Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN BENCANA

“INFORMASI SAAT BENCANA”

MAKALAH
OLEH
KELOMPOK 2
Fitra (J1A118009) Dhiya Ramadhani (J1A118189)
Purnama Sari (J1A118012) Asmiati Arif (J1A118197)
Melly Erdana (J1A118025) Dwi Afriliyana (J1A118213)
Haisa (J1A118029) Tasya Kurnia (J1A118228)
Anika Satriani (J1A118050) Iin (J1A118234)
Nurbaiti (J1A118054) Anita Aprilia (J1A118238)
Sri Asdinar Ndikade (J1A118091) Waode Reski (J1A118245)
Yuni (J1A118097) Husnul Khatimah (J1A118256)
Indriyanti Wahyuni (J1A118103) Izmi Ramadhanti (J1A118258)
Muh. Bazal M (J1A118118) Ummi Rahmi (J1A118271)
Wulan Purnama Sari (J1A118147) Novalia Pramesti R.J (J1A118304)

EPIDEMIOLOGI 2018

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberi kesempatan, kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Informasi Saat Bencana” makalah
ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Manajemen Bencana.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar
kami, dan teman-teman yang telah membantu menyusun serta dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami
harapkan. tidak lupa harapan kami semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kami.

Kendari, April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1. Informasi pada awal terjadinya bencana .................................................. 3
2.2. Informasi penilaian kebutuhan cepat........................................................ 5
2.3. Informasi perkembangan kejadian bencana ............................................. 8
2.4. Pengelolaan data saat bencana................................................................ 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
3.1. Kesimpulan............................................................................................. 14
3.2. Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap bencana alam,
dalam berbagai bentuk, mulai dari banjir, gunung meletus, tanah longsor dan
gempa bumi. Membicarakan tentang bencana alam maka setidaknya bencana
alam bisa dilihat dari beberapa perspektif; yaitu pertama, bencana alam yang
terjadi karena faktor alam, seperti gempa bumi dan erupsi gunung berapi.
Bencana alam seperti ini tidak bisa dihindari oleh manusia, namun bukan
berarti tidak ada yang bisa dilakukan oleh manusia. Kemajuan teknologi telah
menjadikan manusia semakin tanggap terhadap bencana alam yang terjadi,
dimana bencana alam dapat diprediksi dan diantisipasi. Kurangnya kesadaran
atas pelestarian ekologi lingkungan menjadi sebab utama terjadinya bencana
alam dalam perspektif kesiapsiagaan bencana. Kedua adalah bencana
nonalam yaitu bencana yang disebabkan oleh kemajuan bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit
(Sukmono & Junaedi, 2018).
Bencana alam adalah suatu kejadian alam yang dapat terjadi setiap
waktu. Salah satu kejadian alam yaitu bencana tanah longsor. Tanah longsor
yaitu bergeraknya massa tanah atau batuan akibat terjadinya gangguan
kestabilan lereng. Faktor yang memicu tanah longsor yang terdapat dua,
berupa faktor alami seperti morfologi, struktur geologi, landuse, jenis tanah,
struktur geologi, klimatologi (curah hujan) dan kegempaan (Utomo &
Widiatmaka, 2013). Meningkatnya risiko bencana longsor juga terjadi
disebabkan karena alih fungsi lahan yang tidak terkontrol karena peningkatan
populasi penduduk sehingga diperlukan pengembangan lahan untuk kegiatan
permukiman, ekonomi maupun infrastruktur (Hamida & Widyasamratri,
2019).
Berdasarkan Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI-BNPB),
sebanyak 1800 bencana pada tahun 2005 hingga 2015, 78% merupakan

1
bencana hidrometeorologi dan 22% merupakan bencana geologi. Terjadinya
bencana memberikan dampak keberbagai aspek seperti pada aspek fisik
kawasan, namun juga kepada ekonomi dan hingga korban jiwa. Berbagai
permasalahan dari mahalnya harga lahan dan kebutuhan akan lahan
menyebabkan kawasan yang tidak pada tempatnya dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat sebagai tempat bermukim dan beraktivitas (Hamida &
Widyasamratri, 2019).
Tersedianya informasi yang menyeluruh, detail dan tepat di
pengendalian pemanfaatan ruang di lokasi rawan bencana longsor pada
pengembangan suatu wilayah menjadi hal yang sangat penting dalam
meminimalisir adanya korban jiwa dan kerugian-kerugian baik fisik, sosial
maupun ekonomi. Informasi tersebut harus disebarkan kepada masyarakat
sebagai sistem peringatan dini. Di beberapa kawasan dengan kepadatan
penduduk yang tinggi dan telah mempunyai sistem peringatan dini, informasi
tersebut belum tersebar secara merata sehingga sangat memungkinkan
masyarakat mempunyai presepsi yang berbeda-beda. Hal tersebut yang
menimbulkan kepanikan dan kekacauan sehingga menyebabkan kerugian
baik harta maupun nyawa yang lebih besar (Hamida & Widyasamratri, 2019).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana informasi pada awal terjadinya bencana?
2. Bagaimana informasi penilaian kebutuhan cepat?
3. Bagaimana informasi perkembangan kejadian bencana?
4. Bagaimana pengelolaan data saat bencana?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui informasi pada awal terjadinya bencana
2. Untuk mengetahui informasi penilaian kebutuhan cepat
3. Untuk mengetahui informasi perkembangan kejadian bencana
4. Untuk mengetahui pengelolaan data saat bencana

2
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan Peraturan Kepala BNPB No. 7 Tahun 2012, pengelolaan data
dan informasi bencana adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan,
analisis, penyajian, serta diseminasi data dan informasi bencana. Pengumpulan
data yang dilakukan adalah pengumpulan data kejadian bencana, jumlah korban,
kerusakan, dan taksiran kerugian. Pengumpulan data dapat dilakukan secara
langsung, misalnya melalui wawancara kepada pihak pemerintahan, organisasi
relawan, NGO, dan masyarakat atau secara tidak langsung, misalnya melalui
internet, radio, televisi, media cetak, dan lain sebagainya. Data yang telah
dikumpulkan kemudian disimpan dengan format worksheet atau menggunakan
aplikasi khusus DIBI (Mar’atush Sholihah, 2015).
Setelah dilakukan diolah, selanjutnya data harus dianalisis. Terdapat empat
jenis analisis data yaitu analisis komposisi, temporal, statistik, dan spasial.
Analisis komposisi adalah analisis yang membandingkan nilai kejadian atau
lokasi bencana dengan dampak yang dipilih. Analisis temporal yaitu analisis yang
menunjukkan aktivitas variabel dampak yang berbeda dari waktu ke waktu.
Analisis statistik yaitu analisis yang ditampilkan dalam bentuk statistik,
sedangkan analisis spasial yaitu analisis yang ditampilkan dalam bentuk
pemetaan. Informasi yang telah dihasilkan dari proses analisis data harus
disebarkan tepat waktu dengan cara yang terstruktur. Penyajian data dan informasi
bencana dapat berupa tabel, digram, peta, buku pencatatan (log book), papan
pengumuman, papan untuk pesan, pertemuan koordinasi/ informasi, dan laporan
situasi (Mar’atush Sholihah, 2015).

2.1. Informasi pada awal terjadinya bencana


a. Jenis informasi dan waktu penyampaian
Informasi yang dibutuhkan pada awal terjadinya bencana disampaikan
segera setelah kejadian awal diketahui dan dikonfirmasi
kebenarannya, meliputi:

3
1. Jenis bencana dan waktu kejadian bencana yang terdiri dari
tanggal, bulan, tahun serta pukul berapa kejadian tersebut terjadi.
2. Lokasi bencana yang terdiri dari desa, kecamatan, kabupaten/kota
dan provinsi bencana terjadi.
3. Letak geografi dapat diisi dengan pegunungan, pulau/kepulauan,
pantai dan lain-lain.
4. Jumlah korban yang terdiri dari korban meninggal, hilang, luka
berat, luka ringan dan pengungsi.
5. Lokasi pengungsi.
6. Akses ke lokasi bencana meliputi akses dari:
 Kabupaten/kota ke lokasi dengan pilihan mudah/sukar, waktu
tempuh berapa lama dan sarana transportasi yang digunakan.
 Jalur komunikasi yang masih dapat digunakan.
 Keadaan jaringan listrik.
 Kemudian informasi tanggal dan bulan serta tanda tangan
pelapor dan lokasinya.
b. Sumber Informasi
Sumber informasi mengenai kejadian bencana dapat berasal:
1. Masyarakat
2. Sarana pelayanan kesehatan
3. Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota
4. Lintas sektor

