Anda di halaman 1dari 24

JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)

Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680


e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

UPAYA KEPOLISIAN RESORT BELU DALAM MEMBERANTAS PERILAKU


PREMANISME DI KOTA ATAMBUA ( Studi Kasus di Polres Belu )
Zinedine De Carvalho, Nikolas Manu, Bhisa Vitus Wihelmus
Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Nusa Cendana
Kupang, Indonesia
E-mail: Zhidancarvalho36@gmail.com
ABSTRAK

UPAYA KEPOLISIAN RESORT BELU DALAM MEMBERANTAS PERILAKU


PREMANISME DI KOTA ATAMBUA (Study Kasus Di Polres Belu). Oleh Zinedine De
Carvalho, dibimbing oleh Nikolas Manu,S.H.,M.Hum sebagi Pembimbing I dan Bhisa
Vitus Wihelmus,S.H.,M.Hum. sebagai Pembimbing II.

Tindakan kekerasan kepada pihak lain merupakan bentuk aktifitas manusia yang punya
indikasi melawan hukum atau bertentangan dengan undang-undang yang berlaku, dapat
berupa ucapan maupun perbuatan fisik yang bersifat nyata, dan berakibat pada kerusakan
harta benda (property), fisik hingga kematian korban. Walaupun bentuknya berakibat sama,
namun alasan atau motif yang mendorong seseorang untuk melakukan kekerasan dapat
berlainan. Aksi premanisme yang semakin meresahkan mendorong diusahakannya berbagai
alternatif untuk mengatasi fenomena-fenomena tersebut, baik oleh para penegak hukum
maupun oleh para ahli-ahli hukum. Harus dicari satu formula yang tepat dan dapat mengatasi
preman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab yang menimbulkan terjadinya


premanisme di Kota Atambua dan sejauh manakah upaya kepolisian dalam menaggulangi
premanisme di Kota Atambua. Jenis penelitian ini adalah empiris yang dilakukan dengan
metode pendekatan secara deskriptif kualitatif.

Penelitian ini menunjukkan 1) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan


penganiayaan yang dilakukan oleh preman di Kabupaten Belu dari tahun 2018 sampai dengan
tahun 2020 berasal dari dua sumber yaitu: a). Faktor Internal yang terdiri dari Rasa ingin
tampak lebih dibanding orang lain, Perasaan mudah sakit hati, dan Perasaan dendam. b).
Faktor Eksternal yang terdiri dari : Faktor ekonomi, Pengangguran, dan Faktor lingkungan. 2)
Upaya penanggulangan kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh preman di Kabupaten
Belu oleh Kepolisian Resort Belu terdiri dari dua yaitu: a). Upaya pengawasan/Pre-emtif
bersifat moralitas yaitu mencegah secara dini sebelum aksi premanisme itu terjadi. Upaya ini

657 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

berupa memberikan pelatihan kepada remaja putus sekolah, menyebar Norma-norma agama,
kesusilaan kepada masyarakat terutama generasi muda agar dapat mengekang nafsu untuk
berbuat jahat. b).Upaya pencegahan/preventif yaitu berupa penyuluhan terhadap masyarakat
dalam hal ini orang tua, penyuluhan terhadap siswa khususnya siswa SMA dan penyedian
unit buser untuk berjaga disetiap daerah. c). Upaya pemberantasan/represif yaitu penindakan
terhadap pelaku kejahatan penganiayaan yang berujung penjatuhan hukuman oleh pihak yang
berwenang. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah Upaya penanggulangan
Premanisme adalah tanggung jawab bersama antara aparat penegak hukum dengan
masyarakat. Sehingga dituntut peren aktif dari masyarakat untuk membantu pelaksanaan
penanggulangan premanisme yang telah ditempuh oleh pihak Kepolisian, agar dapat tercipta
ketertiban bersama.

Kata Kunci : Upaya, Pemberantasan, Premanisme

1. Pendahuluan
Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat), dan tidak

berdasarkan atas kekuasaan belaka (machstaat). Indonesia juga adalah Negara yang

demokrasi. Pemerintah demokrasi yang khas ialah “Rule of the Law”, atau Negara

Hukum (Rechstaat). Namun, prinsip negara hukum ini sering tidak sejalan dengan

faktanya, karena perbuatan kriminal segelintir orang yang tidak bertanggung jawab.

Seperti perbuatan premanisme yang sering terjadi di wilayah hukum Kota Atambua.

Preman sangat identik dengan dunia kriminal dan kekerasan, karena memang

kegiatan preman tidak lepas dari kedua hal tersebut. Beberapa contoh aksi

premanisme antara lain preman di terminal bus yang memungut pungutan liar (pungli)

dari sopir-sopir, yang bila ditolak akan berpengaruh terhadap keselamatan sopir dan

kendaraannya yang melewati terminal dan preman di pasar yang memungut pungutan

liar dari lapak-lapak kaki lima, yang bila ditolak akan berpengaruh terhadap rusaknya

lapak yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan preman di Indonesia makin lama

makin sukar diberantas karena ekonomi yang semakin memburuk.

658 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

Perbuatan pidana yang dilakukan oleh preman ini pada umunya menurut

hukum pidana perbuatan dapat dikategorikan ke dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUHP) seperti pencurian dengan ancaman kekerasan (pasal365),

pemerasan (368 KUHP), pemerkosaan (pasal 285), penganiyayaan (pasal 351),

melakukan tindak kekerasan terhdap orang atau barag dimuka umum (pasal 170)

bahkan juga sampai melakunan pembunuhn (pasal 388) ataupun pembunuhan

berencana (pasal 340), perilaku mabuk dimuka umum (pasal 492), yang tentunya

dapat mengganggu ketertiban umum serta menimbulkan kersehan di masyarakat.

Dalam prakteknya, perbuatan premanisme sering dianggap hal yang biasa atau wajar

oleh parah pelaku demi hasrat pribadinya. Berkaitan dengan hal itu, Teguh prasetyo

menyatakan bahwa perbuatan yang bisa dikenai hukuman atau sanksi adalah

perbuatan kejahatan atau pelanggaran. Adapun pengertian pelaku kejahatan adalah

orang yang telah melakukan kejahatan, yang dalam arti luasnya lagi seseorang yang

melakukan pelanggaran dalam perundang-undangan yang ada, melanggar hak orang

lain serta melanggar norma-norma yang ada dan hidup di masyarakat, tetapi orang

yang melakukan kejahatan tidak hanya orang dewasa tanpa terkecuali seorang anak,

karena seorang anak pun dapat melakukan sesuatu kejahatan dikarenakan beberapa

faktor baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tindakan kekerasan kepada pihak lain merupakan bentuk aktifitas manusia

yang punya indikasi melawan hukum atau bertentangan dengan undang-undang yang

berlaku, dapat berupa ucapan maupun perbuatan fisik yang bersifat nyata, dan

berakibat pada kerusakan harta benda (property), fisik hingga kematian korban.

Walaupun bentuknya berakibat sama, namun alasan atau motif yang mendorong

seseorang untuk melakukan kekerasan dapat berlainan. Aksi premanisme yang

semakin meresahkan mendorong diusahakannya berbagai alternatif untuk mengatasi

659 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

fenomena-fenomena tersebut, baik oleh para penegak hukum maupun oleh para ahli-

ahli hukum. Harus dicari satu formula yang tepat dan dapat mengatasi preman.

Kepolisian dalam hal ini berkaitan dengan fungsinya sebagai pengayom

masyarakat mempunyai peran yang sangat besar dalam upaya penanggulangan

terhadap premanisme. Pihak kepolisian yang begitudekat dengan masyarakat

diharapkan mampu mengambil tindakan yang tepatdalam menyikapi fenomena-

fenomena premanisme di masyarakat.

Dalam mencapai tujuan itu hukum diterapkan guna membagi antara hak

dengan kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan

mangatur cara pemecahan permasalahan berkaitan dengan hukum serta sebagai upaya

untuk memelihara kepastian hukum tersebut. Maka kepolisian sangat diperlukan

untuk itu, dengan berpedoman pada peraturan Perundang-Undangan yang ada dan

berlaku serta pedoman pelaksanaan polri yang telah diatur dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Kepolisian sebagai pengayom masyarakat sering mengedepankan prinsip

pembinaan terhadap pelaku tindak pidana pungutan liar di Kota Atambua, hal ini

dilakukan karena budaya masyarakat yang menganggap meminta-minta secara tidak

sah tersebut bukanlah suatu kejahatan. Sehingga aparat kepolisian melakukan prosen

pembinaan kepada para pelaku melalui pemberian pemahaman bahwa melakukan

pungutan liar adalah suatu tindak pidana dengan ancaman penjara apalagi dilakukan

dengan kekerasan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,

maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

660 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

1. Apakah faktor penyebab terjadinya tindakan premanisme di Kota

Atambua?

2. Bagaimanakah upaya-upaya kepolisian dalam menanggulangi premanisme

di Kota Atambua?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui penyebab yang menimbulkan terjadinyya premanisme di

Kota Atambua

2. Untuk mengetahui sejauh manakah upaya kepolisian dalam menaggulangi

premanisme di Kota Atambua

Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan memberikan faedah atau manfaat, adapun manfaat

penelitian ini dapat dilihat dari tiga aspek berikut yaitu:

1. Manfaat Akademis

Manfaat akademis merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan

program pendidikan Sarjana Hukum di Universitas Nusa Cendana Kupang.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bersifat pengembangan ilmu pengetahuan, wawasan serta

peningkatan mutu pengetahuan yang berhubungan dengan para aparat

Kepolisian Polres Belu dalam pemberantasan premanisme yang melakukan

tindak pidana

3. Manfaat praktis

Manfaat praktis diharapkan diambil oleh pembuat kebijakan hukum

dan masyarakat secara keseluruhan, yang artinya bahwa penelitian ini dapat

661 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terkait peran

aparat Kepolisian Polres Belu dalam pemberantasan yang melakukan tindak

pidana premanisme di Kota Atambua.

2. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan gambaran rancangan penelitian yang meliputi prosedur

atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data yang

diperoleh dengan cara diolah/dianalisis. Sehingga dalam penelitian ini calon peneliti

menggunakan metode berikut ini:

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan calon peneliti berupa jenis penelitian empiris.

Dimana penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual,

dan akurat mengenai fakta populasi atau daerah tertentu.

b. Metode pendekatan

Metode pendekatan yang calon peneliti lakukan ialah melalui metode pendektan

secara deskriptif kualitatif. Hal ini memungkinkan calon peneliti dalam memperoleh

pemahaman mendalam tentang prilaku khalayak sasaran sehingga pendekatan ini

sebagai salah satu sarana yang mampu menjawab segala persoalan dalam penelitian

yang calon peneliti teliti saat ini.

c. Aspek penelitian

Aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor tindak pidana premanisme

a. Faktor-faktor internal :

1. Rasa ingin tampak lebih dibanding orang lain

2. Perasaan mudah sakit hati

662 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

3. Perasaan dendam

b. Faktor-faktor eksternal :

1. Faktor ekonomi

2. Pengangguran

3. Faktor Lingkungan

2. Upaya penanggulangan terhadap tindak pidana premanisme

a) Upaya pre-emtif

b) Upaya Preventif

c) Upaya Represif

d. Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini, calon peneliti melakukan penelitian di wilayah Hukum Polda

NTT khusunya di Kabupaten Belu

e. Jenis dan sumber data

Data merupakan gambaran akan suatu keadaan, peristiwa atau persoalan yang

berhubungan dengan tempat dan waktu, yang merupakan dasar suatu perencanaan

dan merupakan alat bantu dalam pengambilan keputusan. Sumber data dibedakan

menjadi dua yaitu :

1. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiiri oleh calon peneliti

langsung dari subyek atau objek penelitian.

2. Data sekunder adalah data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek

attau subjek penelitian, tapi diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-catatan,

arsip resmi, dalam melengkapi data primer tersebut.

Data sekunder dimaksud terdiri dari sejumlah bahan hukum, seperti :

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

yang artinya bersifat memaksa. Bahan hukum primer ini berupa

663 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

peraturan perundang-undangan (peraturan perundang-undangan yang

digunakan adalah peraturan peraturan perundang-undangan yang

memiliki kaitan dengan penelitian yang dilakukan).

b. Bahan hukum sekunder biasanya berupa pendapat hukum /doktrin/teori-

teori yang diperoleh dari literatur hukm, hasil penelitian, artikel ilmiah,

maupun website yang terkait dengan penelitian. Bahan hukum sekunder

pada dasarnya digunakan utuk memberikan penjelasan terhadap bahan

hukum primer. Dengan adanya bahan hukum sekunder maka peneliti

akan terbantu untuk memhami/menganalisis bahan hukum primer.

c. Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan

penjelasan dan petunjuk terhadap bahan hukm primer dan bahan hukum

sekunder. Biasanya bahan hukum tersier diperoleh dari kamus hukum,

kamus bahasa indonesia, kamus bahasa inggris, dan sebagainya.

f. Populasi Sampel dan Responden

a. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah beberapa keluarga

kabupaten Belu

b. Sampel

Teknik dalam penentuan sampel ini adalah sampling jenuh yaitu sampel yang

mewakili jumlah populasi, populasi yang kurang dari 100 orang

c. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah :

Pelaku : 10 orang

Korban / saksi mata : 1 orang

Kanit Reskrim : 1 orang

664 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

Total : 12 orang

g. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu komponen yang penting dalam penelitian ini adalah proses

peneliti dalam pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan dari

teknik pengumpulan data ini adalah demi mendapatkan data yang valid sehingga

hasil dan kesimpulan penelitian pun tidak akan diragukan kebenarannya. Dibawah

ini ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan calon peneliti dalam

penelitian tersebut antara lain :

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang komplek karena melibatkan

berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi

tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan

untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data

observasi cocok digunakan untuk penelitian yang betujuan untuk mempelajari

perilaku manusia dan proses kerja.

2. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan dengan

tatap muka yang sebelumnya telah disusun secara sistematis kepada orang-

orang yang bertindak sebagai informan dan sebagai subjek penelitian yang

telah dipilih sebelumnya. Wawancara dilakukan kepada orang-orang yang

memang mengetahui keadaan yang terjadi berkaitan dengan masalah

penelitian dan juga mengalami sendiri hal tersebut secara langsung fenomena

tersebut.

3. Studi Dokumen

665 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

Studi dokumen atau yang biasa disebut kajian dokumen merupakan Teknik

pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan kepada subyek penelitian.

Dalam studi dokumentasi, peneliti biasa melakukan penelusuran data historis

objek penelitian serta melihat sejauh mana proses yang berjalan telah

terdokumentasi dengan baik.

h. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Editing

Sebelumnya data diolah data tersebut perlu diedit lebih dahulu. Dengan

perktaan lain, data atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam buku

catatan (record book), daftar pertanyaan ataupun pada interview guide

(pedoman wawancara) perlu dibaca sekali lagi dan perbaiki, jika terdapat

kesalahan dan keragu-raguan.

b. Coding

Coding merupakan suatu proses penyusunan secara sistematis data mentah

ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengelola data seperti

komputer. Coding dalam penelitian ini yitu memberi kode terhadap data

yang akan dianalisa.

c. Tabulasi

Membuat tabel termasuk dalam kerja memproes data. Dengan memasukan

data ke dalam tabel-tabel, dan mengatur amgka-angka sehingga dapat

dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori. Tabel terdiri dari kolom dan

baris (jajar).

2. Teknik Analisis Data

666 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

Data yang diperoleh calon peneliti, baik itu data primer maupun data sekunder,

disajikan secara deskriptif yaitu menjelsakan, menguraikan dan

menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan

penelitian ini dan analisis menggunakan teknik kualitatif.

3. Hasil dan Pembahasan

Pada wilayah tempat penulis melakukan penelitian yaitu Kantor Kepolisian

Resort Belu, ditemukan berbagai kejahatan preman baik yang ditemukan pihak

Kepolisian maupun kejahatan yang dilaporkan oleh masyarakat yang telah diresahkan

akibat berbagai macam kejahatan yang dilakukan oleh preman. dari hasil penelitian

yang dilakukan penulis di Kantor Kepolisian Resort Belu, dari tahun ketahun

memang terus ditemui kejahatan yang dilakukan preman. Secara rinci dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 1. Jumlah kasus kejahatan preman di wilayah polres Belu dari tahun 2018-2020

No Tahun Jumlah Kasus Preman

1 2018 75
2 2019 83
3 2020 90
Jumlah 248
Sumber Data : Polres Belu Tanggal 15 Februari 2023

Dari tabel diatas dapat dilihat maraknya kasus tindak kejahatan yang dilakukan

oleh preman di Kabupaten Belu. Memperhatikan tabel satu diatas temuan kasus kejahatan

preman di Kabupaten Belu dalam jangka waktu tahun 2018 sampai dengan tahun 2020

mengalami Kenaikan setiap tahunnya, dengan perincian sebagai berikut :

Pada tahun 2018 jumlah kasus kejahatan yang dilakukan preman di Kabupaten

667 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

Belu tercatat 75 (tujuh puluh lima) kasus, tahun 2019 sebanyak 83 (delapan puluh

tiga) kasus dan tahun 2020 sebanyak 90 kasus.

Tabel 2. Jumlah Temuan Jenis-jenis Kejahatan yang Dilakukan Oleh preman di Polres
Belu 2018-2020

Tahun
No Jenis Kejahatan Preman
2018 2019 2020
.
1. Penganiayaan 59 31 19
2. Pengeroyokan 10 1 8
Pencurian dengan ancaman
3. 4 - 2
kekerasan
4. Pemalakan 2 1 -
5. Pemerasan - - 1
Jumlah 75 33 30
Sumber Data : Polres Belu 15 Februari 2023

Memperhatikan tabel 2 (dua), maka dapat dilihat jenis-jenis tindak kejahatan yang

dilakukan oleh preman di Kabupaten Belu mulai dari tahun 2018 sampai dengan tahun

2020 ada 5 jenis kejahatan, dengan perincian sebagai berikut :

Tahun 2018 terdapat 75 kasus kejahatan yang dilakukan preman diantaranya

penganiayaan sebanyak 59 kasus, pengeroyokan sebanyak 10 kasus, pencurian dengan

ancaman kekerasan sebanyak 4 kasus, pemalakan sebanyak 2 kasus. Tahun 2019

terdapat 33 kasus yang dilakukan oleh preman diantaranya penganiayaan sebanyak 31

kasus, pengeroyokan sebanyak 1 kasus dan pemalakan sebanyak 1 kasus. Tahun 2020

terdapat 30 kasus kejahatan yang dilakukan oleh preman diantaranya penganiayaan

sebanyak 19 kasus, pengeroyokan sebanyak 8 kasus, pencurian dengan ancaman

kekerasan sebanyak 2 kasus dan pemerasan sebanyak 1 kasus.

