Kelompok 6
Anggota :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas
limpahan dan rahmat Karunia-Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Tindak Pidana Perdagangan Orang” ini dengan lancar selama proses penulisan. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas pada matakuliah Hukum Pidana Khusus 2.13. Makalah
ini juga disusun untuk memberikan informasi kepada pembaca dan agar pembaca dapat
memperluas ilmunya tentang “Tindak Pidana Perdagangan Orang”, yang kami sajikan
berdasarkan berbagai sumber.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Tenofrimer, SH., MH selaku
Dosen Mata Kuliah Hukum Pidana Khusus 2.13. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari kata sempurna oleh karena itu kami
selaku penyusun makalah mengharap kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan
sarannya. Maka atas segala kekurangan dalam makalah ini, kami sangat mengharapkan
saran-saran dari berbagai pihak. Untuk selanjutnya kami juga berharap semoga karya tulis
ini dapat bermanfaat dan digunakan sebaik-baiknya.
Tim penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
peningkatan kejahatan terorganisir, gangguan kestabilan sosial, hilangnya sumber daya
manusia, dan penurunan kualitas hidup korban. Karna itu ada berbagai upaya yang
dilakukan oleh pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan lembaga internasional
untuk melawan perdagangan manusia. Ini meliputi penegakan hukum yang lebih kuat,
kampanye kesadaran, perlindungan korban, rehabilitasi, kerjasama internasional, dan
perbaikan regulasi dan kebijakan. Dalam penanggulangan pemberantasan perdagangan
manusia, terdapat ketentuan peraturan baik formil maupun materiil yang digunakan
untuk melawan tindak pidana perdagangan orang tersebut, serta langkah yang
dilakukan pemerintah dalam penanganan perdagangan orang baik dalam maupun luar.
Berikut rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini, yaitu mengenai :
1. Apa saja beberapa ketentuan peraturan formil dan materiil dalam penanggulangan
pemberantasan perdagangan manusia (Human Trafficking)?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
memberikan wewenang kepada pemerintah untuk melakukan tindakan preventif
dan represif dalam rangka memerangi perdagangan orang. Pemerintah Indonesia
telah mengesahkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan pertimbangan bahwa setiap orang
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak-hak asasi sesuai dengan
kemuliaan harkat dan martabatnya serta dilindungi secara hukum oleh Undang-
Undang Dasar RI 1945 sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 28A bahwa: “ Setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”
1
.
1
Brian Septiadi Daud, Eko Supoyono, “Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Perdagangan Manusia di
Indonesia”, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, Vol. 1, No. 3 Tahun 2019.
4
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Melansir Pasal 4 dalam perpres itu, Gugus Tugas PP TPPO Pusat mempunyai
tugas dalam melaksanakan lima hal. Pertama, bertugas mengkoordinasikan upaya
pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang. Kedua,
melaksanakan advokasi, sosialisasi, pelatihan, dan kerja sama. Ketiga, memantau
perkembangan pelaksanaan perlindungan korban meliputi rehabilitasi,
pemulangan, dan reintegrasi sosial. Keempat, memantau perkembangan
pelaksanaan penegakan hukum. Kelima, melaksanakan pelaporan dan evaluasi.2
Sebagai informasi, berdasarkan data dari Kementerian PPPA, saat ini masih
ada 269 kabupaten/kota yang belum membentuk GT PP TPPO. Tercatat, sejak
tahun 2019 hingga 2021, sebanyak 1.331 orang menjadi korban TPPO. Dari jumlah
itu, 97 persennya atau sekitar 1.291 korbannya adalah perempuan dan anak.
Jumlah kasus kejahatan TPPO yang terjadi di semua negara, dilaporkan juga
tidak sedikit. Misalnya, kurun waktu 2017-2021 tercatat ada 1.660 kasus TPPO
dengan total korban 1.995 orang. Dari jumlah itu, 88 persen korban perempuan dan
2
Yusuf, “Gugus Tugas Bahas Urgensi Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang”,
Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia,
https://www.kominfo.go.id/content/detail/46599/gugus-tugas-bahas-urgensi-pencegahan-dan-
penanganan-tindak-pidana-perdagangan-orang/0/berita
5
anak, serta 12 persen laki-laki. Modus yang paling banyak digunakan untuk
menjerat korban menggunakan media sosial dan piranti elektronik.
3
Raka Dwi Novianto,”Jokowi Terbitkan Perpres Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan Tindak
Pidana Perdagangan Orang 2020-2024”, https://nasional.sindonews.com/read/1033489/15/jokowi-
terbitkan-perpres-rencana-aksi-penanganan-perdagangan-orang-2020-2024-1677477764
6
sekunder atau direpresi. Perlindungan mencakup aspek privasi, keamanan fisik,
dan keamanan psikologis.
2. Pemulihan: Esensi peraturan ini adalah memberikan pemulihan yang optimal
bagi saksi dan/atau korban TPPO. Hal ini meliputi pemulihan fisik, psikologis,
sosial, dan ekonomi. Upaya pemulihan dilakukan dengan memperhatikan
kebutuhan dan hak-hak individu, serta melibatkan dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak yang terlibat.
3. Pelayanan Terpadu: Peraturan ini menekankan pentingnya pelayanan terpadu
bagi saksi dan/atau korban TPPO. Pelayanan terpadu berarti adanya koordinasi
antara lembaga-lembaga terkait, seperti kepolisian, jaksa, pengadilan, dan
lembaga terkait lainnya, untuk memberikan pelayanan yang komprehensif dan
terintegrasi. Tujuannya adalah agar saksi dan/atau korban tidak menghadapi
hambatan dan kesulitan yang berlebihan dalam memperoleh pelayanan yang
dibutuhkan.
4. Keadilan dan Hak Asasi Manusia: Esensi utama peraturan ini adalah
memastikan perlindungan, pemulihan, dan pelayanan terpadu yang diberikan
kepada saksi dan/atau korban TPPO didasarkan pada prinsip keadilan dan
penghormatan terhadap hak asasi manusia. Peraturan ini menekankan
pentingnya menghormati martabat dan integritas saksi dan/atau korban, serta
menjamin akses mereka terhadap keadilan dan kebenaran.
Selain peraturan formil dan materiil tersebut, Indonesia juga melakukan upaya-
upaya pencegahan dan penanggulangan perdagangan orang melalui kegiatan sosialisasi,
pelatihan, dan pendidikan kepada masyarakat, peningkatan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya melawan perdagangan orang, serta meningkatkan kerja sama dengan
negara-negara lain dalam pemberantasan perdagangan orang.
7
2.2 Langkah Pemerintah Dalam Penanganan Perdagangan Orang Baik Dalam
Maupun Luar ( Hukum Internasional)
Pada dasarnya kepada seorang pelaku suatu tindak pidana harus dikenakan
suatu akibat hukum. Akibat hukum itu pada umumnya berupa hukuman pidana atau
sanksi. Berdasarkan Pasal 10 KUHP jenis hukuman pidana dibagi menjadi dua, yakni :
8
Pidana pokok yang terdiri dari pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana
denda, dan pidana tutupan Pidana tambahan terdiri dari pencabutan hak-hak tertentu,
perampasan barang-barang tertentu, dan pengumuman putusan hakim
Dan lebih terkhusus dalam pasal 2 Undang undang tindak pidana perdagangan
orang yaitu undang undang No 21 tahun 2007 : Setiap orang yang melakukan
perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan
seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan
mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)4.
Pasal 4 undang undang No 21 tahun 2007 : Setiap orang yang membawa warga
negara Indonesia ke luar wilayah negara Republik Indonesia dengan maksud untuk
dieksploitasi di luar wilayah negara Republik Indonesia dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
4
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang
9
Sumber-sumber perdagangan orang dalam berbagai peraturan perundang-
undangan Indonesia di luar KUHP, yaitu sebagai berikut :
10. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
10
memiliki unsur yang sebagaimana tertera pada pasal tersebut maka dapat dikatakan
tindak pidana biasa yang diatur dalam KUHP. Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2000 mengatur beberapa kekhususan yang berbeda dengan pengaturan hukum acara
pidana.
2. Kemiskinan yang memaksa orang untuk mencari pekerjaan apa pun sementara
mengabaikan risiko.
3. Faktor budaya telah membuat perempuan dan anak rentan terhadap perdagangan
melalui kawin paksa oleh orang tua dan melalui pernikahan dini. Banyak
perempuan yang dipaksa menikah kemudian harus tinggal di luar wilayah asal
mereka atau bermigrasi ke luar negeri jauh dari orang-orang yang mereka bisa
berpaling untuk meminta bantuan.
5. Lemahnya penegakan hukum dan penegak hukum korup yang sesuai dalam
menangani kasus-kasus perdagangan manusia5.
5
Analisis Yuridis Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Anak , Melisa Tenribali, Jurnal Hukum Hal 24-
27
11
1. Melakukan tindakan yang nyata dengan cara membuka pusat layanan
rehabilitasi korban.
3. Hendaknya aparat penegak hukum dan pihak-pihak terkait lebih tegas lagi
dalam melakukan pengawalan terhadap indikasi kasus-kasus perdagangan
orang, khususnya perempuan sebagai suatu bentuk tindak kejahatan yang
kompleks, tentunya memerlukan upaya penanganan yang lebih diperhatika.
12
pemerintah dan masyarakat tentang perdagangan orang sehingga pemberantasan
terhadap tindak pidana perdagangan orang juga masih mengalami kendala.
13
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
4. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 69 Tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana
Perdagangan Orang.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Mekanisme
Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/atau Korban TPPO. Esensi atau inti dari peraturan
ini adalah memberikan perlindungan, pemulihan, dan pelayanan terbaik kepada saksi
dan/atau korban TPPO.
14
Selain peraturan formil dan materiil tersebut, Indonesia juga melakukan upaya-
upaya pencegahan dan penanggulangan perdagangan orang melalui kegiatan sosialisasi,
pelatihan, dan pendidikan kepada masyarakat, peningkatan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya melawan perdagangan orang, serta meningkatkan kerja sama dengan
negara-negara lain dalam pemberantasan perdagangan orang.
1. Melakukan tindakan yang nyata dengan cara membuka pusat layanan rehabilitasi
korban.
2. Memberikan sosialisasi tentang bahaya perdagangan manusia.
3. Hendaknya aparat penegak hukum dan pihak-pihak terkait lebih tegas lagi dalam
melakukan pengawalan terhadap indikasi kasus-kasus perdagangan orang,
khususnya perempuan sebagai suatu bentuk tindak kejahatan yang kompleks,
tentunya memerlukan upaya penanganan yang lebih diperhatika.
4. Kemudian pemerintah dapat memperbaiki aturan yang supaya Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang tidak terbentur
dengan Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28B yang berbunyi “Setiap orang
berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah.
15
DAFTAR PUSTAKA
iii