Informasi disampaikan menggunakan:


1. Telepon
2. Faksimili
3. Telepon seluler
4. Internet
5. Radio komunikasi
6. Telepon satelit

4
c. Alur Mekanisme dan Penyampaian Informasi
Informasi awal tentang krisis pada saat kejadian bencana dari lokasi
bencana langsung dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Provinsi, maupun ke Pusat Penanggulangan Krisis Departemen
Kesehatan dengan menggunakan sarana komunikasi yang paling
memungkinkan pada saat itu. Informasi dapat disampaikan oleh
masyarakat, unit pelayanan kesehatan dan lain-lain. Unit penerima
informasi harus melakukan konfirmasi.

2.2. Informasi penilaian kebutuhan cepat


a. Jenis Informasi dan Waktu Penyampaian
Penilaian kebutuhan cepat penanggulangan krisis akibat bencana
dilakukan segera setelah informasi awal diterima. Informasi yang
dikumpulkan meliputi:
1. Jenis bencana dan waktu kejadian bencana.
2. Tingkat keseriusan dari bencana tersebut, misalnya banjir
ketinggian air mencapai 2 m, gempa bumi dengan kekuatan 7 Skala
Richter.
3. Tingkat kelayakan yaitu luas dari dampak yang ditimbulkan dari
bencana tersebut.

5
Alur penyampaian dan konfirmasi informasi awal kejadian
bencana Menteri
4. Kecepatan perkembangan misalnya konflik antar suku disatu
daerah, bila tidak cepat dicegah maka dapat dengan cepat meluas
atau berkembang ke daerah lain.
5. Lokasi bencana terdiri dari dusun, desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota dan provinsi.
6. Letak geografi terdiri dari pegunungan, pantai, pulau/kepulauan
dan lain-lain.
7. Jumlah penduduk yang terancam.
8. Jumlah korban meninggal, hilang, luka berat, luka ringan,
pengungsi (dibagi dalam kelompok rentan bayi, balita, bumil,
buteki, lansia), lokasi pengungsian, jumlah korban yang dirujuk ke
Puskesmas dan Rumah Sakit.
9. Jenis dan kondisi sarana kesehatan dibagi dalam tiga bagian yaitu
informasi mengenai kondisi fasilitas kesehatan, ketersediaan air
bersih, sarana sanitasi dan kesehatan lingkungan.
10. Akses ke lokasi bencana terdiri dari mudah/ sukar, waktu tempuh
dan transportasi yang dapat digunakan.

6
11. Kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan di lokasi
penampungan pengungsi.
12. Kondisi logistik dan sarana pendukung pelayanan kesehatan.
13. Upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
14. Bantuan kesehatan yang diperlukan.
15. Rencana tindak lanjut.
16. Tanggal, bulan dan tahun laporan, tanda tangan pelapor serta
diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan.

b. Sumber Informasi
Informasi dikumpulkan oleh Tim Penilaian Kebutuhan Cepat yang
bersumber dari:
1. Masyarakat
2. Sarana pelayanan kesehatan
3. Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota
4. Lintas sektor
Informasi disampaikan melalui:
1. Telepon
2. Faksimili
3. Telepon seluler
4. Internet dan Radio komunikasi

c. Alur Mekanisme dan Penyampaian Informasi


Informasi penilaian kebutuhan cepat disampaikan secara berjenjang
mulai dari institusi kesehatan di lokasi bencana ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi,
dari Provinsi ke Departemen Kesehatan melalui Pusat
Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan dan dilaporkan ke
Menteri Kesehatan.

7
Alur penyampaian informasi penilaian kebutuhan cepat
penanggulangan krisis akibat bencana
2.3. Informasi perkembangan kejadian bencana
a. Jenis Informasi dan Waktu Penyampaian
Informasi perkembangan kejadian bencana dikumpulkan setiap kali
terjadi perkembangan informasi penanggulangan krisis akibat bencana.
Informasi perkembangan kejadian bencana meliputi:
1. Tanggal/bulan/tahun kejadian.
2. Jenis bencana.
3. Lokasi bencana.
4. Waktu kejadian bencana
5. Jumlah korban keadaan terakhir terdiri dari meninggal, hilang, luka
berat, luka ringan, pengungsi (dibagi dalam bayi, balita, bumil,
buteki, lansia) dan jumlah korban yang dirujuk.
6. Upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
7. Bantuan segera yang diperlukan.
8. Rencana tindak lanjut.

8
9. Tanggal, bulan dan tahun laporan, tanda tangan pelapor serta
diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan.
b. Sumber informasi
Informasi disampaikan oleh institusi kesehatan di lokasi bencana
(Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan). Informasi disampaikan
melalui:
1. Telepon
2. Faksimili
3. Telepon seluler
4. Internet
5. Radio komunikasi
6. Telepon satelit

c. Alur Mekanisme dan Penyampaian Informasi


Informasi perkembangan disampaikan secara berjenjang mulai dari
institusi kesehatan di lokasi bencana ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi,
dari Provinsi ke Departemen Kesehatan melalui Pusat Penanggulangan
Krisis dan dilaporkan ke Menteri Kesehatan.
1. Tingkat Puskesmas
 Menyampaikan informasi pra bencana ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
 Menyampaikan informasi rujukan ke Rumah Sakit
Kabupaten/Kota bila diperlukan.
 Menyampaikan informasi perkembangan bencana ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.
2. Tingkat Kabupaten/Kota
 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyam-paikan informasi
awal bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi.
 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penilaian
kebutuhan pelayanan di lokasi bencana Dinas Kesehatan

9
Kabupaten/Kota menyam-paikan laporan hasil penilaian
kebutuhan pelayanan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
memberi respon ke Puskesmas dan Rumah Sakit
Kabupaten/Kota.
 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyam-paikan informasi
perkembangan bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi.
 Rumah Sakit Kabupaten/Kota menyampaikan informasi
rujukan dan perkembangannya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit Provinsi bila diperlukan.
3. Tingkat Provinsi
 Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan informasi awal kejadian
dan perkembangannya ke Departemen Kesehatan melalui Pusat
Penang-gulangan Krisis.

Alur penyampaian informasi perkembangan penanggulangan


krisis akibat bencana

10
 Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kajian terhadap laporan hasil
penilaian kebutuhan pelayanan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
 Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan laporan hasil kajian ke
Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan dan memberi
respons ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit
Provinsi.
 Rumah Sakit Provinsi menyampaikan informasi rujukan dan
perkembangannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Rumah Sakit
Rujukan Nasional bila diperlukan.
4. Tingkat Pusat
 Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan
menyampaikan informasi awal kejadian, hasil kajian penilaian
kebutuhan pelayanan dan perkembangannya ke Sekretaris Jenderal
Departemen Kesehatan, Pejabat Eselon I dan Eselon II terkait serta
tembusan ke Menteri Kesehatan.
 Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan melakukan
kajian terhadap laporan hasil penilaian kebutuhan pelayanan yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
 Rumah Sakit Umum Pusat Nasional menyampaikan informasi
rujukan dan perkem-bangannya ke Pusat Penanggulangan Krisis
Departemen Kesehatan bila diperlukan.
 Pusat Penanggulangan Krisis beserta unit terkait di lingkungan
Departemen Kesehatan merespons kebutuhan pelayanan kesehatan
yang diperlukan.

2.4. Pengelolaan data saat bencana


a. Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan mencakup:
1. Data bencana
2. Data sumber daya (sarana, tenaga dan dana)

11
3. Data sanitasi dasar
4. Data upaya kesehatan penanggulangan bencana
5. Data status kesehatan dan gizi
6. Data mengenai masalah pelayanan kesehatan

Peran institusi dalam pengumpulan data, antara lain:


1. Puskesmas mengumpulkan data bencana, sumber daya (sarana,
tenaga dan dana), sanitasi dasar, upaya kesehatan, penanggulangan
bencana, status kesehatan dan gizi serta data mengenai masalah
pelayanan kesehatan.
2. Rumah Sakit mengumpulkan data pelayanan kesehatan rujukan
korban bencana dan sumber daya kesehatan.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengumpulkan data bencana,
masalah kesehatan dan sumber daya kesehatan dari Puskesmas dan
Rumah Sakit.
4. Dinas Kesehatan Provinsi mengumpulkan data bencana, masalah
kesehatan dan sumber daya kesehatan dari Dinas Kabupaten/Kota
atau dari Rumah Sakit.
b. Pengolahan Data
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan data, antara
lain:
1. Puskesmas melakukan pengolahan data mengenai masalah
kesehatan untuk melihat besaran dan kecenderungan permasalahan
kesehatan untuk peningkatan pelayanan
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pengolahan data dari
Puskesmas dan Rumah Sakit mengenai masalah kesehatan untuk
melihat besaran dan kecenderungan permasalahan kesehatan,
kebutuhan sumber daya untuk pelayanan kesehatan dan sanitasi
dasar untuk merumuskan kebutuhan bantuan.
3. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan pengolahan data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit Provinsi mengenai

12
masalah kesehatan untuk melihat besaran dan kecenderungan
permasalahan kesehatan, kebutuhan sumber daya untuk pelayanan
kesehatan untuk merumuskan kebutuhan bantuan.
4. Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan melakukan
pengolahan data dari Dinas Kesehatan Provinsi mengenai masalah
kesehatan untuk melihat besaran dan kecenderungan permasalahan
kesehatan, kebutuhan sumber daya untuk pelayanan kesehatan dan
merumuskan kebutuhan bantuan bersama dengan unit terkait.
c. Penyajian Data
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian data, antara
lain:
1. Puskesmas menyiapkan data masalah kesehatan dalam bentuk
tabel, grafik, pemetaan, dll untuk dilaporkan kepada Dinas
Kesehatan kabupaten/Kota.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penyajian data dapat
dalam bentuk bentuk tabel, grafik, pemetaan, dll.
3. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan penyajian data dapat dalam
bentuk tabel, grafik, pemetaan, dll.
4. Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan melakukan
penyajian data dalam bentuk tabel, grafik, Pemetaan dan dimuat
dalam web-site, dan lain-lain.
d. Penyampaian
Informasi yang diperoleh dapat disampaikan dengan menggunakan:
1. Kurir
2. Radio Komunikasi
3. Telepon
4. Faksimili
5. E-mail
6. SMS

13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengumpulan data yang dilakukan adalah pengumpulan data
kejadian bencana, jumlah korban, kerusakan, dan taksiran kerugian. Data
yang telah dikumpulkan kemudian disimpan dengan format worksheet
atau menggunakan aplikasi khusus DIBI. Setelah dilakukan diolah,
selanjutnya data harus dianalisis. Terdapat empat jenis analisis data yaitu
analisis komposisi, temporal, statistik, dan spasial. Informasi yang telah
dihasilkan dari proses analisis data harus disebarkan tepat waktu dengan
cara yang terstruktur
3.2. Saran
Infromasi ketika terjadi bencana tentunya merupakan hal yang
sangat penting dan utama dalam mengupayakan pemberian penanganan
dan penanggulangan yang tepat dan cepat. Maka dari itu pemerintah dan
segenap instansi pemerintah harus selalu siap dan sigap baik ketika terjadi
bencana maupun sebelum dan sesudah terjadi bencana dalam mengelola
dan menyebarkan informasi.

14
DAFTAR PUSTAKA
Hamida, F. N., & Widyasamratri, H. (2019). Risiko Kawasan Longsor Dalam
Upaya Mitigasi Bencana Menggunakan Sistem Informasi Geografis.
Pondasi, 24(1), 67. https://doi.org/10.30659/pondasi.v24i1.4997
Mar’atush Sholihah, P. W. I. P. (2015). Kajian Data dan Informasi Bencana di
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bondowoso
(Assessment of Disaster Data and Information in …. Artikel Ilmiah Hasil
Penelitian Mahasiswa. Retrieved from
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/70953
Sukmono, F. G., & Junaedi, F. (2018). Jurnalisme Sensitif Bencana Dalam
Manajemen Pencarian, Pengelolaan Informasi Dan Pemberitaan Bencana Di
Ruang Redaksi. Jurnal ASPIKOM, 3(4), 712.
https://doi.org/10.24329/aspikom.v3i4.185
Tamitiadini, D., Dewi, W. W. A., & Adila, I. (2019). Inovasi Model Mitigasi
Bencana Non Struktural Berbasis Komunikasi, Informasi, Koordinasi Dan
Kerjasama. Prosiding Comnews 2019, 1, 204–214.

Anda mungkin juga menyukai