Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

Hak Asasi Manusia merupakan suatu hak dasar yang dibawa sejak lahir yang berlaku
universal pada semua manusia. Menurut UU RI No 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Perlindungan anak adalah segala bentuk kegiatan
untuk menjamin dan melindungi anak dan hak- haknya agar dapat hidup, tumbuh dan
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.1 Perlu diketahui
yang disebut sebagai anak itu adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan, hal ini sesuai yang telah dituangkan di dalam Undang-Undang
Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014.

Dalam melakukan perlindungan terhadap hak anak, Indonesia telah membentuk


Komisi Perlindungan Anak (KPAI). Pemerintah Indonesia pun memiliki kewajiban yang
cukup besar dalam melindungi anak dari kekerasan. Dapat kita lihat salah satunya di dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28I ayat (1) menerangkan hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum
dan hak untuk tidak dintuuntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun serta berbagai Undang-Undang
turunannya. 2Tetapi pada saat ini kasus kekerasan pada anak di bidang pendidikan sangat
menghawatirkan, padahal sekolah merupakan tempat pendidikan yang ditempuh oleh anak
sekolah seperti SD/SMP/MTs/SMA/MA/SMK-sederajat dan sekolah juga merupakan tempat
menuntut ilmu setinggi-tingginya untuk menggapai impian.

Kekerasan dalam arti yang luas, bisa mencakup beragam perlakuan yang tidak
menyenangkan baik secara fisik maupun psikologis. Dampak kekerasan secara psikis dapat
menimbulkan perasaan tidak nyaman, takut, tegang, bahkan dapat menimbulkan efek
traumatis yang cukup lama. Selain itu, karena tidak tampak secara fisik, penanggulangannya
menjadi cukup sulit karena biasanya si korban enggan mengungkapkan atau
menceritakannya. Begitu juga halnya kekerasan yang di alami anak-anak. Efek kekerasan
1
Dwi Sulisworo, Tri Wahyuningsih, and Dikdik Baehaqi Arif, “Hak Azasi Manusia,” Hibah Materi Pembelajaran
Non Konvensional, 2012, 1–32, https://osf.io/preprints/inarxiv/9trnz/download.
2
Sururin, “Kekerasan Pada Anak (Perspektif Psikologi),” Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2016, 3, http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34575/1/Sururin-FITK.
terhadap anak sungguh amat dahsyat karena secara fisik maupun psikologis, kekerasan akan
membekas lama dan dalam di relung jiwa seorang anak. Dalam jangka panjang, efek
psikologis mungkin yang paling mengkhawatirkan karena bisa memengaruhi perilaku
seseorang ketika dewasa bahkan di masa tuanya. 3

Perilaku tindak kekerasan tersebut kadang dilakukan secara sadar dan tidak menutup
kemungkinan tanpa sadar dalam arti sang pelaku tidak menyadari tindakannya tergolong
kategori tindak kekerasan. Atas dasar pemikiran ini maka penting untuk dipahami konsep dan
bentuk perilaku yang dikategorikan tindak kekerasan.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional juga mempertegas bahwa pendidikan tidak melegalkan tindakan
kekerasan seperti yang tertulis pada pasal 3 UU ini yang berbunyi “fungsi pendidikan
nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.kemudian pasal 4 ayat 1
yang menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demikratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural dan kemajemukkan bangsa (UU Sisdiknas).4

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk menelaah mengenai tindak


kekerasan pada anak di lingkungan sekolah prefektif psikologi hukum, karena akhir-akhir ini
pemberitaan tentang kekerasan/penganiayaan yang terjadi di lingkungan sekolah terhadap
anak didik menjadi sangat viral baik di pemberitaan maupun di dunia maya baik yang
dilakukan oleh tenaga pendidik, orang tua peserta didik ataupun oleh peserta didik itu sendiri.

3
Irawati, “Kekerasan Fisik Terhadap Anak Usia Dini Ditinjau Dari Usia Ibu Menikah Di Kelurahan Jatirejo,
Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang,” 2019, 27–34, lib.unnes.ac.id › 1601414029_Optimized.
4
UUD RI RI No. 41, “Presiden Republik Indonesia,” Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
1985 Tentang Jalan, no. 1 (2003): 1–5, https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjWxrKeif7eAhVYfysKHcHWAOwQF
jAAegQICRAC&url=https%3A%2F%2Fwww.ojk.go.id%2Fid%2Fkanal%2Fpasar-modal%2Fregulasi%2Fundang-
undang%2FDocuments%2FPages%2Fundang-undang-nomo.

Anda mungkin juga menyukai