TERAPI TB PARU YANG DIBERIKAN DAN KETERSEDIAAN PMO MENURUT KARAKTERISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA, RISKESDAS 2018”
OLEH
WULAN PURNAMASARI J1A118147 EPIDEMIOLOGI 2018
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2020 A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu diantara dua penyakit (tuberculosis ekstra paru) yang disebabkan mycobacterial yang paling menonjol yang dikenal oleh masyarakat. TB adalah penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau ditemukan pada tempat tinggal dengan lingkungan yang padat penduduk atau daerah urban, yang kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan terhadap peningkatan jumlah kasus TB. (Kurniawan, Rahmalia HD, & Indrianti, 2015) Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat secara global. TB paru menduduki peringkat ke 2 sebagai penyebab utama kematian akibat penyakit menular setelah Human Immuno deficiency Virus (HIV). Pada tahun 2014 TB membunuh 1,5 juta orang (1,1 juta HIV negatif dan sisanya HIV positif) terdiri dari laki-laki 890.000 jiwa, perempuan 480.000 jiwa dan 140.000 jiwa pada anak-anak. Di Indonesia bertambah seperempat juta kasus baru dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya. Pada tahun 2013 angka insidensi TB sebesar 183 per 100.000 penduduk dengan angka kematian TB sebesar 25 per 100.000 penduduk dan pada tahun 2014 angka insidensi meningkat menjadi 399 per 100.000 penduduk dengan angka kematian yang juga meningkat menjadi 41 per 100.000 penduduk. (Rohayu, Yusran, & Ibrahim, 2016) Berdasarkan Laporan Riskesdas Provinsi Sulawesi Tenggara Prevalensi TB Paru berdasarkan Riwayat Diagnosis Dokter menurut Kabupaten/Kota tertinggi pada Kota Kendari yaitu 3.297. Prevalensi TB Paru berdasarkan Riwayat Diagnosis Dokter menurut Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu 22.982. Proporsi Pemeriksaan/Diagnosis TB Paru, Jenis Terapi TB Paru yang Diberikan dan Ketersediaan PMO menurut Karakteristik Provinsi Sulawesi Tenggara Karakteristik Kelompok umur (tahun) tertinggi pada umur 45-54 tahun dengan jumlah 22. Karakteristik Jenis Kelamin tertinggi pada Perempuan dengan jumlah 49. Karakteristik Pendidikan tertinggi pada Tamat/SLTA/MA dengan jumlah 24. Karakteristik Pekerjaan tertinggi pada Tidak Bekerja dengan jumlah 38. Karakteristik Tempat Tinggal tertinggi pada Perdesaan dengan jumlah 58. Proporsi Pemeriksaan/Diagnosis TB Paru, Jenis Terapi TB Paru yang Diberikan dan Ketersediaan PMO menurut Karakteristik Provinsi Sulawesi Tenggara pada Cara Diagnosis Dahak dengan jumlah 73,30. Pada Cara Rontgen Dada dengan jumlah 65,70. Pada Therapi KDT dengan jumlah 74,52. Pada Therapi Lepasan dengan jumlah 48,69. Pada Ketersediaan PMO dengan jumlah 57,64. (KEMENKES, 2017) ADA/ TIDAKNYA PMO STATUS GIZI DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU B. Analisis Fish Bone KEPADATAN HUNIAN JENIS LANTAI Bisa Peningkatan taraf melakukan LUAS VENTILASI ekonomi sosial pemberian pengetahuan Diperlukannya pasien Membuat Peningkatan daya kelembapan ventilasi tahan tubuh dengan udara Peran petugas yang baik makanan bergizi seimbang sangat penting penyuluhan Pertukaran dalam tentang Melakukan siklus udara Melakukan meyakinkan Pemeriksaan/ lingkungan penyuluhan baik alami penyuluhan pasien perumahan rumah sehat maupun buatan Diagnosis TB Paru, Jenis yang sehat Terapi TB Paru yang Diberikan dan Membiasakan Mengganti rokok dipagi hari Melakukan dengan Petugas sangat Ketersediaan PMO penyuluhan Berhenti setelah bangun alternative lain penting dalam merokok membuka seperti permen menyakinkan jendela Membuat nikotin pasien jadwal Melakukan penjemuran penyuluhan Menjaga jarak dengan kasur rutin Melakukan penderita TB Paru penyuluhan KEBIASAAN MEMBUKA JENDELA SIKAP PASIEN Menjaga imunitas tubuh agar tidak menurun
KEBIASAAN KONTAK DENGAN
PERILAKU MEROKOK MENJEMUR KASUR PENDERITA TB C. Daftar Pustaka
KEMENKES. (2017). LAPORAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA. RISKESDAS , 1-486.
Kurniawan, N., Rahmalia HD, S., & Indrianti, G. (2015). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU. JOM , 729-741. Maulidiya, Y. N., Redjeki, E. S., & Fanani, E. (2017). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS (TB) PARU PADA PASIEN PASCA PENGOBATAN DI PUSKESMAS DINOYO KOTA MALANG. Jurnal Kesehatan Masyarakat , 1-14. Oktavia, S., Mutahar, R., & Destriatania, S. (2016). ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTAPATI PALEMBANG. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat , 124-138. Pertiwi, J., Ratnaningrum, D., Wartini, & Sunardi. (2019). Analisis Faktor Risiko Tuberkulosis Paru Dewasa di Kabupaten Sukoharjo. Seminar Nasional , 277-287. Rohayu, N., Yusran, S., & Ibrahim, K. (2016). RISK FACTOR ANALYSIS OF PULMONARY TB AFB POSITIVE ON COASTAL COMMUNITIES IN WORK AREA OF KADATUA’S PUBLIC HEALTH CENTER SOUTH BUTON 2016 . Jurnal Kesehatan Masyarakat , 1- 15. Widiyarsih, F., Rochmawati, & Saleh, I. (2015). FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI UNIT PELAYANAN KESEHATAN (UPK) PUSKESMAS PERUM 2 PONTIANAK. Jurnal Kesehatan Masyarakat , 1-14.