Anda di halaman 1dari 10

Polisi Gadungan Tipu Wanita dengan Modus Pacaran

Ditinjau dari Sudut Pandang Etika, Actus Humanus, Tatanan Moral dan
Hukum

Universitas Katolik Widya Mandala Madiun

2018/2019

Disusun oleh :

Nama : Rizka Wahyu Nurmalaningrum

NIM: 51418043

Prodi Manajemen (Semester 2)

Tugas Etika Mora


ABSTRAK

Di era globalisasi ini sering kita jumpai kasus-kasus penipuan dengan berbagai
macam kedok, diantara nya ada yang mengaku sebagai polisi, tentara, dan sebagainya. Kasus
ini sering kita jumpai di berbagai macam kalangan diantaranya para remaja putri yang mudah
tergiur oleh pangkat. Penipuan ini biasanya dilakukan oleh laki-laki yang hanya
menginginkan harta dan kekayaan dari wanita tanpa bekerja dengan keras. Biasanya para
pelaku penipuan ini tidak memperdulikan etika, tatanan moral dan hukum. Penyimpangan
yang terjadi ini dikaitkan dengan tindakan manusia (Actus Humanus). Tak hanya kasus
penipuan, tetapi pembunuhan juga sering dilakukan. Dibalik kasus-kasus tersebut terdapat
Undang-Undang dan Hukum yang mengatur tentang kasus penipuan, namun pada
kenyataanya masih banyak terjadi kasus penipuan yang dilakukan tanpa memperdulikan
konsekuensi yang akan dia dapat di kemudian hari.

Kata kunci : Penipuan, Hukum, Moral

KASUS
Polisi Gadungan Tipu Wanita dengan Modus Pacaran

Jakarta - Seorang pria berinisial IN melakukan aksi tipu-tipu dengan mengaku sebagai polisi.
Dia pun memperdaya perempuan dengan modus berpacaran untuk kemudian diperas
uangnya.

"Awalnya tersangka IN ini memacari korban dengan mengaku sebagai anggota polisi
berpangkat Komisaris Besar," ujar Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Harry
Kurniawan kepada detikcom, Kamis (24/8/2018).

Terkuaknya penipuan yang dilakukan IN bermula ketika pada Senin (21/8) lalu, polisi
mendapatkan informasi dari warga bahwa ada seorang pria mengaku polisi membuat
keributan di belakang Sekolah Darma Putra, Grendeng, Karawaci, Kota Tangerang.
Mendapat informasi itu, Tim Elang Cisadane kemudian mengecek ke lokasi.

"Dan ternyata betul di lokasi diketahui ada 5 orang sedang cekcok mulut dengan seseorang
yang mengaku sebagai polisi berpangkat Kombes," imbuhnya.

Salah satu korban, wanita berinisial AA kemudian mengaku telah ditipu oleh IN. Untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, IN kemudian dibawa ke Polres Tangerang untuk
dilakukan pemeriksaan.

"Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa tersangka melakukan penipuan kepada korban
bernama Indah," ungkapnya.

Harry menuturkan Indah awalnya berkenalan dengan tersangka hingga akhirnya keduanya
berpacaran. Indah terkesan dengan tersangka karena mengaku sebagai anggota polisi.

"Tersangka menjanjikan akan membelikan mobil untuk korban, tetapi tersangka meminta
uang dengan alasan mau diganti joknya," ungkapnya.

Awalnya, korban memberikan uang sebesar Rp 6,5 juta kepada tersangka. Kemudian,
tersangka meminta lagi uang kepada korban, sehingga korban memberikan kartu kreditnya
kepada tersangka.

"Ke sini-sini korban mulai curiga, kemudian korban nagihlah uang itu ke tersangka. Terjadi
keributan di situ, korban dijambak kemudian diseret oleh pelaku, sehingga akhirnya korban
melapor," tuturnya.
Atas perbuatannya itu, tersangka dijerat dengan Pasal 378 KUHP dan Pasal 351 KUHP. Dari
tersangka, polisi menyita barang bukti 2 potong kaos bertuliskan Brimob, 1 buah celana
bertuliskan Gegana, 1 pasang seragam lengkap dengan atribut polisi berpangkat Kombes.
(mei/dhn)

 Etika

Ditinjau dari pandangan Etika dapat kita lihat bahwa disini tindakan manusia berkaitan
dengan moral. Tindakan ini mempunyai nilai etis bila dilakukan oleh manusia dan dalam
kerangka manusiawi. Jelas bahwa etika itu berurusan secara langsung dengan tindakan /
tingkah laku manusia. Karena etika itu berurusan dengan tindakan manusia, maka ia
memiliki karakter praktis( karena tindakan itu selalu konkret). Artinya etika itu langsung
berkaitan dengan hidup manusia dan mengedepankan nilai-nilai manusia. Karena ia
berkarakter praktis, etika juga langsung mengantar manusia untuk bertindak baik dan menjadi
baik.

Dari kasus penipuan diatas dapat kita lihat bahwa etika seorang laki-laki kurang
menghargai wanita. Sebagai seorang laki-laki seharusnya menjaga wanita, bukan malah
menghabiskan uang dan harta nya. Kasus tersebut menyebabkan moral manusia berkurang
bahkan menghilang. Maka sebagai sesama manusia harus saling mengingatkan dan saling
menjaga satu sama lain.

Etika dari seorang penipu tersebut sangat merugikan masyarakat, terutama


perempuan-perempuan yang teloah menjadi korbannya. Sebagai seorang laki-laki harusnya
berkata jujur, tidak boleh menipu. Apalagi mengaku sebagai seseorang yang memiliki
pangkat tinggi,padahal aslinya tidak memiliki pangkat apapun. Kedok-kedok seperti ini harus
kita hindari, karena laki-laki memiliki mulut yang semanis madu, tetapi setajam silet.

Seorang pelaku kasus penipuan tersebut memiliki tindakan yang tidak etis, karena
telah merugikan banyak orang. Dan tidak bertindak manusiawi. Sebagai tersangka kasus
penipuan seharusnya diadili degan cara yang sepantasnya, yaitu harus mengganti kerugian
yang telah dilakukannya, dan dipenjara minimal 2 tahun penjara. Seharusnya sebagai
manusia yang memiliki akal dan dapat berpikir rasional harusnya sadar bahwa apa yang telah
dilakukannya itu salah. Harus tau mana yang baik, dan mana yang buruk.

 Actus Humanus

Tahu,mau dan bebas. Bebas artinya manusia yang bersangkutan adalah subjek bagi
perbuatannya. Sebagai subjek, ia lantas bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan
tersebut. Kebebasan ini mengandalkan dua hal, yaitu tahu dan mau. Artinya hanya apabila
manusia itu mengetahui dan menghendaki, ia disebut manusia bebas, dan dengan demikian ia
bertanggung jawab atasnya. Kehilangan salah satu syarat ini, manusia tidak dapat
bertanggung jawab atas tindakannya.

Apakah tersangka kasus penipuan yang di tangkap memiliki kebebasan? Kebebasan


berarti tidak ada pemaksaan. Akan tetapi kebebasan juga menyangkut pilihan-pilihan yang
ada di depannya. Tahu disini artinya bukan hanya pengetahuan yang cukup terhadap
subjeknya atau sasaran perbuatannya, melainkan juga mengenai dirinya sendiri. Dari kasus
diatas diketahui bahwa ada seseorang yang memanfaatkan wanita dengan cara menguras
harta dan kekayaannya,yang seharus nya seorang laki-laki mencari uang dengan cara yang
lazim tidak dengan memanfaatkan wanita, maka laki-laki tersebut jelas tidak tahu mana cara
yang baik dan mana cara yang buruk untuk mendapatkan uang. Hal yang dilakukannya
tersebut termasuk kedalam tindakan yang buruk, baik moral maupun etikanya. Hal-hal seperti
ini tidak seharusnya dilakukan oleh manusia yang dapat berpikir dengan baik.

TATANAN MORAL OBJEKTIF

 Hukum
Hukum positif artinya hukum yang diletakkan/diberlakukan dalam masyarakat. Hukum
ini berlaku untuk seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Disebut positif bukan untuk melawan
negative, positif dimaksudkan untuk diberlakukan/diletakkan.

Dikasus tersebut laki-laki memiliki akal budi yang sehat, tetapi menyalahgunakannya
untuk mengelabuhi wanita hanya untuk diambil harta dan kekayaanya saja. Dalam jalan
pikiran laki-laki, jelas tidak memiliki daya ikat apa pun artinya apabila dia melakukan hal
tersebut (penipuan) dia tidak merasa bersalah. Pada dasarnya para lelaki tidak memikirkan
konsekuensi apa yang dia dapat dikemudian hari. Hukum karma berlaku. Selain itu dia tidak
memikirkan kelanjutan dari konsekuensi tersebut, bisa jadi dia akan bermasalah di
masyarakat dan di penjara. Dari kasus tersebut terdapat hukum yang menjerat tersangka yaitu
Pasal 378 KUHP dan Pasal 351 KUHP.

 MORAL

Moral haruslah meresapi hukum. Moral itu pertama-tama soal baik buruk. Sedangkan
hukum soal perintah dan larangan. Hukum haruslah tunduk pada moral, artinya apa yang
diperintahkan haruslah merupakan kebaikan, dan apa yang dilarang haruslah merupakan
keburukan. Di dalam hal ini sebagai manusia harus tunduk pada moral dan hukum. Tidak
boleh melanggar salah satunya. Hukum bukan soal nasihat tapi soal perintah dan larangan,
karena kalau tidak menjalankan perintah atau melanggar larangan akan dihukm .

Pada kasus diatas dapat kita lihat bahwa moral dari seorang penipu termasuk kedalam
hal yang buruk. Pelaku penipuan harusnya dihukum sesuai dengan kasus yang
dilakukkannya. Sebagai manusia yang menghukum juga seharusnya memikirkan tentang apa
yang seharusnya terjadi( hukuman apa yang pantas bagi pelaku) tidak boleh semena-mena.
Harus merundingkan dengan pasti hukuman yang pantas untuk didapatkan oleh pelaku.

 ARGUMENTASI
Kasus diatas adalah seorang berinisial IN mengaku sebagai seorang polisi. Dia
kemudian memperdaya perempuan dengan modus berpacaran untuk kemudian diperas
uangnya. Penipuan ini akhirnya terkuak ketika Senin(21/8/18)lalu, polisi mendapatkan
informasi bahwa ada seseorang pria yang memgaku sebagai polisi membuat keributan di
belakang Sekolah Darma Putra. Terdapat 5 orang yang melakukan cekcok dengan pria
yang ,engaku polisi tersebut. Salah satunya seorang wanita yang mengaku telah diperas oleh
IN. Untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan maka, IN dibawa ke kantor polisi. Dari
hasil pemeriksaan diketahui bahwa tersangka telah melakukan penipuan kepada korban yang
bernama Indah.

Dari kasus tersebut dapat kita ketahui bahwa etika seorang laki-laki kurang
menghargai wanita. Sebagai seorang laki-laki seharusnya menjaga wanita, bukan malah
menghabiskan uang dan harta nya. Etika dari seorang penipu tersebut sangat merugikan
masyarakat, terutama perempuan-perempuan yang telah menjadi korbannya. Sebagai seorang
laki-laki harusnya berkata jujur, tidak boleh menipu. Apalagi mengaku sebagai seseorang
yang memiliki pangkat tinggi,padahal aslinya tidak memiliki pangkat apapun. Kedok-kedok
seperti ini harus kita hindari, karena laki-laki memiliki mulut yang semanis madu, tetapi
setajam silet.

Dikasus tersebut laki-laki memiliki akal budi yang sehat, tetapi menyalahgunakannya
untuk mengelabuhi wanita hanya untuk diambil harta dan kekayaanya saja. Dalam jalan
pikiran laki-laki, jelas tidak memiliki daya ikat apa pun artinya apabila dia melakukan hal
tersebut (penipuan) dia tidak merasa bersalah. Pada dasarnya para lelaki tidak memikirkan
konsekuensi apa yang dia dapat dikemudian hari. Hukum karma berlaku. Selain itu dia tidak
memikirkan kelanjutan dari konsekuensi tersebut, bisa jadi dia akan bermasalah di
masyarakat dan di penjara. Dari kasus tersebut terdapat hukum yang menjerat tersangka yaitu
Pasal 378 KUHP dan Pasal 351 KUHP.

 KESIMPULAN
Sebagai manusia yang memiliki akal dan pikiran seharusnya tau mana yang benar dan
mana yang salah. Mana yang seharusnya dilakukan dan mana yang seharusnya ditinggalkan.
Tidak semua makhluk hidup diberikan akan pikiran yang dapat digunakan. Seharusnya kita
mensyukur i apa saja yang telah di berikan Tuhan YME kepada kita. Kita tidak boleh
semena-mena.

Dalam kasus diatas dapat kita simpulkan bahwa, pelaku penipuan tidak memikirkan
dampak apa saja yang akan dia dapat dikemudian hari, tidak memikirkan konsekuensi yang
dia terima di belakangnya. Yang dia mau dan inginkan hanya kesenangannya saja. Dia
menipu mengaku sebagai polisi dan mencari permpuan untuk dipacar i kemudian dia akan
menguras harta dan kekayaanya. Hal ini merupakan etika yang buruk, moral nya hilang.

Sebagai manusia seharusnya kita sadar bahwa hal-hal yang mudah didapatkan tidak
semua nya baik. Untuk mendapatkan uang se3harusnya kita bekerja dengan baik. Tidak
malah menipu. Harus bekerja dengan keras dan bersungguh-sungguh. Di Etika Moral ini saya
mendapatkan banyak hal-hal baru dan motivasi yang baik untuk kedepannya. Salah satunya
yaitu tentang Kejujuran, Tanggung Jawab, Bekerja Keras, Menghargai apapun yang kita
punya, Tidak boleh semena-mena, Toleransi, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
 BUKU FILSAFAT MORAL
 GOOGLE (KASUS PENIPUAN)
 ARGUMENTASI SENDIRI

Anda mungkin juga menyukai