Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindakan main hakim sendiri atau dengan kata lain disebut eigenrechting,

salah satu persoalan yang sering terjadi dalam dunia hukum kita. Tindakan main

hakim sendiri (eigenrechting) merupakan tindak pidana sewanang-wenang

terhadap orang yang dianggap salah karena melakukan kejahatan.

Fenomena sosial yang berkaitan dengan tindakan main hakim sendiri akhir-
akhir ini sering terjadi, contohnya beberapa kasus tindakan main sendiri terhadap
tindak pidana pencuri di kabupaten jombang. Seorang pria bernama Arif Arianto
(26) warga Desa Ngumpul kecamatan Jogoroto kabupaten Jombang babak belur
dihakimi massa. Pria tersebut kepergok mengambil HP (handphone) di sebuah
counter. Pemilik counter meneriaki maling, warga sekitar langsung berdatangan
untuk menghajar Arif Arianto dengan di tendang, pukulan ke bagian tubuh
pelaku.1

Contoh kasus lainnya di kabupaten Lumajang Lukmanul Hakim (29)

kepergok mengangkut sapi hasil curian milik warga. Warga kesal karena aksi

pencurian sering terjadi di wilayah Lumajang bagian utara. Warga mengahajar

pelaku dan truck milik pelaku dibakar oleh ratusan warga.2

Salah satu bentuk tindakan main hakim sendiri eigenrechting yang

dilakukan masyarakat adalah pemukulan atau pengeroyokan yang sering terjadi

akibat emosi massa tidak terkendali. Emosional massa yang tidak terkendali saat

menemukan pelaku kejahatan tertangkap basah.

Pelaku atau masyarakat yang melakukan tindakan main hakim sendiri tak

jarang dari kaum remaja sampai kaum tua. Karena tiap mendengar terjadi kasus
1
Yusuf Wibisono, kepergok curi hp, pria ini babak belur dihakimi massa,
http://beritajatim.com, diakses tanggal 27 September 2017.
2
Mad, Inilah Nama Maling Sapi Yang Tewas Dihajar Massa di Sawaran Lor.
http://lumajangsatu.com/, diakses tanggal 27 Sepember 2017.

1
2

pencurian, masyarakat berama-ramai mendatangi dan ikut menghajar pelaku

pencurian terjadi. Apapun tindakan yang dilakukan pelaku/masyarakat ini jelas

melanggar peratuan-peraturan yang berlaku.

Hal ini akibat proses dari sistem peradilan hukum kita terlalu rumit dan
panjang. Masyrakat kurang mempercayai penegak hukum, karena ada tersangka
pelaku kejahatan yang merugikan masyrakat dilepas oleh penegak hukum dengan
alasan kurang bukti. Walaupun ada bukti, hukuman yang dijatuhkan tidak sesuai
dengan harapan masyrakat.3

Adapun contoh kasus lainnya yang diberitakan salah satu media sosial dan

kasus ini diangkat oleh penulis sebagai tempat penelitian.

Skalanews - Pembakar maling sepeda motor yang terjadi akhir Mei 2017
lalu berhasil ditangkap Kapolres Pamekasan, AKBP Nowo Hadi Nugroho.
Sebelum menangkap tersangka Fathorahman (42), Nowo Hadi
berkoordinasi dengan segenap tokoh masyarakat Desa Larangan Badung,
Kecamatan Palengaan, Pemekasan.
"Saat ini tersangka yang memicu aksi pembakaran maling sepeda motor
telah disidik. Penyidik juga memanggil Kepala Desa Larangan Badung beserta
sebelas warga lainnya sebagai saksi," kata AKBP Nowo Hadi Nugroho di
Pemekasan, Sabtu (15/7).
Menurut Nowo, aksi pembakaran tersangka maling motor itu sempat ramai
di media sosial, seperti youtube dan WAG (whatsapp grup). Nowo menegaskan
dirinya sangat menyesalkan pihak yang meng-upload video yang masuk kategori
aksi sadis dan melanggar HAM (Hak Aksi Manusia) tersebut.
Tersangka pencurian yang dibakar warga Desa Larangan Badung itu
belakangan diketahui bernama Kusno (40) warga Desa Blumbungan, Kecamatan
Larangan, Kabupaten Pamekasan. Saat kejadian naas akhir Mei 2017 lalu itu,
Kusno kepergok hendak mencuri sepeda motor di rumah warga Desa Larangan
Badung.
Kusno akhirnya dikejar warga dan akhirnya tertangkap. Namun, bukannya
diserahkan ke polisi, melainkan warga malah menghabisi nyawa Kusno dengan
cara dibakar. Ironisnya, aksi pembakaran Kusno itu direkam warga dan lebih sadis
lagi video itu kemudian di-upload ke kanal Youtube hingga menjadi viral.
"Saya minta kepada Pak Kades Larangan Badung hendaknya bisa meredam
aksi massa. Jika ada aksi pencurian wajib diserahkan kepada polsek terdekat.
Jangan sampai warga main hakim sendiri," tegas Nowo kepada Musafak, Kades
Larangan Badung.

3
Ismu Gunaidi dan Jonaedi Efendi. 2009. Cepat & Mudah Memahami Hukum Pidana.
Jakarta.PT Fajar Interpratama Mandiri. Hal. 53-57.
3

Atas perbuatannya, tersangka pembakar maling itu dijerat KUHP Pasal 170
ayat (2) ke 2e, 3e, atau Pasal 351 ayat (2), (3), jonto Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP
tentang bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang yang menyebabkan
luka berat dan matinya orang atau turut serta melakukan penganiayaan yang
menyebabkan luka berat dan matinya orang lain. Tersangka terancam pidana
selama 12 tahun penjara.4

Ringkasan berita diatas, Kapolres Pamekasan menangkap salah satu pelaku

tindakan main hakim sendiri yang bernama Fathorahman di Desa Larangan

Badung, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan. Fathorahman yang

memicu aksi tindakan main hakim sendiri dengan melakukan pembakaran

terhadap maling motor yang bernama Kusno.

Jumlah Tindak Pidana yang Dilaporkan (Crime Total) dan Diselesaikan (Crime Cleared) di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 - 2016
Dilaporkan Diselesaikan
Kabupaten/Kota
2014 2015 2016 2014 2015 2016
28 Kab. Pamekasan 466 504 349 187 259 208
Sumber : Kepolisian Negara Daerah Jawa Timur

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi jawa timur5 kategori politik dan

keamanan di kabupaten Pamekasan tahun 2014 sampai dengan 2016 persentase

jumlah tindak pidana yang dilaporkan masih banyak dan tindak pidana yang

diselesaikan jauh dari angka pelaporan, lebih tinggi angka dilaporkan dari pada

angka yang diselesaikan. Mungkin salah satunya tindakan main hakim sendiri, ini

sangat memprihatinkan di era teknologi informasi cepat sampai dan di baca oleh

masyarakat.

4
Anang Adriyanto, Kapolres Pamekasan Tangkap Pembakar Maling Motor,
http://skalanews.com/2017, diakses tanggal 19 September 2017.
5
BPS Provinsi Jawa Timur, Persentase Jumlah Tindak Pidana Yang Diselesaikan menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Timur 2014-2016, https://jatim.bps.go.id, diakses tanggal 24 September
2017.
4

Tindakan main hakim sendiri terhadap pelaku kejahatan bukan merupakan

cara yang tepat melainkan melanggar hak asasi manusia. Hal ini di tegaskan

dalam pasal 28I ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945 bahwa “hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran,

dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk tidak

dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak

dapat dikurangi dalam keadaan apapun”. Jadi, setiap warga negara Indonesia

dapat jaminan hak untuk tidak disiksa dengan peraturan-peraturan hukum yang

sedang berlaku.

Peraturan mengenai Hak untuk tidak disiksa diatur dalam pasal 351 KUHP

(Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) tentang penganiayaan bahwa:

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
(2) Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara selama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat di pidana.

Dari rumusan pasal 351 KUHP di atas sangat jelas setiap orang mempunyai

hak untuk tidak disiksa. Selanjutnya, rumusan di atas menjelaskan tentang

penganiayaan yang merugikan kesehatan orang lain. Maksud dari penganiayaan

itu ialah kesengajaan menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan luka pada tubuh

orang lain.6 Bahwa ada seseorang (pelaku) mempunyai kesengajaan untuk

6
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang. 2012. Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap
Nyawa, Tubuh, dan Kejahatan. Jakarta. Sinar Grafika. Hal. 132.
5

melakukan penganiayaan terhadap orang lain yang mengakibatkan kerugian

kesehatan.

Selain peraturan tentang penganiayaan, pada pasal 170 KUHP tentang

ketertiban umum bahwa :

(1) Barangsiapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama


menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Yang bersalah diancam :
1. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan
sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang
digunakan mengakibatkan luka-luka;
2. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan
mengakibatkan luka berat;
3. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan
mengakibatkan maut.
(3) Pasal 89 tidak diterapkan.

Pasal ini mengancam pidana terhadap perbuatan secara terang-terang atau di

muka umum. Yang mengakibatkan luka-luka, luka berat dan mengakibatkan

meninggal. Seperti yang terjadi di kabupaten pamekasan, kekerasan terhadap

pelaku pencurian itu dilakukan secara terang-terangan di tempat umum dan

mengakibatkan luka berat.

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

meneliti dan mengkaji sebagai bentuk karya ilmiah (skripsi) dengan judul

penelitian: “Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindakan Main Hakim Sendiri

(EIGENRECHTING) Yang Dilakukan Oleh Fathor Rahman Bin Moh. Si’in,

Bawi, Musaffak Bin Marwi Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian

(Studi Kasus di desa Larangan Badung, Kecamatan Palengaan, kabupaten

Pamekasan).”
6

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana modus atau cara tindakan main hakim sendiri (Eigenrechting)

di desa Larangan Badung, Kecamatan Palengaan, kabupaten Pamekasan?

2. Apakah faktor-faktor penyebab tindakan main hakim sendiri

(Eigenrechting) yang dilakukan oleh masyarakat terhadap pelaku tindak

pidana pencurian di desa Larangan Badung, Kecamatan Palengaan,

kabupaten Pamekasan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mempelajari dan menganalisis modus atau cara tindakan main

hakim sendiri (Eigenrechting) di desa Larangan Badung, Kecamatan

Palengaan, kabupaten Pamekasan.

2. Untuk mempelajari dan menganalisis faktor penyebab tindakan main

hakim sendiri (Eigenrechting) yang dilakukan oleh masyarakat terhadap

pelaku tindak pidana pencurian di desa Larangan Badung, Kecamatan

Palengaan, kabupaten Pamekasan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi

masukan bagi perkembangan ilmu hukum pidana dan kriminologi,


7

khususnya yang berhubungan dengan tindakan main haim sendiri

(Eigenrechting).

2. Secara praktis, agar dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi aparat

penegak hukum, khususnya pihak kepolisian untuk dapat bekerja secara

efisien, efektif dan profesional dalam rangka menanggulangi tindakan

main hakim sendiri (Eigenrechting) yang dilakukan oleh massa di desa

Larangan Badung, Kecamatan Palengaan, kabupaten Pamekasan.

E. Kegunaan

1. Bagi Penulis

Memberikan wawasan baru dan ilmu pengetahuan tentang penegakan

hukum terhadap tindakan main hakim sendiri di Indonesia serta untuk

memenuhi tugas akhir sebagai langkah dan syarat memperoleh gelar S-1

di bidang ilmu hukum.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan kesadaran

bagi masyarakat terhadap hukum, terutama dalam bidang tindakan main

hakim sendiri.

3. Bagi Aparat Penegak Hukum

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga

hukum yang menegakkan hukum dan dapat dijadikan masukkan kritik

dan saran.
8

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode yuridis sosiologis, dengan melihat

peraturan-peraturan yang sedang berlaku saat ini dengan menghubungkan

kasus yang terjadi di masyarakat serta buku-buku hukum yang berhubungan

dengan kasus yang akan diteliti7.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau daerah yang dipilih sebagai tempat

pengumpulan data dilapangan. Menurut Badan Pusat Statistik jawa timur

kategori keamanan di kabupaten Pamekasan tahun 2014 sampai dengan

2016 persentase jumlah tindak pidana yang diselesaikan semakin

meningkat. Tercatat di tahun 2014 dengan 40,13%, tahun 2015 menjadi

51,39% dan tahun 2016 meningkat menjadi 59,60%.8 Oleh karena itu, lokasi

yang dipilih penulis untuk melakukan penelitian adalah di desa Larangan

Badung, Kecamatan Palengaan, kabupaten Pamekasan dan Polres

Pamekasan. Alasannya dikarenakan ada pemberitaan di media massa online

pernah terjadi tindakan main hakim sendiri dan bertanya-tanya kepada diri

sendiri mengapa itu terjadi di era modern dengan teknologi informasi cepat

sampai dan di baca oleh masyarakat.

7
Rudiono, metode-pendekatan, http://duniainformatikaindonesia.blogspot. sg/2013/03/,
diakses tanggal 25 September 2017.
8
BPS Provinsi Jawa Timur., Loc.cit
9

3. Jenis Data

a. Data Primer

“Adalah jenis data, dokumen tertulis, file, rekaman, informasi, pendapat

dan lain-lain yang diperoleh dari sumber yang utama/ pertama”. 9 Data

yang langsung diperoleh penulis yaitu dari sumber utama yang

didapatkan melalui rekaman/wawancara masyarakat, pelaku, dan pihak

kepolisian tentang modus atau cara tindakan main sendiri, apa faktor-

faktor terjadi tindakan main sendiri

b. Data Sekunder

“Adalah jenis data yang diperoleh dari dokumen tertulis, file, rekaman

informasi, pendapat dan lain-lain yang di dapat dari sumber kedua

(sekunder-buku, jurnal hasil, hasil penelitian terdahulu, dan lain-lain)”.10

Penulis mendapatkan bahan penelitian yang berasal dari studi buku-buku

hukum, contoh buku kriminologi mengkaitkan dengan permasalahan

yang diteliti yaitu modus atau cara tindak pidana, faktor-faktor tindak

pidana.

c. Data Tersier

“Adalah jenis data mengenai baku, istilah baku yang di peroleh dari

Ensiklopedia, kamus,Glossary, dan lain-lain”.11 Penulis tidak

menggunakan data tersier.

9
Sidik Sunaryo. 2012. Pedoman Penulisan Hukum. Malang. Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang. Hal.16.
10
Ibid.
11
Ibid.
10

3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

a. Wawancara

Penulis memperoleh dan mengumpulkan data melalui proses Tanya

jawab dengan petugas bagian reskrim di kepolisian Kabupaten

Pamekasan mengenai faktor-faktor terjadinya tindakan main sendiri, ,

dan mengetahui modus atau cara tindakan main hakim sendiri. Serta

tanya jawab langsung dengan pelaku tindakan main sendiri melalui

informasi/profilnya dari pihak kepolisian.

b. Studi dokumentasi

Penulis mendapatkan data dokumentasi dari hasil foto penulis untuk

menguatkan hasil karya ilmiah (skripsi) bukti penulis terjun langsung ke

lapangan.

c. Studi kepustakaan

Penulis melakukan pencarian atau penelusuran di perpustakaan atau

memiliki bahan hukum yang berhubungan dengan penelitian tindakan

main hakim seperti buku-buku pengertian tentang hukum pidana,

kriminologi, modus atau cara tindakan main hakim sendiri dan lai-lain.

Ataupun jurnal-jurnal mengenai tindakan main hakim sendiri.

4. Teknik Analisan Data

Metode yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah metode analisis

Deskriptif-Kualitaif. karena bertujuan untuk menganalisa peraturan yang

sedang berlaku saat ini dengan menghubungkan dengan kondisi yang

sekarang terjadi. Penulis melakukan penelitian mengenai peraturan tentang


11

penganiayaan yang dilarang oleh KUHP, tetapi di masyarakat pernah terjadi

penganiayaan terhadap maling motor yang ditangkap oleh masyarakat dan

melakukan tindakan main hakim sendiri.

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari 4 bab yang tersusun secara sistematis

sehingga dapat dengan mudah dipahami, yang secara garis besar dapat

diuraikan sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang yang memuat alasan

atau faktor pendorong untuk dilakukannya suatu penelitian berdasarkan

permasalahan yang ada, rumusan masalah, tujuan penelitian tersebut, manfaat

penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan

ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan tentang teori-teori yang bersumber dari peraturan

perundang-undangan maupun literatur yang lainya berkaitan dengan

permasalahan tentang penelitian yang akan dikalukan oleh penulis.

BAB III : PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai permasalahan yang

diangkat oleh penulis.

BAB IV : PENUTUP
12

Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang perlu

disampaikan terkait dengan permasalahan yang telah diteliti serta saran bagi

peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai