangupa inilah Dalihan Na Tolu, Kahanggi, Anak Boru, Mora, para
raja dan orang tua akan menyampaikan nasehat-nasehat tentang kehidupan berumah
tangga, dan acara Mangupa ini adalah acara yang wajib ketika menikahkan anak, baik
Margondang dan Mangupa dalam pesta biasa adalah hidangan makanan yang
disajikan, jika Margondang maka yang disajikan adalah kerbau, jika pesta biasa yang
sayang orang tua kepada anaknya, orang tua memberikan Hata-Hata Sipaingot dan
akan pergi ke Tapian Raya Bangunan untuk menghanyutkan masa lajang mereka, dan
25
Diana Riski Sapitri Siregar. Upacara Margondang dan Tortor Batak Angkola Ditinjau Dari
Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021, h, 61
26
Diana Riski Sapitri Siregar. Upacara Margondang dan Tortor Batak Angkola Ditinjau
Dari Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021, h, 61
32
pengantin akan dimandikan dengan pangir, sebagai bukti bahwa mereka telah bersedia
senantiasa menjalani kehidupan rumah tangga sesuai dengan tuntunan agama dan adat.
Pengantin akan diberikan makan yang dilengkapi dengan lauk pauk sesuai aturan adat
oleh orang tua dan kerabat yang memiliki makna bagi kehidupan.
C. Hukum Islam
Hukum Islam adalah sekumpulan aturan keagamaan, perintah Allah Swt yang
mengatur perilaku kehidupan orang Islam dalam sejumlah aspeknya. Hukum Islam
adalah representasi pemikiran Islam, manifestasi yang paling khas dari pandangan
dengan perbuatan mukallaf, baik dalam bentuk tuntutan, pemberian alternatif untuk
tuntutan dapat dibagi dua yaitu tuntutan untuk mengerjakan dan tuntutan untuk
meninggalkan. Jika tuntutan itu datang dengan lafaz-lafaz yang tegas (ghair al-Jazim)
27
Diana Riski Sapitri Siregar. Upacara Margondang dan Tortor Batak Angkola Ditinjau Dari
Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021, h, 61
28
Joseph Schact, Pengantar Hukum Islam, (Bandung: Nuansa Cendekia), 2010, h, 21.
29
Busyro, Pengantar Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Kencana), 2020, h, 102.
33
Adapun tuntutan untuk meninggalkan sesuatu apabila datang dengan lafaz yang
tegas maka ia menghasilkan hukum yang makruh. Hukum-hukum inilah yang disebut
hukum taklifi. Hukum-hukum yang terkelompok pada hukum taklifi sebagai berikut:
1. Al-Ijab, yaitu tuntutan secara tegas, jelas, dan pasti untuk dilaksanakan oleh
2. Al-Nadab yaitu tuntutan untuk melakukan suatu perbuatan tetapi tidak tegas dan
pasti dan jika tidak dilaksanakan maka seseorang tidak akan mendapat hukuman,
misalnya tentang perintah untuk menuliskan transaksi utang piutang untuk jangka
waktu tertentu.30
3. Al-Ibahah, yaitu khitab Allah Swt yang mengandung sebuah pilihan bagi manusia
4. Al-Kirahah, yaitu tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan akan tetapi redaksi
5. Al-Tahrim, yaitu khitab Allah Swt yang berisi tuntutan untuk meninggalkan suatu
Disamping hukum taklifi, juga terdapat hukum wadhi yang berguna untuk
30
Busyro, Ibid.
31
Busyro, Ibid.
34
ditetapkan oleh Allah Swt dan rasulnya mempunyai tujuan yaitu untuk memudahkan
Sumber hukum dalam Islam digolongkan menjadi tiga yaitu Al-Qur‟an, Hadis
dan Ijtihad Ulama. Al-Qur‟an dan hadis merupakan sumber hukum utama, ijtihad
merupakan sumber hukum pelengkap jika ketentuan suatu perkara dalam Al-Qur‟an
1. Al-Qur‟an
kitab al-Fawail menjelaskan bahwa seseorang harus memusatkan hati saat membaca
dan mencermatinya. Al-Qur‟an merupakan bentuk masdar dari kata kerja qara‟a yang
berarti bacaan, berbicara tentang sesuatu yang ditulis atau melihat dan menelaah.
Secara istilah defenisi Al-Qur‟an adalah petunjuk bagi manusia menuju jalan lurus
33
QS. Al-Isra (17): 9.
35
32
Arief Nur Rahman Al-Aziiz, Sumber Hukum Islam, (Klaten: Cempaka Putih), h, 4.
33
QS. Al-Isra (17): 9.
35
berikut:
2) Al-Qur‟an merupakan sumber hukum utama. Oleh karena itu, segala ketentuan
hukum dari sumber lain yang bertentangan dengan Al-Qur‟an dipandang batal dan
3) Sebagian ketentuan dalam Al-Qur‟an hanya bersifat garis besar da nada pula yang
2) Kisah-kisah sejarah para manusia terdahulu diantaranya kisah para nabi dan ummat
mereka.
34
Arief Nur Rahman Al-Aziiz, Ibid, h, 5.
35
Arief Nur Rahman Al-Aziiz, Ibid, h,
5.
36
berikut:
1) Hukum yang mengatur keyakinan manusia kepada Allah Swt, ketentuan ini terkait
dengan aspek keimanan manusia kepada Allah Swt sebagai Tuhan. hukum ini
2) Hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt dan sesame manusia
3) Hukum yang mengatur sikap atau perilaku manusia kepada Allah Swt, sesame
manusia dan alam sekitar, hukum ini dikenal sebagai ketentuan akhlak atau adab.36
Dalam pembagian di atas terdapat hukum syariat atau hukum syara‟. Hukum
1) Hukum yang terakit dengan amal ibadah mahdah, seperti salat, puasa, zakat dan
haji.
2) Hukum yang terkait dengan hubungan antar manusia atau hukum muamalah
b. Hukum yang berkaitan dengan perjanjian, yaitu berhubungan dengan jual beli,
36
Arief Nur Rahman Al-Aziiz, Ibid, h,
6.
37
e. Hukum yang berkaitan dengan hubungan antar agama yaitu antar kekuasaan Islam
f. Hukum yang berkaitan dengan batasan kepemilikan harta seperti zakat, infak dan
sedekah.37
2. Hadis
“sesuatu yang baru” atau khabar “kabar”. Secara terminology, hadis mengalami
perbedaan redaksi dari para ahli hadis, namun makna yang dimaksud adalah sama yaitu
segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw dari perkataan,
Maksud dari qaul (perkataan) adalah ucapan, dan fi‟il (perbuatan) ialah perilaku
nabi yang bersifat praktis, dan taqrir (keputusan) sesuatu yang tidak dilakukan nabi
tetapi nabi tidak mengingkarinya, dan sifat maksudnya adalah ciri khas dari
kepribadian nabi.39
37
Arief Nur Rahman Al-Aziiz, Ibid, h, 6.
38
Septi Aji Fitra Jaya, Al-Qur‟an dan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam, Jurnal Indo-
Islamika, Volume 9, Nomor 2 Juli-Desember 2019, h, 211.
39
Septi Aji Fitra Jaya,
Ibid.
38
Hadis dalam Islam menempati posisi yang sakral, yakni sebagai sumber hukum
sebagai berikut:
a) Al-Qur‟an dengan sifat yang qath‟I al-wurud (keberadaannya yang pasti dan
diyakini) sudah seharusnya kedudukannya lebih tinggi dari pada hadis. Dimana
c) Jika di dalam Al-Qur‟an tidak ditemukan maka sahabat nabi merujuk kepada sunah
yang mereka ketahui, atau bisa menanyakan kepada sahabat yang lain.40
Pada dasarnya hadis Nabi Muhammad saw sejalan dengan Al-Qur‟an karena
keduanya bersumber dari wahyu, akan tetapi mayoritas hadis sifatnya adalah
operasional, karena fungsi utama hadis adalah sebagai penjelas atas Al-Qur‟an. Fungsi
Dalam hal ini hadis datang dengan keterangan atau perintah yang sejalan dengan
Al-Qur‟an.
(global). Dalam hal ini kaitannya ada tiga hal 1), menafsirkan serta memperinci
40
Septi Aji Fitra Jaya, Ibid. h.
213.
39
3. Ijtihad Ulama
bekerja secara optimal. Secara istilah, ijtihad adalah menggunakan pikiran dengan
penuh kesungguhan untuk menemukan hukum atau ketentuan tentang sesuatu hal
Mujtahid adalah sebutan untuk orang yang melakukan ijtihad dan berbagai
syarat yang harus dipenuhi oleh seorang yang melakukan ijtihad adalah; a) memahami
isi Al-Qur‟an dan hadis, terutama berkaitan dengan hukum, b) menguasai bahasa arab
ilmu usul fiqh dan kaidah-kaidah fiqh yang luas, d) mengetahui ijma‟ para ulama dan
perkembangan hukum dalam Islam, e) memahami keadaan masyarakat, baik dari sisi
adat istiadat, kebiasaan, sosial, hingga psikolog masyarakat. Hukum yang dihasilkan
Ijtihad digunakan oleh para ulama untuk menentukan hukum dan menjawab
41
Septi Aji Fitra Jaya, Ibid. h. 214.
42
Arief Nur Rahman Al-Aziiz, Sumber Hukum Islam, (Klaten: Cempaka Putih), h, 12.
43
Ibid.
40
sendirian. Ijtihad tersebut dikenal dengan istilah ijtihad fardi atau ijtihad seorang diri.
Ijtihad fardi dilakukan oleh para imam mazhab seperti Imam Syafi‟I, Imam Hanafi,
Imam Hanbali, dan Imam Maliki. Ijtihad memiliki dua tujuan yaitu dilakukan untuk
menemukan hukum yang terdapat nas Al-Qur‟an dan hadis. Pertama, kalimat yang
terdapat dalam nas Al-Qur‟an dan hadis jelas menunjukkan pada satu maksud, ada pula
Kedua, ijtihad yang dilakukan untuk menemukan status hukum sesuatu yang
tidak diatur dalam Al-Qur‟an dan hadis. Setelah memahami ketiga sumber hukum
Islam tersebut seorang muslim hendaknya mempelajari lima macam hukum taklifi
yaitu:
a. Wajib, yaitu tuntunan yang jika dilakukan pelakunya akan mendapat pahala dan
b. Sunah, yaitu tuntunan yang jika dilakukan pelakunya mendapatkan pahala, jika
d. Makruh, sesuatu yang tidak disukai dalam Islam, jika amalan tersebut dilakukan,
44
Ibid. h,
17.
41
Kata kaidah memiliki arti suatu ketentuan umum yang dapat diaplikasikan
kepada seluruh bagian-bagiannya dan ktentuan dari bagian-bagian tersebut yang dapat
diketahui dengan memahami ketentuan umu itu. Secara bahasa Al-„Adah diambil dari
kata Al-„Aud atau al-Mu‟awadah yang artinya berulang. Oleh karena itu secara bahasa
al-„adah berarti perbuatan atau ucapan serta lainnya yang berulang-ulang sehingga
mudah untuk dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan. Secara istilah, „Adah adalah
pada obyek pekerjaan dimaksud, baik dilakukan oleh pribadi atau kelompok.46
permasalahan yang tidak ditemukan ketentuannya secara jelas dan tidak ada
pertentangan dengan suatu aturan hukum yang bersifat khusus atau meskipun terdapat
45
Ibid, h, 18.
46
Susi Susanti, Implementasi Kaidah Al‟Adatu Muhakkamah Pada Tradisi Marosok Dalam
Akad Jual Beli Di Pasar Ternaj Nagari Palangki Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Provinsi
Sumatera Barat, Skripsi UIN Suska Riau, 2020, h, 36.
47
Ibid.
42
Kata „Adah memiliki persamaan dengan „Urf, „Urf adalah sesuatu yang telah
dikenal oleh masyarakat dan merupakan kebiasaan di kalangan masyarakat baik berupa
“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.49
b. Surah At-Thalaq (65): 7
Islam apabila tradisi tersebut telah berlaku secara umum di masyarakat tertentu.
50
QS. Surah At-Thalaq (65): 7
43
48
Ibid, h, 39.
49
QS. Surah Al-„Araf (7):199.
50
QS. Surah At-Thalaq (65): 7
43
Sebaliknya, jika sebuah tradisi tidak berlaku secara umum, maka ia tidak dapat
dijadikan pedoman dalam menentukan boleh atau tidaknya tradisi tersebut dilakukan. 51
Al-„Adah atau „Urf merupakan salah satu sumber dalam istinbath hukum,
menetapkan bahwa ia bisa menjadi dalil sekiranya tidak ditemukan nash dari kitab dan
Sunnah. Adapun syarat-syarat „Adah atau „Urf dapat dijadikan sandaran hukum adalah
sebagai berikut:
a. Tidak bertentangan dengan Nash, artinya sebuah tradisi bisa dijadikan sebagai
pedoman hukum apabila tidak bertentangan dengan nash Al-Qur‟an dan hadis Nabi
Muhammad Saw. Sehingga, sebuah tradisi yang tidak memenuhi syarat ini harus
b. „Adah atau „Urf itu harus berlaku umum. Maksudnya adalah harus dipahami semua
masyarakat.
c. „Adah atau „Urf sudah berlaku sejak lama, bukan sebuah „urf baru.
Jika sebuah „Urf berbenturan dengan tashrih, maka „Urf itu tidak berlaku.53
4. Mcam-Macam “Urf
51
Ibid, h, 47.
52
Susi Susanti, Implementasi Kaidah Al‟Adatu Muhakkamah Pada Tradisi Marosok Dalam
Akad Jual Beli Di Pasar Ternaj Nagari Palangki Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Provinsi
Sumatera Barat, Skripsi UIN Suska Riau, 2020, h, 48.
53
Ibid.
44
Bila ditinjau dari jenis pekerjaannya, „Urf dibagi menjadi „Urf Qawli dan „Urf
Fi‟il, dan jika ditinjau dari aspek kuantitas pelakunya, „urf terbagi menjadi „urf „am
dan Uurf Khas. „Urf Qawli adalah sejenis kata, ungkapan, atau istilah tertentu yang
diberlakukan oleh sebuah komunitas untuk menunjuk makna khusus, dan tidak ada
kecenderungan makna lain di luar apa yang mereka pahami. „Urf Fi‟il adalah pekerjaan
atau aktivitas tertentu yang sudah biasa dilakukan secara terus menerus, sehingga
„Urf „Am adalah bentuk pekerjaan yang sudah berlaku menyeluruh dan tidak
mengenal batas waktu, pergantian generasi, atau letak geografis. Tradisi jenis ini
bersifat lintas batas, lintas cakupan, dan lintas zaman. „Urf Khas adalah jenis kebiasaan
yang berlaku dikawasan tertentu, dan tidak tampak pada komunitas lainnya.55
Secara umum, hanya terdapat dua kategori „Urf, yaitu „Urf sahih adalah segala
sesuatu yang sudah dikenal ummat manusia yang tidak berlawanan dengan hukum
shara‟ dan tidak menghalalkan yang haram dan tidak menggugurkan kewajiban, dan
„Urf Fasid adalah „Urf yang jelek dan tidak bisa diterima karena bertentangan dengan
Shara‟.56
54
Fitra Rizal, Penerapan „Urf Sebagai Metode Dan Sumber Hukum Ekonomi Islam, Jurnal
Hukum dan Pranata Sosial, Volume 1 Nomor 2, 2019, h, 161.
55
Ibid.
56
Ibid, h, 162.
BAB IV
upacara adat ini berasal dari Tapanuli Selatan, Sumatera Utara yang memiliki tata
laksana spesifik dan fungsi nasehat, termasuk Mangupa Tondi kepada anak laki-laki
dan perempuan untuk pasangan pernikahan yang akan mengarungi bahtera kehidupan.
Menurut pakar adat tujuan dari Mangupa adalah untuk menguatkan, meneguhkan dan
memberi semangat kepada anak atau Boru yang sakit, terkejut atau baru lepas dari
bahaya.1
“Mangupa bisa dikatan adat atau tradisi yang turun temurun dari nenek
moyang yang menjadi sebuah peraturan yang mana dalam upacara ini diadakan
sebuah acara memberikan makanan mulai dari santan, makan, untuk seterusnya
diberikan nasehat-nasehat. Sebenarnya upacara ini adalah acara yang dilakukan
untuk memberikan nasehat-nasehat kepada boru dengan formal, supaya acara tersebut
tidak dianggap main-mainan, ada aturan yang harus dilewati sesuai adat yang ada di
batak angkola”.2
Upacara mangupa bertujuan untuk mengembalikan semangat (spirit) ke dalam
tubuh atau yang lebih dikenal dengan istilah Paulak Tondi Tu badan. Tradisi Mangupa
bermaksud memohon berkah dari Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa agar selalu
selamat, sehat dan murah rezeki dalam kehidupan. Disamping itu tradisi lisan,
1
Siti Maryam Pane, Tradisi Mangupa dalam Pesta Margondang Pada Suku Batak Angkola
Jae, Jurnal Paidagogeo, Volume 2, Nomor 1 Maret, 2017, h, 49.
2
Wawancara dengan Bapak Ali Napiah Siregar, selaku Alim Ulama Padangsidimpuan, 20
November 2021.
45
46
menduduki jabatan, keluar sebagai juara, naik haji dan selamat sampai tujuan). 3
“Minimalnya ada dua tujuan dari mangupa, yang pertama menunjukkan jiwa
tanda senang atas kedatangan boru tersebut, patidahon holong niroha. Karena itu
adalah awal mula pembinaan rumah tangga, maka acara mangupa ini dilaksanakan
dengan tujuan memberikan bekal-bekal kepada mereka di kemudian hari dalam
membina rumah tangga, diberikan makan lalu diberikan nasehat. Ada istilah baberedo
anak, parumaendo boru, menunjukkan senang hati karena kedatangan boru”.4
Upacara mangupa dilaksanakan supaya Horas Tondi Madingin, Pir Tondi
keraslah Tondi semakin teguh bersatu dengan badan sehingga mampu menghadapi
3
Mailin, dkk, Makna Simbolik Mangupa Dalam Upacara Adat Pernikahan Suku Batak
Angkola Di Kabupaten Padang Lawas, Jurnal At-Balagh, Volume. 2, Nomor 1 Januari 2018, h, 92.
4
Wawancara dengan Bapak Ali Napiah Siregar selaku Alim Ulama Padangsidimpuan, 20
November 2021.
5
Wawancara dengan Bapak Rijal Harahap, selaku masyarakat yang melaksanakan aturan
mangupa, 23 November 2021.
47
dalam urusan hukum baik hukum agama, pemerintahan, maupun adat, kemudian
pengantin yang akan melaksanakan Mangupa boleh memakai hiburan berupa gendang
dan lainnya, yang paling penting adalah hidangan ketika mangupa harus ada baik itu
pengantin. Semua hidangan tersebut mempunyai makna yang tersirat yang bertujuan
6
Wawancara dengan Bapak Ali Napiah Siregar, selaku Alim Ulama Padangsidimpuan, 20
November 2021.
