Anda di halaman 1dari 37

DISKRESI KEPOLISIAN MELAKUKAN PENEMBAKAN TERHADAP

TERSANGKA TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR

DIHUBUNGKAN DENGAN ASAS PRADUGA TIDAK BERSALAH

Yandita Raka Mahendra


yrakamahendra@gmail.com

ABSTRAK

Kepolisianimerupakaniinstitusiinegaraisebagaiipenjagaimasyarakat, haruslah
terdepanimempertahankaniintegritasimoral, dan idengan ilandasan imoral
idengan hukumiiditegakkan. Polisiiisebagaiiipenegakiihukumiimerupakaniitugas
pokoknya.DalamisetiapimelakukanitindakaniPolisiimempunyaiikewenangan
bertindakiimenurutiipenilaiannyaisendiriiihaliiini sering disalahiigunakaniiioleh
oknum anggotaiiKepolisian.
Menganalisis berdasarkaniiPrinsipiProporsionalitasiidalam penanggulangan
kekerasaniidaniisenjataiiapi harusiiditerapkaniipadaiisaatiikeadaaniitertentuiipada
dasarnyaihaliitu terkaitiipenembakan bertentanganidenganihak asasiiimanusia
serta mengambil dalamisisi rasioilegisiperaturan perundang-iundangan yang
berlaku di Indonesia. Pada hakikatnya saya mencari dibeberapa sumber primer
serta sekunder dalam menganalisa beberapa rumusan masalah.
KepolisianiiNegaraiiRepublikiIndonesiaiituitundukipadaikekuasaaniperadilan
umumiisepertiihalnyaiwargaisipilipadaiumumnya. Demikianiiiyangiidisebutiiiidalam
Pasali29iayat (1) Undang-iUndang Nomori2iTahuni2002itentangiKepolisian
Negara Republik Indonesia. HaliiniimenunjukkanibahwaianggotaiKepolisian RI
merupakan wargaisipilidan bukanitermasukisubjekihukumimiliter. Namun, karena
profesinya, anggotaiPolriijugaiiitundukiipadaiiPeraturaniiDisipliniidaniiKodeiiiEtik
ProfesiiiyangiidiaturiidalamiiPeraturan iPemerintahiiNomorii2iiTahunii2003itentang
PeraturaniiDisipliniiAnggotaiiKepolisianiiNegaraiiRepublikiiIndonesia. iSedangkan,
kodeiietikiikepolisianiidiaturidalamiPerkapolriiNomori14iTahuni2011itentangiiiKode
Etik ProfesiiiKepolisianiiNegaraiRepublikiIndonesia.
Kesimpulannya nyawaitidakibolehidiambilisemestinyaimasyarakatiiharusnya
dilindungi, dalamisuatuikejadianiibanyakiidiantaranyaiiipolisiiiimenembakiiipelaku
pencurianidanidenganihalihakiasasiimanusiaiperbuatanitersebutimenolakibahwa
masyarakatiiharusiihidupiidenganiitentramiidaniidamaiiimakaiidariiiituiiiiiiidiskresiiii
tersebut jugaiidikaitkanidenganiasasipradugaitidakibersalah.

1
ABSTRACT

Policeiareistateiinstitutionsiasiguardiansiofisociety,must beiatitheiforefront of
maintaining moral integrity, andionia moralibasisiwithitheilawibeing enforced.
Police as lawienforcementiisitheimain task. Inieveryiaction, the police have the
authorityitoiactiaccordingitoitheiriownijudgment, thisi isi ofteni misusedi by
unscrupulousimembersiofithe police.
Analyzing basedionitheiPrincipleiofiProportionalityiiin overcoming violence
andiifirearmsiimustiibeiiappliediiwheniicertainiiconditionsiiareiibasicallyiirelatediiiito
shootings that are contraryiitoihumanirights and take in terms of the legal ratio
ofitheiiprevailingiilawsiiandiiregulationsiiiniiiIndonesia. In essence, I looked for
several primary and secondary sources in analyzing several problem
formulations.
TheiiStateiiPoliceiofitheiiRepubliciiofiiIndonesia is subject to the power of
the general judiciary as well as civilians in general. This is what is stated in
Articlei29iparagraphi (1) ofiiLawiiNumberii2iofii2002iiconcerningiithe Indonesian
NationaliiPolice. This shows that members of the Indonesian National Police are
civilians and are not subject to military law. However, because of their
profession, members of the National Police are also subject to the Disciplinary
Regulations and the Code of Professional Ethics regulated in Government
Regulation Number 2 of 2003 concerning Disciplinary Regulations for Members of
the Indonesian National Police. Meanwhile, the police code of ethics is regulated
in Perkapolri Number 14 of 2011 concerning the Professional Code of Ethics for
the Indonesian National Police.
In conclusion, life shouldi noti bei taken, the community should be
protected, in one incident many police shot the perpetrators of theft and in terms
of human rights the act denied thatitheicommunity should liveiin peace and
order, therefore this discretion was also ilinked toitheiprinciple of presumption of
innocence.

1. PENDAHULUAN
Kejahatan ialah bagian asal kehidupan rakyat dan adalah insiden sehari-

hari. seseorang Filsuf bernama Cicero berkata Ubi Societas, Ibi Ius, Ibi

Crime yang adalah ada warga , terdapat hukum serta terdapat kejahatan.1

Rakyat Indonesiaiiitidak tanggal berasal tindakan kejahataniiisepanjangiiiihari.

Maka, asal kepolisianiiibertugasiiuntukiimenertibkaniiiisemuaiiitingkahiiiiiiiiiiiiiiiilaku

masyarkat yang condong akan melakukan kejahatan khususnya pencurian.

Secaraiibahasa, mencuri berarti merogoh secara membisu-diam. Sedangkan

secaraiiiiistilahiiiipoly pendapat yg mengemukakaniiiiidefinisi tentang mencuri,

1
E.Y Kanter dan SR Sianturi. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya. (Jakarta:
Storia Grafika, 2003), Hal. 12
mencuri adalah mengambil sembunyi-sembunyi dalam mengambil barang orang

lain secara. fenomena pencurianmdi Indonesiammulai berkembangmpada ketika

ekonomimsemakinmsulitmdanmangkampengangguran semakin tinggi. Akibatnya

kelompokmmasyarakatmusia kerjammulaimmencari cara buat mendapatkan

penghasilan.

perjalananmsejarahnya, budayampencurian sebagai penyakit yg tidak

pula hilang berasal negeri ini, bahkanmtampakmmakinmtumbuhmsubur sesudah

reformasi bergulir. Inimadalahmfenomenamyangmmakinmmeresahkan serta

menjadimcatatanmgelap. Tercatatmbahwamangkampencurianmpada Indonesia

semakin pesat terbukti pada catatan Badan sentra

StatistikmProvinsimJawamTimur pencurianmsendiri terbilang semakin meningkat

jumlahnya mampu dicermati buat masalah curanmor, Ditingkatkan. Ada 818

kasus pada tahun 2020. Sementara itu, 219 kasus terdeteksi, dan 267 dan 178

kasus terdeteksi pada 2019. "

Tingkat kriminalitas di masyarakat Indonesia merupakan faktor utama

di balik maraknya pencurian di Indonesia dan sebenarnya didominasi oleh

ekonomi yang sulit dan pencurian yang dimulai dari banyaknya pengangguran di

sekitar kita. .. Kejahatan yang biasa dilakukan orang adalah pencurian. Melihat

kondisi masyarakat saat ini, orang sangat mungkin mencari jalan pintas dengan

mencuri. Munculnya media massa dan

elektronik menunjukkan bahwa

kejahatan pencurian sering mengambil bentuk yang berbeda. Namun

jika dicermati pada periode ini, faktor utama di balik munculnya pencuri

1
2

adalah kurangnya pendidikan dan moralitas masyarakat yang buruk.