Memperhatikan tabel dan uraian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa

kejahatan preman yang sulit untuk diredam dan terjadi setiap tahunnya dalam jumlah

yang besar yaitu kejahatan penganiayaan (Pasal 351 KUHP). Maka penulis sesuai

668 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

dengan judul penelitian akan lebih memperdalam pembahasan mengenai kejahatan

penganiayaan yangdilakukan oleh preman.

A. Data Kejahatan Penganiayaan Yang Dilakukan Oleh Preman Di Kabupaten

Belu

Seperti halnya daerah lain, Kabupaten Belu tidak luput pula dari gangguan

keamanan dan ketertiban dalam bentuk kejahatan penganiayaan yang pelakunya

adalah preman. hal ini telah banyak membawa dampak negatif dan merugikan bagi

masyarakat Kabupaten Belu. Penganiayaan sebagai tindak pidana umum yang diatur

dalam KUHP adalah wewenang kepolisian untuk mengadakan penyidikan juga diatur

dalam KUHP Pasal 6 Ayat (1) sehingga di Kantor Kepolisian dapat diketahui tentang

jumlah kejahatan dalam hal ini kejahatan penganiayaan khususnya yang dilakukan

oleh preman.

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan kejahatan khususnya

delik penganiayaan dimana pelakunya adalah preman di Kabupaten Belu, maka

dibawah ini penulis akan meninjau data mengenai delik penganiayaan yang dilakukan

oleh preman yang dilakukan di Kabupaten Belu selama kurun waktu tiga tahun

terakhir, mulai daritahun 2018sampai dengan 2020.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh di Polres Belu, bahwa delik

penganiayaan yang dilakukan oleh preman di Kabupaten Belu dari tahun 2018

sampai dengan tahun 2020 adala tercatat 109 kasus. Untuk lebih jelasnya, dapat

diketahui pada tabel berikut:

669 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

Tabel 3. Data Delik Penganiayaan Yang Dilakukan Oleh Preman Yang Dilaporkan dan
Diselesaikan Polres Belu Dari Tahun 2018-2020
Sumber Data : Polres Belu 15 Februari 2023

DISELESAIKAN DILAPORKAN
70

60

50

40

TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020

Memperhatikan tabel tiga diatas menunjukkan bahwa kasus delik

penganiayaan yang dilakukan oleh preman dalam jangka waktu tahun 2018

sampai dengan tahun 2020 mengalami penurunan setiap tahunnya, dengan

perincian sebagai berikut:

Pada tahun 2018 jumlah delik penganiayaan yang dilakukan oleh

preman di Kabupaten Belu tercatat 59 (lima puluh sembilan) kasus yang

dilaporkan dan berkas penyelesaian kasusnya sebanyak 65 (enam puluh lima)

berkas, tahun 2019 sebanyak 31 (tiga puluh satu) kasus yang dilaporkan dan

berkas penyelesaian kasusnya sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) berkas, serta

tahun 2020 sebanyak 19 (sembilan belas) kasus dengan berkas penyelesaian

sebanyak 24 (dua puluh empat).

B. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Penganiayaan Yang

Dilakukan Oleh Preman Di Kabupaten Belu

Di dalam menguraikan latar belakang penyebab terjadinya kejahatan pada

670 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

umumnya, kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh preman pada khususnya,

telah banyak sarjana dan para ahli hukum yang mengemukakan bahwa kejahatan

adalah hasil dari keanekaragaman yang ada di dalam masyarakat, baik itu agama,

suku, ras dan status sosial dalam masyarakat.

Sebagaiman diketahui bahwa kejahatan sebagai salah satu fenomena

sosial yang sangat mempengaruhi ketentraman dan kesejahteraan dalam hidup

masyarakat. Oleh karenanya perbuatan kejahatan ini baik wujud maupun

sifatnya adalah hal yang bertentangan dengan hukum.

Diketahui pula bahwa kejahatan ini tidak timbul dengan sendirinya dan

tidak dapat ditiadakan sama sekali. Selama manusia hidup bermasyarakat, yang

dapat dilakukan hanyalah mengurangi dalam arti mengatasi perkembangan

daripadanya, jadi bukan menghilangkannya. Kejahatan lainnya tetap merupakan

salah sosial yang rumit, oleh karena itu untuk mengetahui hal ini, perlu diketahui

apakah yang menjadi penyebab kejahatan tersebut. Kaitannya uraian di atas,

maka perlu dilakukan penelitian yang dapat memberikan jawaban tentang sebab-

sebab preman melakukan penganiayaan, khususnya yang terjadi di Kabupaten

Belu dalam jangka waktu tahun 2018 sampai dengan tahun 2020.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai faktor yang

disebutkan oleh Kanit Pidum Polres Belu IPDA M. Putra Dharmalaksana, S.tr.K

maka penulis menguraikannya sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi seseorang melakukan

tindak pidana premanisme seperti:

a) Rasa ingin tampak lebih dibanding orang lain

Jika seseorang memiliki sifat yang selalu ingin tampak lebih dari

671 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

orang lain, maka ini akan memudahkan seseorang terprovokasi oleh

orang lain untuk melakukan sebuah kejahatan khususnya

penganiayaan sebagai pembuktian bahwa dirinya lebih hebat

Apalagi, tindak premanisme lebih di dominasi oleh anak muda yang

lebih dikenal sebagai orang yang masih memiliki tingkat pemikiran

yang belum dewasa dalam menyikapi permasalahan yang ada,

sehingga mereka cenderung lebih mengedepankan sikap emosional

daripada menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Karena itulah

mereka lebih mudah terprovokasi dan melakukan kejahatan yang

sangat merugikan dirinya sendiri.

b) Perasaan yang muda sakit hati

Sakit hati adalah penyakit yang mudah sekali timbul dalam diri

seseorang yang memiliki ego tinggi, apalagi jika ada perkataan

ataupun perbuatan seseorang telah membuatnya tersinggung. Karena

sakit hati, seseorang dapat melakukan tindak kejahatan. Tindak

kejahatan yang disebabkan oleh sakit hati sangat mungkin terjadi

pada saat itu juga dengan melakukan pelampiasan kemarahan kepada

orang yang telah menyinggung hatinya. Tindakan yang dilakukan

seseorang secara spontanitas karena sakit hati kebanyakan berbentuk

tindakanpenganiayaan terhadap orang lain.

c) Perasaan dendam

Perasaan dendam sebenarnya adalah perasaan yang ada dikarenakan

jika dulunya seseorang merasa pernah sakit hati dan belum sempat

untuk membalas sakit hatinya. Faktor dendam juga dapat merupakan

salah satu penyebab terjadinya penganiayaan biasa, pada dasarnya

672 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

terjadinya dendam ini disebabkan karena adanya kesalahpahaman

diantara individu ataupun kelompok yang satu dengan yang lain,

sehingga terjadi apa yang dikatakan konflik dan akibat dari konflik

ini terjadilah dendam.

Dari contoh tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

dendam adalah merupakan sikap batin yang senatiasa mendorong

seseorang untuk melakukan tindakan pembalasan.

2. Faktor Eksternal

Sedangkan faktor-faktor Eksternal yang mempengaruhi seseorang melakukan

tindak pidana premanisme seperti:

a) Faktor Ekonomi

Pada umumnya mempunyai hubungan dengan timbulnya kejahatan,

dimana pada perkembangan perekonomian di abad modern, ketika

tumbuh persaingan-persaingan bebas, menghidupkan daya minat

konsumen. Hal ini cenderung menimbulkan keinginan-keinginan

untuk memiliki barang atau uang sebanyak-banyaknya sehingga

dengan demikian, seseorang mempunyai kecenderungan pula

untuk mempersiapkan diri dalam berbagai cara dan sebagainya.

Keadaan- keadaan yang terjadi disebabkan oleh faktor ekonomi yang

semakin menurun dan menjadi salah satu penyebab munculnya

preman dan tindakpremanisme adalah sebagai berikut:

b) Perubahan-perubahan harga

Dapat dikatakan bahwa keadaan-keadaan ekonomi dan kriminalitas

mempunyai hubungan langsung, begitupun dengan hubungannya

673 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

dengan munculnya preman dan tindakan premanisme. Dalam

keadaan pemilikan faktor ekonomi tetap dan sementara itu harga

tiba-tiba melambung naik, maka otomatis jangkauan ekonomi yang

dimiliki tadi akan semakin berkurang. Dengan berkurangnya daya

beli, dalam diri seseorang akan menimbulkan perhitungan dan

pertimbangan-pertimbangan untuk tetap masih dapat memenuhi

kebutuhan hidup dengan keadaannya, akan tetapi jika pada saat yang

sama terjadi penurunan nilai uang, pertambahan tanggungan keluarga,

dan sebagainya yang pada pokoknya mepengaruhi standar hidup

sehingga menjadi begitu rendah, hal ini dapat menyebabkan

timbulnya kriminalitas sebagai jalan keluar.