48
penyajian Mangupa dimulai dengan Mandok Hata dari: (a) Orang Kaya (MC,
Pembukaan), (b) Ibu mempelai laki-laki dan Suhut Sihabolonan, (c) ayah mempelai
laki-laki dan Kahanggi, (d) Mora Dongan, Pisang Raut, Hatobangon, alim ulama, dan
usnsur pemerintahan, (e) Harajaon. Kemudian dibalas oleh kedua pengantin yang
berfungsi untuk memberi jawaban atas kata-kata nasihat yang telah disampaikan oleh
kedua orang tua dan tokoh-tokoh adat.7 Acara Mangupa ini ibarat orang tua memberi
makan anaknya yang merupakan tanda syukur kepada Allah Swt atas segala nikmat
yang mereka terima. Hidangan yang terdiri dari makanan yang akan digunakan untuk
acara Mangupa adalah kerbau yang diberikan orang tua kepada anaknya yaitu: 1) Mata,
hidung, telinga, lidah, hati, kaki dan sedikit kulit kerbau ini akan digulai, 2) Tiga butir
7
Mailin, dkk, Makna Simbolik Mangupa Dalam Upacara Adat Pernikahan Suku Batak
Angkola Di Kabupaten Padang Lawas, Jurnal At-Balagh, Volume. 2, Nomor 1 Januari 2018, h, 92.
8
Diana Riski Sapitri Siregar. Upacara Margondang dan Tortor Batak Angkola Ditinjau Dari
Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021, h, 57.
49
kambing, ataupun telur. Jika Mangupa dilaksanakan sebagai pesta yang besar maka
yang dipotong adalah kerbau, jika pesta yang di dilaksanakan menengah maka yang
dipotong adalah kambing, dan jika pesta dilaksanakan kecil dalam artian yang
menghadiri adalah keluarga saja maka yang disajikan adalah telur dan hidangan yang
lainnya. Semua hidangan ini bermakna untuk memberikan nasehat kepada pengantin,
bagian-bagian yang harus disajikan adalah kepala, mata, telinga, lidah, hati, dan kaki,
Tahapan kedua adalah tata cara letak bahan Upa-Upa yaitu: 1) Wadah yang
digunakan seperti Anduri dilapisi dengan tiga lembar ujung daun pisang, 2) Di atas
daun pisang ini dilettakkan nasi, 3) Tiga telur ayam yang sudah direbus dan sudah
dikupas ditegakkan di atas nasi yang bentuk letakannya menyerupai tungku yang
9
Wawancara dengan Bapak Sultan Kasahan Siregar, selaku Raja Adat di Tapanuli Selatan, 20
November 2021.
50
yang juga dibungkus dengan daun pisang, 5) Pada bagian depan hidangan diletakkan
mata kerbau dan di antara kedua mata diletakkan hidung kerbau. Di antara mata kanan
dan mata kiri kerbau diletakkan telingan dan di belakang dari bagian hidung diletakkan
lidah, 6) Hidangan ini menyerupai kepala kerbau dan di belakang kepala tersebut hati
dan sedikit kulit kerbau. Di samping nasi juga diletakkan dua ekor ikan yang sudah
digulai, 7) Udang dan sayuran diletakkan di tepi nasi, 8) Hidangan ini ditutup dengan
10
Diana Riski Sapitri Siregar. Upacara Margondang dan Tortor Batak Angkola Ditinjau Dari
Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021, h, 57.
11
Wawancara dengan Bapak Sultan Kasahan Siregar sebagai Raja Adat di Tapanuli Selatan,
20 November 2021.
51
satu keluarga yang dihadiri oleh Dalihan Natolu, yaitu Kahanggi, Anak Boru, dan
Mora, untuk membicarakan hari yang tepat untuk pelaksanaan Mangupa serta
membagi tugas demi terlaksananya acara yang sesuai dengan keinginan. Kemudian
pihak keluarga mengadakan Martahi Sahuta yang dihadiri oleh para raja, Hatobangon,
alim ulama, dan masyarakat yang ada di desa tersebut dengan tujuan bahwa keluarga
tersebut akan mengadakan acara Mangupa dan meminta masyarakat dan para raja
Dalam adat Batak Angkola Dalihan Natolulah yang paling berperan, apabila
salah satunya tidak ada, maka cacatlah setiap acara yang dilaksanakan, karena Dalihan
12
Wawancara dengan Bapak Rijal Harahap, selaku Masyarakat yang Pernah Melaksanakan
Mangupa, 23 November 2021.
52
Natolu ini merupakan satu keluarga yang harus saling menopang dan membantu satu
sama lainnya. Dalam kegiatan acara Anak Borulah yang paling banyak perannya dalam
membantu suksesnya acara, bukan dengan bantuan materi tapi dengan bantuan tenaga.
Pada hari pelaksanaan Mangupa, kedua pengantin akan duduk di atas tikar
merah yang merupakan simbol dari adat Batak Angkola, kemudian para raja, Dalihan
Nnatolu, dan orang tua juga akan duduk bersama pengantin. Setelah itu akan
dihidangkan makanan yang ditata sesuai dengan peraturan yang ada dalam adat Batak
Angkola karena hidangan ini memiliki falsafah dan sebagai media untuk
menampung hidangan ini adalah tampi yang berbentuk segi empat yang dilapisi di
atasnya dengan daun pisnag berjumlah tiga helai dan kemudian diisi dengan nasi. Nasi
ini bermakna sebagai kekuatan dari orang tua untuk anaknya supaya anaknya selalu
diberikan jiwa dan raga yang sehat dan kuat. Kepala kambing atau kerbau menandakan
Dalihan Natolu yaitu Kahanggi, Anak Boru, dan Mora yang merupakan tungku dari
adat batak angkola, jika yang disajikan adalah telur, maka telur ini berjumlah tiga butir.
Kemudian di atas hidangan tersebut juga diberikan kain Ulos batak yang diberikan oleh
Setelah orang tua memberikan pengantin makan, maka para raja dan Dalihan
nasehat-nasehat maka kedua pengantin akan diberikan Ulos batak yang bermakna
53
sebagai kehangatan dalam keluarga, yang melindungi kedua pengantin dari segala
adat juga sudah selesai dan ketika pengantin sudah dikaruniai anak, maka anak tersebut
ketika menikah nanti akan diadakan juga Mangupa oleh orang tuanya.