Akibatnya, saya khawatir negara ini dapat menyebabkan dekadensi. Faktor-

faktor ini adalah kunci pencurian.2

Ini adalah fenomena bahwa orang berjuang untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, seseorang memiliki kebebasan

untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang baik, serta bagaimana

melakukan tindakan kriminal seperti penipuan, pencurian, penggelapan dan

perjudian. Kejahatan sepele adalah ilegal atau ilegal dalam bentuk atau sifatnya,

dan merupakan perilaku ilegal (ilegal). Pencurian merupakan salah satu

kejahatan yang tidak boleh dianggap remeh. Mencuri adalah mencuri milik orang

lain tanpa hak pemiliknya untuk memilikinya. Adalah ilegal untuk mencuri. Dan

seiring berjalannya waktu, tindakan mencuri pun berkembang. Masalah

pencurian mobil selalu merupakan jenis kejahatan yang mengarah pada

kebingungan dan ketertiban umum dan moral. Tindak pidana mencuri

tunggangan listrik yang sering disebut curanmor adalah perbuatan pidana dan

pengaturan pidana yang diatur dalam Pasal 362 KUHP. Target perampokan

adalah mobil itu sendiri. “tunggangan bermotor ialah sesuatu yg artinya

tunggangan yang menggunakan mesin atau motor buat menjalankannya”.

kendaraan bermotor yangmpaling acapkali menjadi target kejahatan curanmor

roda 2 yaitu sepeda motor serta kendaraan bermotor roda empat yaitu mobil

tertentu. seorang mampu dinyatakan melakukan tindak pidana pencurian Jika

orang tadi terbukti telah memenuhi seluruh unsur asal tindak pidana pencurian

yang terdapat pada dalam rumusan pasal 362 buku undang undang aturan

pidana (KUHP). bunyi pasal tersebut adalah “barangsiapa mengambil barang

sesuatu, yg seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, menggunakan


2
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) Hal. 7
3

maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian,

menggunakan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana hukuman paling

poly sembilan ratus rupiah”. 3

Apa yang terjadi pada mereka yang dianggap normal dan "membuat

ini", tetapi lebih kritis, mereka menemukan bahwa mereka "tidak menggunakan

diri mereka sendiri seperti itu". Dalam kondisi lain, seperti pelaku pencurian dan

eksekusi berikutnya, hukumannya dianggap biasa. Untuk melindungi hak asasi

manusia, diperlukan penegakan hukum untuk melindungi hak asasi manusia.

Hukum harus diterapkan, jadi tidak boleh ada penyimpangan darinya. 4

Bentuk kejahatan Ada berbagai jenis pencurian di Indonesia, namun

masyarakat relatif khawatir karena pencurian terjadi di mana-mana di kota-kota

kecil dan kota-kota besar. Salah satu pencurian yang paling sering terjadi adalah

pencurian sepeda motor roda dua. Pencurian dilakukan oleh sekelompok pelaku

yang memiliki keahlian dan diakui sebagai penjahat terpercaya dalam melakukan

kejahatan tersebut. Wilayah Kabupaten Pasul An merupakan daerah yang sering

terjadi masalah pencurian sepeda motor. Indonesia adalah negara hukum, yaitu

negara yang menjalankan pemerintahan menurut hukum (rule of law), bukan

sekedar kekuasaan (power nation). Segala hal yang berkaitan dengan perintah,

embargo, dan kemampuan menindak orang diatur dengan berbagai peraturan.

Tidak hanya warga negara Indonesia, tetapi juga negara, pemerintah, dan

lembaga negara wajib melakukan segala tindakan yang dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum atau publik.5. Bernegara hukum, Alih-alih

mengecualikan peraturan kepolisian, Indonesia memiliki jenis peraturan dan

3
Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Hal. 23.
4
Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, (Yogya: PT Citra Aditya Bakti,
2004), Hal. 15
5
Sudarto Op.cit Hal. 58
4

hierarki yang diatur dengan undang-undang. Peraturan Kepolisian Negara

Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, yang

meliputi kewajiban, wewenang, dll.

. Tentu saja, petugas polisi bertanggung jawab untuk menjaga

keamanan dan keamanan, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan,

perlindungan, dan layanan kepada masyarakat. Di mata masyarakat, kehadiran

polisi di tengah masyarakat adalah hal yang wajar. Polisi sebagai lembaga

penegak hukum memiliki kewenangan untuk melindungi warga negara, dan

polisi adalah aparat penegak hukum yang harus memenuhi semua kewajiban

yang diberikan, termasuk menyelidiki tindak pidana pencurian 4.444 mobil dari

warga. .. Polisi sedang menyelidiki, menyelidiki, menangkap, menahan, mencari,

untuk membantu polisi mendeteksi kecelakaan lalu lintas dan pencurian

kendaraan, untuk memenuhi misi mereka untuk menjaga aman dari kejahatan

tersebut. Saya akan merebutnya. , Anda memiliki wewenang untuk melakukan

penyelidikan dll. Ini menjadi lebih umum. Tugas dan wewenang kepolisian

hanyalah sebagian dari tugas dan wewenang kepolisian dan tentunya tidak boleh

bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia dan peraturan perundang-undangan lainnya. Polisi

merupakan salah satu institusi nasional sebagai garda terdepan dalam

mengayomi masyarakat, mereka harus berada di garda terdepan untuk menjaga

integritas moral, dan mereka perlu menegakkan hukum dengan landasan moral.

Polisi adalah lembaga penegak hukum sebagai bagian dari pekerjaan utama

mereka. Untuk menghadapi masalah yang agak sulit yang harus dilakukan secara

individu di lapangan, perlu untuk dapat membuat keputusan individu untuk

merespon situasi tertentu. Fungsi pemerintah yang bertanggung jawab untuk


5

mengatur dan membangun keamanan nasional, dengan penekanan pada fungsi

pelayanan publik, sejalan dengan perjanjian internasional tentang fungsi

kepolisian di seluruh dunia. Penegakan hukum yang berkaitan dengan peran

polisi adalah penegakan hukum pidana. Misi kepolisian selalu diukur dengan

menciptakan rasa keadilan sipil, bukan rasa keadilan individu. Pengambilan

keputusan polisi terkait dengan masalah ketertiban umum dan kesusilaan yang

erat kaitannya dengan penerapan hak asasi manusia. Beberapa petugas polisi

mungkin membuat kesalahan dalam keputusan mereka untuk menghindari

dilema. Akibatnya, ada anggota komunitas eksklusif yang merasa haknya

dilanggar dan bereaksi negatif terhadap polisi. Akibatnya, muncul berbagai

pertanyaan di kalangan warga, mengapa polisi menggunakan kekerasan, tidak

campur tangan, dan tidak mengayomi atau melindungi warga. Keadaan ini dapat

diukur dengan penerapan penegakan hukum di lapangan, khususnya kegiatan

kepolisian di daerah bermasalah, dengan standar kualitas kompetensi profesional

kepolisian atau ketidakmampuan instansi kepolisian dalam menjalankan tugas

dan wewenangnya. Polisi akan menembak tunggangan listrik yang digunakan di

daerah itu sebagai tindakan anti-pencurian.

Instansi kepolisian dihargai oleh masyarakat karena berurusan dengan

penjahat sporadis yang sering terlibat dalam kekerasan yang mengancam jiwa.

Polisi memiliki kewenangan untuk melakukan diskresi dalam segala tindakan

yang sering disalahgunakan oleh polisi. Kewenangan tersebut diatur dalam Pasal

18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia. Demi kemaslahatan umum, aparat kepolisian dari Kepolisian


6

Negara Republik Indonesia akan berpartisipasi dalam pertunjukan tersebut.

Kewajiban dan wewenang mereka mungkin atas pertimbangan mereka sendiri..6

Artikel ini dapat dilihat dengan seksama. Kenyataannya, polisi

menembak tersangka di tempat. Secara umum, pelaksanaan penembakan di

tempat terhadap tersangka bersifat kontekstual, sesuai dengan prinsip

proporsional untuk mengatasi kekerasan dan penggunaan senjata api dalam

situasi eksklusif, dan pada dasarnya merupakan hak asasi manusia. dan tembak,

polisi sering menembak dan membunuh para pelaku pencurian dan

memanfaatkan isu HAM. Tindakan ini menghindari pernyataan bahwa warga

negara berkewajiban untuk hidup damai dan tenang. Diskresi juga terkait

dengan asas praduga tak bersalah, yang menyatakan bahwa seseorang tanpa

penilaian hakim pengadilan tidak dianggap bersalah. Polisi juga membutuhkan

tindakan individu dalam menangani kasus individu. Sesuai dengan sifat profesi

yang sama, polisi menerapkan prinsip atau aturan diskresi. Prinsip ini

memungkinkan petugas polisi untuk membuat keputusan dan tindakan mereka

sendiri berdasarkan pertimbangan masing-masing. Contoh: Prinsip menembak

musuh “Dalam operasi kepolisian, menembak bertujuan untuk melumpuhkan

musuh dimana musuh melakukan kejahatan”.7

Polisi yang terkait dengan implementasi tugas mereka dan

pemeliharaan pesanan di masyarakat, dan kemudian petugas polisi menghadapi

persyaratan tertentu yang diperlukan untuk mempertimbangkan keamanan dan

ketertiban untuk mencapai masyarakat. Perilaku sering dapat menjadi "kebijakan

6
Philipus M. Hаdjon, Perlindungаn Hukum Bаgi Rаkyаt di Indonesiа . (Jakarta: PT. Binа Ilmu.
2001). Hal. 38
7
Kаnsil, C.S.T.. Pengаntаr Ilmu Hukum dаn Tаtа Hukum Indonesiа , (Jаkаrtа: PN Bаlаi Pustаkа,
2002). Hal 74
7

opsional". Sebagai bagian dari profesi kepolisian Badan Kepolisian Indonesia

(Republik Indonesia).

Konsep kebijaksanaan kebijaksanaan polisi distandarisasi dengan Pasal

18 Hukum 2002, Hukum 2002, sehubungan dengan Kepolisian Nasional di

Republik Indonesia. , Kewajiban dan otoritas mereka dapat dilakukan dengan

evaluasi mereka sendiri. (2) Penerapan ketentuan yang dijelaskan dalam ayat 1

hanya dapat dilakukan dalam situasi yang sangat diperlukan untuk

memperhatikan undang-undang undangan. Pengembangan Kepolisian Polisi

Nasional Polisi Polisi Polisi Polisi Polisi Polisi Polisi Polisi Polisi Polisi Polisi Polisi

Polisi Polisi Polisi Polisi Polisi Polisi Polisi Polisi Polisi 18 (1) Pembangunan Hukum

2002 adalah pembangunan yang berasal dari prinsip polisi. Komitmen

(PlickmatigeIds) Ini adalah hak untuk memperhitungkan bahwa petugas polisi

bertindak atau bertindak pada penguasa-Nya. Tugas biasanya terhormat,

memelihara, memesan, dan dijamin. Dalam kitab buku hukum pidana (Hukum

Pidana), Pasal 48 dinyatakan "setiap orang adalah penilaian yang lebih tulus".

Pasal 49, "Pertahanan untuk pembelaan Anda adalah pertahanan untuk siapa,

dan kehormatan orang lain, penarikan atau properti, dan orang lain memiliki

serangan dan serangan serangan, sehingga aturan mereka bersalah. Saya belum

8
menerimanya. Saya belum menerimanya. Saya belum menerimanya..”

Selanjutnyaidalam Prosedur tetap (Protap)iKapolri Nomori1iTahun 2010

tentangiPenanggulanganiAnarki bahwaiPolriidapat melakukanidiskresiidalamiiihal:

a. Untukmmembelamdirimataumkeluargamterhadapmancaman atau luka

parahmyangmsegeramterjadi

b. Untukmmencegahmpelakumkejahatanmmelarikanmdiri
8
Rumusan kewenangan kepolisian http://referensi.elsam.or.id/20 20/11/protap-kapolri-no-1-tahun-
2010-tentang-penanggulangan-anarki/ Diakses pada tanggal 5 Desember 2021 pada jam 12.35
WIB
8

c. Untukmmencegahmdilakukanyamtindakanmkejahatan yang sangat serius

d. Apabilamcaramyangmkurangmekstremmtidak cukupmuntuk mmencapai

tujuan-tujuan

Melalui mekanisme tetap (protap), aparat kepolisian, atas pertimbangannya

sendiri, diperbolehkan untuk mengatasi tindakan anarki yang dapat mengarah

pada tindakan kriminal atau korban yang lebih besar. Untuk mencegah hal ini,

semua petugas polisi diperbolehkan untuk mengambil tindakan langsung, seperti

menggunakan kekerasan. Kebijaksanaan dilakukan dalam segala bentuk

kebingungan sejati, termasuk: B.: Perjuangan massal; Pembakaran;

Penghancuran; Ancaman; Penganiayaan; Pemerkosaan; Pembunuhan orang;

Sandera; Penculikan; Pemukulan; Sabotase; Pemangsa; Penyitaan; Pencurian;. 9

Selain pihak berwenang sebelum penegakan kekuatan kendaraan listrik, polisi


dengan andal menghormati hak asasi manusia untuk menekan tanggung jawab
polisi dan mematuhi memperhatikan peraturan yang berlaku, dan dan
memperhatikan pekerjaan Pekerjaan Kepolisian Nasional di Republik Indonesia .
Langkah-langkah lain ini perlu menjadi tugas aturan yang membutuhkan
langkah-langkah untuk contoh sinkronisasi yang cocok untuk kekerasan,
biasanya berharga, biasanya dan diselaraskan. Perilaku ini biasanya bukan
ketentuan yang mengungkapkan langkah-langkah tersebut, tetapi hanya
diklarifikasi apa yang harus Anda lakukan sesuai dengan penilaian Anda, tetapi
hanya mengklarifikasi tindakan yang dapat dilaksanakan oleh anggota polisi.
Memperhitungkan manfaat dan risiko tindakan mereka untuk keperluan lokasi.
Motor Drive pencurian kejahatan kejahatan kejahatan, tanda-tanda tuntutan
hukum kepolisian, yaitu, bidang-bidang menarik untuk evaluasi asal usul polisi itu
sendiri. Polisi mengatakan bahwa tindakan ini dipaksa dilakukan karena tindakan
ini dijamin oleh polisi yang diduga ditembak di daerah tersebut. Hal ini dapat
dibenarkan jika tindakan yang dilakukan polisi berdasarkan Pasal 18 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002. Hal ini memberikan keleluasaan bagi anggota

9
Bentuk diskresi dari kepolisian https://krisnaptik.com/polri-4/hukum-kepolisian/diskresi-kepolisian-
ii/ Diakses pada tanggal 5 Desember 2021 pada jam 12.50 WIB
9

polisi dalam menjalankan tugasnya dan menyelidiki kejahatan dalam tawuran.


Terapkan kondisi di atas. Berikut ini adalah beberapa isu yang terlibat dalam
gosip Porestabs Surabaya. Polres Surabaya Polestaves Kota menembak dan
menewaskan 18 penjahat. Menurut liputan6.com, tindakan tegas ini dilakukan
karena para pelaku berusaha melawan petugas. "Tindakan terukur dan tegas
yang kami lakukan sudah sesuai mekanisme," kata Hartoyo kepada wartawan di
Surabaya, seperti dikutip ANTARA. Selain itu, lima orang merupakan pelaku
tindak pidana pencurian sepeda motor (curanmor), dan sisanya merupakan
pelaku tindak pidana perampokan dan perampokan (curas). Akibat
perbuatannya, para pelaku Pasal 361 dan 365 KUHP (KUHP) diancam dengan
hukuman mati selama sembilan tahun penjara.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ditentukan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pertimbangan rasio legis Peraturan Perundang - undangan

terhadap penembakan tersangkampencurianmkendaraanmbermotor ?

2. ApakahmDiskresi yang dilakukan oleh Kepolisianmdalammpenembakan

terhadapmtersangkampencurianmkendaraanmbermotormjikamdihubung

kan dengan asasmpraduga tak bersalah ?

Tujuan Penelitian ini adalah Untuk mengetahui serta menganalisis pengaturan


pasal 18 Undang-Undang angka dua Tahun 2002 menjadi pertanggung jawaban
atas penembakan terhadap pelaku kejahatan khususnya kejahatan pencurian
kendaraan bermotor yang disambungkan terhadap asas praduga tidak bersalah.

2. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yang memerlukan

bahan hukum yang tertulis sebagaiisumberiutama mencariibahan tentangidikresi

kepolisian terkait ipenembakan itersangkaikejahatan ipencurian kendaraani

bermotor dihubungkan dengan terkait asas praduga tidak bersalah.


10

2. Jenis Pendekatan

1. Pendekatan perundang-undangan (statute approach)

Peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang

hendak dicapai. dilakukan dengan menelaah semua peraturan perundang-

undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang

ditangani

2. PendekataniKasusi (Case Approach)

Pendekatan ini dilakukan menggunakan melakukan jajak di perkara-perkara

yg berkaitan menggunakan berita hukum yang dihadapi. masalah-kasus yg

ditelaah ialah perkara yang sudah memperoleh putusan pengadilan berkekuatan

hukum permanen. Hal utama yang dikaji pada setiap putusan tersebut adalah

pertimbangan hakim buat hingga di suatu keputusan sebagai akibatnya dapat

digunakan menjadi argumentasi dalam memecahkan isu hukum yang dihadapi.

3. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

Pendekatan ini berkiprah berasal pandangan-pandangan serta doktrin-

doktrin yg berkembang di pada ilmu hukum. Pendekatan ini menjadi penting

karena pemahaman terhadap pandangan atau doktrin yang berkembang dalam

ilmu aturan bisa menjadi pijakan buat menciptakan argumentasi aturan waktu

menuntaskan berita aturan yg dihadapi. Pandangan atau doktrin ini akan

memperjelas inspirasi-inspirasi menggunakan menyampaikan pengertian-

pengertian aturan, konsep aturan, maupun asas aturan yang relevan dengan

konflik.

