Anda di halaman 1dari 5

NAMA: Aqhna Faura Zalfa Narinto

KELAS: XII MIPA 5/05

1. Peristiwa 1 :
“ … Ibu Gea seorang pedagang sayur di Kecamatan Pecut Sumatra Utara
mengalami penganiayaan oleh seorang Preman di pasar tempat dia berjualan karena
tidak mau membayar “pungutan liar” terhadap “Forum” yang disebut oleh preman
tersebut. Ketika Ibu pedagang ini melapor ke Polsek atas penganiayaan yang di
alaminya dan Ia di Visum untuk melengkapi laporanya; ternyata Pelaku juga
mengadukan pedagang tersebut ke Polsek yang sama. Selanjutnya Ibu Gea yang
merupakan korban dari premanisme tersebut malah ditetapkan sebagai tersangka atas
laporan Pelaku premanisme tersebut . Kejadian penganiayaan ini sempat direkam
dalam dalam sebuah rekaman video amatir. Dan sempat viral di media massa dan
kasusnya diambil alih oleh Polda Sumatra Utara.

dari peristiwa tersebut : berikan Penilaianmu atas :


● Pelanggaran hak dan pengingkaran kwajiban yang terjadi dalam kasus tersebut
!
Jawab:
Dari penggalan peristiwa diatas, menunjukkan dengan jelas bahwa
preman tersebut melakukan perbuatan pungli dan penganiayaan. Pemungutan
liar atau biasa disebut dengan pungli adalah kegiatan yang jelas melanggar
hukum. Pungli adalah pengenaan biaya di tempat yang tidak seharusnya biaya
dikenakan atau dipungut. Kebanyakan pungli dipungut oleh pejabat atau aparat,
walaupun pungli termasuk ilegal dan digolongkan sebagai KKN, tetapi
kenyataannya hal ini jamak terjadi di Indonesia. Secara hukum, pelaku pungli
dapat dikenai Pasal 368 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), dengan ancaman pidana maksimal 9 (Sembilan) tahun. Namun perlu
diingat pasal ini hanya berlaku jika pelaku pungli merupakan pihak yang tidak
berwenang/tidak berhak seperti preman dsb, sementara jika pelaku yang
melakukan pungli merupakan pejabat atau aparatur sipil negara, maka terhadap
pelaku bisa juga dilaporkan tindak pidana korupsi.

Dalam kasus diatas jelas bahwa bu ghea sangat dirugikan, karena tidak
mendapat keadilan yang semestinya. Dan terkait preman yang melaporkan bu
ghea ke pihak berwajib, menurut saya laporan yang dibuat bisa dikatakan tidak
valid, karena pada kasus tidak dijelaskan tindakan apa yang sampai bisa
menjadikan bu gea sebagai tersangka. Jika sebenarnya bu ghea bersalah maka
pihak berwajib harus berlaku adil dengan memasukkan ke ranah hukum.
Karena preman tersebut terjerat pasal 368 ayat 1 KUHP dan pasal 351 KUHP.
Dari kasus tersebut jelas terjadi pelanggaran hak bu gea sebagai warga negara
untuk mendapatkan hukum yang seadil adilnya dan pengingkaran kewajiban
aparat terkait dalam menjalankan kewajiban.
● Perlindungan dan penegakan hukum yang dilakukan oleh aparatur kita .
Jawab:
Dari penggalan peristiwa 1, pada polsek tempat bu gea melapor terdapat
2 hal yang sudah terjadi, yaitu telah terjadi kecurangan atau pelayanan yang
diberikan kurang maksimal. Ketika peristiwa ini viral di media sosial baru
kasusnya diambil alih oleh polda Sumatera Utara, untuk polda Sumatera Utara
sendiri cukup cepat dalam merespon kasus tersebut sehingga bisa segera
didalami dan selanjutnya diproses untuk menegakkan keadilan yang semestinya
diterima oleh bu gea dan memberikan efek jera kepada pelaku pungli.

● Upaya masyarakat dengan mengviralkan kasus tersebut .


Jawab:
Sikap toleransi yang terjadi di berbagai lapisan masyarakat sangat tinggi
kepada bu gea. Hal tersebut menggambarkan terjadinya sebuah penerapan sila
ke 3 yaitu persatuan Indonesia, dalam kehidupan sehari-hari. Aksi ini sangat
membantu ibu gea untuk mendapatkan penyelesaian yang seadil adilnya
sehingga dapat menggambarkan sila ke 5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Dan kejadian yang dialami bu gea ini dapat dijadikan
pelajaran untuk masyarakat bahwa tindakan pungli termasuk tindakan melawan
hukum yang tidak boleh dilakukan, untuk aparat penegak hukum,supaya lebih
peduli dan adil dalam membantu masyarakat dalam menegakkan keadilan ,serta
lebih mengayomi masyarakat.

2. Peristiwa 2..

Ironi Polisi, Aparat Penegak Hukum yang Langgar Hukum


CNN Indonesia | Kamis, 01/07/2021 09:11 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi sebagai aparat penegak hukum (APH) dinilai
acapkali malah menjadi aktor di balik pelanggaran hukum. Sederet kasus yang
menjerat polisi pun muncul ke publik belakangan ini. Mulai dari pembunuhan,
penganiayaan, penggunaan narkoba, hingga pemerkosaan. Terbaru ialah
pemerkosaan seorang remaja perempuan berusia 16 tahun di Mapolsek Jailolo
Selatan, Halmahera Barat, Maluku Utara. Aksi tersebut dilakukan oleh seorang aparat
Briptu Nikmal Idwan. Modusnya, dia membawa korban ke kantor polisi kala korban
tengah kesulitan mencari angkutan umum untuk melanjutkan perjalanan karena hari
sudah terlampau malam. Setibanya di kantor polisi, dia dibawa ke ruang interogasi
dan malah diperkosa. Nikmal lantas menggunakan kewenangannya sebagai aparat
yang dapat menindak hukum untuk membungkam korban agar tak bercerita
pengalaman pahitnya itu. Kasusnya kini masih diselidiki.

Kasus lain, seorang anggota polisi di Polres Sorong Kota, Papua Barat, berinisial IP
tega membakar istrinya karena tersulut pertengkaran di dalam rumah tangga. Kejadian
pada akhir Mei lalu sempat terkendala lantaran pelaku berkilah insiden terjadi karena
kompor meledak.
Namun penyidik yang bertugas akhirnya menemukan bukti-bukti yang mengarah pada
aksi pembakaran secara sengaja terhadap istrinya.

Kemudian pada Februari lalu, Bripka CS, seorang polisi juga berulah dengan
menembak mati tiga orang di sebuah kafe di Cengkareng, Jakarta saat dalam kondisi
mabuk. Salah seorang korban merupakan prajurit TNI AD.

Kasus ini mencuat dan mendapat atensi dari pejabat korps seragam coklat. Kapolri
Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengeluarkan surat telegram rahasia (STR) untuk
memperketat proses peminjaman dan pemakaian senpi dinas. Selain itu, anggota
polisi juga dilarang mabuk- mabuk an dan berpesta di tempat hiburan malam.

Bukan hanya kekerasan, polisi juga melakukan tindak pidana yang diduga
terorganisasi yakni narkoba. Mantan Kapolsek Astanaanyar, Kompol Yuni Purwanti
Kusuma Dewi digerebek bersama 11 anak buahnya karena menggunakan narkoba
jenis sabu. Peristiwa yang terjadi pada 16 Februari lalu mengakibatkan perwira
menengah tersebut harus dicopot dari jabatannya dan diproses pidana.

Merujuk pada data Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri, tercatat ada 1.024
kasus pelanggaran pidana yang dilakukan oleh aparat sepanjang 2020. Jumlah tersebut
naik signifikan dari tahun sebelumnya, yakni sebanyak 627 kasus. Sementara, pada
2018 tercatat ada 1.036 kasus pidana menjerat polisi.

Pelanggaran terbanyak terlihat pada kasus-kasus pelanggaran kode etik kepolisian.


Tercatat pada 2020 ada 2.081 kasus di mana jumlah tersebut meningkat sangat tajam
hingga 103,8 persen dari tahun sebelumnya sebanyak 1.021 perkara.

Kemudian pada kasus-kasus pelanggaran disiplin aparat, tren peningkatan selalu


terjadi dalam tiga tahun terakhir. Dimulai pada 2018 dengan 2.417 perkara, kemudian
meningkat menjadi 2.503 pelanggaran pada 2019 dan melonjak hingga 3.304 kasus
pada 2020.
Meski peristiwa banyak terjadi, namun Polri mengklaim selama ini pihaknya selalu
memberikan sanksi tegas kepada polisi yang terbukti bermasalah.
"Terkait dengan perilaku oknum yang mencoreng nama institusi Polri, pimpinan Polri
sudah menindak tegas dengan cara memberikan sanksi kode etik sampai dengan
pemberhentian dengan tidak hormat (PTDH)," kata Kepala Biro Penerangan
Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigadir Jenderal Rusdi Hartono saat dihubungi
CNNIndonesia.com belum lama ini.

Dia mengamini bahwa upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan profesionalitas


anggota Polri dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Rusdi menjamin
bahwa pihaknya bakal menjalankan tugas-tugas kepolisian sesuai dengan aturan yang
berlaku.

dari peristiwa tersebut : berikan Penilaianmu atas :


● Kebijakan yang diambil pimpinan institusi kepolisian atas tindakan nakal /
indisiplin bawahannya !
Jawab:
Tindakan melanggar hukum memang harusnya diberi hukuman atau
tindakan yang sesuai dengan perbuatannya ,siapapun pelakunya, bahkan
pejabat sekalipun. Tindakan yang diambil sudah sangat benar dan tegas. Dapat
dinyatakan dengan alasan, karena pada dasarnya aparatur negara seharusnya
menjadi contoh teladan atau contoh yang baik untuk masyarakat. Apabila ada
satu saja perilaku kecil yang melanggar hukum dan dibiarkan begitu saja,
masyarakat akan meniru kejadian serupa dengan berdalih mencontoh aparat
negara. Selain itu, rakyat juga akan kehilangan respect dan kepercayaan kepada
para pejabat. Apalagi jika kasusnya sudah tergolong kasus yang berat.
Misalnya pemerkosaan, pembunuhan, penganiayaan, dan narkoba. Seharusnya
aparat penegak hukum menelusuri dan menindak lanjuti pelaku kejahatan
tersebut, tapi justru aparat sendiri yang melakukan perbuatan melawan hukum.

● Perlindungan dan penegakan hukum yang dilakukan oleh aparatur kita .


Jawab:
Dapat dilihat bahwa , penegakan hukum yang dilakukan dapat
dikategorikan cukup baik karena, aparatur menindak tegas perilaku melanggar
hukum yang dilakukan oleh aparat yang masih satu lingkungan, dan hukuman
yang diberikan pun juga setimpal yaitu dengan pencopotan jabatan dan proses
pidana.

● Kinerja lembaga kepolisian kita .


Jawab:
Menurut saya, dari pengamatan selama ini tingkat kinerja lembaga
kepolisian masih dibilang cukup kurang sigap. Hal ini dapat terjadi karena
pengaruh beberapa faktor. Misalnya, kepemimpinan, peraturan di setiap daerah
yang berbeda, sebuah kebiasaan, sifat yang ada pada diri sendiri dan faktor
lingkungan sekitar. tergantung dari daerah masing masing. Akhir-akhir ini
banyak kasus beredar, bahwa polisi dalam menindak lanjuti sebuah kasus
hanya memilih orang-orang tertentu. Hal ini merupakan kesalahan yang sangat
fatal. Karena, jika kita sudah menjabat sebagai pengayom masyarakat kita
harus siap menolong kondisi rakyat dalam hal apapun.

Anda mungkin juga menyukai