Tradisi yang dilahirkan oleh manusia merupakan adat istiadat, yakni kebiasaan
namun lebih ditekankan kepada kebiasaan yang bersifat supranatural yang meliputi
dengan nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturan yang berkaitan. Tradisi
yang ada dalam suatu komunitas merupakan hasil turun temurun atau dari nenek
moyang. Manusia dan budaya memang saling mempengaruhi, baik secara kangsung
dan menakutkan bagi pelakunya juga lingkungannya. Untuk itu peran penting dari
individu, komunitas juga semua lapisan masyarakat perlu untuk melestarikan budaya.
Dalam budaya itu sendiri mengandung nilai moral kepercayaan sebagai penghormatan
13
Robi Darwis, Tradisi Ngaruwat Bumi dalam Kehidupan Masyarakat, Jurnal Studi Agama-
agama dan Lintas Budaya 2, 1 September 2017, h, 75.
54
kepada yang menciptkan suatu budaya tersebut dan diaplikasan dalam suatu komunitas
pertanda kebesaran Allah Swt, hal ini sesuai dengan yang ada dalam Al-Qur‟an.
golongan, tradisi atau adat istiadat dan juga budaya merupakan suatu kekayaan bangsa
yang tak ternilai harganya, harus dilestarikan dan juga dijaga dengan baik agar tidak
Seorang muslim dituntut untuk mengamalkan ajaran Islam yang telah dibawa
oleh Rasulullah Saw. Sikap yang harus ditunjukkan oleh seorang hamba Allah
manakala telah meyakini nilai-nilai Islam sebagai ajaran yang benar ialah
bertentangan dengan Islam harus ditinggalkan. Sebab, pada diri seorang muslim harus
terpatri sikap berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
14
Robi Darwis, Ibid.
15
QS. Al-Hujurat (49): 13.
55
berbagai suku adalah masalah adat-istiadat. Salah satu dalam tradisi tersebut yaitu
tradisi Mangupa Haroroan Boru pada pernikahan masyarakat batak angkola. Mangupa
Haroroan Boru adalah bentuk rasa syukur dan kasih sayang orang tua yang
“Bisa dikatan adat atau tradisi yang turun temurun dari kakek-kakek kita nenek
moyang kita yang menjadi sebuah peraturan yang mana dalam upacara ini diadakan
sebuah acara memberikan makanan mulai dari santan, makan, untuk seterusnya
diberikan nasehat-nasehat. Jadi kalau menurut pengamatan saya sebenarnya upacara
ini acara yang dilakukan untuk memberikan nasehat-nasehat kepada boru tersebut
cuman dibuatlah dia acara formalnya, supaya acara tersebut tidak dianggap main-
mainan, ada aturan yang harus dilewati sesuai adat yang di batak angkola”.16
Dalam Islam dikenal sebuah istilah Al-„Urf yaitu sesuatu yang telah dikenal
oleh orang banyak dan telah menjadi tradisi mereka, baik berupa perkataan, perbuatan,
atau keadaan meninggalkan. Sedangkan menurut istilah para ahli syara‟ tidak ada
perbedaan antaraAal-„Urf dan adat kebiasaan.17 Dasar hukum „Urf adalah sebagai
berikut:
“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.18
16
Wawancara dengan Bapak Ali Napiah Siregar, selaku Alim Ulama Padangsidimpuan, 20
November 2021.
17
Tri Hardiyanto, Tradisi Nungkup Lubang dalam Perspektif Hukum Islam, Skripsi IAIN
Bengkulu, 2020, h, 55.
18
QS. Surah Al-„Araf (7):199
56
„Urf merupakan salah satu sumber dalam istinbath hukum, menetapkan bahwa
ia bisa menjadi dalil sekiranya tidak ditemukan nash dari kitab dan Sunnah. Adapun
syarat-syarat „Adah atau „Urf dapat dijadikan sandaran hukum adalah sebagai berikut:
1. Tidak bertentangan dengan Nash, artinya sebuah tradisi bisa dijadikan sebagai
pedoman hukum apabila tidak bertentangan dengan nash Al-Qur‟an dan hadis Nabi
Muhammad Saw. Sehingga, sebuah tradisi yang tidak memenuhi syarat ini harus
2. „Adah atau „Urf itu harus berlaku umum. Maksudnya adalah harus dipahami semua
masyarakat.
3. „Adah atau „Urf sudah berlaku sejak lama, bukan sebuah „urf baru.
Jika sebuah „Urf berbenturan dengan tashrih, maka „Urf itu tidak berlaku.20
hukum Islam, selagi tradisi ini dimaknai dengan baik, karena terdapat berbagai macam
hidangan dari kerbau, kambing, ataupun telur yang memiliki falsafah dan dijadikan
pengantin.
19
Susi Susanti, Implementasi Kaidah Al‟Adatu Muhakkamah Pada Tradisi Marosok Dalam
Akad Jual Beli Di Pasar Ternaj Nagari Palangki Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Provinsi
Sumatera Barat, Skripsi UIN Suska Riau, 2020, h, 48.
20
Ibid.
57
“Yang pertama adalah parsahutaon yang meliputi alim ulama, cerdik pandai,
hatobangon, harajaon kemudian tidak terlepas dari dalihan natolu yaitu mora,
kahanggi, anak boru. Kemudian hidangan yang tergantung keuangan yang punya
hajat seperti misalnya, kambing kemudian indahan tukkus. Dibagasan indahan tukkusi
naron dibaenma beberapa jenis makanan-makanan misalna udang, ikan mas, telur,
kalo dulu aslinya diletakkan di anduri harus segi empat, karena menunjukkan kekuatan
kahanggi, anak boru, mora, dan suhut. Semua hidangan ini mengandung falsafah yang
disampaikan kepada kedua mempelai, lewat hidangan itulah media untuk
menyampaikan nasehat kepada mereka contohnya udang, dimanapun udang singgah
tidak akan rusak, setelah berumah tangga nanti belajarlah dari udang, nah seperti
itulah media yang disampaikan kepada pengantin. Misalnya ikan mas mau sungainya
besar ataupun kecil ikan tersebut selalu maju kedepan seperti itulah ibarat pernikahan
jika banyak cobaan harus dilalui dan jangan mundur atau putus asa”.21
Perlu diketahui bahwa yang menjadikan pernikahan sakinah mawaddah
warahmah bukanlah makanannya tetapi makanan tersebut hanyalah sebagai media dan
pernikahan. Karena sejatinya dalam Islam kita disuruh senantiasa untuk saling
mengerjakan kebajikan sesuai ketentuan syariat dengan penuh keikhlasan, serta saling
menasihati satu sama lain dengan baik dan bijaksana untuk memegang teguh kebenaran
sebagaimana diajarkan oleh agama dan saling menasihati untuk kesabaran dalam
21
Wawancara dengan Bapak Ali Napiah Siregar, selaku Alim Ulama Padangsidimpuan, 20
November 2021.
22
QS. Al-Ashr, (103): 3
58
menjalani kehidupan.23
“Kalau menurut hukum Islam mangupa ini sangat bagus asalkan pandai
meletakkan tata cara dan bahasa yang baik untuk mempelai seperti makanan yang
disajikan kepada kedua mempelai, bukan makanan tersebut yang menjadikan
mereka keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, tapi makanan itu hanya
sebuah media yang memberikan nasehat-nasehat. Karena dalam Islam pun kita
disuruh untuk saling nasehat-menasehati, berkumpul-kumpul dan saling membantu.
Ta‟arufnya juga dapat sehingga lahir persaudaraan yang baik yang sesuai dengan
ajaran Islam”.24
Selain itu, dalam tradisi Mangupa Haroroan Boru yang bertujuan untuk
mendapatkan dambaan hatinya yang dijadikan sebagai istri, maka dari itu
musyawarah masyarakat yang bertujuan untuk memberi tahu bahwa mereka akan
menyukseskan acara Mangupa. Jika diamati hal ini sesuai dengan ajaran Islam bahwa
Islam mengajarkan ummatnya untuk saling mengenal sesamanya dan saling tolong
menolong serta bermusyawarah dalam setiap kegiatan, hal ini sesuai dengan firman
Allah Swt.
23
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-103-al-'asr/ayat-3
24
Wawancara dengan Bapak Ali Napiah Siregar, selaku Alim Ulama Padangsidimpuan, 20
November 2021.
59
melakukan yang diperintahkan Allah, dan takwa, takut kepada Allah Swt, dan
janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa, melakukan maksiat, dan
Allah, takut kepada Allah dengan melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya.26
27
QS. Al-Imran
(3):159
60
25
QS. Al-Maidah (5): 2
26
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-5 Al-Maidah/ayat-2
27
QS. Al-Imran
(3):159
60
Maka berkat rahmat yang besar dari Allah, engkau berlaku lemah lembut terhadap
mereka yang melakukan pelanggaran dalam Perang Uhud. Sekiranya engkau bersikap
keras, buruk perangai, dan berhati kasar, tidak toleran dan tidak peka terhadap kondisi
dan situasi orang lain, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu
Allah untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, yakni
urusan peperangan dan hal-hal duniawi lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, dan
Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal Ayat sebelumnya diakhiri dengan
Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada siapa pun dan apa pun yang dapat
maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu' Pasti tidak ada. Karena itu, hendaklah
hukum Islam karena tujuan dari dilaksanakannya Mangupa adalah bentuk rasa syukur
orang tua kepada Allah karena telah menghadirkan Boru untuk anaknya, dan bentuk
28
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-3 Ali-Imran/ayat-
159
61
rasa kasih sayang orang tua kepada anaknya yang telah menikah. Di dalam persyaratan
pelaksanaan Mangupa juga tidak ditemukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat
Islam, karena keluarga melaksanakan musyawarah yang dihadiri oleh raja, alim ulama,
cerdik pandai, dan masyarakat lainnya untuk membicarakan hal-hal yang perlu
dipersiapkan dan disajikan ketika mangupa dilaksanakan, dan pada saat musyawarah
ini jika ada ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Islam maka akan ditinggalkan.
Pada saat acara Mangupa dilaksanakan, terlihat juga hidangan makanan untuk
raja dan orang tua akan memberikan nasehat kepada pengantin dengan perumpamaan-
perumpamaan hidangan tersebut, misalnya saja “jadilah kalian seperti ikan mas yang
bisa hidup ketika air sungai besar ataupun kecil” maksudnya adalah pengantin
dinasehati supaya tetap bisa mengendalikan emosi, mental, dan jiwanya ketika
kehidupan rumah tangganya diberikan cobaan Allah Swt. Semua hidangan tersebut
pernikahan, kemudian hidangan tersebut akan dimakan oleh pengantin dan disuapi oleh
PENUTUP
A. Kesimpulan
pernikahan masyarakat Batak Angkola ditinjau dari hukum Islam, maka dapat ditarik
keluarga yang dihadiri oleh Dalihan Natolu, yaitu Kahanggi, Anak Boru, dan
Mora. Kemudian pihak keluarga mengadakan Martahi Sahuta yang dihadiri oleh
para raja, Hatobangon, alim ulama, dan masyarakat yang ada di desa tersebut
dengan tujuan bahwa keluarga tersebut akan mengadakan acara Mangupa dan
meminta masyarakat dan para raja untuk membantu dalam hal adat. Pada saat hari
Mangupa orang tua memberikan pengantin makan, maka para raja dan Dalihan
pemberian nasehat-nasehat maka kedua pengantin akan diberikan Ulos batak yang
2. Mangupa Haroroan Boru tidak bertentangan dengan hukum Islam karena tujuan
dari dilaksanakannya Mangupa adalah bentuk rasa syukur orang tua kepada Allah
karena telah menghadirkan Boru untuk anaknya, dan bentuk rasa kasih sayang
62
63
orang tua kepada anaknya yang telah menikah. Di dalam persyaratan pelaksanaan
Mangupa juga tidak ditemukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam.
Pada saat acara Mangupa dilaksanakan, terlihat juga hidangan makanan untuk
B. Saran-Saran
2. Saran dalam kaitan praktis, penelitian ini dapat menjadi bentuk pelestarian adat
budaya serta menjadi bahan bacaan bagi masyarakat, supaya lebih mengenal adat
A. Literatur
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta. Pedoman Penulisan Skripsi
Nur Rahman Al-Aziiz, Arief. Sumber Hukum Islam. Klaten: Cempaka Putih.
Una, Sayuti. Pedoman Penulisan Skripsi. Jambi: Syariah Press dan Fakultas Syariah
B. Peraturan Perundang-Undangan
C. Lain-Lain
Affendie Bin Rozak, Zizie. Skripsi, Ketentuan Penerimaan dan Penolakan Saksi dalam
Aji Fitra Jaya, Septi. Al-Qur‟an dan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam. Jurnal Indo-
Arifin, Musa. Mangupa Ditinjau Dari Perspektif Hukum Islam. Jurnal Wl-Qanuny,
64
65
Darwis, Robi. Tradisi Ngaruwat Bumi dalam Kehidupan Masyarakat. Jurnal Studi
Harahap, Desniati. Implikasi Sistem Kekerabatan Dalihan Na Tolu. Riset, Vol. XII,
Iryani, Eva. Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Ilmiah
Marohan Nasution, Ida. Tortor Manilpokkon Hasaya Dalam Upacara Adat Horja
Mailin, dkk. Makna Simbolik Mangupa Dalam Upacara Adat Pernikahan Suku Batak
Januari 2018.
