Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Tindak Pidana Perdagangan Orang”


Makalah ini disusun guna pemenuhan tugas pada mata kuliah
Hukum Pidana Khusus 2.13

Dosen Pengampu: Hj. Tenofrimer, SH., MH

Kelompok 6

Anggota :

Clara Merfin Gulo (2110112019)

Sischia umratul chaira (2110112207)

Bilqis bahira (2110111038)

Khazanatul Huda (2110111135)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas
limpahan dan rahmat Karunia-Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Tindak Pidana Perdagangan Orang” ini dengan lancar selama proses penulisan. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas pada matakuliah Hukum Pidana Khusus 2.13. Makalah
ini juga disusun untuk memberikan informasi kepada pembaca dan agar pembaca dapat
memperluas ilmunya tentang “Tindak Pidana Perdagangan Orang”, yang kami sajikan
berdasarkan berbagai sumber.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Tenofrimer, SH., MH selaku
Dosen Mata Kuliah Hukum Pidana Khusus 2.13. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari kata sempurna oleh karena itu kami
selaku penyusun makalah mengharap kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan
sarannya. Maka atas segala kekurangan dalam makalah ini, kami sangat mengharapkan
saran-saran dari berbagai pihak. Untuk selanjutnya kami juga berharap semoga karya tulis
ini dapat bermanfaat dan digunakan sebaik-baiknya.

Padang, 24 Mei 2023

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

2. 1 Beberapa Ketentuan Peraturan Formil dan Materiil dalam Penanggulangan


Pemberantasan Perdagangan Manusia (Human Trafficking) ..................................... 3

2.2 Langkah Pemerintah Dalam Penanganan Perdagangan Orang Baik Dalam


Maupun Luar ( Hukum Internasional) .......................................................................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 14

3.2 Kesimpulan ............................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) merujuk pada kejahatan yang


melibatkan eksploitasi manusia, di mana individu diperdagangkan secara ilegal melalui
penjualan, perekrutan, transportasi, atau pemanfaatan mereka untuk tujuan eksploitasi
seksual, kerja paksa, perbudakan, atau bentuk eksploitasi lainnya. TPPO melibatkan
pelanggaran hak asasi manusia dan sering kali melibatkan kekerasan fisik, kekerasan
seksual, serta perlakuan yang tidak manusiawi dan merendahkan martabat korban.
TPPO ini melanggar hak asasi manusia dan merupakan salah satu bentuk kejahatan
terorganisir yang paling menguntungkan di dunia. Perdagangan manusia adalah
pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia karna melibatkan eksploitasi dan
penindasan manusia, dengan mengabaikan martabat dan kebebasan individu.
Perdagangan manusia juga melanggar berbagai instrumen hukum internasional.

Permasalahan perdagangan orang adalah masalah serius yang memiliki skala


global. Perdagangan manusia terjadi di seluruh dunia dan melibatkan jutaan orang,
baik pria, wanita, maupun anak-anak. Orang-orang yang rentan seperti mereka yang
hidup dalam kemiskinan ekstrem, kelompok etnis minoritas, dan korban konflik atau
bencana alam sering menjadi sasaran utama perdagangan manusia. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan perdagangan manusia berkembang. Faktor-faktor tersebut
antara lain karna kemiskinan, ketimpangan gender, konflik dan ketidakstabilan,
kurangnya kesadaran dan penegakan hukum, dan lain-lain.

Perdagangan manusia tidak hanya merugikan individu secara pribadi, tetapi


juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang luas. Dampaknya termasuk

1
peningkatan kejahatan terorganisir, gangguan kestabilan sosial, hilangnya sumber daya
manusia, dan penurunan kualitas hidup korban. Karna itu ada berbagai upaya yang
dilakukan oleh pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan lembaga internasional
untuk melawan perdagangan manusia. Ini meliputi penegakan hukum yang lebih kuat,
kampanye kesadaran, perlindungan korban, rehabilitasi, kerjasama internasional, dan
perbaikan regulasi dan kebijakan. Dalam penanggulangan pemberantasan perdagangan
manusia, terdapat ketentuan peraturan baik formil maupun materiil yang digunakan
untuk melawan tindak pidana perdagangan orang tersebut, serta langkah yang
dilakukan pemerintah dalam penanganan perdagangan orang baik dalam maupun luar.

1.2 Rumusan Masalah

Berikut rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini, yaitu mengenai :

1. Apa saja beberapa ketentuan peraturan formil dan materiil dalam penanggulangan
pemberantasan perdagangan manusia (Human Trafficking)?

2. Bagaimana langkah pemerintah dalam penanganan perdagangan orang baik dalam


maupun luar ( hukum internasional)?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Beberapa Ketentuan Peraturan Formil dan Materiil dalam Penanggulangan


Pemberantasan Perdagangan Manusia (Human Trafficking)

Human Trafficking atau perdagangan orang merupakan salah satu kejahatan di


Dunia, yang merupakan ancaman terhadap masyarakat, bangsa dan negara, serta
terhadap norma-norma dan melanggar hak asasi manusia. Maraknya perdagangan orang
merupakan dampak dari kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan terbatasnya
lapangan kerja serta kurangnya sosialisasi peraturan terkait tindak pidana perdagangan
orang. Kegiatan perdagangan orang sedari awal dilarang, baik di Amerika Serikat
maupun di Indonesia. Perbuatan perdagangan orang telah dikategorikan sebagai tindak
pidana lebih tepatnya lagi tindak pidana khusus. Dalam sistem hukum pidana Indonesia,
tindak pidana khusus diatur dan bersumber dari kaedah hukum pidana yang ada diluar
KUHP.

Perdagangan orang adalah kejahatan serius yang memerlukan penanganan yang


efektif dari pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan. Indonesia memiliki beberapa
peraturan formil dan materiil dalam penanggulangan pemberantasan perdagangan orang,
di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Perdagangan Orang (UU PTPPO)

UU PTPPO merupakan undang-undang yang memuat aturan mengenai


definisi, penanganan, dan penalti bagi pelaku perdagangan orang. UU PTPPO

3
memberikan wewenang kepada pemerintah untuk melakukan tindakan preventif
dan represif dalam rangka memerangi perdagangan orang. Pemerintah Indonesia
telah mengesahkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan pertimbangan bahwa setiap orang
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak-hak asasi sesuai dengan
kemuliaan harkat dan martabatnya serta dilindungi secara hukum oleh Undang-
Undang Dasar RI 1945 sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 28A bahwa: “ Setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”
1
.

Dalam UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Perdagangan Orang yang saat ini diberlakukan tidak jauh berbeda dengan rumusan
dari Protokol PBB dan lebih rinci atau mencakup ruang lingkup tindak pidana
perdagangan orang dari rumusan KUHP.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Ketentuan mengenai larangan perdagangan orang pada dasarnya telah diatur


didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal 297 KUHP:
“Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perdagangan anak
laki-laki yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama enam
tahun”. Pasal 298 KUHP berbunyi : Ayat 1 : Dalam hal pemidanaan berdasarkan
salah satu kejahatan dalam pasal 281, 284, 290 dan 297 pencabutan hak-hak
berdasarkan Pasal 35 No 1-5 dapat dinyatakan. Ayat 2 : Jika yanbersalah melakukan
salah satu kejahatan berdasarkan pasal 261, 297 dalam melakukapencahariannya,
maka hak untuk melakukan pencaharian itu dapat dicabut.

1
Brian Septiadi Daud, Eko Supoyono, “Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Perdagangan Manusia di
Indonesia”, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, Vol. 1, No. 3 Tahun 2019.

4
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

UU Ketenagakerjaan memberikan aturan mengenai perlindungan bagi pekerja


termasuk pekerja migran. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia memberikan
perlindungan terhadap pekerja migran agar tidak menjadi korban perdagangan
orang.

4. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Perubahan atas Peraturan


Presiden Nomor 69 Tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak
Pidana Perdagangan Orang

Melansir Pasal 4 dalam perpres itu, Gugus Tugas PP TPPO Pusat mempunyai
tugas dalam melaksanakan lima hal. Pertama, bertugas mengkoordinasikan upaya
pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang. Kedua,
melaksanakan advokasi, sosialisasi, pelatihan, dan kerja sama. Ketiga, memantau
perkembangan pelaksanaan perlindungan korban meliputi rehabilitasi,
pemulangan, dan reintegrasi sosial. Keempat, memantau perkembangan
pelaksanaan penegakan hukum. Kelima, melaksanakan pelaporan dan evaluasi.2

Sebagai informasi, berdasarkan data dari Kementerian PPPA, saat ini masih
ada 269 kabupaten/kota yang belum membentuk GT PP TPPO. Tercatat, sejak
tahun 2019 hingga 2021, sebanyak 1.331 orang menjadi korban TPPO. Dari jumlah
itu, 97 persennya atau sekitar 1.291 korbannya adalah perempuan dan anak.

Jumlah kasus kejahatan TPPO yang terjadi di semua negara, dilaporkan juga
tidak sedikit. Misalnya, kurun waktu 2017-2021 tercatat ada 1.660 kasus TPPO
dengan total korban 1.995 orang. Dari jumlah itu, 88 persen korban perempuan dan

2
Yusuf, “Gugus Tugas Bahas Urgensi Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang”,
Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia,
https://www.kominfo.go.id/content/detail/46599/gugus-tugas-bahas-urgensi-pencegahan-dan-
penanganan-tindak-pidana-perdagangan-orang/0/berita

5
anak, serta 12 persen laki-laki. Modus yang paling banyak digunakan untuk
menjerat korban menggunakan media sosial dan piranti elektronik.

Oleh karena itu, Pemerintah Pusat mendorong Pemerintah Daerah tingkat


Provinsi untuk memfasilitasi pembentukan Gugus Tugas PP TPPO tingkat
kabupaten/kota, khususnya yang menjadi sending area korban perdagangan orang.
Dengan adanya gugus tugas ini, diharapkan upaya pencegahan dan penanganan
kasus perdagangan orang dapat dilakukan secara masif, terkoordinasi, dan lebih
efektif.

5. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan


Orang Tahun 2020-2024
RAN PPTPPO adalah rencana aksi tingkat nasional yang berisi serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana untuk mencega dan
menangani tindak pidana perdagangan orang. Perpres ini memerintahkan
Kementrian/Lembaga melaksanakan RAN PPTPPO sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing.3
6. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Mekanisme
Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/atau Korban TPPO

Esensi atau inti dari peraturan ini adalah memberikan perlindungan,


pemulihan, dan pelayanan terbaik kepada saksi dan/atau korban TPPO. Berikut
adalah beberapa poin penting yang menunjukkan esensi dari Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 2008:

1. Perlindungan: Peraturan ini menekankan pentingnya memberikan perlindungan


kepada saksi dan/atau korban TPPO agar mereka tidak menjadi korban

3
Raka Dwi Novianto,”Jokowi Terbitkan Perpres Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan Tindak
Pidana Perdagangan Orang 2020-2024”, https://nasional.sindonews.com/read/1033489/15/jokowi-
terbitkan-perpres-rencana-aksi-penanganan-perdagangan-orang-2020-2024-1677477764

6
sekunder atau direpresi. Perlindungan mencakup aspek privasi, keamanan fisik,
dan keamanan psikologis.
2. Pemulihan: Esensi peraturan ini adalah memberikan pemulihan yang optimal
bagi saksi dan/atau korban TPPO. Hal ini meliputi pemulihan fisik, psikologis,
sosial, dan ekonomi. Upaya pemulihan dilakukan dengan memperhatikan
kebutuhan dan hak-hak individu, serta melibatkan dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak yang terlibat.
3. Pelayanan Terpadu: Peraturan ini menekankan pentingnya pelayanan terpadu
bagi saksi dan/atau korban TPPO. Pelayanan terpadu berarti adanya koordinasi
antara lembaga-lembaga terkait, seperti kepolisian, jaksa, pengadilan, dan
lembaga terkait lainnya, untuk memberikan pelayanan yang komprehensif dan
terintegrasi. Tujuannya adalah agar saksi dan/atau korban tidak menghadapi
hambatan dan kesulitan yang berlebihan dalam memperoleh pelayanan yang
dibutuhkan.
4. Keadilan dan Hak Asasi Manusia: Esensi utama peraturan ini adalah
memastikan perlindungan, pemulihan, dan pelayanan terpadu yang diberikan
kepada saksi dan/atau korban TPPO didasarkan pada prinsip keadilan dan
penghormatan terhadap hak asasi manusia. Peraturan ini menekankan
pentingnya menghormati martabat dan integritas saksi dan/atau korban, serta
menjamin akses mereka terhadap keadilan dan kebenaran.

Selain peraturan formil dan materiil tersebut, Indonesia juga melakukan upaya-
upaya pencegahan dan penanggulangan perdagangan orang melalui kegiatan sosialisasi,
pelatihan, dan pendidikan kepada masyarakat, peningkatan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya melawan perdagangan orang, serta meningkatkan kerja sama dengan
negara-negara lain dalam pemberantasan perdagangan orang.

7
2.2 Langkah Pemerintah Dalam Penanganan Perdagangan Orang Baik Dalam
Maupun Luar ( Hukum Internasional)

A. Pengertian Perdagangan Orang Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007


tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Perdagangan Orang dan tidak jauh berbeda dengan rumusan dari protokol PBB
dan lebih rinci atau mencakup ruanglingkup tindak pidana perdagangan orang dari
rumusan KUHP.

Dalam Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa perdagangan orang adalah sebagai


berikut.

“Tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan,


atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga
memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain
tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antarnegara, untuk tujuan
mengeksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.”

Tindak pidana perdagangan orang merupakan tindak pidana formil, yaitu


adanya tindak pidana perdagangan orang cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur
tindak pidana yang sudah dirumuskan dan tidak harus menimbulkan akibat.

B. Sanksi Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang

Pada dasarnya kepada seorang pelaku suatu tindak pidana harus dikenakan
suatu akibat hukum. Akibat hukum itu pada umumnya berupa hukuman pidana atau
sanksi. Berdasarkan Pasal 10 KUHP jenis hukuman pidana dibagi menjadi dua, yakni :

8
Pidana pokok yang terdiri dari pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana
denda, dan pidana tutupan Pidana tambahan terdiri dari pencabutan hak-hak tertentu,
perampasan barang-barang tertentu, dan pengumuman putusan hakim

Dan lebih terkhusus dalam pasal 2 Undang undang tindak pidana perdagangan
orang yaitu undang undang No 21 tahun 2007 : Setiap orang yang melakukan
perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan
seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan
mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)4.

Pasal 4 undang undang No 21 tahun 2007 : Setiap orang yang membawa warga
negara Indonesia ke luar wilayah negara Republik Indonesia dengan maksud untuk
dieksploitasi di luar wilayah negara Republik Indonesia dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

C. Sumber-Sumber Perdagangan Orang Dalam Berbagai Peraturan Perundang-


Undangan Indonesia Di Luar KUHP

4
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang

9
Sumber-sumber perdagangan orang dalam berbagai peraturan perundang-
undangan Indonesia di luar KUHP, yaitu sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan Dalam


Rumah Tangga.

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk


Diskriminasi terhadap Perempuan.

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan


Korban.

7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

8. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan Perlindungan


Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

9. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimgrasian

10. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

• Sanksi Pidana Perdagangan Orang dalam Undang-Undang HAM Undang-


Undang Nomor 26 Tahun 2000

Pada Pasal 9 menyatakan bahwa salah satu kejahatan terhadap kemanusiaan


yang dilakukan sebagai sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik dan
ditujukan terhadap penduduk sipil serta sebagai lanjutan kebijakan penguasa yang
berhubungan dengan organisasi kekuasaan. Apabila perbuatan tersebut tidak

10
memiliki unsur yang sebagaimana tertera pada pasal tersebut maka dapat dikatakan
tindak pidana biasa yang diatur dalam KUHP. Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2000 mengatur beberapa kekhususan yang berbeda dengan pengaturan hukum acara
pidana.

D. Beberapa Faktor Yang Menjadi Penyebab Perdagangan Manusia, Yaitu:

1. Kurangnya kesadaran ketika mencari pekerjaan dari bahaya perdagangan manusia


dan cara-cara di mana korban yang tertipu dan terpikat ke dalam posisi.

2. Kemiskinan yang memaksa orang untuk mencari pekerjaan apa pun sementara
mengabaikan risiko.

3. Faktor budaya telah membuat perempuan dan anak rentan terhadap perdagangan
melalui kawin paksa oleh orang tua dan melalui pernikahan dini. Banyak
perempuan yang dipaksa menikah kemudian harus tinggal di luar wilayah asal
mereka atau bermigrasi ke luar negeri jauh dari orang-orang yang mereka bisa
berpaling untuk meminta bantuan.

4. Kurangnya akta kelahiran hukum membuat anak-anak rentan untuk dilewatkan


sebagai orang dewasa.

5. Lemahnya penegakan hukum dan penegak hukum korup yang sesuai dalam
menangani kasus-kasus perdagangan manusia5.

Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan perdagangan manusia dapat


dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

5
Analisis Yuridis Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Anak , Melisa Tenribali, Jurnal Hukum Hal 24-
27

11
1. Melakukan tindakan yang nyata dengan cara membuka pusat layanan
rehabilitasi korban.

2. Memberikan sosialisasi tentang bahaya perdagangan manusia.

3. Hendaknya aparat penegak hukum dan pihak-pihak terkait lebih tegas lagi
dalam melakukan pengawalan terhadap indikasi kasus-kasus perdagangan
orang, khususnya perempuan sebagai suatu bentuk tindak kejahatan yang
kompleks, tentunya memerlukan upaya penanganan yang lebih diperhatika.

