FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BATANGHARI
2022
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam teruntuk Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan
serta menyampaikan kepada kita semua ajaran Rukun Iman dan Rukun Islam yang telah
terbukti kebenarannya, serta semakin terus terbukti kebenarannya.
Adapun Makalah ini berjudul “PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK DAN
PEREMPUAN SEBAGAI KORBAN DARI TINDAK PIDANA PERDAGANGAN
ORANG” Saya menyadari dalam penulisan makalah saya ini, dengan menggunakan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, karena makalah ini tidak luput dari kekurangan,
untuk itu saya mengharapkan adanya bimbingan dan saran pembaca, dan saya mengharapkan
juga agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis.
Daftar Isi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.
Perdagangan orang juga merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari
pelanggaran harkat dan martabat manusia.
Di zaman globalisasi sekarang ini, telah banyak terjadi berbagai macam
kejahatan yang mengancam kehidupan manusia, tidak terkecuali dengan kejahatan
mengenai perdagangan orang. Perdagangan orang telah menyebar ke semua Negara
yang ada di dunia ini, termasuk juga di Indonesia.
Berdasarkan bukti empiris, perempuan dan anak adalah kelompok yang paling
banyak menjadi korban tindak pidana perdagangan orang. Korban diperdagangkan
tidak hanya untuk tujuan pelacuran atau bentuk eksploitasi seksual lainnya, tetapi
juga mencakup bentuk ekploitasi lain, misalnya kerja paksa atau pelayanan paksa,
perbudakan, atau praktik serupa perbudakan itu. Pelaku tindak pidana perdagangan
orang melakukan perekrutan , pengangkutan, pemindahan, penyembunyian, atau
penerimaan orang untuk tujuan menjebak, menjerumuskan, atau memanfaatkan orang
tersebut dalam praktik ekploitasi dengan segala bentuknya dengan ancaman
kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan
kekuasaan, atau memberi bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan
dari orang yang memegang kendali atas korban.
Adanya kekhawatiran munculnya berbagai bentuk manipulasi dan exploitasi
manusia, khususnya terhadap perempuan dan anak-anak sebagai akibat maraknya
kejahatan perdagangan manusia memang bukan tanpa alasan. Banyak contoh yang
dapat diberikan perempuan dan anak-anak, yang seharusnya memperoleh perlakuan
yang layak justru sebaliknya dieksploitasi untuk tujuan-tujuan tertentu. Padahal,
perempuan dan anak adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa perlu dilindungi harga
diri dan martabat nya serta dijamin hak hidupnya untuk tumbuh dan berkembang
sesuai fitrah dan kodratnya. Oleh karena itu, segala bentuk perlakuan yang
mengganggu dan merusak hak-hak dasarnya dalam berbagai bentuk pemanfaatan dan
eksploitasi yang tidak berperikemanusiaan harus segera dihentikan tanpa terkecuali.
Terlebih pada kasus perdagangan manusia, posisi perempuan dan anakanak
benar-benar tidak berdaya dan lemah, baik secara fisik maupun mental, bahkan
terkesan pasrah pada saat diperlakukaan tidak semestinya.
Dalam kerangka perlindungan hak asasi manusia, pada hakikatnya
perlindungan terhadap perempuan dan anak merupakan salah satu perwujudan hak
untuk hidup, hak untuk bebas dari perhambaan atau perbudakan.
Hak asasi ini bersifat universal, artinya berlaku untuk setiap orang tanpa
membeda-bedakan asal usul, jenis kelamin, agama, serta usia sehingga, setiap negara
berkewajiban untuk menegakkannya tanpa terkecuali.
Undang-undang dasar 1945 Amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional
secara tegas telah mengatur tentang pentingnya perlindungan terhadap hak asasi
manusia, termasuk didalamnya hak-hak perempuan dan anak-anak, sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 28 B ayat (2), yang menyebutkan: “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
Upaya perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak, salah satunya
melalui pencegahan dan pemberantasan perdagangan manusia, perlu secara terus
menerus dilakukan demi tetap terpeliharanya sumber daya manusia yang berkualitas.
Kualitas perlindungan terhadap perempuan dan anak hendaknya memiliki
derajat/tingkat yang sama dengan perlindungan terhadap orang-orang dewasa maupun
pria, karena setiap orang memiliki kedudukan yang sama di depan hukum (equality
before the law).
Tindak pidana perdagangan orang, khususnya perempuan dan anak, telah
meluas dalam bentuk jaringan kejahatan baik terorganisasi maupun tidak
terorganisasi. Tindak pidana perdagangan orang bahkan melibatkan tidak hanya
perorangan tetapi juga korporasi dan penyelenggara Negara yang menyalahgunakan
wewenang dan kekuasaannya. Jaringan pelaku tindak pidana perdagangan orang
memiliki jangkauan operasi tidak hanya antar wilayah dalam negeri tetapi juga
antarnegara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari anak, korban, perlindungan hukum, dan perdagangan
manusia?
2. Bagaimana perlindungan hukum diberikan terhadap perempuan dan anak
sebagai korban kejahatan perdagangan manusia?
3. Bagaimana upaya dalam menanggulangi kejahatan perdagangan manusia?
4. Apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi dalam menanggulangi kejahatan
perdagangan orang?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak sebagai
korban kejahatan perdagangan manusia.
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam menanggulangi kejahatan
perdagangan manusia.
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam menanggulangi
kejahatan perdagangan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak
Anak merupakan masa depan suatu bangsa yang harus diperhatikan secara
serius karena apabila tidak akan berdampak buruk bagi kelancaran pelaksanaan
pembangunan dan keberhasilan pembangunan tersebut. Anak merupakan aset bangsa
yang harus diperhatikan kesejahteraan oleh pemerintah dan masyarakat. Berbagai
kejahatan yang dialami oleh anak dapat berakibat buruk terhadap masa depan anak
tersebut dikemudian hari. Kesejahteraan anak dalam suatu masyarakat yang merata
akan membawa akibat yang baik pada keamanan dan stabilitas suatu masyarakat.
Bentuk-bentuk tindak pidana terhadap anak, menurut Undang-undang
perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 adalah:
a. Diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami kerugian
baik materiil dan moril.
b. Penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit atau
penderitaan, baik fisik, mental maupun seksual.
c. Sengaja membiarkan anak dalam situasi darurat.
d. Melakukan pengangkatan anak yang bertentangan dengan ketentuan yang
telah ada.
e. Melakukan kekejaman, kekerasan, ancaman kekerasan, atau penganiayaan
terhadap anak.
f. Sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa anak
melakukan persetubuhan.
g. Memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk
dijual.
h. Secara melawan hukum melakukan transpalantasi organ dan atau jaringan
tubuh anak untuk pihak lain untuk menguntungkan dirinya sendiri atau orang
lain.
i. Melakukan jual beli organ tubuh dan jaringan tubuh anak.
Dari berbagai macam tindak pidana yang dilakukan terhadap anak, yang
sekarang sedang marak terjadi adalah salah satunya tentang perdagangan orang
termasuk juga terhadap anak dan perempuan.
Dalam Konvensi Hak Anak membagi 4 kategori hak anak, antara lain:
a) Hak untuk kelangsungan hidup, yang mana meliputi hak-hak untuk
melestarikan dan mempertahankan hidup, serta hak-hak untuk memperoleh
standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya.
b) Hak terhadap perlindungan, yang meliputi hak perlindungan dari diskriminasi,
hak perlindungan dari tindak kekerasan dan perdagangan, serta hak
perlindungan dari ketelantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga bagi
anak-anak pengungsi.
c) Hak untuk tumbuh dan berkembang, yang meliputi hak dalam segala bentuk
pendidikan, hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan
fisik, mental, spiritual, moral dan social anak.
d) Hak untuk berpartisipasi, yang meliputi hak untuk menyatakan pendapat
dalam segala hal yang mempengaruhi anak
B. Pengertian korban
Secara umum yang dimaksud dengan korban adalah mereka yang menderita
jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan
kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan
hak asasi yang menderita.
Menurut Muladi, sebagaiman dikutip oleh Suryono Ekatam, et al, yang
dimaksud dengan korban adalah seseorang yang telah menderita kerugian sebagai
akibat suatu kejahatan dan atau yang rasa keadilannya secara langsung telah
terganggu sebagai akibat pengalamannya sebagai target atau sasaran kejahatan.
Secara sederhana definisi di atas dapat diterjemahkan, korban kejahatan adalah
orang-orang yang baik secara individual maupun kolektif, menderita kerugian akibat
perbuatan atau tidak berbuat yang melanggar hukum pidana yang berlaku di suatu
Negara, termasuk peraturan yang melarang penyalahgunaan kekuasaan.
Ada beberapa karakteristik pokok pola perdagangan manusia yang terjadi sekarang,
yaitu sebagai berikut :
1) Perdagangan manusia terjadi untuk berbagai tujuan akhir termasuk layanan
rumah tangga, kawin paksa, dan tenaga kerja yang diperas tenaganya dengan
bayaran rendah. Pekerjaan seksual paksa merupakan hasil akhir yang paling
jelas dari perdagangan manusia, tetapi sulit dibuktikan bahwa hali ini
merupakan yang paling lazim.
2) Perdagangan manusia terjadi di dalam maupun antarnegara.
3) Pelaku perdagangan manusia memakai berbagai cara rekrutmen. Penculikan
secara langsung merupakan cara yang jarang dilaporkan dan seringkali
diperiksa secara objektif. Perdagangan manusia pada anak-anak pada
umumnya meliputi tindakan pembayaran yang dilakukan kepada orang tua
atau wali untuk bekerjasama dan sering hal ini disertai dengan tindka penipuan
berkaitan dengan pekerjaan atau posisi di amsa yang akan dating.
4) Menurut definisi, orang yang mengalami perdagangan manusia akhirnya
masuk dalam suatu keadaan yang tidak dapat dilepaskannya. Pelaku
perdagangan manusia dan kaki tanganya menggunakan beragam cara untuk
mencegah korban melarikan diri, termasuk pemakaian ancaman dan
kekerasan, intimidasi, penyekapan, dan penahanan sejumlah dokumen pribadi.
5) Perdagangan manusia bertahan dan semakin kuat melalui korupsi sector
public, terutama para peugas polisi dan petugas imigrasi yang menjadi
pemegang peran utama dalam memfasilitasi masuk ke Negara lain secara
illegal dan memberikan perlindungan bagi operasi perdagangan manusia.
6) Kebanyakan, tetapi tidak semua orang yang mengalami perdagangan manusia
masuk dan/atau tinggal di Negara tujuan secara tidak sah. Masuk ke Negara
lain secara illegal menambah ketergantungan korban perdagangan manusia
terhadap pelaku perdagangan manusia dan menjadi suatu penghambat yang
efektif untuk mencari bantuan dari luar.
d) Rehabilitasi
Memberikan pelatihan, keterampilan, perawatan kesehatan, dan kesejahteraan melalui
penyediaan lapangan kerja dengan tujuan mengembalikan rasa percaya diri para
korban perdagangan wanita dan anak.
Saran
Mengingat masih banyak ditemukan perUndang-Undangan yang bersifat
Diskriminatif terhadap perempuan dan anak dalam kerangka perlindungan hukumnya, maka
disarankan agar dilakukan revisi terhadap Undang-Undang tersebut.
Untuk memberikan dasar pijakan yuridis yang kuat terhadap pemberantasan tindak
pidana perdagangan anak dan wanita dan memudahkan dalam pelaksanaan perlindungan
korban perdagangan manusia, disarankan untuk segera memberlakukan RUU KUHP, karena
pentingnya aturan hukum yang menyeluruh di Indonesia yang didalamnya juga telah diatur
masalah perdagangan manusia.
Guna memberikan perlindungan hukum yang memadai pada korban kejahatan
perdagangan perempuan dan anak diluar negeri, disarankan Indonesia menempatkan
wakilnya di luar negeri yang secara khusus bertugas dalam memberikan advokasi/bantuan
hukum pada para korban.
DAFTAR PUSAKA
Arief, Barda Nawawi., Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum
Pidana, PT Citra Aditya Bakti, 1998.
__________________, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bhakti,
Bandung, 1996.
__________________, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam
Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Kencana, 2007.
Mansur, Dikdik. M. Arief, Urgensi Perlidungan Korban Kejahatan Antara Norma dan
Realita, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007
Gosita, Arif, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: Akademika Pressindo, 1993.
Reksodiputro, Mardjono, Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Universitas
Indonesia, 1994
Muladi, Perlindungan Korban Melalui Proses Pemidaaan, dalam Muladi dan Barda Nawawi
Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya, 1992.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak