Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus 1 Acc Supervisor

FK Unsyiah dr. H. M. Riswan Sp. PD, KHOM

KANKER PAYUDARA PADA LAKI-LAKI


Ridhalul Ikhsan, M. Fuad, H.M, Riswan
Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Bagian / SMF Ilmu Penyakit Dalam
Universitas Syiah Kuala, RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh

ABSTRAK
Kanker payudara adalah proliferasi maligna dari sel-sel epitel di duktus atau
lobulus payudara. Keganasan ini merupakan kanker kedua terbanyak pada wanita
Indonesia, juga sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens yang relatif tinggi
yaitu 20 % dari seluruh keganasan. Insidennya 99% terjadi pada wanita, dan 1%
insidennya terjadi pada laki-laki.
Menurut data dari National Cancer Institute’s Surveilance, Epidemiology, and
End Results (SEER) mencatat dari tahun 1973-2005 terdapat 5.494 kasus kanker
Payudara pada Laki-laki dari 841.299 total kasus kanker payudara. American Cancer
Society (ACS) 2015, di United States America (USA) terda pat 2350 kasus baru, dan
angka mortalitasnya di prediksi mencapai angka 440 orang. Kanker payudara pada laki-
laki, 100 kali lebih jarang dari pada kanker payudara pada wanita. Resiko untuk
terjadinya kanker payudara pada pria adalah 1: 1000. Usia rata- rata terjadinya kanker
payudara pada pria adalah usia 60 tahun, dan sebagian besar besar kanker payudara
pada pria terdiagnosis pada tahap lanjut.
Pada kasus ini penderita kanker payudara laki-laki, usia 64 tahun, dengan jenis
kanker papillary carcinoma, stadium IV, yang direncanakan untuk dilakukan
kemoterapi. Kasus ini diangkat mengingat jarangnya kasus kanker payudara yang
terjadi pada laki-laki, dengan epidemiologi hanya 1% di dunia.

Key Words: Kanker payudara jarang pada pria, stadium lanjut

1
PENDAHULUAN

Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari sel-sel payudara.
Sebuah tumor ganas adalah sekelompok sel-sel kanker yang tumbuh menjadi
(menyerang) jaringan sekitarnya atau menyebar (metastasis) ke daerah lain dari tubuh.
Struktur anatomi normal payudara terdiri dari lobulus-sel epitel (kelenjar yang dapat
menghasilkan susu jika dirangsang oleh hormon estrogen, progesteron, prolaktin dan
laktogen plasenta), ductus-sel kuboid dilapisi oleh sel mioepitel (tabung kecil yang
membawa susu dari lobulus ke puting) , dan stroma (jaringan lemak dan jaringan ikat
yang mengelilingi saluran dan lobulus, pembuluh darah, dan pembuluh limfatik ). 1,2
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens yang relatif
tinggi yaitu 20 % dari seluruh keganasan. Insidennya 99% terjadi pada wanita, dan
hanya 1% insidennya terjadi pada laki-laki. Menurut data dari National Cancer
Institute’s Surveilance, Epidemiology, and End Results (SEER) mencatat dari tahun
1973-2005 terdapat 5.494 kasus kanker payudara pada laki-laki dari 841.299 total kasus
kanker payudara.3 American Cancer Society (ACS) 2015, di United States of America
(USA) terdapat 2550 kasus baru, dan angka mortalitasnya di prediksi mencapai angka
440 orang. Kanker payudara pada laki-laki, 100 kali lebih jarang daripada kanker
payudara pada wanita. Resiko untuk terjadinya kanker payudara pada pria adalah 1:
1000.4,5

Kanker payudara oleh WHO dimasukkan ke dalam International Classification


of Diseases (ICD) dengan kode nomor 174 untuk wanita dan 175 untuk pria. Data
statistik Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun 2006, menunjukkan
bahwa kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker dengan proporsi
19,64%.6

Usia rata- rata terjadinya kanker payudara pada pria adalah usia 60 tahun, dan
sebagian besar besar kanker payudara pada pria terdiagnosis pada tahap lanjut.7

2
I. KASUS

Seorang laki-laki, umur 64 tahun, datang dengan keluhan utama buang air besar
berwarna hitam yang berbau busuk. Keluhan tersebut terjadi 3 hari sebelum masuk
rumah sakit (SMRS). Keluhan nyeri perut juga dikeluhkan, pasien sudah 1 minggu
SMRS tidak selera makan. Sejak 1 bulan terakhir pasien tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari, karena keluhan nyeri di sendi yang sangat berat. Pada dada kiri
pasien terdapat benjolan, dengan ukuran ± 10 cm, yang tidak nyeri, dan tidak diketahui
sejak kapan adanya benjolan tersebut. Penurunan berat badan pada pasien sekitar 5 kg
selama 1 bulan terakhir. Pasien seorang perokok aktif sejak ± 30 tahun yang lalu, dan
saat ini sudah tidak merokok, selama ± 2 tahun terakhir.
Status present dijumpai tekanan darah 140/70 mmHg, Nadi 100 kali/menit,
frekuensi pernapasan 24 kali/menit, tempertur dalam batas normal. Pada pemeriksaan
mata : konjungtiva palpebra inferior pucat pada kedua mata, pada toraks dijumpai
adanya benjolan di mammae kiri, dengan palpasi kenyal, tidak berdungkul-dungkul,
diameter ± 5 cm, nyeri pada palpasi tidak ada. Pada auskultasi toraks dijumpai adanya
ronkhi basah kasar pada sepertiga paru belakang bawah. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan teraba adanya massa di regio hipokondrium kanan, konsistensi kenyal,
dengan diameter ± 7 cm, batas tegas.
Pada pemeriksaan laboratorium didapat Hb 8,0 gr/dl, leukositosis 38700/mm3,
dengan hitung jenis netrofil segmen 93%, pada morfologi darah tepi didapat gambaran
leukosit adanya toksik granul, dengan kesimpulan morfologi darah tepi adalah reaksi
leukositosis. Pemeriksaan fine needle aspiration biopsy pada mammae kanan di
didapatkan kesimpulan suatu papillary adenocarcinoma. Pada pemeriksaan fine needle
aspiration biopsy pada massa di region hipokondrium kanan didapatkan suatu
metastasis carcinoma (papillary carcinoma). Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan
suatu suspect massa di paru kanan, dan dilakukan FNAB guided CT Scan dan
didapatkan hasil suatu metastasis carcinoma (papillary carcinoma). Pada pasien juga
dilakukan CT scan toraks dengan kesimpulan lesi multiple di segmen apicoposterior
lobus superior, segmen apical lobus inferior paru kiri, disertai dengan destruksi tulang

3
costae 6,7 sisi kiri, lesi di region mammae kiri disertai dengan destruksi tulang costae di
lesi tersebut. Lesi di cavum pleura kanan dan di subcarina kanan kesan tumor metastase.

Selanjutnya pasien direncanakan untuk dilakukan tindakan kemoterapi, akan


tetapi kondisi pasien dengan sepsis perburukan, dan pasien akhirnya meninggal dunia
karena syok sepsis dengan multiple organ failure.

II. DISKUSI

Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens yang relatif
tinggi yaitu 20 % dari seluruh keganasan. Insidennya 99% terjadi pada wanita, dan
hanya 1% insidennya terjadi pada laki-laki.4 Usia rata- rata terjadinya kanker payudara
pada pria adalah usia 60 tahun, dan sebagian besar besar kanker payudara pada pria
terdiagnosis pada tahap lanjut.7

Pada kasus, pasien ini didiagnosis kanker payudara pada usia 64 tahun, dan
terdiagnosis pada stadium IV. Merupakan kasus langka.

Tanda dan gejala kanker payudara pada pria adalah ginecomastia yang tidak
disertai rasa nyeri, skin dimpling, nipple retraction, kemerahan pada nipple, adanya
discharge dari nipple. Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara
yang dialami wanita, mulanya hanya benjolan. Umumnya benjolah hanya dialami di
satu payudara, dan bila diraba terasa keras dan menggerenjil. Bila stadium kanker sudah
lanjut, ada perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar puting. Kulit putingnya
bertambah merah, mengerut, tertarik ke dalam, atau puting mengeluarkan cairan.8,9,10

Pada kasus ditemukan ginecomastia yang tidak disertai rasa nyeri, teraba pada
payudara kiri saja.

Faktor resiko terjadinya kanker payudara pada pria adalah usia lanjut, sering
terjadi pada diatas 60 tahun pada saat terdiagnosis, riwayat keluarga dengan penyakit
kanker (resiko meningkat 1 sampai 5 kali), mutasi gen, Sindrom klinifelter, terpapar
radiasi, peminum alkohol, pasien dengan penyakit hati kronis, terapi estrogen,
obesitas.11

4
Pada kasus, faktor resiko pada pasien ini adalah usia lanjut, terdiagnosis pada usia 64
tahun

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis. Bahan pemeriksaan


dapat diambil dengan berbagai cara, yaitu: 12

a. Biopsi aspirasi (Fine Needle Biopsy)


b. Needle Core Biopsy dengan jarum Silverman
c. Excisional Biopsy dan pemeriksaan potong beku waktu operasi

Pada kasus dilakukan biopsi aspirasi pada payudara dengan kesimpulan : Payudara,
C5, Malignan smear, suatu papillary adenocarcinoma.

Pada kasus dilakukan biopsi aspirasi pada massa di regio hipokondrium kanan
didapatkan aspirat 1 tetes darah dengan kesimpulan : C5, Malignant smear, Metastasis
carcinoma (papillary carcinoma)

Jenis-jenis kanker payudara pada laki-laki13 :

1. Ductal carcinoma in situ (DCIS)


Dikenal juga sebagai intraductal Carcinoma, termasuk pre invasive dan non
invasive carcinoma. Perbedaan antara DCIS dan Invasive carcinoma adalah
terbatas pada ductus dan sekitar ductus tersebut, tidak menyebar. DCIS adalah 1
dari 10 kasus kanker payudara pada pria.
2. Infiltrating (invasive) Ductal Carcinoma (IDC)
Invasive atau infiltrating Ductal Carcinoma menyerang ductal mammae , dan
dapat menyebar sampai ke jaringan lemak di payudara, dan tidak hanya itu,
dapat juga menyebar melalui kelenjar limfe dan pembuluh darah. 8 dari 10 pria
yang terkena kanker payudara adalah jenis IDC ini.
3. Infiltrating (invasive) Lobular Carcinoma (ILC)
Sering pada wanita, menyerang kelenjar air susu, pada pria jarang sekali,
dikarenakan pria hanya memiliki sedikit lobules.
4. Paget’s disease
Gejala klinisnya rasa gatal, panas yang menyerang hingga ke nipple, sehingga
dapat timbul kemerahan dan keropeng pada nipple. 1% dari kanker payudara
wanita, dan insidennya meningkat pada kanker payudara pada pria.

5
5. Inflamatory Breast Cancer
Sangat jarang terjadi pada pria, ditandai dengan bengkak, kemerahan, panas dan
nyeri pada payudara.

Berdasarkan WHO Histological Classification of Breast Tumor, kanker payudara di


klasifikasikan seperti dalam table berikut ini14 :

1 Non invasive a. Intraduktal


b. Lobular karsinoma in situ
2 Invasif a. Invasive Ductal Carcinoma
b. Invasive Ductal Carcinoma dengan komponen
intraduktal yang predominant
c. Invasive Lobular Carcinoma
d. Karsinoma Mucinous
e. Karsinoma Medullary
f. Karsinoma papillary
g. Karsinoma tubuler
h. Karsinoma adenoid cystic
i. Karsinoma sekretori (juvenile)
j. Karsinoma apocrine
k. Karsinoma dengan metaplasia
1. Tipe squamous
2. Tipe spindle cell
3. Tipe cartilaginous dan osseus
4. Mixed typed

Tabel 1. Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Mammae

Pada kasus di dapatkan suatu papillary carcinoma yang merupakan karsinoma


mammae yang invasif.

Cara mendeteksi penyebaran kanker payudara pada laki-laki15 :

1. Foto Toraks
Dapat memberi gambaran penyebaran kanker pada paru-paru
2. Bone Scan
Dapat mendeteksi secara detail, penyebaran kanker pada seluruh tulang, yang
terkadang tidak didapatkan pada pemeriksaan radiologi standar.
3. (Cara melakukan tes ini adalah : menyuntikkan material radioaktif pada
pembuluh darah vena, zat tersebut akan mengisi tulang yang yang mengalami
destruksi akibat penyebaran kanker dalam beberapa jam, kemudian pasien

6
berbaring diatas meja dan kamera akan mendeteksi zat radioaktif yang
tergambarkan dari Bone Survey. Akan tetapi artritis atau penyakit tulang lainnya,
untuk membedakannya perlu dilakukan pemeriksaan yang lain, seperti x ray
standard atau Computed Tomography (CT) Scan, maupun Magnetic resonance
imaging (MRI) scan. Ataupun pemeriksaan biopsi tulang.
4. Computed Tomography (CT) Scan
Pemeriksaan CT scan yang dipilih biasanya toraks atau abdomen, hal ini untuk
melihat adanya penyebaran kanker pada paru dan hati. Biopsi aspirasi guiding
CT scan dilakukan jika ada massa pada pemeriksaan fisik.
5. Magnetic resonance imaging (MRI) scan
MRI scan sangat sensitif untuk melihat penyebaran kanker pada otak dan
medula spinalis
6. Ultrasound
USG abdomen dilakukan untuk melihat penyebaran kanker pada hati dan organ
abdominal lainnya.
7. Positron emission tomography (PET) scan
PET scan dilakukan bila kanker sudah metastase jauh.

Pada kasus sudah dilakukan foto Toraks PA dengan kesimpulan Suspect massa paru
kanan dan Pneumonia

Pada kasus dilakukan FNAB deep guided CT Scan dengan kesimpulan : C5. Malignant
Smear, Metastasis carcinoma (Papillary carcinoma)

Pada kasus sudah dilakukan CT Scan Toraks kontras – non kontras dengan kesimpulan
: Lesi multipel di segmen apicoposterior lobus superior, segmen apical lobus inferior
paru kiri, disertai dengan destruksi tulang costae 6,7 sisi kiri, lesi di regio mammae kiri
disertai dengan destruksi tulang costae di lesi tersebut. Lesi di cavum pleura kanan dan
di subcarina kanan kesan tumor metastase. Effusi pleura bilateral. Pembesaran
kelenjar di subcarina kanan dan para trachea. Aortosklerosis.

Pada kasus hasil USG abdomen dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda
penyebaran ke organ abdominal.

7
Staging kanker payudara pada laki-laki, menggunakan Klasifikasi TNM, The American
Joint Committee on Cancer (AJCC) TNM system16:

1. Ukuran Tumor Primer (T)

Tx Tidak dapat dinilai


To Tidak ada gejala dari tumor primer
Tis Carcinoma in situ
T1a/1b/1c Ukuran tumor ≤ 2 cm
T2 Tumor dengan ukuran terbesar 2 cm – 5 cm
T3 Tumor dengan ukuran diameter > 5 cm
T4 Tumor dengan ukuran berapapun, dengan ekstensi
langsung ke dada dan kulit

2. Kelenjar Getah Bening Regional (N)

Nx Kelenjar getah bening (KGB) tidak bisa dinilai (karena


telah diangkat sebelumnya)
N0 Tidak terdapat metastasis ke KGB
N1 Metastasis ke KGB aksila 1-3 KGB dan ditemukan KGB
mammaria interna
N1mi Micrometastase pada 1-3 KGB aksila. Ukuran < 2mm
N1a Menyebar ke 1-3 KGB aksila, dan paling kecil dengan
ukuran > 2 mm
N1b Metastase ke KGB mammaria interna, akan tetapi hanya
dapat diketahui dengan biopsi sentinel (tidak
menyebabkan pembesaran KGB mammaria interna)
N1c Jika terdapat tanda-tanda pembesaran KGB seperti pada
N1a dan N1b
N2 Metastasis ke KGB aksila 4-9 KGB, atau KGB mammaria
interna telah membesar
N2a : Metastasis ke KGB aksila ke 4-9 KGB, dan setidaknya
ada 1 KGB yang ukurannya > 2 mm
N2b Metastasis ke satu atau lebih KGB mamaria interna, dan
menjadi besar.
N3 :
N3a Metastase ke 10 atau lebih KGB aksila, dan setidaknya
ada 1 KGB yang berukuran > 2mm. Sudah bermetastase
ke KGB infraklavikula , dan sedikitnya ada 1 KGB
dengan ukuran > 2mm.
N3b Kanker sudah menyebar ke setidaknya pada KGB aksila
(dan paling sedikit 1 KGB dengan ukuran > 2mm) dan
ada pembesaran KGB mammaria interna. Sudah

8
bermetastase ke ≥ 4 KGB aksila (dan paling kecil dengan
ukuran > 2 mm), dan ditemukan kanker dengan ukuran
kecil pada KGB mammaria interna
N3c Metastasis ke KGB supraklavikula, dan ukuran terkecil
dari KGB nya adalah > 2 mm

3. Metastasis Jauh (M)

M0 Tidak terdapat metastasis jauh


M1 Terdapat metastasis jauh (yang paling sering adalah ke tulang,
paru-paru, otak dan hati)

Pengelompokan Stadium16

Stadium 0 Tis,N0,M0, ini merupakan Ductal carcinoma


in situ (DCIS), pre-kanker. Paget’s disease
termasuk dalam stadium 0.
Stadium I

Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T0 atau T1 N1mi M0
Stadium II
Stadium II A T0 atau T1, N1 (tidak termasuk N1mi), M0
Stadium IIB T2, N0, M0
T2, N1, M0
T3, N0, M0
Stadium III
Stadium III A T0 - T2, N2, M0
T3, N1 - N2, M0
Stadium IIIB T4, N0 - N2, M0
Stadium IIIC T apapun, N3, M0

Stadium IV T apapun, N apapun, M1

Pada kasus menunjukkan Staging T4N3cM1-stadium IV, sudah menyebar ke tulang,


ditunjukkan dengan destruksi tulang costae, Pembesaran kelenjar di subcarina kanan
dan para trachea, lesi multipel di segmen apicoposterior lobus superior, segmen apical
lobus inferior paru kiri yang tergambar melalui gambaran CT Scan Toraks Kontras
dan non kontras. FNAB deep guided CT Scan dengan kesimpulan : C5. Malignant
Smear, Metastasis carcinoma (Papillary carcinoma). Biopsi aspirasi pada Massa di

9
regio hipokondrium kanan didapatkan aspirat 1 tetes darah dengan kesimpulan : C5,
Malignant smear, Metastasis carcinoma (papillary carcinoma)

Angka survival rate 5 tahun pada kanker payudara pada laki-laki, persentase
ditentukan berdasarkan stadium pada saat awal didiagnosis sebagai kanker payudara.
Dapat dilihat pada tabel dibawah ini 17:

No Stadium % 5 years survival rate


1 I 100 %
2 II 91 %
3 III 72 %
4 IV 20 %

Pada kasus, pasien meninggal dunia saat rawatan, persentase survival rate pada
stadium IV hanya 20%.

Pengobatan kanker payudara 18:


1. Operasi
Ada beberapa macam operasi pada kanker payudara :
Mastektomi
1. Simpel mastektomi atau total mastektomi : Mengangkat semua jaringan
payudara, termasuk nipple, tetapi tidak menghilangkan kelenjar getah bening
dibawah lengan.
2. Mastektomi radikal termodifikasi : Mengangkat payudara dan KGB dibawah
lengan.
3. Radikal mastektomi : Jika tumor yang besar dan tumbuh ke dalam otot dada
(m. Pectoralis), harus dilakukan operasi dengan cara mengangkat seluruh
payudara, KGB aksila, dan otot dinding dada dibawah payudara.

Breast-conserving surgery (BCS)


Sering disebut partial mastektomi atau segmental mastektomi. Hanya
mengangkat jaringan payudara yang sakit saja, biasanya dilakukan pada wanita.
Pada beberapa kasus pada pria, BCS dilakukan bila tumor belum sampai ke
nipple, setelah BCS dilakukan, langsung dilanjutkan dengan radioterapi.

10
Lymph Node Surgery :
1. Axillary lymph node dissection (ALND)
10-20 KGB aksila diangkat, biasanya dilakukan bersamaan dengan
mastektomi atau lumpektomi.
2. Sentinel lymph node biopsy (SLNB)
3. Radiasi
4. Kemoterapi
Kemoterapi dapat dilakukan pada beberapa keadaan tertentu:
Setelah operasi (kemoterapi adjuvan) : Dilakukan pada pasien yang telah
melakukan operasi, dan tidak ada bukti sebagai penderita kanker, inilah yang
disebut kemoterapi adjuvan. Kemoterapi adjuvan berfungsi untuk mematikan
sel-sel kanker yang menyebar melalui pembuluh darah dan limfe, yang tidak
terlihat langsung atau pun secara imaging. Hal ini juga bermanfaat untuk
mencegah timbulnya kembali kanker payudara. Kemoterapi adjuvan sering
diberikan > 3-6 bulan .
Sebelum operasi (kemoterapi neoadjuvan) : sama seperti kemoterapi
adjuvan, akan tetapi mempunyai 2 keunggulan, yaitu : dapat mengecilkan tumor,
dan untuk melihat respon kanker terhadap pemberian obat-obatan kemoterapi
neoadjuvan tersebut.
Kemoterapi dilakukan dengan tujuan menghancurkan sel-sel kanker
secara sistemik, berbeda dengan tujuan terapi melalui radiasi dan operatif, yang
bersifat lokal.
5. Terapi hormonal
Terapi hormonal yang sering digunakan untuk terapi kanker payudara pada laki-
laki adalah anti estrogen (tamoxifen). Efek samping dari pemberian tamoxifen
ini adalah hot flushes yang disertai dengan berkeringat dan timbul kemerahan
pada kulit dada, leher dan wajah. Efek samping yang jarang terjadi adalah mual,
sakit kepala, penurunan libido.
6. Terapi target
7. Terapi Bone-directed

11
Pencegahan kanker payudara pada pria sulit dilakukan karena penyebab pasti
belum diketahui, dan deteksi dini serta terapi secepatnya jarang dapat dilakukan karena
sering terdiagnosis pada fase lanjut.11

12
DAFTAR PUSTAKA

1. American Cancer Society. 2015. Breast Cancer in Men.


http://www.cancer.org/cancer/breastcancerinmen/detailedguide/breast-cancer-in-
men-what-is-breast-cancer-in-men [diakses pada; 27 Juni 2015]
2. Junquera, at all. Histologi Dasar. Ed 8 – Jakarta : EGC, 1997
3. Anderson WF, at all. 2009. Male breast cancer: A Population-based
Comparison With Female Breast Cancer. Journal Of Clinical
Oncology.http://jco.ascopubs.org/content/28/2/232.abstract [diakses pada; 27
Juni 2015]
4. American Cancer Society. Cancer Facts and Figures 2015. Atlanta, Ga:
American Cancer Society; 2015.
5. Brinton LA, Richesson DA, Gierach GL, Lacey JV Jr, Park Y, Hollenbeck AR,
Schatzkin A. Prospective evaluation of risk factors for male breast cancer . J
Natl Cancer Inst. 2008 Oct 15;100(20):1477–1481. Epub 2008 Oct 7.
6. Burstein HJ, Harris JR, Morrow M. Malignant tumors of the breast. In: DeVita
VT, Lawrence TS, Rosenberg SA, eds. DeVita, Hellman, and Rosenberg's
Cancer: Principles and Practice of Oncology . 9th ed. Philadelphia, Pa:
Lippincott Williams & Wilkins; 2011:1401–1456.
7. Giordano SH, Perkins GH, Broglio K, Garcia SG, Middleton LP, Buzdar AU,
Hortobagyi GN. Adjuvant systemic therapy for male breast carcinoma. Cancer .
2005 Dec 1;104(11):2359-64.
8. Fentiman IS, Fourquet A, Hortobagyi GN. Male breast cancer. Lancet .
2006;367:595– 604.
9. Giordano SH, Buzdar AU, Hortobagyi GN. Breast cancer in men. Ann Intern
Med . 2002;137:678–687.
10. Giordano SH. A review of the diagnosis and management of male breast cancer.
Oncologist. 2005;10:471–479.
11. Golshan M, Rusby J, Dominguez F, et al. Breast conservation for male breast
carcinoma. Breast . 2007;16:653–656
12. Howlader N, Noone AM, Krapcho M, et al (eds). SEER Cancer Statistics
Review, 1975- 2010, National Cancer Institute. Bethesda, MD,
http://seer.cancer.gov/csr/1975_2010/, based on November 2012 SEER data
submission, posted to the SEER web site, April 2013.
13. Kushi LH, Byers T, Doyle C, et al. American Cancer Society guidelines on
nutrition and physical activity for cancer prevention: reducing the risk of cancer
with healthy food choices and physical activity. CA Cancer J Clin .
2006;56:254–281.
14. National Comprehensive Cancer Network (NCCN). Practice Guidelines in
Oncology: Breast Cancer. Version 3.2014. Accessed at www.nccn.org on June
10, 2013.
15. Swerdlow AJ, Schoemaker MJ, Higgins CD, Wright AF, Jacobs PA; UK
Clinical Cytogenetics Group. Cancer incidence and mortality in men with
Klinefelter syndrome: a cohort study . J Natl Cancer Inst . 2005 Aug
17;97(16):1204−1210.

13
16. American Joint Committee on Cancer. Breast. In: AJCC Cancer Staging
Manual, 7th ed . New York: Springer; 2010: 347–369.
17. Gradishar WJ. Male breast cancer. In: Harris JR, Lippman ME, Morrow M,
Osborne CK. Diseases of the Breast . 3rd ed. Philadelphia, Pa: Lippincott
Williams & Wilkins; 2004:983–990.
18. Weiss JR, Moysich KB, Swede H. Epidemiology of breast cancer in men.
Cancer Epidemiol Biomarkers Prev . 2005;14:20−26.

14
LAMPIRAN

Foto Klinis Pasien

Kesimpulan :
Suspect massa paru kanan dan Pneumonia

15
Hasil Laboratorium Patologi Anatomi , tanggal 10/02/2015

Lokalisasi : Dilakukan FNAB deep guided CT Scan pada dada kiri belakang
didapatkan aspirat 1 tetes darah.

Diagnosis Klinik : Massa di paru kanan DD/


1. Limfoma Maligna
2. Metastase proses

Mikroskopis : Pada sediaan apus terdiri dari sebaran dan kelompokan sel-sel epitel
maligna beberapa membentuk gambaran papiler. Sel dengan inti membesar, pleomorfik,
hiperkromatik, sitoplasma eosinofilik.Latar belakang sediaan terdiri dari sel-sel darah
merah.
Kesimpulan : C5. Malignant Smear, Metastasis carcinoma (Papillary carcinoma)

Hasil Laboratorium Patologi Anatomi, tanggal 4/02/2015

Lokalisasi : Dilakukan tapping pada :

1. Massa di payudara kanan didapatkan aspirat 1 tetes darah


2. Massa di regio hipokondrium kanan didapatkan aspirat 1 tetes darah

Diagnosa Klinik : Massa ar mammae sinistra DD/


1. Ca Mammae
2. Metastase proses
3. Limfoma Maligna

Mikroskopis : Sediaan hapus dari payudara kanan tampak kelompokan sel-sel epitel
maligna membentuk gambaran papiler. Sel dengan inti membesar, pleomorfik,
hyperkromatik, sitoplasma eosinofilik.Latar belakang sediaan terdiri dari sel-sel darah
merah.
Kesimpulan : Payudara, C5, Malignan smear, suatu papillary adenocarcinoma .

Massa hipokondrium kanan , C5, Malignant smear, Metastasis carcinoma


(papillary carcinoma)

16
Foto Lumbosacral AP/Lat

Kesimpulan : Spondylosis Lumbalis

17
Kesimpulan CT Scan Thorax (09/02/2015)

1. Tanpa Kontras
Kesimpulan : Multiple lesi di segmen apicoposterior lobus superior, segmen
apical lobus inferior paru kiri, disertai dengan destruksi os costae 6,7 sisi kiri,
lesi di region mammae kiri disertai dengan destruksi os costae di lesi tersebut.
Lesi di cavum pleura kanan dan di subcarina kanan kesan tumor metastase.
Effusi pleura bilateral.
Pembesaran kelenjar di subcarina kanan dan para trachea.
Aortosklerosis.

2. Dengan Kontras
Kesimpulan : sama dengan diatas

18
Foto Cervical AP/Lat (12/02/2015)

Tidak tampak listhesis, fraktur, lesi osteoblastik/osteolitik.


Kesimpulan :
Spondylosis cervicalis.
Straight cervical
Kalsifikasi di jaringan lunak posterior (ligamentum nuchae)

USG abdomen (03/02/2015)

Hepar : Gambaran normal, echoparenkhim homogeny, tepi regular, tidak


dijumpai nodul ataupun kistik
GB : Ukuran normal, tidak dijumpai sludge dan batu, dinding tak menebal
Pankreas : Normal
Spleen : Ukuran normal
Ren : Ukuran normal
Tidak dijumpai cairan bebas di cavum abdomen
Kesan : USG abdomen dalam batas normal

19
20

Anda mungkin juga menyukai