3. Jenis dan Sumber bahan hukum

A. iPrimer
11

Berupaisekumpulan bahan hukum normatif yang sebagai kumpulan bahan

yang langsung memberikan bahan berpacu kepada :

1. Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 27 Ayat (1)

2. Undang- undang Republik Indonesia Nomer 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan

3. Undang- undang Republik Indonesia Nomeri2 Tahuni2002 Tentang

KepolisianiNegaraiRepublikiIndonesia

4. KitabiUndang- undangiHukumiPidana Republik Indonesia (KUHP) pasal

48

5. PeraturaniPemerintah Nomori2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin

Anggota Kepolisian Negara RepublikiIndonesia

6. Perkapolri Nomor 14 Tahun 2011iTentang Kode Etik Profesi Kepolisian

Negara Republik Indonesia

7. Prodesur Tetap (Protap Kapolri) PROTAP/01/V/2001 Tentang

Penggunaan Senjata Api

Serta bahan lain yang diperoleh dari bahan hukum sekunder juga

termasuk juga didalamnya.

B. Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder dapat

dikaitkan dengan beberapa bahan yaitu berupa :

1) Buku-buku Hukum dan ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan

yang akan diteliti.

2) Jurnal-jurnal Hukum dan sosial yang berkaitan dengan permasalahan

yang akanditeliti.
12

3) Hasil Penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan

diteliti.

4) Makalah-makalah, artikel-artikel, dan karya tulis yang berkaitan

dengan permasalahan yang akan diteliti.

Pendukung untuk menunjang dari bahan hukum primer maka dalam bahan

hukum sekunder penulis menekankan pada pencarian pada point yang tertera.

4. Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Hukum

Pengumpulan dan Pengelolaan bahan hukum dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Bahan aturan, yaitu Bahan aturan yg diproleh diperiksa apakah

masih masih ada kekurangan dan apakah Bahan aturan tadi sudah sinkron

menggunakan pertarungan.

2. Editing, yaitu proses meneliti pulang Bahan aturan yg diproleh menurut

aneka macam kepustakaan yg terdapat, mengkaji isi perjanjian kerjasama

bidang jasa konsultan aturan tadi. Dari Bahan aturan yg diproleh lalu

diadaptasi menggunakan pertarungan yg terdapat pada penelitian ini, editing

dilakukan dalam Bahan aturan yg telah terkumpul dan diseleksi terlebih

dahulu & diambil Bahan aturan yg diperlukan

3. Sistematisasi Bahan aturan, yaitu seluruh Bahan aturan yg telah diperoleh

dikumpulkan & disusun secara sistematis sinkron menggunakan urutannya

5. Analisis Bahan Hukum

Menganalisis bahan perundang-undangan adalah kegiatan penelitian berupa

penyelidikan terhadap hasil pengolahan bahan perundang-undangan. Analisis

data yang digunakan penulis dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Artinya,

ketika menganalisis, penulis ingin memberikan gambaran atau penjelasan


13

tentang subjek dan subjek penelitian sebagai hasil penelitian yang dilakukan oleh

penulis.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

1. Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang wacana, rumusan masalah, orisinalitas

penelitian, tujuan dan manfaat wacana penelitian ini, dan terakhir menggunakan

sistem kesekretariatan.

Bab II : TINJAUAN UMUM

Bab ini mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan gelar dan

memberikan landasan bagi istilah-istilah dan teori-teori pendukung serta

persiapan untuk merujuk pada wacana hukum dalam arti masalah-masalah yang

berkaitan dengan penggunaan diskresi kepolisian. Jenis kebijaksanaan. Ada juga

penelitian umum tentang asas praduga tak bersalah. Implikasi hukum dari

kepolisian itu sendiri Sebuah kajian umum dari berbagai bagian dari kepolisian itu

sendiri.

Bab III : Hasil dan Pembahasan

Bab ini menyebutkan manfaat mengkaji peraturan perundang-undangan

yang ada secara normatif, terutama dalam kaitannya dengan penelitian diskresi

kepolisian, terutama dalam kaitannya dengan judul makalah yang sedang

diadopsi oleh penulis meningkat. Praduga tak bersalah.

Bab IV : Kesimpulan dan Saran

Bab ini memberikan kesimpulan simultan bahwa penyelidikan yang dilakukan

telah dilakukan dan menambahkan saran yang dapat digunakan. 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


14

A. Pertimbangan Hukum Terhadap Asas Praduga Tidak Bersalah

Tersangka Pencurian Kendaraan Bermotor

Polisi adalah salah satu institusi nasional yang harus berada di garda

terdepan melindungi warga negara dan menjaga integritas moral, dan

penegakan hukum adalah bagian dari peran utama mereka, jadi moralitas, Anda

perlu menegakkan hukum. Untuk menghadapi persoalan-persoalan yang agak

sulit yang dihadapi di lapangan, baik secara individu maupun kelompok,

diperlukan kemampuan mengambil keputusan secara individu sesuai dengan

situasi tertentu. Pelaksanaan penembakan di tempat untuk perintah menembak

harus mengikuti prosedur penembakan di tempat untuk menembak dan

mekanisme penggunaan senjata api polisi secara permanen. Setiap kali ada

penembakan di suatu daerah, polisi dipimpin oleh satu otoritas, yang bertindak

atas kebijaksanaannya sendiri. Hal ini sering disalahgunakan oleh petugas polisi

yang jahat. Pasal 48 KUHP menyatakan bahwa “seseorang yang berbuat dengan

paksaan (coercion) tidak dapat dipidana”. Tentunya pasal ini bisa dijadikan dasar

kebijakan pengambilan gambar yang digunakan aparat penegak hukum. Otoritas

penembakan di daerah ini adalah bagian dari kebijaksanaan petugas polisi.10

Polisi selalu menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia dalam

menjalankan tugasnya sebagai aparat penegak hukum. Pelaksanaan fungsi

kepolisian merupakan pelaksanaan suatu profesi, dalam menjalankan tugasnya

sebagai seorang polisi memperoleh keterampilan profesionalnya terutama

keahliannya di bidang kepolisian, dan profesinya merupakan moral bagi seluruh

anggota kepolisian. itu tunduk pada norma-norma pekerjaan. Kode etik profesi

polisi memuat norma-norma perilaku dan moral yang dijadikan sebagai

pendorong dan pedoman bagi pemulihan profesi polisi dan dipraktikkan sesuai
10
M.Khoidin Sadjijono, Mengenal Figur Polisi Kita, (Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2007). Hal 68
15

dengan kebutuhan dan harapan profesi polisi. komunitas polisi. Pasal 13 UU Polri

menegaskan bahwa peran utama kepolisian adalah memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Keberhasilan menjalankan fungsi kepolisian tanpa meninggalkan etika

profesi sangat dipengaruhi oleh kinerja polisi yang tercermin dari sikap dan

perilakunya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.

Wewenang menembak di tempat pada waktu seorang polisi melakukan

tugasnya harus sesuai dengan dasar hukum pelaksanaan wewenang menembak

di tempat dan dengan keadaan dan kondisi yang mengeluarkan perintah tembak.

Apa yang diberikan dipaksakan. Pelaksanaan perintah pengapian in-situ harus

dilakukan menurut prinsip tujuan, keseimbangan, kebutuhan dan manfaat. Jika

petugas polisi dilecehkan dan penjahat mengancam keselamatan petugas polisi,

penembakan di tempat diprioritaskan..11

A. Diskresi Penembakan Yang Dilakukan Oleh Pihak Kepolisian

Dihubungkan Dengan Asas Praduga Tidak Bersalah

Polisi nasional Indonesia, seperti halnya masyarakat sipil, menjadi sasaran

kekerasan pengadilan umum. Hal ini tercermin dalam Pasal 29,

(1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia. Ini berarti bahwa petugas polisi adalah warga sipil dan tidak

tunduk pada hukum militer. Namun karena profesinya, anggota Polri juga tunduk

pada aturan disiplin dan aturan etika profesi, sebagaimana diatur dalam

Keputusan Nomor 2 Tahun 2003 tentang Tata Cara Disiplin Anggota Polri. .. Di

sisi lain, Perkapolri No. 14 Kode Etik Polri tahun 2011 didasarkan pada Kode

11
M. Yahya Harahap. Memahami Hukum Kepolisian. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2006.) Hal
46
16

Pakar Polri. Situasi ini dilatarbelakangi oleh tindakan aparat penegak hukum

setempat, khususnya kepolisian di lapangan. Hal ini dapat diukur dengan standar

kualitas keahlian polisi atau ketidakmampuan lembaga kepolisian untuk

mengimplementasikannya. Kewajiban berada di bidang penegakan hukum.