Mutakin, Ali. Teori Maqashid Al Syariah dan Hubungannya dengan Metode Istinbath
Pane, Akhiril. Tradisi Mangupa Pada Masyarakat Angkola (Suatu Kajian Antropologi
Riski Sapitri Siregar, Diana. Upacara Margondang dan Tortor Batak Angkola Ditinjau
2021.
Rizal, Fitra. Penerapan „Urf Sebagai Metode Dan Sumber Hukum Ekonomi Islam.
Rofiq, Ainur. Tradisi Slametan Jawa dalam Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal
Serlitaria Nainggolan, Maria. Makna Tari Tortor Sebagai Identitas Orang Batak di
Dalam Akad Jual Beli Di Pasar Ternaj Nagari Palangki Kecamatan IV Nagari
Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat. Skripsi UIN Suska Riau. 2020.
Wibisana. Wahyu. Pernikahan Dalam Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Ta‟lim
Lufaefi. Tafsir QS. Ar-Rum Ayat 21: Jangan Khawatir, Allah Pasti Pertemukan
2021.https://akurat.co/tafsir-qs-ar-rum-ayat-21-jangan-khawatir-allah-
pastipertemukan-jodohmu.
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-103-al-'asr/ayat-3
LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA
Nama :
TTl/Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Etnis :
Pendidikan :
Pekerjaan :
No. Hp :
Angkola?
2. Apakah tujuan dilaksanakannya upacara mangupa haroroan boru dalam adat Batak
Angkola?
3. Apa saja persyaratan untuk melaksanakan upacara mangupa haroroan boru dalam
4. Siapa sajakah yang menghadiri upacara mangupa haroroan boru dalam adat
Batak Angkola?
Batak Angkola?
7. Benarkah jika mangupa tidak dilaksanakan maka acara adat pernikahan tidak sah?
8. Apa saja hidangan dan makna hidangan yang ada dalam upacara mangupa
haroroan boru?
9. Pesan apa yang dapat diambil dari mangupa haroroan boru dalam pernikahan
Batak Angkola?
10. Menurut pendapat anda bagaimana pandangan hukum Islam terhadap mangupa
haroroan boru?
11. Menurut pendapat anda, nilai-nilai Islam apa saja yang bisa diperoleh dari mangupa
haroroan boru?
12. Apa harapan anda kedepan mengenai pelestarian adat budaya Batak Angkola?
1. Apakah yang dimaksud dengan upacara mangupa haroroan boru dalam adat
3. Apa saja persyaratan untuk melaksanakan upacara mangupa haroroan boru dalam
Batak Angkola?
7. Benarkah jika mangupa tidak dilaksanakan maka acara adat pernikahan tidak sah?
8. Pesan apa yang dapat diambil dari mangupa haroroan boru dalam pernikahan
Batak Angkola?
haroroan boru?
haroroan boru?
12. Menurut anda, kita sebagai muslim dan masyarakat yang beradat apakah kita harus
13. Apa harapan anda kedepan mengenai pelestarian adat budaya Batak Angkola?
1. Apa kendala yang dihadapi, baik sebelum maupun sesudah acara mangupa
3. Apakah ada syarat yang harus dipenuhi untuk melaksanakan mangupa haroroan
boru?
7. Pesan apa yang anda dapatkan dari pelaksanaan upacar mangupa haroroan boru?
9. Nilai-nilai Islam apa saja yang anda peroleh dari pelaksanaan mangupa haroroan
boru?
10. Apa harapan anda kedepan mengenai pelestarian adat budaya batak?
LAMPIRAN 2
TRANSKRIP WAWANCARA
P: Peneliti
I: Informan
TTl/Usia : 60 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
No. Hp 085207514445
P:
I: Ketika seorang anaknya telah menikah maka orang tua sangat terharu apabila
dia tidak mampu mangupa anaknya, apapun ceritanya kalo dia masyarakat
berarti mengajari anak tersebut untuk berbuat sesuai dengan apa yang
I: Horbo, muda namanengah hambeng, inda bisa dibaen lombu harana adong
mangupa haroroan boru. Satu hutang sama dia apabila tidak dilaksanakan,
harus kita beri tahu tetangga, keluarga apabila anak kita sudah menikah.
I: Rangkaiannya banyak mulai dari suami istri berdekatan ketika sudah menikah
anaknya, keluarga musyawarah martahi sabagas, iba samo iba ima adong
dalihan natolu, sidungi tahi sahuta, dipalugut mai hatobangon, raja, alim
I: Ada wanita dan lelaki dilengkapi dengan saksi disiapkan dnegan maharnya,
ima nakkin secara agama, secara agama sah. Asi idokkon nasah secara adat
ima naidokkon jongjong ditopi bire nadietong halak iba naadong dihutai bope
gok hepeng niba anggo naso diadahon dope adat niba, ima kearifan. Mangkana
hita namarbudayaon anggo dung do nakkin nasesuai dohot koridor agama
P: Apa saja hidangan dan makna hidangan yang ada dalam upacara
nabahat, tapi yang jelas syaratna di mangupa ima hasayanai, ahado hasayanai
molo na horbo janggut ima naidokkon hambeng, molona tolor tolorma, manuk
ima nabottar, horbo. Anggo dung dipajuguk pengantin on dibaenma tu jolo nia
pangupa on, biasana diginjang ni anduri molo adati mandokkon ima nakkin
badan dohot tondi namu raja dohot antobang, tarpayak madisi namanjagit
hamu inang dialaman tua jalan tong hamu sidalan dame. Hambeng on sioban
damedoon. Pertama ulu ima tandana dalihan natolu hadirma disi mora,
adongma disi pat nihambeng ro maon markahanggi, ikur nai ima anakboru
namangartihon naso ra marugi atau seksi repot dibagian keringat. Ate-ate ima
ima gule godang nappuna bulung. Tetunan sipirok atau ulos batak. Indadong
ro abit batak on dibagas niba muda inda ro sen mora, haram doi muda ditabusi
P: Pesan apa yang dapat diambil dari mangupa haroroan boru dalam
ima gurumu, tapi nasahutai namungkin jadi gurumu sude songon natua-tuai
nasesuai dohot pendidikan mu, usahakan sesuai karena itu adat, contohna
adaton.
P: Menurut pendapat anda, nilai-nilai Islam apa saja yang bisa diperoleh
harana hita namangikat hita adong tolu hukum ima hukum negara, agama,
adat natoluondo naparorot hita. Molo hukum adat ro sian impisi ima sen lubuk
hati bia perkembanganna ima sesuai musyawarah, ima makana nadong kitab
adat harana bisa saja naron menyimpang sen adat, adongpe bukuna untuk
Angkola?
angkolaon nadong kitab nion harana sian mulut ke mulut, nadong kitab nion
harana mabiar hita naron lebih dipercayai ia kitab ni adati daripada kitabni
Al-Qur‟an i.
Agama : Islam
Pendidikan : S2
No. Hp 085261523031
I: Bisa dikatan adat atau tradisi yang turun temurun dari kakek-kakek kita nenek
moyang kita yang menjadi sebuah peraturan yang mana dalam upacara ini
diadakan sebuah acara memberikan makanan mulai dari santan, makan, untuk
nasehat kepada boru tersebut cuman dibuatlah dia acara formalnya, supaya
acara tersebut tidak dianggap main-mainan, ada aturan yang harus dilewati
kedatangan boru tersebut, patidahon holong niroha. Karena itu adalah awal
mula pembinaan rumah tangga, maka acara mangupa ini dilaksanakan dengan
membina rumah tangga, diberikan makan lalu diberikan nasehat. Ada istilah
kedatangan boru.
I: Yang pertama adalah parsahutaon yang meliputi alim ulama, cerdik pandai,
hatobangon, harajaon kemudian tidak terlepas dari dalihan natolu yaitu mora,
udang, ikan mas, telur, kalo dulu aslinya diletakkan di anduri harus segi empat,
karena menunjukkan kekuatan kahanggi, anak boru, mora, dan suhut. Semua
berumah tangga nanti belajarlah dari udang, nah seperti itulah media yang
pernikahan jika banyak cobaan harus dilalui dan jangan mundur atau putus
asa.
maksudnya kalo ada ada haroroan boru tanpa diupa-upa seolah-olah tidak ada
kesan yang dapat diambil dari pernikahan tersebut. Kalo misalnya dikemudian
hari mereka ada pertengkaran kecil atau besar maka tidak terlepas mereka
I: Rangkainnya dengan cara yang pertama martahi sabagas mereka dulu satu
Angkola?
adanya mangupa maka saudara dan keluarga akan diundang sehingga akan
kenal kepada boru tersebut. Sehingga nanti tidak terjadi fitnah karena orang-
pernikahannya tidak sah, tapi secara agama pernikahan tersebut tetap sah,
adat ini tidak terlepas dari agjaran agama. Makanya dalam Islam disebutkan
bahwa adat adalah bagian dari hukum. Seandainya seseorang tidak diupa
ketika menikah maka hal tersebut akan berdampak kepada keturunannya yang
upa-upa.
P: Pesan apa yang dapat diambil dari mangupa haroroan boru dalam
I: Kalau menurut hukum Islam mangupa ini sangat bagus asalkan pandai
meletakkan tata cara dan bahasa yang baik untuk mempelai seperti makanan
I: Kalau mangupa yang dilakukan pada zaman dahulu dan sekarang sebenarnya
mangupa yang bertentangan dengan syariat Islam, tetapi lewat penjelasan dari
para ulama dan pendidikan sekarangpun sudah maju maka acara-acara yang
bertentangan dengan syariat Islam sudah dibuang, dipilah dan tidak dipake
lagi.
P: Menurut pendapat anda, nilai-nilai Islam apa saja yang bisa diperoleh
nasehat atau pembekalan, mereka akan mendapatkan ilmu yang menjadi modal
mereka dalam membina rumah tangga. Kemudian nilai adab dan moral
Angkola?
I: Adat ini tetap dijaga dan dilestarikan tapi tentunya terus dikoneksi, apabila
ada adat yang berbenturan dengan agama Islam tentu kita bisa perbaiki, adat
TTl/Usia : 57 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No. Hp 085296844300
I: Kendalanya tidak ada, karena sudah dipersiapkan dengan baik oleh keluarga
parumaen.
haroroan boru?
itu dia boleh memakai gondang, dan sesuai dengan kemampuan keuangan yang
laksanakan?
I: Pertama martahi sabagas, keluarga saja dilanjut martahi sahuta yang dihadiri
adat.
I: Maknanya kita mengajari dia karena dahulu kita ga ada agama, sebelum ada
agama, adat inilah yang menjadi pedoman bagi masyarakat, tapi semenjak ada
agama, banyak dari adat ini yang dikurangi yang tidak sesuai dengan agama.
Dalam hidangan mata bermakna supaya pengantin selalu melihat mana yang
baik dan buruk, telinga tangi disululuton itte disiraon, kalo ada yang meninggal
tidak dikasih tau ke kita ya kita datang, kalo pesta ya harus ada undangannyya,
kalo tidak ada undangannya tapi kita hadiri maka hal tersebut berdosa. Mulut
baik dan bertutur kata yang baik. Hidung mengajari yang bau dan harum yang
halal dan haram. Kaki mengajari pengantin untuk kesana kemari mencari
batak?
I: Salah satu kewajiban, apabila anaknya lahir orangtua sudah berangan-angan
untuk mendidik anaknya, kalau sudah tammat sekolah dan sudah cukup untuk
haroroan boru?
aturan adat.
I: Untuk sekarang tidak ada lagi karena sudah dibuang adat-adat yang
dihadapan pengantin tanpa dimasak, sekarang sudah tidak begitu lagi. Ketika
akan memulai acara kana da martahi sahuta yang dihadiri alim ulama dan
P: Nilai-nilai Islam apa saja yang anda peroleh dari pelaksanaan mangupa
haroroan boru?
I: Adat ini sesuai dengan agama, nilai yang diambil musyawarahnya, kerja
DOKUMENTASI LAPANGAN
Rijal Harahap
LAMPIRAN 4
JADWAL PENELITIAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
Judul
2. Pembuata
n Peoposal
3. Perbaikan
Proposal
4. Seminar
Proposal
5. Perbaikan
Proposal
6. Penelitian
7. Pengolaha
n Data
8. Bimbinga
n
9. Agenda
dan Ujian
Skripsi
10. Perbaikan
CURRICULUM VITAE
NIM 10118009
Pekerjaan : Mahasiswa