PERDAGANGAN ORANG
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Hukum Pidana
Dosen:
Dr. Eka Djoneri, S.H., M.H.
Disusun Oleh :
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, tugas pembuatan Makalah “Tindak Pidana Perdagangan
Orang” sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Hukum Pidana dapat
diselesaikan.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada bapak Dr.
Eka Djoneri, S.H., M.H. dan bapak Adwi Mulyana Hadi, S.H.,M.H., selaku dosen
Mata kuliah Kapita Selekta Hukum Pidana. Dengan adanya tugas ini, dapat
menambah wawasan kami berkaitan dengan ”Tindak Pidana Perdagangan
Orang”.
Kami ucapkan terimakasih pula kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan juga menambah wawasan pembaca. Kami menyadari makalah ini
tidak terluput dari adanya kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami terima untuk menyempurnakan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah,
organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil. Pemerintah harus mengadopsi
undang-undang yang lebih ketat dan memberikan sumber daya yang cukup untuk
penegakan hukum. Organisasi non-pemerintah dapat memberikan bantuan dan
perlindungan bagi korban, serta melakukan kampanye untuk meningkatkan
kesadaran tentang perdagangan orang. Masyarakat sipil juga dapat berperan dengan
melaporkan kegiatan yang mencurigakan dan mendukung korban dalam pemulihan
mereka.
Selain itu, pendidikan dan kesadaran masyarakat juga penting dalam
mengatasi perdagangan orang. Pendidikan tentang hak asasi manusia dan bahaya
perdagangan orang harus dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Kampanye
kesadaran juga harus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang masalah ini dan mengajak mereka untuk berperan aktif dalam melawan
perdagangan orang.
Dalam kesimpulan, Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah kejahatan
serius yang melibatkan eksploitasi manusia untuk tujuan komersial. Perdagangan
orang memiliki dampak yang merusak bagi korban dan merupakan pelanggaran hak
asasi manusia yang serius. Upaya untuk melawan perdagangan orang telah
dilakukan, tetapi masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Kerjasama antara
pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil diperlukan untuk
mengatasi masalah ini. Pendidikan dan kesadaran masyarakat juga penting dalam
upaya pencegahan dan penanganan perdagangan orang.
B. Identifikasi Masalah
2
C. Manfaat Penelitian
a. manfaat teoritis
1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan Ilmu
Hukum terutama yang terkait dengan perlindungan Hukum bagi korban
perdagangan orang.
2. Dapat digunakan sebagai bahan bacaan (literatur). Disamping literature lain yang
sudah ada untuk menambah referensi dibidang perlindungan hokum bagi korban
perdagangan orang
b. manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi terkait
perlindungan hokum bagi korban perdagangan orang di Indonesia. Penelitian ini
bermanfaat bagi masyarakat yang ingin mengetahui mengenai perdagangan orang
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Yuridis tentang Pemidanaan
1. Pengertian Pemidanaan
2. Tujuan Pemidanaan
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat diketahui tujuan pemidanaan adalah
sebagai berikut :
a. Teori Absolut
Teori absolut merupakan teori yang memandang bahwa pemidanaan
merupakan pembalasan atas kesalahan yang telah dilakukan, jadi berorientasi pada
4
perbuatan yang terletak pada kejahatan itu sendiri. Pemidanaan diberikan bahwa si
pelaku harus menerima sanksi itu demi kesalahannya. Menurut teori ini dasar
hukuman harus dicari dari kejahatan itu sendiri, karena kejahatan itu telah
menimbulkan penderitaan bagi orang lain dan sebagai imbalannya, si pelaku juga
harus diberi penderitaan.
b. Teori Relatif
Teori Relatif merupakan teori yang memandang bahwa pemidanaan bukan
sebagai pembalasan atas kesalahan si pelaku, tetapi sebagai sarana mencapai tujuan
bermanfaat untuk melindungi masyarakat menuju kesejahteraan. Dari teori ini
muncul tujuan pemidanaan sebagai sarana pencegahan, yaitu pencegahan umum
yang ditujukan kepada masyarakat.
c. Teori Gabungan
Selain ada teori absolut dan teori relatif, juga ada teori ketiga yaitu teori
gabungan. Teori ini muncul sebagai reaksi dari teori sebelumnya yang kurang dapat
memuaskan menjawab mengenai dari tujuan pemidanaan. Teori Gabungan adalah
suatu bentuk kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan
sudut pembalasan maupun pertahanan tertib hukum masyarakat tidaklah dapat
diabaikan antara satu dengan yang lainnya.
5
dengan 3 jenis Pidana Tambahan terdiri dari Pencabutan hak-hak tertentu. Jika
sususan jenis hukuman sebagaimana diatur dalam pasal 10 KUH Pidana itu ditinjau,
maka hukuman itu dapat diperinci lagi dalam :
1. Pidana Pokok
Berdasarkan Pasal 10 KUHP, pidana poko terdiri atas:
a. Pidana Mati
b. Pidana Penjara
c. Pidana Kurungan
d. Pidana Denda
e. Pidana Tutupan
2. Pidana Tambahan
Pidana tambahan adalah pidana yang bersifat menambah pidana pokok yang
dijatuhkan, tidaklah berdiri sendiri kecuali dalam hal-hal tertentu dalam
perampasan barang-barang tertentu. Pidana tambahan ini bersifat fakultatif yang
artinya dapat dijatuhkan tetapi tidaklah harus, yang meliputi:
1. Pencabutan hak-hak tertentu
2. Perampasan barang-barang tertentu
3. Pengumuman Putusan Hakim
6
ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,
penggunaan kekerasan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekerasan atau
posisi rentan, penjeraran utang atau memberi bayaran atau manfaat sehingga
memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain
tersebut baik yang dilakukan di dalam negara maupun di luar negara untuk tujuan
pelacuran atau eksploitasi sosial, buruh migran legal maupun ilegal, adopsi anak,
pengantin pesanan, pembantu rumah tangga, industri pornografi, pengemis,
pengedaran obat terlarang, penjualan organ tubuh dan eksploitasi lainnya”.
7
BAB III
PEMBAHASAN
1. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Orang di Indonesia
8
manusia, maka akan berdampak pada munculnya bentuk perdagangan
manusia.
Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat disini bahwa terjadinya perdagangan
manusia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari faktor ekonomi hingga
faktor politik dan sosial bahkan juga faktor struktur dan kultur masyarakat. Ini
artinya terjadinya perdagangan orang antar negara juga dapat disebabkan oleh salah
satu atau berbagai faktor tadi.
9
Nomor 13 Tahun 2006 mengenai Perlindungan Saksi dan Korban. Undang-undang
ini mengatur hak saksi atau korban seperti memperoleh perlindungan atas
keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya dan bebas dari ancaman. Saksi dan
korban juga berhak memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan
keamanan.
Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang, korban adalah seseorang yang mengalami
penderitaan psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi, dan/atau sosial, yang
diakibatkan tindak pidana perdagangan orang. Perlindungan bagi korban
perdagangan orang dimulai dari seseorang dapat diidentifikasikan sebagai korban
perdagangan manusia, proses beracara mulai penyidikan hingga pengadilan,
rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, hingga kepada proses pemulangan korban
perdagangan orang dan reintegrasi sosial. Perlindungan yang diberikan oleh
Pemerintah melalui aturan hukumnya seperti Undang-undang Perlindungan Saksi
dan Korban, dan Undang-undang Tindak Pidana Pemberantasan Perdagangan
Orang.
10
BAB IV
PENUTUP
a. Simpulan
b. Saran
11
Pemerintah dan masyarakat diharapkan lebih reaktif terhadap terjadinya
Tindak Pidana Perdagangan Orang, serta menaruh perlindungan lebih terhadap
korban Tindak Pidana Perdagangan Orang.
12