ABSTRAK
Kanker payudara adalah proliferasi maligna dari sel-sel epitel di duktus atau
lobulus payudara. Keganasan ini merupakan kanker kedua terbanyak pada wanita
Indonesia, juga sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens yang relatif tinggi
yaitu 20 % dari seluruh keganasan. Insidennya 99% terjadi pada wanita, dan 1%
insidennya terjadi pada laki-laki.
Menurut data dari National Cancer Institute’s Surveilance, Epidemiology, and
End Results (SEER) mencatat dari tahun 1973-2005 terdapat 5.494 kasus kanker
Payudara pada Laki-laki dari 841.299 total kasus kanker payudara. American Cancer
Society (ACS) 2015, di United States America (USA) terda pat 2350 kasus baru, dan
angka mortalitasnya di prediksi mencapai angka 440 orang. Kanker payudara pada laki-
laki, 100 kali lebih jarang dari pada kanker payudara pada wanita. Resiko untuk
terjadinya kanker payudara pada pria adalah 1: 1000. Usia rata- rata terjadinya kanker
payudara pada pria adalah usia 60 tahun, dan sebagian besar besar kanker payudara
pada pria terdiagnosis pada tahap lanjut.
Pada kasus ini penderita kanker payudara laki-laki, usia 64 tahun, dengan jenis
kanker papillary carcinoma, stadium IV, yang direncanakan untuk dilakukan
kemoterapi. Kasus ini diangkat mengingat jarangnya kasus kanker payudara yang
terjadi pada laki-laki, dengan epidemiologi hanya 1% di dunia.
1
PENDAHULUAN
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari sel-sel payudara.
Sebuah tumor ganas adalah sekelompok sel-sel kanker yang tumbuh menjadi
(menyerang) jaringan sekitarnya atau menyebar (metastasis) ke daerah lain dari tubuh.
Struktur anatomi normal payudara terdiri dari lobulus-sel epitel (kelenjar yang dapat
menghasilkan susu jika dirangsang oleh hormon estrogen, progesteron, prolaktin dan
laktogen plasenta), ductus-sel kuboid dilapisi oleh sel mioepitel (tabung kecil yang
membawa susu dari lobulus ke puting) , dan stroma (jaringan lemak dan jaringan ikat
yang mengelilingi saluran dan lobulus, pembuluh darah, dan pembuluh limfatik ). 1,2
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens yang relatif
tinggi yaitu 20 % dari seluruh keganasan. Insidennya 99% terjadi pada wanita, dan
hanya 1% insidennya terjadi pada laki-laki. Menurut data dari National Cancer
Institute’s Surveilance, Epidemiology, and End Results (SEER) mencatat dari tahun
1973-2005 terdapat 5.494 kasus kanker payudara pada laki-laki dari 841.299 total kasus
kanker payudara.3 American Cancer Society (ACS) 2015, di United States of America
(USA) terdapat 2550 kasus baru, dan angka mortalitasnya di prediksi mencapai angka
440 orang. Kanker payudara pada laki-laki, 100 kali lebih jarang daripada kanker
payudara pada wanita. Resiko untuk terjadinya kanker payudara pada pria adalah 1:
1000.4,5
Usia rata- rata terjadinya kanker payudara pada pria adalah usia 60 tahun, dan
sebagian besar besar kanker payudara pada pria terdiagnosis pada tahap lanjut.7
2
I. KASUS
Seorang laki-laki, umur 64 tahun, datang dengan keluhan utama buang air besar
berwarna hitam yang berbau busuk. Keluhan tersebut terjadi 3 hari sebelum masuk
rumah sakit (SMRS). Keluhan nyeri perut juga dikeluhkan, pasien sudah 1 minggu
SMRS tidak selera makan. Sejak 1 bulan terakhir pasien tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari, karena keluhan nyeri di sendi yang sangat berat. Pada dada kiri
pasien terdapat benjolan, dengan ukuran ± 10 cm, yang tidak nyeri, dan tidak diketahui
sejak kapan adanya benjolan tersebut. Penurunan berat badan pada pasien sekitar 5 kg
selama 1 bulan terakhir. Pasien seorang perokok aktif sejak ± 30 tahun yang lalu, dan
saat ini sudah tidak merokok, selama ± 2 tahun terakhir.