4. Kemudian pemerintah dapat memperbaiki aturan yang supaya Undang-Undang


Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang tidak
terbentur dengan Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28B yang berbunyi
“Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi human trafficking khususnya terhadap


perempuan dan anak pada umumnya karena kemiskinan, kurangnya pendidikan,
kurang informasi dan berada pada kondisi sosial budaya yang kurang menguntungkan
bagi perkembangan dirinya. Kondisi sosial budaya yang menganut paham patriarkhis
yang menempatkan perempuan sebagai kelompok subordinat (bawah) yang sangat
rentan terhadap segala tindak kekerasan dan perdagangan manusia. Kendala dalam
penanganan kasus human trafficking selain disebabkan karena kurangnya pengetahuan
para penegak hukum dalam menjalankan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang juga disebabkan kurangnya
koordinasi lintas sektor dalam penanganan kasus.

Polisi masih sulit menerapkan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana


Perdagangan Orang karena pemahaman yang kurang dan tidak seragam. Sosialisasi
UU PTPPO yang kurang menjadi penyebab terbatasnya pemahaman personil

12
pemerintah dan masyarakat tentang perdagangan orang sehingga pemberantasan
terhadap tindak pidana perdagangan orang juga masih mengalami kendala.

13
BAB III

PENUTUP

3.2 Kesimpulan

Perdagangan orang adalah kejahatan serius yang memerlukan penanganan yang


efektif dari pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan. Indonesia memiliki beberapa
peraturan formil dan materiil dalam penanggulangan pemberantasan perdagangan orang,
di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Perdagangan Orang (UU PTPPO), merupakan undang-undang yang memuat aturan
mengenai definisi, penanganan, dan penalti bagi pelaku perdagangan orang.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

4. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 69 Tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana
Perdagangan Orang.

5. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan


Orang Tahun 2020-2024, adalah rencana aksi tingkat nasional yang berisi serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana untuk mencega dan
menangani tindak pidana perdagangan orang.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Mekanisme
Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/atau Korban TPPO. Esensi atau inti dari peraturan
ini adalah memberikan perlindungan, pemulihan, dan pelayanan terbaik kepada saksi
dan/atau korban TPPO.

14
Selain peraturan formil dan materiil tersebut, Indonesia juga melakukan upaya-
upaya pencegahan dan penanggulangan perdagangan orang melalui kegiatan sosialisasi,
pelatihan, dan pendidikan kepada masyarakat, peningkatan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya melawan perdagangan orang, serta meningkatkan kerja sama dengan
negara-negara lain dalam pemberantasan perdagangan orang.

Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan perdagangan manusia dapat


dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

1. Melakukan tindakan yang nyata dengan cara membuka pusat layanan rehabilitasi
korban.
2. Memberikan sosialisasi tentang bahaya perdagangan manusia.
3. Hendaknya aparat penegak hukum dan pihak-pihak terkait lebih tegas lagi dalam
melakukan pengawalan terhadap indikasi kasus-kasus perdagangan orang,
khususnya perempuan sebagai suatu bentuk tindak kejahatan yang kompleks,
tentunya memerlukan upaya penanganan yang lebih diperhatika.
4. Kemudian pemerintah dapat memperbaiki aturan yang supaya Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang tidak terbentur
dengan Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28B yang berbunyi “Setiap orang
berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana


Perdagangan Orang.

Analisis Yuridis Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Anak , Melisa


Tenribali, Jurnal Hukum Hal 24-27.

Brian Septiadi Daud, Eko Supoyono, “Penerapan Sanksi Pidana Terhadap


Pelaku Perdagangan Manusia di Indonesia”, Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia, Vol. 1, No. 3 Tahun 2019.

Raka Dwi Novianto,”Jokowi Terbitkan Perpres Rencana Aksi Nasional


Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang 2020-2024”,
https://nasional.sindonews.com/read/1033489/15/jokowi-terbitkan-perpres-rencana-
aksi-penanganan-perdagangan-orang-2020-2024-1677477764.

Yusuf, “Gugus Tugas Bahas Urgensi Pencegahan dan Penanganan Tindak


Pidana Perdagangan Orang”, Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia, https://www.kominfo.go.id/content/detail/46599/gugus-tugas-bahas-
urgensi-pencegahan-dan-penanganan-tindak-pidana-perdagangan-orang/0/berita.

iii

Anda mungkin juga menyukai