Forum kepolisian kerap menjadi pertimbangan masyarakat untuk menangani

pelaku kriminal yang kerap menggunakan kekerasan dan kerap berujung pada

kematian warga. Polisi memiliki kekuasaan untuk melaksanakan diskresi dalam

semua tindakan yang biasa disalahgunakan oleh polisi. otoritas diatur dalam

Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia. Demi kemaslahatan umum, aparat kepolisian dari

kepolisian negara Republik Indonesia akan berpartisipasi dalam pertunjukan

tersebut. Kewajiban dan wewenang mereka mungkin atas pertimbangan mereka

sendiri. Artikel ini bisa disebut sebagai masalah kebijaksanaan. Polisi biasanya

menembak tersangka di tempat. Penembakan tersangka di tempat adalah

penting untuk peka konteks, yaitu didasarkan pada prinsip proporsionalitas untuk

mengatasi kekerasan dan memerlukan penggunaan senjata api dalam situasi

tertentu..12

KUHAP didasarkan pada KUHAP dan dibagi menjadi beberapa tahap. Setiap

tingkat mencakup lembaga tertentu. Tersangka/terdakwa tidak harus

membuktikan bersalah/tidak bersalah, tetapi diberitahukan melalui pengadilan

yang adil bahwa mereka harus ditentukan melalui pengadilan yang adil, diberi

kesempatan untuk melindungi diri mereka sendiri, dan diperlakukan sama

sebagai orang yang tidak bersalah. Kesalahpahaman lain adalah gagasan bahwa

terdakwa dianggap tidak bersalah dan kemudian bersalah, dan bahwa terdakwa
12
Iman Herlambang, Pengertian Pertanggungjawaban Pidana”,
http://imanhsy.blogspot.com/2011/12/pengertian-pertanggungjawabanpidana.html?m=I, diakses
pada tanggal 18 Januari 2022 pada pukul 19.30
17

dianggap bersalah dan kemudian terbukti tidak bersalah. Berpegang pada asas

praduga tak bersalah berarti tersangka atau terdakwa yang didakwa melakukan

tindak pidana dapat ditangkap/ditahan menurut hukum yang berlaku, tetapi tidak

dapat dipidana.13 Jadi, semua pihak termasuk penegak hukum harus tetap

menjungjung tinggi hak asasi tersangka/terdakwa.14

Mengakui asas praduga tak bersalah dalam KUHAP yang diberlakukan di

Jepang, memiliki dua tujuan. Pertama, ketentuan ini bertujuan untuk

memberikan perlindungan dan jaminan kepada seseorang yang dituduh

melakukan tindak pidana selama proses pemeriksaan perkara dan untuk

memastikan bahwa hak asasi orang tersebut tetap dihormati. Kedua, ketentuan

ini memberikan pedoman untuk membatasi perilaku saat memeriksa

tersangka/terdakwa. Karena mereka masih manusia dengan martabat yang

sama dengan interogator..15 .16

Indikator penerapan asas praduga nir bersalah merupakan dalam proses

penyidikan khususnya dalam penangkapan & penahanan, dalam proses

penuntutan & inspeksi dipersidangan. Peraturan yg mengatur tentang

penggunaan senjata barah oleh polisi diantaranya diatur pada Peraturan kepala

Kepolisian Republik Indonesia nomor 8 Tahun 2009 wacana Implementasi

Prinsip dan standar Hak Asasi insan dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian

Negara Republik Indonesia, Peraturan kepala Kepolisian Republik Indonesia

angka 1 tahun 2009 wacana Penggunaan Kekuatan dalam tindakan Kepolisian,

13
Hartono, Sugi dan Rai Yuliartini,. “Penggunaan Bukti Elektronik Dalam Peradilan Pidanan”.
( Jakarta: Jurnal komunikasi Hukum. Volume 6 No. 1 2020). Hal 278
14
Heri Tahir. Op.Cit. Hal 38
15
Hartono Sugi. Ibid . Hal 42
16
Heri Tahir.. Proses Hukum yang Adil Dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, (Yogyakarta:
LaksBang Pressindo. 2011) Hal 51
18

& dalam dalam mekanisme permanen kapolri nomor Polisi PROTAP/01/V/2001

mengenai penggunaan Senjata barah.

Menembak senjata adalah keliru satu wewenang anggota polisi yg tak

jarang dipakai buat menangkap pelaku tindak pidana yg melakukan perlawanan,

melarikan diri atau diperkirakan akan membahayakan orang lain. wewenang

tembak ditempat sang apparat kepolisian merupakan suatu tugas polisi yg

bersifat refresif, yaitu bersifat menindak. Tugas refresif polisi merupakan tugas

kepolisian yg bersifat menindak terhadap pelanggar aturan untuk melakuan

sesuatu sinkron memakai ketentuan – ketentuan anggaran yg berlaku baik dalam

pada KUHAP jua peraturan perundang-undangan lainnya.

Wewenang melakukan tugas refresif pada hal ini tembak ditempat sang

apparat kepolisian dipercaya sebagai diskresi kepolisian aktif. pada hal

menghadapi pelaku kejahatan yg melakukan tindak kejahatan terkadang pihak

kepolisian harus menggunakan kekerasan yg sudah menjadi kewenangannya

tersendiri bagi polisi. kewenangan melakukan tembak dalam loka merupakan

termasuk wewenang atribusi. Atribusi adalah wewenang yg diberikan dalam

suatu organ pemerintah atau lembaga negara sang suatu badan legislatif yang

independen. kewenangan ini adalah orisinil yg nir diambil asal wewenang yang

masih ada sebelumnya atau merupakan perintah eksklusif berdari

perundangundangan. Adapun dasar pengaturan tentang wewenang tembak pada

loka diantaranya :

1. Undang-Undang Nomor dua Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik

Indonesia.

dua. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

3. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia No. 1 Tahun 2009


19

Polisi dalam menangani perkara yang bersifat individual, sebagai akibatnya

dibutuhkan tindakan individual jua. dari karakter propesi yang misalnya itu,

Kepolisian memberlakukan prinsip atau asas diskresi. pada bawah prinsip ini,

seorang Polisi boleh & bisa mengambil keputusan dan tindakan sendiri, sinkron

pertimbangan individual. contohnya : Prinsip buat melakukan penembakan

terhadap musuh ”dalam operasi Polisi, menembak bertujuan untuk melumpuhkan

musuh, dimana musuh adalah tindakan kejahatan”. seorang Polisi yg sedang

melakukan operasi sanggup menetapkan sendiri.

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Republik Indonesia

merupakan bagian dari birokrasi pemerintah yang berfungsi sebagai penegak

hukum dan lembaga penegak hukum (law enforcement agency). Polri resmi

berpisah dari TNI sejak tahun 2000. Polisi nasional kemudian mengambil kendali

penuh atas masalah keamanan dalam negeri. Sebagai badan independen, Pori

memiliki kekuasaan untuk mengatur, merencanakan, dan mendanai dirinya

sendiri untuk menjadi profesionalisme Pori..17 Kehormatan dan martabat tinggi

negara, martabat dan polisi politik Republik Indonesia dan Kepolisian Nasional

terkait dengan tugas formal dan tidak pantas. Dengan memberantas kejahatan,

ini berarti bahwa polisi nasional melanggar sistem disiplin. Salah satu tantangan

polisi dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari adalah celah komunitas untuk

tarikan perang polisi, yang dikatakan dilakukan dengan menggunakan

Kennaanan di tengah-tengah masyarakat. Untuk mencapai tugas polisi, polisi

memimpin serangkaian tindak lanjut sesuai dengan tugas dan otoritas dalam arti

bahwa polisi harus menjalankan tugas dan otoritas mereka kapan saja. Pesanan

dan keamanan dan pemeliharaan badan eksekutif hukum. Perintah pemotretan

kios harus disertai dengan kata tertulis yang diajukan di semua peringkat.
17
Rangga Sasmitha. Op.Cit Hal 68
20

Misalnya, misalnya, Tembakan Kapolda, menangkap surat perintah, menyediakan

semua jajaran paruh kedua staf di Polisi Regional terlambat dari Kepolisian

Daerah. Polwil, Polisi, Polresta, dan polisi regional yang sangat luar biasa telah

diserahkan kepada petugas yang bertanggung jawab atas direktur di daerah ini.

Perintah penguatan status poli di lapangan harus dilaksanakan sesuai

dengan standar yang ditetapkan dan sesuai dengan tata cara penetapan

penggunaan senjata api oleh anggota Polri dan kebijaksanaannya. .. Dan yang

terpenting, dalam melaksanakan kewenangan tembak di suatu lokasi, aparat

kepolisian yang bertugas selalu berpedoman pada aparat penegak hukum dan

kode etik aparat kepolisian di lokasi saat penerjunan dengan kewenangan

tembak di lokasi tersebut. cara daripada menembak dengan pistol untuk

melumpuhkan tersangka. Upaya terakhir digunakan dengan kekuatan untuk

menembak di tempat, karena polisi harus mempertahankan bahwa (upaya

damai, bukan kekuatan) telah dilakukan dan gagal. 18 Kepala polisi yang

memerintahkan penembakan di tempat bertanggung jawab untuk melaksanakan

perintah penembakan di tempat eksekusi dan harus bertanggung jawab atas

bawahannya, dalam hal ini anggota poli di tempat kejadian. Penegakan otoritas

penembakan di tempat kejadian oleh anggotanya sesuai dengan standar

penggunaan senjata api dalam perintah penembakan yang dikeluarkan di tempat

kejadian. Untuk pertanggungjawaban, pengawas harus membuat laporan polisi

tentang pelaksanaan perintah penembakan pada saat dia mengeksekusi, untuk

menunjukkan pertanggungjawabannya.19 Laporan polisi ini harus

dipertanggungjawabkan di hadapan hukum dan atasannya, dan laporan ini akan

disimpan nanti di departemen administrasi untuk ditinjau setiap saat. Kekuatan


18
Warsito Hadi Utomo. Hukum Kepolisian Indonesia, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2015.)
Hal 64
19
Warsito Hadi Utomo. Ibit Hal 72
21

menembak di tempat, ditambah dengan asas praduga tak bersalah yang

terkandung dalam peradilan, yang menyatakan bahwa Anda tidak akan bersalah

kecuali keputusan akhir dibuat di pengadilan, sebenarnya tidak konsisten.

Namun, otoritas menembak dan menembak juga tidak ilegal, dan selama mereka

mematuhi aturan yang berlaku, beberapa kondisi harus dipenuhi sebelum

mengambil tindakan tersebut untuk menghindari konflik kekuasaan diskresi

untuk menembak di tempat. Sebab, diskresi aparat kepolisian sudah sesuai

dengan SOP dan kode etik kepolisian itu sendiri. Peraturan polisi tentang

penggunaan senjata api antara lain Perkapolri Nomor 8 Tahun 2009 tentang

Penegakan Hak Asasi Manusia. Asas dan Standar Pelaksanaan Tugas Kepolisian

Negara Republik Indonesia dan Komisaris Polisi Negara Nomor 1 Tahun 2009

Tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian. Berdasarkan Pasal

47 Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan

Kepolisian, disebutkan::

(1) Penggunaanisenjata apii hanya boleh idigunakan bila benar-benar

diperuntukkaniuntuk melindungiinyawa manusia.

(2) Senjata api bagiipetugas hanya bolehidigunakan untuk:

a) Dalam halimenghadapi keadaaniluaribiasa;

b) Membela diri dariiancaman kematianidan/atauiluka berat;

c) Membelaiorangilain terhadapiancaman kematianidan/atauiluka berat;

d) Mencegahiterjadinyaikejahataniberat atauiyang mengancamijiwa orang;

e) Menahan, mencegahiatauimenghentikan seseorangiyangi sedang atauiakan

melakukan tindakaniyang sangatimembahayakanijiwa; dan

f) Menanganiisituasi yangimembahayakan jiwa, dimana langkah-langkahiyang

lebihilunak tidak cukup.


22

Penggunaanisenjata apiioleh polisiidilakukan apabilaimenurut Pasal 8 ayat

(1) Perkapolri No. 1 tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan

Kepolisian yaitu:

A. Tindakanipelaku kejahataniatau tersangkai dapat secara segera

menimbulkan luka parah atau kematian bagiianggota Polriiatau masyarakat;

B. AnggotaiPolriitidak memiliki alternatif lainiyang beralasanidan masuk akal

untuk menghentikan tindakan/perbuatan ipelaku kejahataniatau tersangka

tersebut;

C. AnggotaiPolri sedangimencegah larinya pelakui kejahatan atau tersangka

yang merupakani ancaman segerai terhadap jiwa anggota Polri atau

masyarakat.

Pada prinsipnya, penggunaan senjata api adalah inisiatif terakhir, Pasal 8,

Pasal 1 perilaku polisi, Pasal 8, Bagian 1, Bagian 1, Bagian 1, Bagian 1, berarti

perilaku penjahat atau tersangka. Penggunaan senjata polisi hanya digunakan

ketika keadaan ancaman adalah untuk jiwa manusia. Sebelum menggunakan

senjata api, polisi harus memberikan peringatan yang jelas dalam metode

Alphabet 2009 (B) Perkapoli No. 8. Polisi Nasional Republik Indonesia, yaitu:

1. Pilih pemasangan atau anggota polisi negara saat ini.

2. Beri saya memori di Jellasi Salam, untuk menemukan tangan Anda, dan

untuk meletakkannya. Kapan

3. Harap luangkan waktu yang cukup untuk memperhatikan peringatan

Polisi harus memberikan peringatan di udara atau di darat sebelum

menembak, menurunkan moral penjahat, dan mengeluarkan peringatan sebelum

penembakan diarahkan pada pelaku. Ini adalah Pasal 15 Perkapolri No. 2009 1

Penggunaan kekuatan dalam aksi polisi.20


20
Sutanto. Dkk, Manejemen Investigasi, ,( Jakarta : Pensil 324, 2019), Hal.146
23

Pengecualian adalah bahwa Anda tidak perlu mengeluarkan peringatan

dalam situasi yang sangat mendesak di mana penundaan diperkirakan akan

membunuh atau melukai serius petugas atau orang terdekat. Agustus 2009

tentang Penerapan Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Pelaksanaan

Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Tanggung jawab polisi atas penggunaan senjata api adalah tanggung

jawab korban jika korban terluka atau merasa keberatan dengan penggunaan

senjata api tersebut, mengapa aparat kepolisian yang bersangkutan

menggunakan senjata api secara tidak sah, tindakan yang diambil, dan

Kepolisian Negara Republik Indonesia. tentang penerapan prinsip dan standar

hak asasi manusia dalam pelaksanaan misi. Hasil dari tindakan berdasarkan Pasal

49 (2) (a) dari 8. Selain itu, setelah menggunakan senjata api, polisi harus

membuat laporan yang jelas tentang penilaian penggunaan senjata api tersebut.

Hal ini diatur dalam Pasal 14 (2) Perkapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian. Laporan tersebut secara

khusus meliputi:

a) Tanggalidanitempatikejadian;

b) Uraianisingkatiperistiwa tindakanipelakuikejahataniatau tersangka, sehingga

memerlukanitindakanikepolisian;

c) Alasan/pertimbanganipenggunaanikekuatan;

d) Rincianikekuataniyangidigunakan;

e) Evaluasiihasilipenggunaanikekuatan;

f) Akibati dani permasalahan yang ditimbulkan olehi penggunaani kekuatan

tersebut.
24

Laporan ini akan digunakan sebagai sumber pertanggungjawaban dan

pembelaan hukum mengenai penggunaan kekuatan dalam perkara

pidana/perdata yang berkaitan dengan penggunaan kekuatan oleh anggota Polri

yang bersangkutan.

Anggota Polri secara individu harus bertanggung jawab atas penggunaan

pasukan (senjata api) selama operasi polisi. Pasal 13

(1) Perkapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam

Tindakan Kepolisian. Penggunaan senjata api secara pribadi menjadi tanggung

jawab polisi, dan penggunaan senjata api yang merugikan orang lain dengan

tidak mengikuti mekanisme dapat dimintai pertanggungjawaban baik secara

hukum perdata maupun pidana.

Penggunaan senjata api oleh aparat penegak hukum dalam menanggapi

aparat penegak hukum tunduk pada peraturan. Mengenai masalah senjata api,

polisi tidak dapat menembak jika masalah atau insiden

dapat ditangani tanpa atau secara manual dengan senjata

. Polisi tidak diperbolehkan untuk menembak, bahkan jika pelanggar lalu

lintas kecil melarikan diri. Prosedur dan tindakan aparat penegak hukum untuk

mencapai tujuan penegakan hukum sejalan dengan Pancasila, falsafah inti

Jepang...21

Salah satunya dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kehakiman yang mengatur tentang perlindungan harkat dan martabat manusia.

Asas-asas yang terkandung dalam Undang-Undang ini yang mengatur tentang

perlindungan harkat dan martabat manusia, adalah asas praduga tak bersalah,

21
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2002).
Hal 48
25

sebagaimana diatur dalam penjelasan Undang-undang Nomor 8 dan Angka

Ketiga (c) Pasal 8 Tahun 1981. Artinya. UU No.4 Tahun 2004 Uraian Count

(c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 menyebutkan bahwa: Putusan

itu harus dijatuhkan kepadanya dan mempunyai res judicata. Pasal 8 Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2004 menyatakan::.22

si ketentuan ini memiliki arti yang sama. Dengan kata lain, ketentuan

Pasal 8 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 menyampaikan asas praduga tak

bersalah. Dengan menerapkan prinsip ini, hak asasi tersangka harus dilindungi

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya. Dalam amandemen hukum

Indonesia, penerapan asas praduga tak bersalah berarti kesalahan hukum, bukan

kesalahan aktual. Namun, dalam berbagai kasus pidana yang terjadi di

penyelenggara negara kita, kita perlu membalikkan logika dengan memahami

prinsip praduga bersalah dan praduga tidak bersalah, dan penyelenggara negara

menangani kasus pidana. diri dari sudut pandang mereka sampai keputusan

pengadilan yang mengikat secara hukum tersedia. Tindakan polisi dalam aplikasi

empiris berarti ada kesalahan dalam bentuk keputusan polisi, asalkan

menerjemahkan undang-undang dan menerapkannya ke tindakan nyata di

lapangan. Ini berarti salah satu realitas hukum. Lain adalah dengan

menggunakan fungsi kepolisian di bidang penyidikan, departemen penegakan

hukum di bidang pidana. Apa yang secara logis tidak diinginkan ditemukan di

daerah-daerah yang membutuhkan tindakan polisi segera, dan pilihan tindakan

sepenuhnya tergantung pada tugas, menggunakan diskresi fungsional polisi yang

diberikan kepada polisi, strategi yang tepat.Memainkan peran polisi sebagai

pembuat kebijakan dengan mempertimbangkan mereka secara serempak.

22
Prof. Sadjijono, Hukum Kepolisian: Polri dan Good Governance, (Yogyakarta: Laksbang
Mediatama, 2007). Hal 39
26

Prosedur penggunaan senjata api secara resmi ditetapkan. Namun, apakah

pelaksanaannya sudah sinkron dengan ketentuan di atas dan konsisten dengan

peraturan perundang-undangan lain yang berlaku? Tentu saja, prosedur formal

adalah prosedur standar untuk melakukan tugas polisi, tetapi kebijakan luar

negeri menentukan apa yang dilakukan petugas polisi. Sebab, selain pedoman

formal, Satker Polri memiliki pedoman informal seperti pedoman kontekstual.

Artinya, penggunaan dan eksekusi senjata mentah tanpa proses hukum.

Misalnya, pada hari libur nasional, perintah "tembak di tempat" dilakukan

terhadap pelanggar hukum. Perintah serupa berlaku untuk pelanggar berulang

yang telah ditembak mati atau diperlakukan secara sadis karena melakukan

kejahatan. Kepolisian Negara Republik Indonesia, seperti halnya masyarakat sipil,

tunduk pada otoritas peradilan umum. Hal ini diduga dalam Pasal 29 (1)

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa anggota Polri adalah warga sipil dan tidak

tunduk pada peraturan militer. Namun karena profesinya, anggota Polri juga

tunduk pada Peraturan Disiplin dan Kode Etik Profesi yang diatur dalam

Keputusan Nomor 2 Tahun 2003 tentang Tata Tertib Disiplin Anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia. Di sisi lain, kode etik kepolisian diatur dalam

Perkapolri No. 14 Tahun 2011 berdasarkan kode etik profesi Polri.

Polri pada prinsipnya melindungi kehormatan dan martabat negara,

pemerintah, dan kepolisian negara Republik Indonesia serta menaati peraturan

perundang-undangan yang berlaku baik yang berkaitan dengan urusan

masyarakat maupun yang berlaku umum. Melakukan kejahatan berarti polisi

telah melanggar aturan disiplin.


27

Pelanggaran tata tertib disiplin adalah perkataan, tulisan, atau perbuatan

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melanggar tata tertib

disiplin. Pegawai Kepolisian Negara Republik Indonesia yang terbukti melakukan

pelanggaran disiplin Pegawai Kepolisian Negara Republik Indonesia dikenakan

tindakan disiplin dan/atau tindakan disiplin.

Tindakan disiplin berupa teguran lisan dan/atau tindakan fisik. Tindakan

disiplin tersebut tidak menghapus kewenangan Atasan yang berhak menghukum

(“Ankum”) untuk menjatuhkan Hukuman Disiplin.

Adapun hukuman disiplin tersebut berupa :

A. Teguranitertulis;

B. Penundaanimengikutiipendidikanipalingilama 1 (satu) tahun;

C. Penundaanikenaikanigajiiberkala;

D. Penundaanikenaikanipangkati iuntukipalingi lama 1 (satu) itahun;

E. Mutasii yang ibersifati demosi;

F. Pembebasan idarii jabatan;

G. Penempatanidalamitempatikhususipaling lamai 21 (dua puluh satu) hari.

Sebagai pelanggaran disiplin Indonesia, tingkat disiplin telah diputuskan

pada tindakan disipliner. Jadi, jika polisi memanggil mereka pelecehan seksual

sipil, penganiayaan dan tindak pidana pidana sipil, polisi tidak hanya melakukan

kejahatan, tetapi juga melanggar disiplin dan etika polisi. Seperti yang dibahas

dalam artikel ini, kejahatan dilakukan, dan proses pelanggaran aturan tindakan

disipliner, dan pelanggaran kode etis dipertimbangkan, dan ketika terdeteksi.

Hukuman hukuman atas sanksi disiplin dan pelanggaran norma etika tidak

dimasukkan dalam tuntutan hukum pidana kepada anggota kepolisian terkait.

Oleh karena itu, terlepas dari polisi, meskipun kalimat disiplin, tindakan kriminal
28

berkomitmen, dan masih diproses secara pidana dan merupakan hukuman etis.

Proses pidana terhadap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia biasanya

dilakukan menurut hukum acara yang berlaku di lingkungan peradilan umum. Hal

ini sesuai dengan Pasal 2 Keputusan Nomor 3 Tahun 2003 tentang Permohonan

Peradilan Umum Instansi Teknis kepada Anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia. Referensi Dewan Kode Etik. Rapat Komite Etik Polri adalah untuk

mengusut dan memutuskan kasus-kasus pelanggaran Kode Etik Profesi

Kepolisian (“KEPP”) yang dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia berdasarkan Pasal 1-7 Negara. itu adalah pertemuan. Kepala Polisi.

Selain itu, sidang KKEP juga digelar atas pelanggaran Pasal 13 SK tentang

penerapan etika profesi dan etika kepolisian. 23

23
Bibit Samad Rianto, Pemikiran Menuju Polri Yang Profesional, Mandiri, Berwibawa Dan Dicintai
Rakyat, (Jakarta: Restu Agung, 2006). Hal 177
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun rumasan permasalahannya serta kesimpulannya adalah sebagai

berikut:

1. Pertimbangan Rasio Legis Perundang - undangan Terhadap Tersangka

Pencurian Kendaraan Bermotor

a) Penegakkan Aturan mengenai penggunaan jasa kepolisian adalah

penegakan hukum pidana. Misi kepolisian selalu diukur dengan

membangun rasa keadilan masyarakat, bukan rasa keadilan individu.

Pengambilan keputusan polisi terkait dengan masalah ketertiban umum

dan kesusilaan yang erat kaitannya dengan hak asasi manusia. Dengan

demikian, aparat kepolisian berlandaskan pada landasan hukum yang

dikemukakan oleh penyusun Pasal 48b Kapolri Nomor 8 Tahun 2009

yang isinya lengkap agar polisi memenuhi syarat-syarat yang

diperbolehkan, saya melepaskan tembakan. Saya akan menembak di

tempat.

2. Diskresi Kepolisian Dalam Penembakan Dihubungkan Dengan Asas

Praduga Tidak Bersalah

a) untuk Untuk mencapai tujuan penegakan hukum, langkah dan gerakan

penegakan hukum sejalan dengan falsafah dasar negara kita, Pancasila.

Salah satunya dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang KUHAP dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Yurisdiksi untuk menjamin perlindungan harkat dan martabat manusia.

Asas perlindungan harkat dan martabat manusia yang terkandung dalam

29
30

undang-undang ini adalah perlindungan terhadap asas praduga tak

bersalah.

b) Pengaturannya Hal itu tercantum dalam tiga huruf c Angka 3 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 dan uraian Pasal 8 Undang-Undang Nomor

4 Tahun 2004. Uraian angka 3 huruf c dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 meliputi: Jika dipenjara, dituntut, dan/atau dibawa ke

pengadilan, ia dianggap tidak bersalah sampai putusan pengadilan

menghukumnya dan menjadikannya tetap. Pasal 8 Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2004 menyatakan:

B. Saran

1. Sekian banyak bantuan asal Perundang – Undangan ihwal Kepolisian yg ada

di Indonesia belum bisa membantu proses pada lapangan asal tindakan

wewenang kepolisan sebagaimana meraka hanya berfikiran setidaknya

tersangka pencurian bermotor tersebut bisa ditahan, serta aparat kepolisian

sendiri tidak memandang hak asasi manusia serta warga yang ada pada

sekitaran pemburuan tersangka. tidak heran bahwasanya banyak kasus

kepolisian yg keliru target ternyata dari tembak lalu masyarakat menjadi

kobannya.

2. Ketegasan Dari departemen pertanggungjawaban kepolisian di lapangan,

undang-undang yang dikeluarkan untuk petugas polisi harus dipatuhi secara

ketat oleh lembaga nasional seperti petugas polisi, dan jika terjadi

pelanggaran, Orang yang menjadi sasaran harus menembak orang yang

salah, dilatih ulang, atau dipecat dari posisi semula.


31

DAFTAR PUSTAKA

BUKU DAN HASIL PENELITIAN

Abdussalam, ProspekmHukummPidanamIndonesia, Jakarta: RestumAgung, 2006

AmirmIlyas, Asas-AsasmHukummPidana. Yogyakarta: RengkangmEducation.

2012

AndimHamzah, HukummAcara Pidana. Jakarta: CVmArthamJaya. 1984

Anton Tabah. MembangunmPolrimYangmKuat (BelajarmDarimMacan- Macan

Asia), Jakarta: Mitra mHardhasuma. 2011

AZ Abidin danmAndimHamzah, PengantarmdalammHukummPidana Indonesia,

Jakarta: Penerbit, YarsifmWatampone 2010

BambangmWaluyo, PidanamdanmPemidanaan, Depok: SinarmGrafika, 2004

Bandung: PTmRevikamAditama. 2006

BibitmSamad Rianto, PemikiranmMenujumPolrimYangmProfesional, Mandiri,

BerwibawamDanmDicintai Rakyat, Jakarta: RestumAgung, 2006

D. mSchaffmeister, HukummPidana, Bandung: CitramAdityamBakti, 2011

E. Utrecht, RangkaianmSarimKuliah: HukummPidana I, Hal. 10

E.YmKantermdanmSRmSianturi. Asas-AsasmHukummPidanamdimIndonesia dan

Penerapannya. Jakarta: StoriamGrafika, 2003

EryantouwmWahid, KeadilanmRestoratifmdanmPeradilanmKonvensinal dalam

HukummPidana, Jakarta : UniversitasmTrisakti, 2009

Harahap, mM. mYahya. MemahamimHukummKepolisian. Jakarta: PT

RajagrafindomPersada 2006

Harahap, M. mYahya (I), BeberapamTinjauanmTentangmPermasalahanmHukum.

Bandung:CetakanmPertama. PTmCitramAdityamBakti. 2004


32

Harahap, mM.Yahyam (II), PembebasanmPermasalahanmdankPenerapanmKUHP

Penyidikan dan Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika.2002

Heri Tahir. Proses Hukum vyang vAdil vDalammSistemmPeradilanmPidana di

Indonesia, Yogyakarta: LaksBangmPressindo 2011

Hаdjon, PhilipusmM., PerlindungаnmHukummBаgimRаkyаtmdi Indonesiа.

Jakarta: PT. BinаmIlmu. 2001

J.M. vanmBemmelen. HukummPidanam3. Jakarta: BinamCipta, 2005

Kansil, Cst , KamusmIstilahmHukum. mJakarta: GramediamPustakamUtama.

2009

Kаnsil, C.S.T.. PengаntаrmIlmumHukummdаnmTаtаmHukummIndonesiа,

Jаkаrtа: PN BаlаimPustаkа, 2002

Lamintang dan TheomLamintang, Delik-DelikmKhususmKejahatanmTerhadap

HartamKekayaan, Jakarta: SinarmGrafika, 2009

M. Ali Zaidan, MenujumPembaruanmHUKUM PIDANA, Cetakanm1 , Jakarta: Sinar

mGrafika, 2015

M.Bakri,Dkk, PengantarmHukummIndonesiamJilidm2, Malang: Universitas

BrawijayamPress (UBmPress), 2013

M.KhoidinmSadjijono, MengenalmFigurmPolisimKita, Yogyakarta: Laksbang

Pressindo,2007

MahmudmMulyadimdanmFeri Antoni surbakti, PolitikmHukummPidanamTerhadap

KejahatanmKorporasi. Jakarta: PT. Softmmedia. 2010

Marpaung, Leden, AsasmTeori-Praktik HukummPidana, Jakarta: SinarmGrafika,

2008

Marwan Effendy, Diskresi, PenemuanmHukum, KorporasimdanmTaxmAmnesty

DalammPenegakanmHukum, Jakarta, Referensi, 2012


33

Mien Rukmini. Perlindungan HAM melalui Asas Praduga Tak Bersalah dan

Persamaan Kedudukan Dalam Hukum Pada Sistem Peadilan Pidana

Indonesia, Bandung: Alumni, 2017

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2008

Otto, Jan Micheil, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir.

P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Bandung: Sinai Baru, 1984

Prof. Sadjijono, Hukum Kepolisian: Polri dan Good Governance, Yogyakarta:

Laksbang Mediatama, 2007

Roeslan Saleh (II), Pikiran-Pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana . Jakarta:

Ghalia Indonesia. 2010

Sadjijono dan Bagus Teguh Santoso. Hukum Kepolisian Indonesia Studi

Kekuasaan dan Rekontruksi Fungsi Polri dalam Fungsi Pemerintahan ,

Surabaya: Laksbang, 2017

Sadjijono, Hukum Kepolisian: Polri dan Good Governance , Yogyakarta: Laksbang

Mediatama, 2007

Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagat Ketertiban. Jakarta: UKI Press. 2006.

Satjipto Rahardjo, Mengenal Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, cet. 6, 2006

Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir. Bandung:

PT Revika Aditama. 2006

Simorangkir, JCT dkk, Kamus Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2008

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung : PT Alumni, 2006

Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Yogya: PT Citra

Aditya Bakti, 2004

Sutanto. Dkk, Manejemen Investigasi, ,Jakarta : Pensil 324, 2019


34

Warsito Hadi Utomo. Hukum Kepolisian Indonesia, Jakarta: Prestasi Pustaka

Publisher. 2015

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia , Bandung: Refika

Aditama, 2002

Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, Semarang: Aneka Ilmu. 1977

INTERNET :

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Senjata_api (diakses 10 Januari 2022)

https://krisnaptik.com/polri-4/hukum-kepolisian/diskresi-kepolisian-ii/ (Diakses 5

Desember 2021)

https://cekpajak.co.id/blog/arti-kata-penembakan-adalah/ Diakses pada tanggal

12 Desember 2021

http://imanhsy.blogspot.com/2011/12/pengertian-

pertanggungjawabanpidana.html?m=I, (diakses 18 Januari 2022)

https://jurnalsrigunting.wordpress.com/2011/10/12/penggunaan-senpi-

dalamtugas-kepolisian-suatu-tinjauan-etika-profesi-kepolisian/, (Diakses 21

Januari 2022)

https://www.merdeka.com/jatim/18-penjahat-di-surabaya-ditembak-mati-begini-

kronologi-lengkapnya.html , (Diakses 21 Desember 2021)

https://klikjatim.com/18-penjahat-di-surabaya-ditembak-mati-polisi-selama-2020/

(Diakses 21 Desember 2021)

https://krisnaptik.com/polri-4/hukum-kepolisian/hukum-kepolisian/ , (Diakses 5

Desember 2021)
35

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4fd56cf069398/prof-ramly-

daniequality-before-the-law-i. (Diakses 8 Januari 2022)

http://www.academia.edu/7933833/PENGERTIAN_TINDAK_PIDANA, (diakses 19

Januari 2022)

http://referensi.elsam.or.id/20 20/11/protap-kapolri-no-1-tahun-2010-tentang-

penanggulangan-anarki/ , (Diakses 5 Desember 2021)

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kitab Undang-undang Hukum Pidana pasal 48

Undang–undang republik indonesia nomor 30 tahun 2014 tentang administrasi

pemerintahan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia

Perkapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara

Republik Indonesia

Protap Kapolri Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penanggulangan Anarki

Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu lintas Angkutan Jalan

Anda mungkin juga menyukai