Anda di halaman 1dari 2

Urgensi Perlindungan Hukum dalam Kasus Perdagangan Orang (Trafficking) Sebagai

Bentuk Pelanggaran HAM


Oleh : Sabrina Annastiar

Perdagangan orang (trafficking) adalah bentuk modern dari perbudakan manusia,


dan hal ini juga melanggar hak asasi manusia. Perdagangan orang sering kali terjadi dilakukan
oleh orang yang memiliki jaringan secara nasional maupun internasional, dan mempunyai
kekuasaan yang tinggi. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan orang yang menjadi korban
rata-rata adalah yang memiliki ekonomi lemah dan pendidikan yang cenderung masih rendah
serta pemahaman agama atau moralitas yang kurang. Biasanya alasan yang diberikan pelaku
terhadap korban umumnya perbuatan mereka adalah legal dengan dasar perjanjian.
Perdagangan orang sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang  mengatur secara menyeluruh dan
terpadu kegiatan pencegahan dan penanggulangan tindak pidana perdagangan orang,dan
diancam dengan sanksi pidana. mirisnya perbuatan ini masih banyak dilakukan oleh banyak
orang , bahkan dijadikan sebagai mata pencarian.
Hak asasi manusia sendiri adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia
secara kodrati yang bersifat mendasar atau pokok yang melekat pada seseorang sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak mendapat keadilan, hak
kemerdekaan, hak mengembangkan diri,hak keamanan dan hak mendapat kesehjateraan. Yang
mana hak tersebut tidak boleh dirampas oleh siapapun. Pada kasus perdagangan orang
(Trafficking) didominasi korbannya adalah perempuan hal tersebut dikarenakan perempuan
sering menjadi korban kekerasan karena seksualitasnya. Banyak hasil peneltian dan juga
dijumpai dalam kenyataan sehari-hari yang menunjukan bagaimana lemahnya posisi
perempuan ketika mengalami kekerasan dan penganiayaan, Hal inilah yang menjadi alasan
perempuan dijadikan objek paling empuk perdagangan orang. Selain itu hal ini juga
dilatarbelakangi faktor krisis ekonomi dalam keluarga. Endemik kemiskinan di beberapa negara
miskin dan berkembang diyakini sebagai salah satu faktor pemicu banyaknya trafficking dan
dijadikan komoditas untuk menanggulangi kesulitan ekonomi keluarga.
Masalah perdagangan manusia (human trafficking) adalah masalah yang telah
mendunia. Hampir setiap negara mengalami masalah itu. Tak terkecuali Indonesia. Korban
diperdagangkan tidak hanya untuk tujuan pelacuran atau bentuk eksploitasi seksual lainnya,
tetapi juga mencakup misalnya kerja paksa atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek
serupa perbudakan. Pelaku tindak pidana perdagangan orang melakukan perekrutan,
pengangkutan, pemindahan, penyumbunyian atau penerimaan orang untuk tujuan menjebak,
menjerumuskan atau memanfaatkan orang tersebut dalam praktek eksploitasi dengan segala
bentuknya dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, pemalsuan,
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau memberi bayaran, atau manfaat
sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas korban. (Irsan,
2007: 72).
Cara kerja pelaku ada yang bekerja sendirian ataupun secara terorganisasi yang
bekerja dengan jaringan yang menggunakan berbagai cara, dari yang sederhana dengan cara
mencari dan menjebak korban ke daerah-daerah mulai dari membujuk, menipu, dan
memanfaatkan kerentanan calon korban dan orangtuanya, Para korban trafficking sering pula
terjadi kekerasan dan penyekapan, bahkan ditempat penampungan dimana korban mengalami
perlakuan yang tidak manusiawi, tidak sedikit korban mengalami kekerasan lainnya seperti
pemerkosaan. Sehingga menjadi ancaman terhadap masyarakat,bangsa dan Negara, serta
terhadap norma-norma kehidupan yang dilandasi penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Indonesia adalah negara hukum, segala perbuatan di Indonesia diatur dan terikat
hukum. Hukum memiliki tujuan guna memberikan keadilan dan kepastian hukum,tentunya juga
dalam memberikan keadilan hukum bagi korban tindak pidana. Perlunya dilakukan atau
diberikannya perlindungan hukum bagi korban tindak kejahatan. Segala tindakan yang
diperbuat pasti akan menimbulkan akibat, termasuk juga tindak pidana perdagangan orang.
Pelaku tindak pidana perdagangan orang akan mendapat sanksi baik itu berupa kurungan atau
pembayaran denda yang wajib dipenuhi. Dan korban tindak pidana perdagangan orang pun
mendapatkan haknya atas perlindungan hukum dari beberapa hal yang diatur dalam Undang-
Undang No. 21 Tahun 2007, misalnya hak atas perlindungan rahasia identitas, hak atas
rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, rehabilitasi pemulangan dan rehabilitasi atas integrasi,
dan hak mendapatkan restitusi atau hak penggantian rugi atas apa saja yang sudah
merugikannya baik itu secara fisik maupun ekonomi. Hak perlindungan hukum dan restitusi
bukan hanya diterma oleh korban tindak pidana perdagangan orang, tetapi juga dapat diterima
oleh ahli waris korban, apabila korban tindak pidana perdagangan orang tersebut meninggal
dunia.

Referensi :
Munthe, R. (2015). Perdagangan orang (trafficking) sebagai pelanggaran hak asasi manusia. JUPIIS:
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7(2), 184-192.

Alfian, A. (2015). Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang. Fiat
Justisia: Jurnal Ilmu Hukum, 9(3).

Anda mungkin juga menyukai