Anda di halaman 1dari 4

Kasus 4: Ca Vagina

Ny.A berusia 68 tahun datang ke RS untuk melakukan kemoterapi. Suami Ny.A sudah
meninggal 1 tahun lalu dan saat ini Ny.A tinggal dengan anak kandungnya. Sebelumnya Ny. A
mengeluh keluar darah dari kemaluannya dan telah terdiagnosa Kanker vagina+
Leukositosis+trombositopenia. Ca sudah meluas hingga ke dinding pelvis. Ny.A mengatakan
tidak ada anggota keluarga yang mempunyai sakit seperti ini dan tidak ada dan juga penyakit
keturunan seperti kanker, namun dia mengatakan bahwa dia pernah menikah sebanyak 2x dan
suaminya yang terakhir memiliki pekerjaan sebagai supir truk yang sering bepergian hingga
lebih dari 5 hari. Riwayat menstruasi pertama kali pada saat berumur 12 tahun namun sekarang
pasien sudah mengalami menopause. Pada saat ini pasien mengatakan keluhan yang dirasakan
setelah kemoterapi seperti mual muntah, tidak nafsu makan, badan terasa letih dan lemah. Pasien
hanya menghabiskan setengah dari diit yang diberikan oleh rumah sakit. Hasil pemeriksaan
menunjukkan kesadaran Composmentis, pasien tampak lemah, ADL dibantu oleh keluarga, TD
100/70 mmHg, S 36,2 ºC, nadi 90 x/menit, RR 20 x/menit, hasil pengukuran : berat badan 47 kg,
tinggi badan 155 cm, Konjungtiva anemis, mukosa bibir kering.

1. Konsep dasar penyakit keganasan organ reproduksi wanita (Hanum, osi)


Kanker vagina adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal pada vagina.
Penyebab kanker pada vagina tidak diketahui secara pasti. Namun, sama halnya dengan jenis
kanker pada umumnya, penyakit ini muncul ketika terjadi perubahan (mutasi) genetik sel yang
kemudian tumbuh secara tak terkendali dan menyerang sel sehat di sekitarnya. Kanker ini juga
sering dikaitkan dengan infeksi virus HPV (human papillomavirus). Berdasarkan tempat
bermulanya sel kanker, kanker vagina terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
 Karsinoma sel skuamosa: Jenis kanker ini paling sering terjadi, bermula dari sel-sel tipis
dan datar yang melapisi permukaan vagina.
 Adenokarsinoma: Kanker yang bermula dari sel-sel kelenjar permukaan vagina.
 Sarkoma vagina: Kanker ini berkembang dari sel-sel jaringan ikat atau sel otot di dinding
vagina.
 Melanoma: Bermula dari sel-sel penghasil melanosit (pigmen) di vagina.
2. Tanda dan gejala penyakit keganasan organ reproduksi wanita (rara, umi)
Berdasarkan American Cancer Society, kanker vagina dini mungkin tidak menimbulkan tanda
dan gejala apa pun (asimtomatik) namun seiring perkembangannya, kanker vagina dapat
menyebabkan tanda dan gejala seperti:
- Pendarahan vagina yang tidak biasa, misalnya setelah berhubungan seksual atau setelah
menopause (terjadi pada kasus)
- Keputihan mengandung darah, encer, dan berbau
- Benjolan abnormal di area vagina
- Buang air kecil yang menyakitkan
- Sering buang air kecil
- Sembelit
- Nyeri panggul
- Pembengkakan pada ekstremitas bawah

3. Faktor risiko penyakit keganasan organ reproduksi wanita (jihan, fiya)


Selain itu, terdapat pula beberapa faktor yang dapat meningkatkan seseorang terkena kanker
vagina, antara lain:
 Berusia di atas 60 tahun.
 Menderita kelainan sel prakanker.
 Pernah menjalani histerektomi (prosedur pengangkatan rahim) akibat kanker.
 Memiliki kebiasaan merokok.
 Berhubungan seksual pada usia dini.
 Sering berganti pasangan hubungan seksual atau terinfeksi HIV.
4. Patofisiologi penyakit keganasan organ reproduksi wanita (paulina, jeje)

5. Pemeriksaan penunjang pada penyakit keganasan organ reproduksi wanita (ita, intan)
Kanker vagina saat ini dapat didiagnosis secara klinis, seperti halnya kanker serviks. Teknik
pencitraan modern seperti Computed Tomography (CT), Magnetic Resonance Imaging (MRI),
dan Positron Emission Tomography (PET) dianjurkan untuk memandu penatalaksanaan; namun,
tes-tes ini tidak boleh digunakan untuk mengubah stadium klinis awal. Dalam hal ini, Komite
Onkologi Ginekologi FIGO merekomendasikan bahwa di mana pun tersedia, pencitraan harus
digunakan untuk menentukan volume tumor dan perluasan penyakit dengan lebih baik. Komite
juga mendorong pencatatan temuan pencitraan dan pengaruhnya terhadap keputusan terapeutik
sebagai pelengkap stadium klinis FIGO yang telah ditetapkan. Hal ini akan memungkinkan
analisis lebih lanjut yang dapat mengubah sistem penskalaan saat ini.
a. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Seperti yang diekstrapolasi dari kanker serviks, MRI lebih sensitif dalam mendeteksi
ukuran tumor, serta keterlibatan paravaginal atau parametrial. Pada tumor vagina primer,
penilaian klinis mungkin sulit dilakukan dan MRI dapat menjadi alat yang berguna pada
kasus-kasus individual karena resolusi jaringan lunak yang superior.
b. PET-CT
Seperti pada kanker serviks, penggunaan PET-CT pada kanker vagina primer telah
terbukti lebih unggul dibandingkan dengan modalitas pencitraan lainnya untuk
mendeteksi penyakit nodal.31 PET-CT juga berguna untuk mendeteksi penyakit
berulang.

Referensi
Adams, T.S. & Cuello, M.A. 2018, ‘Cancer of the vagina’, International Journal of Gynecology
and Obstetrics, vol. 143, pp. 14–21.
American Society of Clinical Oncology. Vaginal Cancer: Symptoms and Signs. 08/2017.
Accessed at www.cancer.net/cancer-types/vaginal-cancer/symptoms-and-signs on March 7,
2018.
National Cancer Institute. Vaginal Cancer Treatment (PDQ®)–Patient Version. October 13,
2017. Accessed at www.cancer.gov/types/vaginal/patient/vaginal-treatment-pdq on March 7,
2018.
Society of Gynecologic Oncology. Vaginal Cancer Symptoms. Accessed at
www.sgo.org/patients-caregivers-survivors/caregivers/vaginal-cancer-symptoms/ on March 7,
2018.

Anda mungkin juga menyukai