c) Pengangguran

Karena sempitnya lapangan kerja, pertambahan penduduk dan lain-

lainnya sehingga dapat menyebabkan semakin banyaknya

pengangguran. Pengangguran dapat dikatakan sebagai penyebab

timbulnya kejahatan, yang kesemuanya itu dilatarbelakangi oleh

kondisi buruk faktor ekonomi. Sempitnya lapangan pekerjaan

termasuk faktor utama yang menyebabkan munculnya preman yang

tumbuh pesat setiap tahunnya.

d) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya

dalam terjadinya kasus-kasus kejahatan yang dilakukan oleh preman

di Kabupaten Belu Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama

seseorang memperoleh pelajaran tentang kehidupan ditengah

674 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

masyarakat luas nantinya, lingkungan keluarga pula yang membentuk

karakter seseorang, baik dalam segi emosi dan perasaan yang sangat

berpengaruh dalam kehidupan dalam bersosial dengan masyarakat

umum. Jadi seseorang tumbuh dan berkembang berawal dari

lingkungan keluarga sebagai peletak dasar kepribadian. Di sisi lain

lingkungan keluarga dapat pula berakibat fatal bagi kehidupan

seseorang apabila dalam keluarga kurang mendapatkan kasih sayang

dan perhatian dari orang tuanya. Hal ini menyebabkan kurangnya

penanaman nilai-nilai yang baik sehingga dalam keluarga seseorang

akan merasa tidak nyaman dan akan berusaha mencari kesenangan di

lingkungan luar dari keluarganya.

pada saat itulah lingkungan pergaulan memegang peranan penting

dalam kehidupan seseorang. kebanyakan seseorang melakukan

kejahatan karena kurangnya penanaman nilai dalam keluarga

sehingga dalam pergaulan mudah terjerumus. Apalagi jika seseorang

bergaul dengan kelompok masyarakat yang dikategorikan sebagai

preman, maka secara perlahan orang tersebut juga akan menjadi preman

dan melakukan tindak premanisme khususnya penganiayaan sebagai

pelampiasan kepenatan yang diperoleh di lingkungan keluarga.

Terkhusus di Kabupaten Belu, lingkungan keluarga menjadi hal paling

mendasar seseorang menjadi preman karena merasa tidak mendapat

perhatian sehingga dalam pergaulan seseorang mencoba mencari

kepuasan yang tidak jarang dengan melakukan tindak kriminal.

C. Upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pihak kepolisian resort Belu

terhadap preman di Kabupaten Belu

675 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

Kejahatan pada umumnya dan kejahatan penganiayaan yang dilakukan

oleh preman pada khususnya tidak dapat dihilangkan, akan tetapi dapat ditekan

jumlahnya. Oleh karena itu, usaha pemerintah dalam hal ini aparat penegak

hukum yang berkompeten dalam menanggulangi tingkat perkembangan delik

penganiayaan dalam hal ini delik penganiayaan yang dilakukan oleh preman,

khususnya yang terjadi di Kabupaten Belu dapat digolongkan 3 (tiga) upaya

penanggulangan yaitu upaya penanggulangan secara preventif, upaya pre-emtif

dan upaya penanggulangan secara represif.

Menurut Kanit Pidum IPDA M. Putra Dharmalaksana, S.tr.K (wawancara

tanggal 04 Februari 2023) bahwa tindakan preventif yang dilakukan oleh pihak

Kepolisian Resort Belu, antara lain sebagai berikut:

a) Memberikan bimbingan atau penyuluhan kepada warga Belu secara

umum dan orang tua secara khusus yang merupakan program pihak

Kepolisian. Kegiatan ini dilakukan diseluruh daerah dan dilaksanakan di

tingkat kelurahan. Penyuluhan ini dilakukan langsung kepada

masyarakat yakni orang tua karena lingkungan keluarga adalah yang

paling dekat dan mampu membentuk karakter seseorang agar tidak

melakukan tindak premanisme. Apalagi kejahatan premanisme lebih

banyak dilakukan oleh anak muda yang masih dekat dengan keluarga.

b) Melakukan sosialisasi ataupun penyuluhan hukum ke sekolah- sekolah

yang ada di Kabupaten Belu, khususnya di tingkat SMA karena usia

tersebut sangat rentan dengan pergaulan yang bebas dan sangat mudah

terpengaruh jika tidak dibimbing denganbaik.

c) Menyediakan unit buser disetiap daerah di Kabupaten Belu yang

bertugas untuk berjaga-jaga jika terjadi kejahatan, hal ini juga dilakukan

676 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

agar kesempatan masyarakat untuk melakukan kejahatan menjadi

tertutup jika anggota Kepolisian ada ditengah- tengah masyarakat.

Selain kegiatan – kegiatan tersebut diatas pihak kepolisian dalam hal ini

yang berperan penting adalah Kamtibmas yang berusaha menjalankan peran

dan motto kepolisian yang menjadi mitra masyarakat agar tercipta suasana yang

kondusif dan tercipta kedekatan emosional antara masyarakat dengan

Kepolisian demi tercapainya ketentraman dan kenyamanan.

Sedangkan Upaya Pre-emtif bersifat moralitasyaitu mencegah secara dini

sebelum aksi premanisme itu terjadi. Upaya ini berupa memberikan pelatihan

kepada remaja putus sekolah, menyebar Norma-norma agama, kesusilaan

kepada masyarakat terutama generasi muda agar dapat mengekang nafsu untuk

berbuat jahat. Adapun upaya penanggulangan secara represif yang dilakukan

oleh pihak Kepolisian Resort Belu, antara lain:

a) Melakukan penangkapan terhadap preman yang melakukan

penganiayaan terhadap orang lain.

b) Mengadakan pemeriksaan terhadap tersangka yang barang bukti serta

upaya lainnya dalam rangka untuk penyidikan kasus tersebut dan

selanjutnya berkas perkaranya dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri untuk

diproses.

Dalam upaya pelaksanaan penanggulangan kejahatan penganiayaan

yang dilakukan oleh preman, Menurut Kanit Kanit Pidum Polres Belu IPDA

M. Putra Dharmalaksana, S.tr.K (wawancara Tanggal 04 Februari 2023) bahwa

pihak Kepolisian Resort Belu tidak terlepas dari berbagai kendala. Kendala-

kendala tersebut antara lain:

a. Masyarakat sebagai sumber keterangan terjadinya kejahatan

677 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

penganiayaan seringkali takut meskipun sudah dilakukan penyuluhan-

penyuluhan hukum. Masyarakat merasa takut terhadap resiko yang

mungkin dialaminya apabila melaporkan kejahatan penganiayaan yang

dialaminya atau yang diketahuinya.

b. Masih terbatasnya anggota di Satreskrim Polres Belu sehingga sulit untuk

melacak seluruh kasus yang ada di daerah, serta minimmnya kendaraan

yang dapat digunakan dilapangan sehingga seringkali tidak mampu

bergerak cepat jika mendapatkan laporan tentang terjadinya tindak

kejahatan.

c. Sulitnya melacak aksi premanisme disebabkan oleh minimnya jaringan

informasi. Apalagi jika kejahatan penganiayaan atau aksi premanisme

tersebut di backing ataupun dilakukan oleh aparat maka seringkali tidak

ada yang berani melaporkan ataupun memberi keterangan.

4. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sesuai dengan pokok permasalahan yang telah diidentifikasi sebagai

berikut:

1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan penganiayaan

yang dilakukan oleh preman di Kabupaten Belu dari tahun 2018 sampai

dengan tahun 2020 berasal dari dua sumber yaitu:

a. Faktor Internal yaitu

a) Rasa ingin tampak lebih dibanding orang lain

b) Perasaan mudah sakit hati

678 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

c) Perasaan dendam

b. Faktor Eksternal yaitu

a) Faktor ekonomi

b) Faktor pengangguran

c) Faktor lingkungan

2. Upaya penanggulangan kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh

preman di Kabupaten Belu oleh Kepolisian Resort Belu terdiri dari

dua yaitu:

a) Upaya pengawasan/Pre-emtif bersifat moralitas yaitu mencegah

secara dini sebelum aksi premanisme itu terjadi. Upaya ini

berupa memberikan pelatihan kepada remaja putus sekolah,

menyebar Norma-norma agama, kesusilaan kepada masyarakat

terutama generasi muda agar dapat mengekang nafsu untuk

berbuat jahat

b. Upaya pencegahan/preventif yaitu berupa penyuluhan terhadap

masyarakat dalam hal ini orang tua, penyuluhan terhadap siswa

khususnya siswa SMA dan penyedian unit buser untuk berjaga

disetiap daerah.

c. Upaya pemberantasan/represif yaitu penindakan terhadap pelaku

kejahatan penganiayaan yang berujung penjatuhan hukuman oleh

pihak yang berwenang.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat di ajukan saran-saran sebagai berikut :

Upaya penanggulangan Premanisme adalah tanggung jawab bersama

antara aparat penegak hukum dengan masyarakat. Sehingga dituntut peren aktif

679 | P a g e
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 3 (Juli 2023), PP 657-680
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

dari masyarakat untuk membantu pelaksanaan penanggulangan premanisme yang

telah ditempuh oleh pihak Kepolisian, agar dapat tercipta ketertiban bersama.

680 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai