Anda di halaman 1dari 4

A.

Deskripsi Ibu Hamil


Wanita yang sedang hamil juga dikenal dengan nama gravida. Sesorang ibu didiagnosa
hamil apabila didapatkan tanda-tanda pasti kehamilan, yaitu Denyut Jantung Janin (DJJ)
dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu 17-18, dapat dipalpasi (yang harus
ditemukan adalah bagian-bagian janin jelas pada minggu ke-22 dan gerakan janin dapat
dirasakan dengan jelas setelah minggu ke-24), dan juga dapat di Ultrasonogafi (USG)
pada minggu ke-6 (Kusmiyati, 2008)

Kehamilan juga merupakan suatu kondisi seorang wanita memiliki janin yang tengah
tumbuh dalam tubuhnya. Umumnya janin tumbuh di dalam rahim. Waktu hamil pada
manusia sekitar 40 minggu atau 9 bulan. Kurun waktu tersebut, dihitung saat awal
periode menstruasi yang terakhir hingga melahirkan. Kehamilan adalah proses reproduksi
yang memerlukan perawatan secara khusus agar berlangsung dengan baik. Lantaran,
hamil memiliki risiko yang sifatnya dinamis. Dalam hal ini, ibu hamil yang semula
normal, tiba-tiba menjadi berisiko tinggi.

Menurut Manuaba (1998) Gravida terbagi atas dua bagian yaitu:


a.Primigaravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Ciri cirinya adalah
perut tegang menonjol, striase livide, perineum utuh, vulva menonjol, hymen perforatus,
vagina sempit, dengan rugae, portio runcing dan tertutup.
b.Multigravida adalah wanita yang pernah hamil dan melahirkan bayi cukup bulan. Ciri
cirinya adalah perut lembek dan menggantung, striase livide dan ablikan, perineum
terdapat bekas robekan, vulva terbuka, karunkulemirtiformis, vagina longgar tanpa rugae,
portio tumpul dan terbagi dalam bibir depan belakang.

Berikut ini tanda-tanda hamil secara umum pada wanita


1. Payudara terasa membesar, keras, nyeri, sensitif sentuhan
Tanda seperti ini muncul 1 hingga 2 minggu sesudah konsepsi atau pembuahan.
Dua minggu sesudah konsepsi, payudara wanita hamil mengalami perubahan sebagai
persiapan produksi ASI karena dipengaruhi hormon estrogen dan progesteron.

2. Mual pagi hari (morning sickness)


Pada umumnya terjadi saat triwulan pertama. Meskipun dinamakan morning
sickness, tetapi mual serta muntah bisa terjadi kapan saja selama masa hamil. Mual dan
muntah disebabkan adanya perubahan hormonal yang memicu bagian otak pengontrol
mual serta muntah. Gejala seperti ini dialami 75% wanita hamil.
3. Mudah lelah, lemas, pusing, dan pingsan
Gejala hamil tersebut disebabkan pelebaran pembuluh darah saat hamil atau
rendahnya kadar gula darah.

4. Sakit kepala
Pada umumnya timbul minggu ke-6 kehamilan akibat peningkatan hormon.

5. Konstipasi (sulit BAB)


Gejala ini terjadi akibat peningkatan pada hormon progesteron menyebabkan
kontraksi pada usus lebih pelan serta makanan menjadi lambat saat melalui saluran
pencernaan.

6. Perubahan mood karena pengaruh hormone

7. Bercak pendarahan
Terjadi pada saat telur sudah dibuahi dan berimplantasi (melekat) pada dinding
rahim antara 10 sampai dengan 14 hari sesudah pembuahan. Perdarahan pada umumnya
sedikit, dengan bercak bulat, warnanya lebih cerah dibanding darah haid, serta tidak
berlangsung lama.

Kesehatan ibu dan janin dalam masa kehamilan sudah seharusnya menjadi prioritas bagi
para ibu hamil untuk senantiasa dijaga kesehatannya baik dalam hal fisik dan juga
psikologinya. Karena memang kesehatan dan kecerdasan sang bayi sebagian besar juga
atas peran serta ibu hamil dalam menjaga kesehatannya selama kehamilannya dan juga
aupan nutrisi gizi yang baik. Untuk itulah pemahaman yang benar akan cara jaga
kesehatan ibu hamil dan janin perlu untuk diketahui oleh para ibu-ibu hamil.

http://www.hamil.co/kehamilan/
Kusmiyati, (2008), Perawatan Ibu Hamil, Fitramaya, Yogyakarta, hal. 97.
Manuaba, I.B.G, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, EGC,
Jakarta, hal. 58.

B. Derajat Kesehatan Tertinggi yang Harus Dicapai


Ciri ciri ibu hamil yang sehat :

1. Tekanan darah dan kadar gula darah normal


Indikator utama dari kehamilan sehat adalah tekanan darah dan kadar gula darah
dipantau pada trimester kehamilan yang berbeda. Tekanan darah dan kadar gula
memang mengalami fluktuasi selama kehamilan dan sedikit lebih tinggi, tapi tidak
terjadi lonjakan yang intens.
2. Kondisi rahim dan plasenta
Untuk menjaga janin dalam rahim, maka kondisi rahim dan plasenta harus tetap sehat
sampai melahirkan. Plasenta harus melekat dengan baik pada dinding rahim karena
jika tidak bisa menyebabkan kelahiran prematur atau keguguran.
3. Pertumbuhan janin
Pertumbuhan janin menentukan kondisi bayi nantinya. Hal ini dapat diketahui dengan
memeriksakan berat perempuan selama hamil atau melalui USG. Jika pertumbuhan
janin kurang bisa menjadi tanda kekurangan oksigen di dalam rahim serta
mengakibatkan gangguan fungsi plasenta.
4. Berat badan
Dokter umumnya merekomendasikan peningkatan 13-15 kilogram selama kehamilan,
terutama jika sebelum hamil sudah memiliki berat badan sehat. Tapi jika sudah
kelebihan berat badan maka kenaikannya disarankan dikurangi.
5. Kadar hormon
Perempuan hamil bisa menghasilkan progesteron lebih dari 400 mg dibanding yang
tidak hamil. Hormon progesteron dan estrogen mengatur endometrium untuk
implantasi (penempelan janin di rahim) dan menjaga rahim dari kontraksi selama
kehamilan. Estrogen sendiri membantu membangun jaringan, dan memungkinkan
rahim lebih kuat.
6. Pertumbuhan perut
Dokter idealnya akan melakukan pengukuran perut ibu hamil secara rutin untuk
memastikan pertumbuhan dan perkembangan bayi berada pada tingkat yang sehat.
7. Gerakan janin
Dokter akan menyarankan untuk menghitung gerakan janin selama kehamilansebagai
cara untuk melacak seberapa sehat kehamilan yang terjadi. Ibu cenderung mulai
merasakan gerakan janin antara usia kehamilan 6-10 minggu. Gerakan janin ini
memastikan bahwa bayi menerima cukup oksigen dan berada dalam kondisi baik-baik
saja.

C. Kontribusi Farmasis
D. Rancangan Kegiatan (biar kontribusinya keliatan gitu)

Secara umum, penggunaan obat pada ibu hamil memerlukan pertimbangan lebih khusus,
karena adanya resiko. Akibat tidak baik dalam penggunaannya tidak hanya terhadap ibu
saja, tetapi juga gangguan pada janinnya (efek teratogenik). Timbulnya kecacatan pada
janin merupakan resiko yang sangat dikhawatirkan. Kecacatan bisa berupa cacat fisik
maupun cacat fungsional. Akibat buruk lainnya adalah gangguan pertumbuhan,
keganasan, dan perubahan faktor keturunan (mutasi genetik). Semua keluarga tentu
mengharapkan ibu hamil dapat melahirkan bayi yang sehat dengan selamat. Satu prinsip
yang perlu dipegang teguh dalam pemberian obat untuk bumil adalah tidak ada obat yang
secara mutlak dianggap aman. Sekitar 3% dari seluruh kelahiran cacat diperkirakan
adalah akibat obat. Resiko paling tinggi untuk menimbulkan efek teratogenik adalah
penggunaan obat pada trimester pertama atau minggu ketiga hingga ke delapan. Pada
masa tersebut sebagian besar organ utama dibentuk.
Sesudah minggu ke delapan jarang terjadi kelainan struktur, karena organ utama sudah
terbentuk pada fase ini. Pada trimester dua dan tiga, untuk obat-obat tertentu efek
teratogenik yang terjadi lebih kepada gangguan fungsional.
FDA Badan POMnya Amerika menggolongkan obat pada wanita hamil berdasarkan
tingkat keamanannya yakni kategori A, B, C, D, dan X. Penggolongan ini banyak
dijadikan acuan dalam mempertimbangkan penggunaannya. Diazepam digolongkan
kepada obat dengan tingkat keamanan kategori D. Obat-obat dalam kelompok ini terbukti
menunjukkan adanya resiko bagi janin. Ia hanya dapat digunakan pada keadaan khusus
dan hanya bila manfaatnya lebih besar dibanding akibat buruk yang mungkin timbul. Ia
digunakan terutama pada keadaan yang mengancam jiwa atau jika tidak ada obat lain
yang lebih aman.
Dalam pemberian obat kepada pasien apalagi ibu hamil pertimbangan antara manfaat
penggunaan obat harus lebih besar daripada akibat buruk yang akan ditimbulkan.
Penggunaan obat sedapat mungkin dihindari pada ibu hamil terutama pada trimester
pertama kehamilan. Terapi tanpa obat sebaiknya diupayakan semaksimal mungkin. Bila
tidak ada pilihan maka obat diberikan jika hanya jelas manfaatnya lebih besar dari
resikonya. Demikian juga dengan obat baru, sebaiknya dihindari karena data
keamanannya biasanya masih terbatas. Tenaga kesehatan yang profesional akan selalu
berupaya untuk memilih obat yang tingkat keamanannya sudah diketahui dan
mengutamakan pengobatan tunggal. Takaran obat dipilih dengan takaran efektif yang
terendah. Namun perlu juga diketahui bahwa, takaran beberapa obat mungkin lebih tinggi
pada ibu hamil. Lama penggunaan obat pada ibu hamil diupayakan sesingkat mungkin.
Jika obat yang digunakan pada ibu hamil diduga kuat dapat menyebabkan
kecacatan, maka pemantauan perlu dilakukan. Agar kecacatan pada janin dapat dihindari,
maka obat-obat yang dapat menimbulkan gangguan pada janin perlu dihindari tidak saja
pada ibu hamil, tetapi juga pada ibu pada usia muda yang berpeluang menjadi hamil

Anda mungkin juga menyukai