Status present dijumpai tekanan darah 140/70 mmHg, Nadi 100 kali/menit,
frekuensi pernapasan 24 kali/menit, tempertur dalam batas normal. Pada pemeriksaan
mata : konjungtiva palpebra inferior pucat pada kedua mata, pada toraks dijumpai
adanya benjolan di mammae kiri, dengan palpasi kenyal, tidak berdungkul-dungkul,
diameter ± 5 cm, nyeri pada palpasi tidak ada. Pada auskultasi toraks dijumpai adanya
ronkhi basah kasar pada sepertiga paru belakang bawah. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan teraba adanya massa di regio hipokondrium kanan, konsistensi kenyal,
dengan diameter ± 7 cm, batas tegas.
Pada pemeriksaan laboratorium didapat Hb 8,0 gr/dl, leukositosis 38700/mm3,
dengan hitung jenis netrofil segmen 93%, pada morfologi darah tepi didapat gambaran
leukosit adanya toksik granul, dengan kesimpulan morfologi darah tepi adalah reaksi
leukositosis. Pemeriksaan fine needle aspiration biopsy pada mammae kanan di
didapatkan kesimpulan suatu papillary adenocarcinoma. Pada pemeriksaan fine needle
aspiration biopsy pada massa di region hipokondrium kanan didapatkan suatu
metastasis carcinoma (papillary carcinoma). Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan
suatu suspect massa di paru kanan, dan dilakukan FNAB guided CT Scan dan
didapatkan hasil suatu metastasis carcinoma (papillary carcinoma). Pada pasien juga
dilakukan CT scan toraks dengan kesimpulan lesi multiple di segmen apicoposterior
lobus superior, segmen apical lobus inferior paru kiri, disertai dengan destruksi tulang
3
costae 6,7 sisi kiri, lesi di region mammae kiri disertai dengan destruksi tulang costae di
lesi tersebut. Lesi di cavum pleura kanan dan di subcarina kanan kesan tumor metastase.
II. DISKUSI
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens yang relatif
tinggi yaitu 20 % dari seluruh keganasan. Insidennya 99% terjadi pada wanita, dan
hanya 1% insidennya terjadi pada laki-laki.4 Usia rata- rata terjadinya kanker payudara
pada pria adalah usia 60 tahun, dan sebagian besar besar kanker payudara pada pria
terdiagnosis pada tahap lanjut.7
Pada kasus, pasien ini didiagnosis kanker payudara pada usia 64 tahun, dan
terdiagnosis pada stadium IV. Merupakan kasus langka.
Tanda dan gejala kanker payudara pada pria adalah ginecomastia yang tidak
disertai rasa nyeri, skin dimpling, nipple retraction, kemerahan pada nipple, adanya
discharge dari nipple. Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara
yang dialami wanita, mulanya hanya benjolan. Umumnya benjolah hanya dialami di
satu payudara, dan bila diraba terasa keras dan menggerenjil. Bila stadium kanker sudah
lanjut, ada perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar puting. Kulit putingnya
bertambah merah, mengerut, tertarik ke dalam, atau puting mengeluarkan cairan.8,9,10
Pada kasus ditemukan ginecomastia yang tidak disertai rasa nyeri, teraba pada
payudara kiri saja.
Faktor resiko terjadinya kanker payudara pada pria adalah usia lanjut, sering
terjadi pada diatas 60 tahun pada saat terdiagnosis, riwayat keluarga dengan penyakit
kanker (resiko meningkat 1 sampai 5 kali), mutasi gen, Sindrom klinifelter, terpapar
radiasi, peminum alkohol, pasien dengan penyakit hati kronis, terapi estrogen,
obesitas.11
4
Pada kasus, faktor resiko pada pasien ini adalah usia lanjut, terdiagnosis pada usia 64
tahun
Pada kasus dilakukan biopsi aspirasi pada payudara dengan kesimpulan : Payudara,
C5, Malignan smear, suatu papillary adenocarcinoma.
Pada kasus dilakukan biopsi aspirasi pada massa di regio hipokondrium kanan
didapatkan aspirat 1 tetes darah dengan kesimpulan : C5, Malignant smear, Metastasis
carcinoma (papillary carcinoma)
5
5. Inflamatory Breast Cancer
Sangat jarang terjadi pada pria, ditandai dengan bengkak, kemerahan, panas dan
nyeri pada payudara.
1. Foto Toraks
Dapat memberi gambaran penyebaran kanker pada paru-paru
2. Bone Scan
Dapat mendeteksi secara detail, penyebaran kanker pada seluruh tulang, yang
terkadang tidak didapatkan pada pemeriksaan radiologi standar.
3. (Cara melakukan tes ini adalah : menyuntikkan material radioaktif pada
pembuluh darah vena, zat tersebut akan mengisi tulang yang yang mengalami
destruksi akibat penyebaran kanker dalam beberapa jam, kemudian pasien
6
berbaring diatas meja dan kamera akan mendeteksi zat radioaktif yang
tergambarkan dari Bone Survey. Akan tetapi artritis atau penyakit tulang lainnya,
untuk membedakannya perlu dilakukan pemeriksaan yang lain, seperti x ray
standard atau Computed Tomography (CT) Scan, maupun Magnetic resonance
imaging (MRI) scan. Ataupun pemeriksaan biopsi tulang.
4. Computed Tomography (CT) Scan
Pemeriksaan CT scan yang dipilih biasanya toraks atau abdomen, hal ini untuk
melihat adanya penyebaran kanker pada paru dan hati. Biopsi aspirasi guiding
CT scan dilakukan jika ada massa pada pemeriksaan fisik.
5. Magnetic resonance imaging (MRI) scan
MRI scan sangat sensitif untuk melihat penyebaran kanker pada otak dan
medula spinalis
6. Ultrasound
USG abdomen dilakukan untuk melihat penyebaran kanker pada hati dan organ
abdominal lainnya.
7. Positron emission tomography (PET) scan
PET scan dilakukan bila kanker sudah metastase jauh.
Pada kasus sudah dilakukan foto Toraks PA dengan kesimpulan Suspect massa paru
kanan dan Pneumonia
Pada kasus dilakukan FNAB deep guided CT Scan dengan kesimpulan : C5. Malignant
Smear, Metastasis carcinoma (Papillary carcinoma)
Pada kasus sudah dilakukan CT Scan Toraks kontras – non kontras dengan kesimpulan
: Lesi multipel di segmen apicoposterior lobus superior, segmen apical lobus inferior
paru kiri, disertai dengan destruksi tulang costae 6,7 sisi kiri, lesi di regio mammae kiri
disertai dengan destruksi tulang costae di lesi tersebut. Lesi di cavum pleura kanan dan
di subcarina kanan kesan tumor metastase. Effusi pleura bilateral. Pembesaran
kelenjar di subcarina kanan dan para trachea. Aortosklerosis.
Pada kasus hasil USG abdomen dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda
penyebaran ke organ abdominal.
7
Staging kanker payudara pada laki-laki, menggunakan Klasifikasi TNM, The American
Joint Committee on Cancer (AJCC) TNM system16:
8
bermetastase ke ≥ 4 KGB aksila (dan paling kecil dengan
ukuran > 2 mm), dan ditemukan kanker dengan ukuran
kecil pada KGB mammaria interna
N3c Metastasis ke KGB supraklavikula, dan ukuran terkecil
dari KGB nya adalah > 2 mm
Pengelompokan Stadium16
Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T0 atau T1 N1mi M0
Stadium II
Stadium II A T0 atau T1, N1 (tidak termasuk N1mi), M0
Stadium IIB T2, N0, M0
T2, N1, M0
T3, N0, M0
Stadium III
Stadium III A T0 - T2, N2, M0
T3, N1 - N2, M0
Stadium IIIB T4, N0 - N2, M0
Stadium IIIC T apapun, N3, M0
9
regio hipokondrium kanan didapatkan aspirat 1 tetes darah dengan kesimpulan : C5,
Malignant smear, Metastasis carcinoma (papillary carcinoma)
Angka survival rate 5 tahun pada kanker payudara pada laki-laki, persentase
ditentukan berdasarkan stadium pada saat awal didiagnosis sebagai kanker payudara.
Dapat dilihat pada tabel dibawah ini 17:
Pada kasus, pasien meninggal dunia saat rawatan, persentase survival rate pada
stadium IV hanya 20%.
10
Lymph Node Surgery :
1. Axillary lymph node dissection (ALND)
10-20 KGB aksila diangkat, biasanya dilakukan bersamaan dengan
mastektomi atau lumpektomi.
2. Sentinel lymph node biopsy (SLNB)
3. Radiasi
4. Kemoterapi
Kemoterapi dapat dilakukan pada beberapa keadaan tertentu:
Setelah operasi (kemoterapi adjuvan) : Dilakukan pada pasien yang telah
melakukan operasi, dan tidak ada bukti sebagai penderita kanker, inilah yang
disebut kemoterapi adjuvan. Kemoterapi adjuvan berfungsi untuk mematikan
sel-sel kanker yang menyebar melalui pembuluh darah dan limfe, yang tidak
terlihat langsung atau pun secara imaging. Hal ini juga bermanfaat untuk
mencegah timbulnya kembali kanker payudara. Kemoterapi adjuvan sering
diberikan > 3-6 bulan .
Sebelum operasi (kemoterapi neoadjuvan) : sama seperti kemoterapi
adjuvan, akan tetapi mempunyai 2 keunggulan, yaitu : dapat mengecilkan tumor,
dan untuk melihat respon kanker terhadap pemberian obat-obatan kemoterapi
neoadjuvan tersebut.
Kemoterapi dilakukan dengan tujuan menghancurkan sel-sel kanker
secara sistemik, berbeda dengan tujuan terapi melalui radiasi dan operatif, yang
bersifat lokal.
5. Terapi hormonal
Terapi hormonal yang sering digunakan untuk terapi kanker payudara pada laki-
laki adalah anti estrogen (tamoxifen). Efek samping dari pemberian tamoxifen
ini adalah hot flushes yang disertai dengan berkeringat dan timbul kemerahan
pada kulit dada, leher dan wajah. Efek samping yang jarang terjadi adalah mual,
sakit kepala, penurunan libido.
6. Terapi target
7. Terapi Bone-directed
11
Pencegahan kanker payudara pada pria sulit dilakukan karena penyebab pasti
belum diketahui, dan deteksi dini serta terapi secepatnya jarang dapat dilakukan karena
sering terdiagnosis pada fase lanjut.11
12
DAFTAR PUSTAKA
13
16. American Joint Committee on Cancer. Breast. In: AJCC Cancer Staging
Manual, 7th ed . New York: Springer; 2010: 347–369.
17. Gradishar WJ. Male breast cancer. In: Harris JR, Lippman ME, Morrow M,
Osborne CK. Diseases of the Breast . 3rd ed. Philadelphia, Pa: Lippincott
Williams & Wilkins; 2004:983–990.
18. Weiss JR, Moysich KB, Swede H. Epidemiology of breast cancer in men.
Cancer Epidemiol Biomarkers Prev . 2005;14:20−26.
14
LAMPIRAN
Kesimpulan :
Suspect massa paru kanan dan Pneumonia
15
Hasil Laboratorium Patologi Anatomi , tanggal 10/02/2015
Lokalisasi : Dilakukan FNAB deep guided CT Scan pada dada kiri belakang
didapatkan aspirat 1 tetes darah.
Mikroskopis : Pada sediaan apus terdiri dari sebaran dan kelompokan sel-sel epitel
maligna beberapa membentuk gambaran papiler. Sel dengan inti membesar, pleomorfik,
hiperkromatik, sitoplasma eosinofilik.Latar belakang sediaan terdiri dari sel-sel darah
merah.
Kesimpulan : C5. Malignant Smear, Metastasis carcinoma (Papillary carcinoma)
Mikroskopis : Sediaan hapus dari payudara kanan tampak kelompokan sel-sel epitel
maligna membentuk gambaran papiler. Sel dengan inti membesar, pleomorfik,
hyperkromatik, sitoplasma eosinofilik.Latar belakang sediaan terdiri dari sel-sel darah
merah.
Kesimpulan : Payudara, C5, Malignan smear, suatu papillary adenocarcinoma .
16
Foto Lumbosacral AP/Lat
17
Kesimpulan CT Scan Thorax (09/02/2015)
1. Tanpa Kontras
Kesimpulan : Multiple lesi di segmen apicoposterior lobus superior, segmen
apical lobus inferior paru kiri, disertai dengan destruksi os costae 6,7 sisi kiri,
lesi di region mammae kiri disertai dengan destruksi os costae di lesi tersebut.
Lesi di cavum pleura kanan dan di subcarina kanan kesan tumor metastase.
Effusi pleura bilateral.
Pembesaran kelenjar di subcarina kanan dan para trachea.
Aortosklerosis.
2. Dengan Kontras
Kesimpulan : sama dengan diatas
18
Foto Cervical AP/Lat (12/02/2015)
19
20