Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HUKUM KEJAHATAN PERDAGANGAN

“PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PERDAGANGAN


ORANG”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Kejahatan Perdagangan

Dosen Pengampu : Dr. Layyin Mahfiana, S.H., M.Hum.

Disusun oleh:

Haikal Ekananda 212131016

Lilia Rana Adinda 212131038

Ardi Keifianto 212131046

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

2024

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatuallahi wabarakatuh

Syukur alhamdulillaah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Kejahatan Perdagangan, dengan judul “Penegakan Hukum
Terhadap Pelaku Perdagangan Orang”. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dengan sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharabkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Wassalamualaikum warahmatuallahi wabarakatuh

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perdagangan manusia (human trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan
merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia. Hal itu
merupakan pelanggaran terhadap Hak Asasi manusia (HAM), hakat dan martabat
manusia yang dilindungi berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Di
masa lalu, Perdagangan orang hanya dipandang sebagai pemindahan secara paksa keluar
negeri untuk tujuan prostitusi, kerja paksa secara illegal yang berlangsung lama.
Perdagangan orang telah berlangsung lama yang bertentangan dengan martabat manusia
adalah pelanggaran HAM yang seharusnya manusia dilindungi di bawah Pancasila dan
UUD 1945. Perdagangan orang adalah kejahatan yang terorganisasi dengan baik dari
metode konvensional hingga modern. Dalam kejahatan terorganisir ini membangun
jaringan dari Nasional ke Internasional. Kejahatan terorganisir ini mencakup setiap
kelompok orang yang beraktivitas utamanya adalah melanggar hukum pidana untuk
mendapatkan keuntungan illegal dan kekuasaaan dengan melakukan aktivitas kejahatan.

Terdapat beberapa sektor yang paling rentan terjadi perdagangan orang dan
perbudakan manusia antara lain sektor perikanan, perkebunan kelapa sawit, dan sektor
domestik. Dalam praktik perdagangan orang, siapa pun bisa jadi pelaku kejahatan,
bahkan keluarga sendiri. Ini tentu menyulitkan pihak yang ingin memberantas TPPO,
karena keluarga memiliki andil besar dalam melindungi anggota keluarganya. Banyak
korban yang tidak ingin melapor dan bahkan tidak sadar bahwa mereka menjadi korban
TPPO. Hal ini menjadi tantangan dalam penanggulangan perdagangan orang. TPPO
merupakan tindak kejahatan transnasional. Karena itu, proses pembuktian dan unsur-
unsurnya pun sangat kompleks. Sehingga akhirnya pengungkapan dan penuntutan
terhadap pelaku perlu kerja sama dari semua pihak. Dalam hal pencegahan TPPO perlu
keterlibatan dari private sector, recruitment agency, para asosiasi, dan private sector yang
berperan menjadi pemberi kerja harus memastikan rantai pasok mereka terbebas dari
risiko eksploitasi dan TPPO.saaan dengan melakukan aktivitas kejahatan. Penegak
hukum pada dasarnya sering kali mengalami kesulitan dalam menemukan bukti-bukti

1
yang dapat menunjang laporan dan gugatan korban di persidangan dan bagaimana terkait
penegakan terhadap para pelaku tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaturan tindak pidana perdagangan orang menurut UU No. 21
Tahun 2007?
2. Bagaimana Perkembangan Kebijakan Penanggulangan Perdagangan
Orang di Indonesia?
3. Bagaimana Kinerja Pemerintah Dalam Penang-gulangan Perdagangan Orang?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan tindak pidana perdagangan orang
menurut UU No. 21 Tahun 2007.
2. Untuk menganalisis Perkembangan Kebijakan Penanggulangan Perdagangan
Orang di Indonesia.
3. Untuk mengevaluasi Kinerja Pemerintah Dalam Penang-gulangan Perdagangan
Orang.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut UU No. 21 Tahun 2007

Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1 tentang pemberantasan


tindak pidana perdagangan orang, perdagangan orang adalah tindakan perekrutan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang
denganancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan. Kemudian,
pemalsuan, penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan uang
atau memberikan bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang
yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara
maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. 1
Pengertian eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang
meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan
atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual,
organ reproduksi atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ
dan atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh
pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immaterial.2

Didalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2007, Pengaturan Tindak Pidana


Perdagangan Orang sudah sangat jelas tertuang dalam pasalpasal yang ada dalam
Undang-Undang ini, yakni terdapat dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6.
Jika dibandingkan dengan KUHP, UU No. 21 Tahun 2007 lebih siap dengan ancaman-
ancamanpidananya, keunggulannya juga ada pada norma-norma yang mengaturnya,
sehingga lebih bisa menutupi kelemahan-kelemahan yang ada pada ketentuan dalam
KUHP. Sanksi pidana UU No. 21Tahun 2007 jauh lebih menjanjikan dan juga terdapat
Pidana Tambahan didalamnya, misalnya pada pasal 7, pasal 8, pasal 9, pasal 15, dan
1
Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, pasal 1, hal.
2
2
Herlien C. Kamea, “Penegakan Hukum Tindak Pidana Terhadap Kejahatan Perdagangan Orang Menurut Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2007”. Vol. 5, hal 128
3
pasal 17. Kemudian Pemerintah Indonesia menindaklanjuti dengan Keputusan Presiden
RepublikIndonesia No.69 Tahun 2008 tentang Tata cara Pencegahan, Penanganan dan
Perlindungan Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang, dan kemudian pembentukan
Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Orang bagi Perempuan dan Anak.

Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Trafficking) Perempuan dan


Anak memberikan definisi trafficking perempuan dan anak sebagai segala tindakan
perekrutan, pengangkutan antar daerah dan antar negara, pemindah tanganan,
pemberangkatan, penerimaan dan penampungan sementara atau ditempat tujuan,
perempuan dan anak. Dengan ancaman, penggunaan kekerasan verbal dan fisik,
penculikan, penipuan, tipu muslihat, memanfaatkan posisi kerentanan (misalnya ketika
seseorang tidak memiliki pilihan lain, terisolasi, ketergantungan obat, jebakan hutang,
dan lain-lain), memberikan atau menerima pembayaran atau keuntungan, dimana
perempuan dan anak digunakan untuk tujuan pelacuran dan eksploitasi seksual (termasuk
phaedopili), buruh migran legal maupun ilegal, adopsi anak, pekerjaan jermal, pengantin
pesanan, pembantu rumah tangga, mengemis, industri pornografi, pengedaran obat
terlarang, dan penjualan organ tubuh, serta bentuk-bentuk eksploitasi lainnya.

Aturan pelaksanaan diatas ini bertujuan mencegah sedini mungkin terjadinya


tindak pidana perdagangan orang. Untuk Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Pidana
Perdagangan Orang juga sudah diatur dalam pasal 56 sampai dengan pasal 63, Undang-
Undang No.21 Tahun 2007, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang,
dan dalam melakukan penanggulangan perdagangan orang dilakukan beberapa cara,
diantaranya menggalang kesatuanantar lembaga yaitu Kementerian Eksekutif Negara,
Depnaker Trans, Menteri Pemberdayaan Perempuan, Menteri Kehakiman dan HAM,
Depsos, Kantor Imigrasi, Diknas, Kejaksaan, Pariwisata, Menko Bidang Ekonomi,
Menkokesra, Menkopolkam, Badan-badan Eksekutif Lokal, Legislatif.

Sistem Penegakan Hukum Terpadu dilakukan oleh penegak hukum yang


bekerjasama dengan Imigrasi, Bea Cukai, Jaksa Hukum Militer penjaga perbatasan,
Angkatan Laut, serta kerjasamadengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan (KPP)
yang bertindak sebagai unsur utama pemerintah dan koordinator untuk Gugus Tugas
AntiPerdagangan Orang Nasional, untuk menyiapkan konsep rencana tindakan nasional
4
2009-2015 mengenai perdagangan orang yang di sebut dengan Gugus Tugas
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang ada baik di pusat maupun di
daerah. Gugus Tugas Penghapusan Perdagangan Anak Kepres No. 88 Tahun 2002;
dibentuk melalui Keputusan Presiden RI Nomor 88 Tahun 2002.Tujuan umum Gugus
Tugas ini adalah terhapusnya segala bentuk perdagangan anak. Untuk Gugus Tugas di
daerah, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran Departemen Dalam Negeri
Nomor 560/1134/PMD/2003 yang ditujukan kepada Gubernur, Bupati, dan Walikota
seluruh Indonesia. Dalam surat edaran tersebut diarahkan bahwa focal point pelaksanaan
penghapusan perdagangan orang di daerah dilaksanakan oleh unit kerja di jajaran
pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan menangani urusan anak melalui
penyelenggaraan pertemuan koordinasi kedinasan di daerah dengan tujuan menyusun
standar minimum dalam pemenuhan hak-hak anak, pembentukan satuan tugas
penanggulangan perdagangan orang di daerah, melakukan pengawasan ketat terhadap
perekrutan tenaga kerja, dan mengalokasikan dana APBD untuk keperluan kegiatan
Provinsi Sulawesi Utara setelah diberlakukannya Perda No 1 Tahun 2004 maka
dibentuklah Gugus Tugas Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Provinsi
dan Kabupaten/ Kota untuk membentuk rencana tindakan lokal dan komite anti
perdagangan orangmelakukan upaya-upaya untuk mengurangi permintaan tenaga kerja
paksa atau permintaan pekerja seks komersil.

Kebijakan operasional yang diambil pemerintah untuk memberantas kejahatan


perdagangan orang tersebut diatas,disamping melakukan penegakan hukumnya juga
diberikan perhatian bagi korban kejahatan perdagangan orang, seperti misalnya
penyediaan tempat rehabilitasi medis dan sosial korban, proses pemulangan korban.
Namun dalam praktek dilapangan pihak kepolisian sebagai penegak hukum lebih kepada
tindakan terhadap pelaku yang lebih diutamakan dengan memperhatikan asas-asas
penegakan hukum pidana daripada memperhatikan hak-hak korban.

B. Perkembangan Kebijakan Penanggulangan Perdagangan Orang di Indonesia.

5
Analisis kebijakan dalam penanggulangan perdagangan orangdi Indonesia
adalah langkah penting untuk memahami efektivitas upaya pemerintah dalam
melawan kejahatan ini. Dalam konteks ini, analisis mencakup pemahaman
mendalam tentang kebijakan-kebijakan yang telah diadopsi oleh pemerintah
Indonesia, termasuk regulasi, program perlindungan, dan langkah-langkah
kebijakan lainnya yang relevan. Selain itu, analisisjuga mencakup evaluasi
sejauh mana kebijakan-kebijakan tersebut telah diimple-mentasikan dengan
efektif dalam praktiknya. Hal ini mencakup pemahaman tentang
bagaimana kebijakan tersebut diterapkan, siapa yang bertanggung jawab
atas pelak-sanaannya, dan apakah sumber daya yang cukup telah
dialokasikan untuk mendukung implementasi tersebut. Selanjutnya, analisis
ini juga melibatkan identifikasi kendala atau hambatan yang mungkin
muncul selama pelaksanaan kebijakan, baik dalam hal peraturan yang
rumit, kurangnya koordinasi antarlembaga, atau faktor-faktor lain yang
dapat menghambat efektivitas kebijakan penanggulangan perdagangan
orangdi Indonesia. Analisis kebijakan ini menjadi landasan penting
untukdapatmerumuskan rekomendasi perbaikan yang dapat mem-bantu
pemerintah Indonesia meningkatkan kebijakan dan praktik mereka dalam
upaya penanggulangan perdagangan orang.Analisis kebijakan juga
memperhatikan dampak sosial, ekonomi, dan kemanusiaandari kebijakan
tersebut. Apakah kebijakan-kebijakan ini telah menghasilkanpeningkatan
dalam perlindungan hak asasi manusia, pengurangan jumlah korban,
dan peng-hukuman pelaku kejahatan dan bagaimana dampak ekonomi
terkait dengan upayapenanggulangan perdagangan orang. Ini melibatkan
evaluasi dampak positif dan negatif dari kebijakan-kebijakan yang
telah diimplementasikan. Analisis kebijakan juga mengidentifikasi kendala
dan hambatan yang mungkin muncul selama pelaksanaan kebijakan. Inibisa
termasuk masalah koordinasi antarlembaga, kurangnya sumber daya, peraturan
yang rumit, atau bahkan resistensi dari kelompok-kelompok tertentu.
Memahami kendala-kendala ini penting untuk merumuskan rekomendasi yang
realistis dan berkelanjutan bagi pemerintah Indonesia dalam upaya
6
meningkatkan kebijakan dan praktik mereka dalam penanggulangan
perdagangan orang. Dengan demikian, analisis kebijakan menjadi tonggak
penting dalam memahami dinamika upaya penanggulangan perdagangan
orangdi Indonesia dan mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat
ditingkatkan.Evaluasi implementasi kebijakan dalam konteks upaya
penanggulangan perdagangan orangdi Indonesia merupakan elemen kunci
dalam pemahaman tentang sejauh mana upaya pemerintah dalam
melawan per-dagangan orangtelah berhasil di lapangan. Dalam evaluasi ini,
perlu diperhatikan sejumlah aspek kunci. Pertama, bagaimana kebijakan-
kebijakan yang telah diadopsi sebenarnya diterapkan dan dijalankan oleh
lembaga-lembaga yang bertanggung jawab. Hal ini mencakup
pemahaman tentang mekanisme pelaksanaan, langkah-langkah konkret yang
diambil untuk menerapkan kebijakan, dan apakah ada panduan yang jelas bagi
para pelaksana. Selanjutnya, penting untuk menilai sejauh mana
implementasi ini sesuai dengan tujuan awal kebijakan. Dalam konteks
penanggulangan perdagangan orang, hal ini mencakup evaluasi apakah
tindakan penegakan hukum efektif dalam menghukum pelaku perdagangan
orangdan memberikan perlindungan kepada korban.Evaluasi imple-mentasi
kebijakan juga harus memerhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja pelaksanaan, seperti alokasi sumber daya yang memadai, pelatihan
bagi petugas penegak hukum, dan kerjasama antarlembaga yang efektif.
Evaluasi implementasi kebijakan dalam penanggulangan perdagangan orangdi
Indonesia adalah langkah yang esensial untuk mengukur efektivitas upaya
pemerintah dalam melindungi hak asasi manusiadan mencegah kejahatan
ini. Hasil evaluasi ini dapat membantu mengidentifikasi kekura-ngan dan
area perbaikan yang memungkinkan pemerintah untuk mengoptimalkan
langkah-langkah penanggulangan perdagangan orangdi masa
depan.Implementasikebijakan penanggulangan perdagangan orangdi Indonesia
menghadapi sejumlah tantangan yang kompleks dan beragam. Salah satu
tantangan utama adalah kurangnya sumber daya, baik dalam hal dana
maupun personel. Terbatasnya anggaran dan sumber daya manusiadapat
7
menghambat pelaksanaan kebijakan dengan efektif. Pemerintah perlu
memastikan bahwa ada alokasi yang memadai untuk mendukung
langkah-langkah penanggulangan perdaga-ngan orang, termasuk untuk
penyelidikan, penegakan hukum, bantuan kepada korban, serta program
pendidikandan kesadaran publik. Permasalahan koordinasi antarlembaga juga
menjadi tantangan signifikan. Upaya penanggulangan perdagangan
orangmelibatkan berbagai lembaga pemerintah, mulai dari kepolisian
hingga dinas sosial, imigrasi, dan kejaksaan. Koordinasi yang kurang
efektif antarlembaga dapat meng-akibatkan tumpang tindih dalam
upaya
http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.idJIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)(eISSN:
2614-8854)Volume 7, Nomor 2,Februari2024 (1961-1971)1964penanganan
kasus dan kurangnya respons yang cepat terhadap kejahatan ini.Selain itu,
perdagangan orangsering melibatkan jaringan kriminal yang terorgani-sir
dengan baik, yang dapat menyulitkan upaya penegakan hukum.
Tantangan ini mencakup identifikasi dan pemantauan kelompok-kelompok
kriminal ini, yang sering beroperasi lintas batas dan menggunakan teknik
penyamaran yang canggih. Penegakan hukum juga dapat
menghadapiancaman terhadap petugas penegak hukum dan saksi, yang dapat
menghambat proses penyelidikan dan pengadilan. Selanjutnya, isu budaya
dan sosial juga menjadi tantangan dalam penang-gulangan perdagangan orang.
Beberapa komunitas mungkin menghadapi tekanan budaya atau sosial
yang membuat sulit bagi korban untuk melaporkan kasus perdagangan
orangatau mencari bantuan. Hal ini memerlukan pendekatan yang sensitif
terhadap budaya dan sosial dalam upaya penanggulangan perdagangan
orang. Masalah ketidaktahuan dan kurangnya kesadaran tentang
perdagangan orangjuga merupakan hambatan. Banyak orang mungkin
tidak memahami tanda-tanda perdagangan orangatau tidak menyadari
bahwa mereka atau orang di sekitar mereka dapat menjadi korban.
Pendidikan dan kampanye yang lebih luas diperlukan untuk dapat
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang isu ini.Pemerintah Indonesia
8
sendiri telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah
perdagangan orang. Diantaranya adalah dengan KUHP baru dan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Cipta Kerja (Perppu UU Cipta
Kerja) yang diharapkan akan secara positif mendukung usaha dan perlindungan
tenaga kerja. Menteri Hukum dan Hak asasi manusia(Menkumham), Yasonna,
mengatakan bahwa pemerintah Indonesia khususnyapadaKementerian Hukum
danHak asasi manusia(Kemenkumham) berkomitmen untukdapatmenciptakan
lingkungan yang kondusif dalam bentuk reformasi hukum untuk meningkatkan
keamanan. Diantaranya reformasi di bidang keimigrasian (Biro Humas,
Hukum dan KerjasamaKemenkumham, 2023).Kemudian terkait penanganan
pada marak-nya kasus perdagangan orang, Menkumham yang didampingi
oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum dan HAM Andap Budhi
Revianto, Dirjen Imigrasi Silmy Karim, Dirjen Pemasyarakatan Reynhard P.
Silitonga dan Staf Khusus Bidang Hubungan Luar NegeriLinggawaty
Hakim pada forum The 8th Bali Process Ministerial Conference yang
diselenggarakan di Adelaide, Australia pada 9 Februari 2023
menyampaikan bahwa ke depannya Indonesia akan mengadvokasi Bali
Process yang lebih responsif dan proaktif terhadap tren perdagangan
orang serta mendorong peningkatan kolaborasi oeh semua anggota,
pengamat, dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Bali Process, atau
lengkapnya Bali Process on People Smuggling, Trafficking inPersons and Related
TransnationalCrime, merupakan forum kerja sama untuk membahas isu
perdagangan orang, penyelundupan manusiadan kejahatan terkait lainnya di
kawasan. Organisasi multilateral ini beranggotakan 49 negara dan organisasi
internasional, serta 18 negara observer dan 9 organisasi
internasional.Tantangan dalam mengidentifikasi korban juga merupakan
masalah tersendiri, terutama ketika mereka terjebak dalam situasi yang
sangat terkendali oleh pelaku. Mereka mungkin tidak memiliki akses ke bantuan
atau pelaporan yang aman, dan pelindungan korban menjadi lebih
rumit dalam situasi semacam ini. Dalam menghadapi tantangan-tantangan
ini, penting untuk mengadopsi pendekatan yang holistik, termasuk
9
perbaikan dalam sektor pendidikan, layanan kesehatan, dan pembangunan
ekonomi di daerah-daerah yang rentan. Kerjasama yang erat antara
pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil juga menjadi
kunci dalam mengatasi tantangan yang kompleks ini dalam implementasi
kebijakan penanggulangan perdagangan orangdi Indonesia.3
C. Kinerja Pemerintah Dalam Penang-gulangan Perdagangan Orang
Penegakan hukum memainkan peran sentral dalam kinerja pemerintah
dalam penanggulangan perdagangan orangdi Indonesia. Efektivitas
penegakan hukum merupakan ukuran kunci dalam menilai sejauh
mana pemerintah dapat mengatasi tantangan serius ini. Dalam konteks
ini, penegakan hukum mencakup sejumlah aspek penting. Pertama, penting
untuk memastikan bahwa kasus-kasus perdagangan orangdiidentifikasi,
diselidiki, dan diadili secara adil dan tegas. Ini melibatkan pelatihan yang
memadai bagi petugas penegak hukum untuk mengenali tanda-tanda
perdagangan orang, mengumpulkan bukti yang kuat, dan mem-proses kasus
dengan cermat melalui sistem peradilan. Penegakan hukumjuga harus fokus
pada penghukuman yang setimpal terhadap pelaku. Ini mencakup
memastikan bahwa pelaku perdagangan orangmenghadapi konsekuensi hukum
yang serius, termasuk hukuman penjara yang sesuai dengan kejahatan yang
mereka lakukan. Hal ini dapat menjadi deterren yang kuat bagi potensi
pelaku kejahatan ini.Selain penegakan hukum di tingkat nasional, kerjasama
internasional juga menjadi penting dalam penanggulangan per-dagangan orang.
Perdagangan orangsering melibatkan jaringan transnasional, dan kerjasama
dengan negara-negara tetangga dalam pengungkapan dan penuntasan kasus
menjadi sangat relevan. Pemerintah juga harus memastikan bahwa ada
kerangka hukum yang memadai untuk mendukung penegakan hukum dalam
upaya penanggulangan perdagangan orang. Ini mencakup revisi atau
pembuatan undang-undang yang sesuai dengan perkembangan terbaru dalam
per-dagangan orangdan kebijakan nasional serta internasional yang relevan.

3
Upaya Penanggulangan Perdagangan Orang di Indonesia: Tinjauan terhadap Kebijakan dan Kinerja Pemerintah
JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan) (eISSN: 2614-8854)Volume 7, Nomor2,Februari2024 (1961-1971)
10
Dalam konteks penanggulangan perdaga-ngan orang, maka aspek perlindungan
korban juga merupakanfokus penting yang harus diperhatikan oleh
pemerintah. Perlindungan korban adalah aspek kritis dalam kinerja
pemerintah dalam penanggulangan per-dagangan orangdi Indonesia.
Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa korban yang
terjebak dalam perdagangan orangdiberikan bantuan yang memadai dan
perlindungan sesuai dengan hak asasi mereka. Hal ini mencakup sejumlah
langkah penting. Pertama, penting untuk memberikan bantuan medis
dan psikologis kepada korban untuk memulihkan kesehatan fisik dan
mental mereka. Korban juga membutuhkan tempat yang aman
untuk tinggal, yang dapat melindungi mereka dari ancaman pelaku
perdagangan orang.Perlindungan korban juga mencakup upaya untuk
melindungi identitas mereka dan mencegah pengeksposan terhadap
risikolebih lanjut. Korban yang bekerjasama dengan penegakan hukum
harus dilindungi dari ancaman atau balas dendam oleh pelaku atau
jaringan perdagangan orang. Selanjutnya, penting untukdapatmemberikan
layanan rehabilitasi yang memadai kepada korban. Ini mencakup pelatihan
dan pendidikan agar mereka dapat kembali berintegrasi ke dalam
masyarakat dengan mandiri, serta bantuan dalam mencari pekerjaan yang
aman dan layak. Mendukung korban dalam proses pemulihan ini adalah
kunci dalam membantu mereka membangun kembali kehidupan yang stabil
setelah pengalaman traumatis perdaga-ngan orang.Perlindungan korban
juga melibatkan peran dalam proses hukum terhadap pelaku. Korban sering
menjadi saksi kunci dalam pengadilan, dan memastikan keamanan dan
kesejahteraan mereka selama proses hukum adalah tanggung jawab pemerintah.
Perlindungan korban adalah salah satu elemen inti dalam kinerja
pemerintah dalam penanggulangan perdagangan orang. Ini mencerminkan
komitmen untuk menghormati dan melindungi hak asasi manusiaserta
memberikan kesempatan bagi korban untuk memulihkan diri dan
membangun kembali kehidupan yang lebih baik. Dalam upaya
penanggulangan perdagangan orangyang efektif, perlindungan korban harus
11
menjadi prioritas utama.Pemerintah telah berupaya mencegah terjadinya
TPPO. Salah satunya dengan menerbitkan Perpres No. 69 Tahun 2008
tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana
Perdagangan Orang. Untuk memperkuat pencegahan TPPO dan mempertegas
hukuman pada pelaku, maka pemerintah menyiapkan beleid pendukung,
yakni Rencana Perpres Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan
Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang (RPerpres RAN PP TPPO)
(Kemenko PMK, 2022).Tujuan penyusunan RPerpres RAN TPPO adalah
untuk meningkatkan kordinasi dan kerjasama dalam upaya pencegahan
dan penanganan korban, serta penindakan terhadap pelaku TPPO. Adanya
RPerpres RAN PP TPPO guna menjamin sinergitas dan kesinambungan
langkah-langkah pemberan-tasan tindak pidana perdagangan orang
secara terpadu. Dari Gugus Tugas Pusat, Gugus Tugas Provinsi,
danGugus Tugas Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dan hubungan
secara langsung dengan instansi terkait dan pihak terkait lainnya
untuk menyusun kebijakan, program, kegiatan dalam bentuk Rencana Aksi
Nasional dan Rencana Aksi Daerah.Untuk memaksimalkan penanggulangan
perdagangan orang, maka kerjasama internasional juga menjadi salah satu
aspek yang perlu dilaksanakan pemerintahan dalam salah satu bentuk
kebijakannya. Kerjasama internasionalmemainkan peran yang sangat penting
dalam kinerja pemerintah Indonesia dalam penanggulangan perdagangan
orang. Perdagangan orangsering melibatkan jaringan yang lintas batas, dengan
pelaku yang beroperasi di berbagai negara. Oleh karena itu, upaya
penanggulangan perdagangan orangtidak dapat terbatas pada batas-batas
nasional. Kerjasama internasional menjadi kunci dalam menghadapi
tantangan yang lintas negara ini.Dalam dunia yang semakin terhubung dan
kompleks, kerjasama internasional menjadi semakin penting dalam
penanggulangan perdagangan orang. Upaya bersama dengan negara-negara lain,
organisasi internasional, dan mitra internasional adalah cara yang efektif
untuk menghadapi permasalahan ini secara holistik dan melintasi batas-
batas negara. Kinerja pemerintah Indonesia dalam penanggulangan
12
perdagangan orangdapat ditingkatkan melalui kolaborasi yang erat dengan
komunitas internasional. Selain itu, kerjasama internasional dapat
membantu dalam menyusun peraturan yang lebih kuat
dan konsisten di tingkat global. Hal ini mencakup peningkatan
harmonisasi hukum antarnegara, yang dapat mempermudah penuntasan pelaku
yang melarikan diri atau melintasi batas. Dengan adanya kerangka kerja
hukum yang seragam, penegakan hukum di berbagai negara dapat bekerja lebih
efisien. Kerjasama juga membuka pintu bagi pendanaan dan sumber daya
tambahan untuk mendukung upaya penanggulangan perdaga-ngan orang.
Banyak lembaga internasional dan organisasi non-pemerintah yang dapat
memberikan bantuan finansial atau teknis kepada negara-negara yang
memerlukan. Ini dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas lembaga
penegak hukum, men-dukung korban, dan meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang perdagangan orang.Berbagai upaya telah coba dilakukan
oleh pemerintah, NGO, dan badan internasional untuk menemukan
solusinyata dan tahan lama dalam mengatasi permasalahan perdagangan
orangdi Indonesia. Salah satu program dalam mengatasi masalah ini adalah
Empower, program yang didesain untuk mengutamakan kapasitas
pemerintah dalam melindungidan memberdayakan korban tindak pidana
perdagangan orang. Upaya bilateral juga terus digalakkan pemerintah guna
mengatasi masalah ini, seperti yang telah dilakukan dengan pemerintah Australia,
Amerika Serikat, Malaysia, dan Saudi Arabia. Lahirnya Undang-Undang No.
21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana PerdaganganOrang juga
telah membuktikan kesungguhan upaya pemerintah dalam menangani kasus-
kasus perdagangan orang.Dalam konteks global yang terus berubah, kerjasama
internasional juga memungkinkan negara-negara untuk bersama-sama
merumuskan respons yang lebih adaptif terhadap tren dan tantangan
baru dalam perdagangan orang, seperti peran teknologi dalam eksploitasi
manusia. Kolaborasi ini memungkinkan negara-negara untuk lebih
responsifterhadapperubahan dalam dinamika perdagangan orangyang terus
berkembang. Dengan demikian, kerjasama internasional bukan hanya
13
tentang mengatasi masalah lintas negara, tetapi juga tentang
mengoptimalkan sumber daya dan upaya untuk mencapai tujuan
bersamadalam penanggulangan perdagangan orang. Ini memerlukan komitmen
yang berkelanjutan dari negara-negara, organisasi internasional, dan mitra
internasional untuk bersama-sama melawan kejahatan serius ini.4

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

4
Upaya Penanggulangan Perdagangan Orang di Indonesia: Tinjauan terhadap Kebijakan dan Kinerja Pemerintah
JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan) (eISSN: 2614-8854)Volume 7, Nomor2,Februari2024 (1961-1971)

14
DAFTAR PUSTAKA

Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang

Herlien C. Kamea, “Penegakan Hukum Tindak Pidana Terhadap Kejahatan Perdagangan


Orang Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007”. Vol. 5, 2016.

15

Anda mungkin juga menyukai