Anda di halaman 1dari 15

EVALUASI

IMPLEMENTASI
PANCASILA DALAM
PEMBUATAN
KEBIJAKAN NEGARA
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007
DAN NOMOR 14 TAHUN 2009
Kelompok 2

Angelita Febi Maranatha


Simamora Ikrimah Novita Nugraheni
I1B021021 I1B021085

Paulina Theresia Sidabutar Shafira Nur Shaumu


I1B021073 I1B021089
01
UU No.21 Tahun 2007
Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang
Penjelasan
UU ini ditetapkan dengan menimbang beberapa alasan diantaranya:
a. Hak asasi setiap orang sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa
b. Perdagangan orang merupakan hal yang bertentangan dengan harkat dan martabat
manusia dan melanggar hak asasi manusia
c. Perdagangan orang menjadi ancaman bagi masyarakat, bangsa, dan negara serta
terhadap norma-norma kehidupan
d. Keinginan untuk mencegah dan menanggulangi tindak pidana perdagangan orang
e. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perdagangan orang belum
memberikan landasan hukum yang menyeluruh dan terpadu bagi upaya pemberantasan
tindak pidana perdagangan orang
Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang.
Undang-undang ini disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono di Jakarta, 19 April 2007.
Penjelasan
Bab I terdiri dari satu pasal yang berisi ketentuan Bab II terdiri dari tujuh belas pasal (2-18) tentang tindak
sebagai berikut: pidana perdagangan orang
1. Ketentuan perdagangan orang Bab III terdiri dari sembilan pasal (19-27) tentang tindak
2. Ketentuan tindak pidana perdagangan orang pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana perdagangan
3. Ketentuan korban orang
4. Ketentuan setiap orang Bab IV terdiri dari empat belas pasal (28-42) tentang
5. Ketentuan anak penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
6. Ketentuan korporasi pengadilan
7. Ketentuan eksploitasi Bab V terdiri dari dua belas (43-55) mengenai perlindungan
8. Eksploitasi seksual saksi dan korban
9. Ketentuan perekrutan Bab VI terdiri dari tiga pasal (56-58) tentang pencegahan dan
10. Ketentuan pengiriman penanganan
11. Ketentuan kekerasan Bab VII terdiri dari lima pasal (59-63) tentang kerja sama
12. Ketentuan ancaman kekerasan internasional dan peran serta masyarakat
13. Ketentuan restitusi Bab VII terdiri dari satu pasal (64) tentang ketentuan peralihan
14. Ketentuan rehabilitasi Bab IX terdiri dari tiga pasal (65-67) tentang ketentuan
15. Ketentuan penjeratan utang penutup
02
UU No.14 Tahun 2009
Pengesahan Protokol untuk Mencegah,
Menindak, dan Menghukum Perdagangan
Orang, Terutama Perempuan dan Anak-
anak, Melengkapi Konvensi Perserikatan
Bangsa - bangsa Menentang Tindak Pidana
Transnasional yang Terorganisir
Penjelasan
UU ini dibuat dengan menimbang beberapa hal, diantaranya yaitu:

a. Setiap orang memiliki hak-hak asasi sesuai dengan kemuliaan harkat dan martabatnya yang
dilindungi oleh undang-undang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
b. Protokol untuk Mencegah, Menindak, dan Menghukum Perdagangan Orang, Terutama
Perempuan dan Anak-anak merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang
Terorganisasi, sehingga pencegahan dan pemberantasan tindak pidana perdagangan orang
serta perlindungan dan rehabilitasi korban perlu dilakukan baik pada tingkat nasional,
regional maupun internasional
Penjelasan
Penandatanganan Protokol untuk Mencegah, Menindak, dan Menghukum Perdagangan Orang,
Terutama Perempuan dan Anak-Anak oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan
pencerminan keikutsertaan bangsa Indonesia dalam melaksanakan ketertiban dunia;
berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Pengesahan Protocol to Prevent, Suppress and Punish
Trafficking in Persons, Especially Women and Children, Supplementing the United Nations
Convention against Transnational Organized Crime (Protokol untuk Mencegah, Menindak, dan
Menghukum Perdagangan Orang, Terutama Perempuan dan Anak-Anak, Melengkapi Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisasi).
Penjelasan
UU ini terdiri dari dua pasal, yaitu:
Pasal 1
(1) Mengesahkan Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially
Women and Children, Supplementing the United Nations Convention against Transnational
Organized Crime (Protokol untuk Mencegah, Menindak, dan Menghukum Perdagangan
Orang, Terutama Perempuan dan Anak-Anak, Melengkapi Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisasi) dengan Declaration
(Pernyataan) terhadap Pasal 5 ayat (2) huruf c dan Reservation (Pensyaratan) terhadap
Pasal 15 ayat (2).
(2) Salinan naskah asli Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons,
Especially Women and Children, Supplementing the United Nations Convention against
Transnational Organized Crime (Protokol untuk Mencegah, Menindak, dan Menghukum
Perdagangan Orang, Terutama Perempuan dan Anak-Anak, Melengkapi Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisasi)
dengan Declaration (Pernyataan) dan Reservation (Pensyaratan) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia
sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.
Penjelasan
Pasal 2
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

Undang-undang ini disahkan pada 5 Maret 2009 oleh Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono
03
Implementasi Nilai
Pancasila
Implementasi
UU Nomor 21 Tahun 2007 menjelaskan tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang dan UU Nomor 14 Tahun 2009 menjelaskan tentang Protokol untuk Mencegah, Menindak,
dan Menghukum Perdagangan Orang, Terutama Perempuan dan Anak – anak , Melengkapi
Konvensi Perserikatan Bangsa - bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang
Terorganisasi, dijelaskan bagaimana definisi perdagangan orang, eksploitasi, pelecehan,
perdagangan organ dan tindak ilegal lainnya yang melanggar hak asasi manusia. Dijelaskan pula
tindak pidana apa saja yang mampu menjerat pelaku sesuai dengan kejahatan yang
dilakukannya.

Undang – undang ini sejalan dengan nilai dalam pancasila yang menjunjung tinggi keadilan.
Kebebasan individu seharusnya menjadi hak bagi setiap orang, tubuh dan jiwanya menjadi
kehendaknya utuh tanpa intervensi siapapun. Pancasila sebagai ideologi Bangsa juga dijadikan
sebagai dasar dari segala aturan bermuara. Dengan menetapkan tindak pidana pada setiap
perbuatan keji seperti perdagangan orang ini, kita dapat melihat implementasi penegakan
keadilan sesuai yang tertera pada sila ke-5, yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Implementasi
Sebagai manusia sudah sepatutnya saling memanusiakan, tidak
memandang orang lain lebih rendah derajatnya hanya karena
penampilan atau jabatan semata. Pancasila sebagai wujud dari rasa
kemanusiaan juga menjunjung tinggi hak manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak-hak asasi sesuai dengan kemuliaan
harkat dan martabatnya yang dilindungi oleh undang-undang. Maka
tindak pidana yang tertera dalam pasal – pasal pada undang – undang
diatas dinilai sepadan dengan perbuatan tidak manusiawi yang
dilakukan oleh pelaku tindak pidana. “Kemanusiaan yang adil dan
beradab” pada sila ke-2 dilhat sebagai nilai yang membawa manusia
menjadi makhluk yang berdaya dan saling memberdayakan satu sama
lain.
Referensi
• Undang-undang No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang
• Undang-undang No.14 Tahun 2009 tentang Pengesahan Protokol untuk Mencegah,
Menindak, dan Menghukum Perdagangan Orang, Terutama Perempuan dan Anak-anak,
Melengkapi Konvensi Perserikatan Bangsa - bangsa Menentang Tindak Pidana
Transnasional yang Terorganisir
TERIMA KASIH!!!

Anda mungkin juga menyukai