PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Viktimologi
2
http://id.shvoong.com/law-and-politics/criminal-law/2169839-pengertian-korban/
Indonesia direkrut dengan tawaran untuk bekerja di restoran, pabrik, atau sebagai PRT dan
kemudian dipaksa menjalani perdagangan seks. Selain itu, sangat mengenaskan juga dialami
oleh anak-anak Indonesia yang menjadi korban pariwisata seks dengan pelaku mayoritas dari
wisatawan Malaysia dan Singapura. Pariwisata seks yang melibatkan anak-anak banyak
ditemui di daerah - daerah perkotaan dan daerah tujuan wisata.
Tindak pidana perdagangan manusia yang merupakan kejahatan lintas Negara atau
kejahatan transnasional sudah menjadi keprihatinan global Negara-negara di dunia. Khusus
untuk Indonesia agar dapat menjerat pelaku tindak pidana trafiking, Indonesia sudah
mempunyai Undang-undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang. Akan tetapi, disayangkan sekali terkadang aparat penegak hukum justru
menjadi mitra bagi pelaku perdagangan manusia, misalnya kerjasama dengan PJTKI.3
Pengertian perdagangan orang dapat dilihat pada Pasal 546 RUU KUHPidana. Pasal
546 RUU KUHPidana menyatakan:
Rumusan di atas jika dirinci terdiri dari 3 bagian yaitu: (i) “setiap orang yang
melakukan”: perekrutan, pengiriman, penyerahterimaan orang; (ii) “dengan menggunakan”:
kekerasan atau ancaman kekerasan, penipuan, penculikan, penyekapan, penyalahgunaan
kekuasaan, pemanfaatan posisi kerentanan, atau penjeratan utang; (iii) “untuk tujuan”:
mengeksploitasi, atau perbuatan yang dapat tereksploitasi orang tersebut. Dengan
perumuskan seperti di atas, maka sebuah tindak pidana perdagangan manusia dapat terpenuhi
bila salah satu dari tiga bagian tersebut dilakukan. Misalnya, seorang melakukan perekrutan
dengan menggunakan pemanfaatan posisi kerentanan untuk tujuan mengeksploitasi maka
orang tersebut telah memenuhi pasal ini.
3
http://emeidwinanarhati.blogspot.com/2012/09/tindak-pidana-perdagangan-orang.html
Pasal ini merupakan pasal yang secara khusus mengatur mengenai defenisi
perdagangan manusia. Namun, pasal ini maupun penjelasannya tidak menjelaskan seluruh
definisi (istilah-istilah) penting yang digunakan dalam konteks kejahatan perdagangan
manusia. RUU KUHP hanya memberikan pengertian yang terbatas, dan pengertian tersebut
justru ditemui dalam pasal-pasal yang dikualifikasikan mengatur kejahatan yang berbeda
dengan perdagangan manusia.4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan Human Trafficking (Perdagangan Orang) tersebut terjadi dan
faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya Human Trafficking?
2. Bagaimana Perlindungan Korban Terhadap Orang Yang Menjadi Korban Human
Trafficking?
3. Apa Yang Menjadi Kendala Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan
Perdagangan Manusia?
4
http://kuhpreform.wordpress.com/2008/01/17/perdagangan-orang-traficking-person-dalam-ruu-kuhp/
BAB II
PEMBAHASAN
Rendahnya tingkat ekonomi, pendidikan dan situasi psikologis inilah menjadi salah
satu penyebab yang tidak disadari sebagai peluang munculnya human trafficking atau
perdagangan manusia. Istilah yang kemudian diserap dalam bahasa Indonesia dengan kata
trafiking ini, sampai saat ini belum mendapat perhatian yang maksimal dari pihak-pihak
terkait. Tidaklah mengherankan jika korban trafiking terus berjatuhan, bahkan, rentetan
korban demi korban masih mungkin akan terus bertambah.
Tidak ada satupun yang merupakan sebab khusus terjadinya trafiking manusia di Indonesia.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. http://kuhpreform.wordpress.com/2008/01/17/perdagangan-orang-traficking-person-
dalam-ruu-kuhp/
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Viktimologi
3. http://id.shvoong.com/law-and-politics/criminal-law/2169839-pengertian-korban/
4. http://emeidwinanarhati.blogspot.com/2012/09/tindak-pidana-perdagangan-orang.html
5. Mulyadi, Lilik, Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Victimologi, Jakarta:
Djambatan, 2007
6. http://eprints.undip.ac.id/17904/1/Zaky_Alkazar_Nasution.pdf