Pondok Aren
Kronologi Kejadian
RMOL. Seorang yang diduga pelaku begal motor tewas dibakar
massa di Jalan Raya Ceger, Pondok Karya, Pondok Aren, Tangerang
Selatan dini hari tadi. Sebelum dibakar warga, “Pelakunya sempat dipukuli
dulu,” kata Kanit Reskrim Polsek Pondok Aren Iptu Agung kepada
detikcom, Selasa (24/2/2015). Begal juga ini sempat ditelanjangi warga
yang kesal akan aksi bandit ini.
Begal motor yang dibakar warga ini membawa pedang saat beraksi.
Berikut ini adalah kronologi pembakaran maling motor tersebut berdasarkan
data Humas Polda Metro Jaya:
Tiga orang pelaku pembegalan bisa kabur, namun satu orang begal
yang tertinggal jadi bulan-bulanan warga. Massa yang sudah geram, tanpa
di komando langsung memberikan bogem mentah ke tubuh pelaku. Tidak
hanya itu, pelaku juga ditelanjangi dan puncaknya pelaku yang bertubuh
kurus dengan usia sekitar 26 tahunan tersebut dibakar hidup-hidup.
Maka bisa kita katakan, aksi main hakim sendiri inilah yang
melemahkan sistem hukum yang berlaku dan sekaligus mencoreng keadilan
yang dijunjung tinggi oleh lembaga-lembaga penegak hukum terkait.
"Ada yang akibat dendam karena pernah mengalami hal serupa, dan ada
juga yang ikut melakukan akibat rasa empati pada korban lain. Rasa empati
itu berubah menjadi kebencian. Sehingga, saat ada pelaku kejahatan
tertangkap, output-nya pun seperti itu. Tapi tetap tidak seperti itu caranya,"
katanya.
Rasa tidak percaya masyarakat kepada polisi, lanjut Kisnu, juga bisa
menjadi pemicu aksi vigilantisme tersebut. "Penanganan hukum yang tidak
sesuai koridor jelas bisa mengecewakan masyarakat, sehingga timbul rasa
tidak percaya pada aparat," katanya.
Bagi pakar legisme, cara demikian harus ditempuh. Tidak ada vonis
diluar dari proses peradilan. Hal ini juga yang dilakukan oleh Budi
Gunawan. Ketika yang bersangkutan ditetapkan menjadi tersangka oleh
KPK, maka yang bersangkutan membela diri bahwa ia tidak bersalah.
Kemudian menempuh cara Praperadilan untuk menyatakan bahwa
penetapan tersangka tersebut tidak sah dan dikabulkan oleh hakim Sarpin.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seperti yang telah kita ketahui bersama, Pancasila merupakan pandangan
hidup bangsa dan sebagai dasar negara yang telah dirumuskan oleh tokoh-tokoh
pendiri bangsa dimana nilai-nilainya bersumber dari nilai luhur bangsa. Meskipun
begitu, penerapan perilaku yang sesuai terhadap nilai-nilai tersebut masih sulit
untuk diwujudkan.
3.2 Saran
Kita sebagai generasi muda bangsa Indonesia harus bisa mengamalkan
pancasila salah satunya yaitu sila kemanusiaan yang adil dan beradab di dalam
kehidupan sehari-hari. Kami berharap sila kemanusiaan yang adil dan beradab kini
tidak hanya menjadi teori semata namun dapat meresapi dan melaksanakan nilai-
nilai luhur pancasila dalam kehidupan sehari-hari yang diwujudkan secara nyata
baik keadilan di mata hukum, politik, ekonomi dan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sebagai mahasiswa yang mengerti makna sila Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab kita harus memiliki sikap saling menghargai antar sesama manusia dan
memiliki sikap toleransi terhadap pemeluk agama lain, suku lain, ras maupun
budaya orang lain.
Pancasila merupakan suatu dasar falsafah Negara Indonesia, sebagaimana yang terncantum
dalam Pembukaan UUD 1945. Maka dari itu, setiap Warga Negara Indonesia haruslah
mencoba untuk bisa mempelajari, mendalami, menghayati dan mengamalkannya dalam
segala bidang kehidupan.
Pancasila sebagaimana yang tercantum pada Pembukaan UUD 1945 dalam perjalanan sejarah
kemerdekaan bangsa Indonesia telah mengalami persepsi dan juga interpretasi, sesuai dengan
kepentingan rezim yang berkuasa.
Pancasila sudah digunakan sebagai salah satu alat untuk memaksa rakyat bisa bersikap setia
terhadap pemerintah yang memiliki kuasa, dengan cara menempatkan Pancasila sebagai satu-
satunya asas yang ada dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia.
Pancasila yang sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 menjadi Dasar Negara
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang harus bisa dilaksanakan secara
konsisten dalam kehidupan bernegara.
Sementara itu, yang perlu kita ketahui, landasan Pendidikan Pancasila itu sendiri ada
sebanyak 4 (empat) macam, mulai dari landasan historis, landasan kultural, landasan yuridis
dan yang terakhir adalah landasan filosofis.
Berdasarkan dari landasan historis, Pancasila dirumuskan serta memiliki suatu tujuan yang
digunakan sebagai Dasar Negara Indonesia. Proses perumusannya tersebut juga diambil dari
nilai-nilai pandangan hidup masyarakat.
Setiap bangsa tentu memiliki ideologi dan pandangan hidupnya masing-masing, alias berbeda
(tidaklah sama) yang mana diambil dari nilai-nilai yang hidup serta berkembang di dalam
bangsa itu sendiri. Pancasila digali dari bangsa Indonesia yang memang sudah tumbuh serta
berkembang semenjak lahirnya bangsa Indonesia.
Oleh para pendiri bangsa kita, dirumuskanlah dengan sederhana, namun memiliki arti yang
begitu mendalam yang mana mampu meliputi sebanyak 5 (lima) prinsip (sila) yang diberi
nama dengan Pancasila. Negara Indonesia merancang Dasar Negara yang justru bersumber
pada nilai-nilai yang telah tumbuh, hidup dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat
dan bangsa Indonesia.
Nama Pancasila itu sendiri diberikan oleh salah seorang penggagasnya, yakni Ir. Soekarno
yang ada pada pidatonya, tepat pada tanggal 1 Juni 1945, dalam persidangan Badan Penyidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang menjadi saran dan petunjuk
seorang temannya yang ahli bahasa.
Kesimpulan : Landasan historis memiliki arti Pancasila yang didasarkan pada sejarah bangsa
Indonesia itu sendiri. Nilai-nilai Pancasila yang berhasil didapat itu berasal dari bangsa
Indonesia sendiri, sehingga bangsa Indonesia tak akan pernah bisa dipisahkan dengan nilai-
nilai Pancasila.
2. Landasan Kultural
Pancasila menjadi salah satu pencerminan budaya bangsa, sehingga harus bisa diwariskan
kepada generasi penerus atau generasi selanjutnya. Secara kultural, unsur-unsur Pancasila itu
terdapat dalam adat istiadat, tulisan, bahasa, slogan, kesenian, agama, kepercayaan dan
kebudayaan dalam negara Indonesia secara umum.
Pandangan hidup dari suatu bangsa merupakan salah satu hal yang memang tak boleh
dipisahkan dengan kehidupan dari bangsa itu sendiri.
Suatu bangsa yang tak memiliki pandangan hidup merupakan bangsa yang memang tak
memiliki kepribadian serta jati diri, sehingga bangsa tersebut menjadi mudah terombang-
ambing dari berbagai macam pengaruh yang berkembang dari luar negerinya.
Pancasila di sini memiliki sifat yang terbuka, sehingga bisa mengadaptasikan dirinya dengan
dan terhadap perkembangan zaman, di samping mempunyai dinamika internal secara selektif
dalam proses adaptasi yang dilakukan.
Dengan inilah, generasi penerus bangsa mampu memperkaya nilai-nilai Pancasila, sesuai
dengan tingkat perkembangan dan tantangan zaman yang dihadapinya terutama dalam meraih
suatu bentuk keunggulan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) tanpa harus kehilangan
jati dirinya.
Maka dari itu, generasi penerus atau generasi selanjutnya, terutama dalam kalangan
intelektual kampus ini sudah seharusnya bisa mendalami serta mengkaji karya besar itu
dalam upaya guna melestarikan secara dinamis dalam artian untuk mengembangkannya
sesuai dengan tuntutan zaman.
Kesimpulan : Landasan kultural adalah Pancasila yang didasarkan pada nilai-nilai budaya
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri. Maka dari itu, di sinilah peran penting dari
generasi penerus bangsa, terutama pada kalangan intelektual kampus, beserta dengan seluruh
lapisan masyarakat yang memang sudah seharusnya bisa mendalami secara dinamis dalam
arti mengembangkannya lebih dalam lagi di era yang sudah kian modern ini.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis ini merupakan landasan yang berdasar atas aturan yang dibaut setelah
melalui perundingan dan permusyawarahan. Alinea ke-4 dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menjadi landasan yuridis konstitusional antara lain yang ada di dalamnya terdapat rumusan
dan susunan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara yang sah, benar serta otentik, sebagai
berikut :
Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila yang ada di Perguruan Tinggi
sudah diatur dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 yang
menyatakan, isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan.
4. Landasan Filosofis
Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan suatu negara merupakan bangsa yang
berketuhanan dan berkemanusiaan, yang mana hal ini berdasar dari kenyataan objektif jika
manusia itu merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Syarat mutlak dari suatu negara ialah dengan adanya persatuan yang terwujud sebagai rakyat
(yang menjadi unsur pokok suatu negara), sehingga secara filosofis negara berpersatuan dan
berkerakyatan konsekuensinya rakyat menjadi dasar ontologism demokrasi, karena memang
rakyat ialah asal mula kekuasaan negara atas dasar pengertian filosofis itulah maka dalam
hidup bernegara, nilai Pancasila menjadi dasar filsafat negara.
Konsekuensi dalam berbagai macam aspek penyelenggaraan negara haruslah bersumber dari
nilai-nilai Pancasila, termasuk itu pada sistem peraturan perundang-undangan yang ada di
Indonesia.
Maka dari itu, realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi yang terjadi dewasa ini
menjadi suatu bentuk keharusan jika memang Pancasila menjadi salah satu sumber nilai
dalam pelaksanaan kenegaraan baik itu di dalam pembangunan nasional, ekonomi, sosial
budaya, politik, hukum, hingga pertahanan dan keamanan.
Kesimpulan : Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar filsafat negara, maka dalam aspek
penyelenggaraannya, negara harus bersumber terhadap nilai-nilai Pancasila termasuk juga
dalam sistem perundang-undangan yang ada di Indonesia.