1. Peristiwa 1 :
“ … Ibu Gea seorang pedagang sayur di Kecamatan Pecut Sumatra Utara
mengalami penganiayaan oleh seorang Preman di pasar tempat dia berjualan karena
tidak mau membayar “pungutan liar” terhadap “Forum” yang disebut oleh preman
tersebut. Ketika Ibu pedagang ini melapor ke Polsek atas penganiayaan yang di
alaminya dan Ia di Visum untuk melengkapi laporanya; ternyata Pelaku juga
mengadukan pedagang tersebut ke Polsek yang sama. Selanjutnya Ibu Gea yang
merupakan korban dari premanisme tersebut malah ditetapkan sebagai tersangka atas
laporan Pelaku premanisme tersebut . Kejadian penganiayaan ini sempat direkam
dalam dalam sebuah rekaman video amatir. Dan sempat viral di media massa dan
kasusnya diambil alih oleh Polda Sumatra Utara.
Dalam kasus diatas jelas bahwa bu ghea sangat dirugikan, karena tidak
mendapat keadilan yang semestinya. Dan terkait preman yang melaporkan bu
ghea ke pihak berwajib, menurut saya laporan yang dibuat bisa dikatakan tidak
valid, karena pada kasus tidak dijelaskan tindakan apa yang sampai bisa
menjadikan bu gea sebagai tersangka. Jika sebenarnya bu ghea bersalah maka
pihak berwajib harus berlaku adil dengan memasukkan ke ranah hukum.
Karena preman tersebut terjerat pasal 368 ayat 1 KUHP dan pasal 351 KUHP.
Dari kasus tersebut jelas terjadi pelanggaran hak bu gea sebagai warga negara
untuk mendapatkan hukum yang seadil adilnya dan pengingkaran kewajiban
aparat terkait dalam menjalankan kewajiban.
● Perlindungan dan penegakan hukum yang dilakukan oleh aparatur kita .
Jawab:
Dari penggalan peristiwa 1, pada polsek tempat bu gea melapor terdapat
2 hal yang sudah terjadi, yaitu telah terjadi kecurangan atau pelayanan yang
diberikan kurang maksimal. Ketika peristiwa ini viral di media sosial baru
kasusnya diambil alih oleh polda Sumatera Utara, untuk polda Sumatera Utara
sendiri cukup cepat dalam merespon kasus tersebut sehingga bisa segera
didalami dan selanjutnya diproses untuk menegakkan keadilan yang semestinya
diterima oleh bu gea dan memberikan efek jera kepada pelaku pungli.
2. Peristiwa 2..
Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi sebagai aparat penegak hukum (APH) dinilai
acapkali malah menjadi aktor di balik pelanggaran hukum. Sederet kasus yang
menjerat polisi pun muncul ke publik belakangan ini. Mulai dari pembunuhan,
penganiayaan, penggunaan narkoba, hingga pemerkosaan. Terbaru ialah
pemerkosaan seorang remaja perempuan berusia 16 tahun di Mapolsek Jailolo
Selatan, Halmahera Barat, Maluku Utara. Aksi tersebut dilakukan oleh seorang aparat
Briptu Nikmal Idwan. Modusnya, dia membawa korban ke kantor polisi kala korban
tengah kesulitan mencari angkutan umum untuk melanjutkan perjalanan karena hari
sudah terlampau malam. Setibanya di kantor polisi, dia dibawa ke ruang interogasi
dan malah diperkosa. Nikmal lantas menggunakan kewenangannya sebagai aparat
yang dapat menindak hukum untuk membungkam korban agar tak bercerita
pengalaman pahitnya itu. Kasusnya kini masih diselidiki.
Kasus lain, seorang anggota polisi di Polres Sorong Kota, Papua Barat, berinisial IP
tega membakar istrinya karena tersulut pertengkaran di dalam rumah tangga. Kejadian
pada akhir Mei lalu sempat terkendala lantaran pelaku berkilah insiden terjadi karena
kompor meledak.
Namun penyidik yang bertugas akhirnya menemukan bukti-bukti yang mengarah pada
aksi pembakaran secara sengaja terhadap istrinya.
Kemudian pada Februari lalu, Bripka CS, seorang polisi juga berulah dengan
menembak mati tiga orang di sebuah kafe di Cengkareng, Jakarta saat dalam kondisi
mabuk. Salah seorang korban merupakan prajurit TNI AD.
Kasus ini mencuat dan mendapat atensi dari pejabat korps seragam coklat. Kapolri
Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengeluarkan surat telegram rahasia (STR) untuk
memperketat proses peminjaman dan pemakaian senpi dinas. Selain itu, anggota
polisi juga dilarang mabuk- mabuk an dan berpesta di tempat hiburan malam.
Bukan hanya kekerasan, polisi juga melakukan tindak pidana yang diduga
terorganisasi yakni narkoba. Mantan Kapolsek Astanaanyar, Kompol Yuni Purwanti
Kusuma Dewi digerebek bersama 11 anak buahnya karena menggunakan narkoba
jenis sabu. Peristiwa yang terjadi pada 16 Februari lalu mengakibatkan perwira
menengah tersebut harus dicopot dari jabatannya dan diproses pidana.
Merujuk pada data Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri, tercatat ada 1.024
kasus pelanggaran pidana yang dilakukan oleh aparat sepanjang 2020. Jumlah tersebut
naik signifikan dari tahun sebelumnya, yakni sebanyak 627 kasus. Sementara, pada
2018 tercatat ada 1.036 kasus pidana menjerat polisi.