Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TINDAK PIDANA

PERDAGANGAN ORANG

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Hukum Pidana

Dosen:
Dr. Eka Djoneri, S.H., M.H.

Adwi Mulyana Hadi, S.H.,M.H.

Disusun Oleh :

Ferguson Alberto M L 17. 4301. 370


Hagai Daniel Christian S 20. 4301. 078
Binsar Dastin Daniel Sinurat 21. 4301. 149
Alex Agustinus Sigiro 21.4301. 150

SEKOLAH TINGGI HUKUM BANDUNG


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, tugas pembuatan Makalah “Tindak Pidana Perdagangan
Orang” sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Hukum Pidana dapat
diselesaikan.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada bapak Dr.
Eka Djoneri, S.H., M.H. dan bapak Adwi Mulyana Hadi, S.H.,M.H., selaku dosen
Mata kuliah Kapita Selekta Hukum Pidana. Dengan adanya tugas ini, dapat
menambah wawasan kami berkaitan dengan ”Tindak Pidana Perdagangan
Orang”.
Kami ucapkan terimakasih pula kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan juga menambah wawasan pembaca. Kami menyadari makalah ini
tidak terluput dari adanya kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami terima untuk menyempurnakan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 2
C. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
A. Tinjauan Yuridis tentang Pemidanaan ........................................................... 4
B. Tinjauan Yuridis Tentang Perdagangan Orang .............................................. 6
BAB III ................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 8
1. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Orang di Indonesia ........ 8
2. Perlindungan Hukum Bagi Korban Perdagangan Orang di Indonesia........ 9
BAB IV ................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................. 11
a. Simpulan .................................................................................................... 11
b. Saran ........................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) adalah kejahatan yang


melibatkan eksploitasi manusia untuk tujuan komersial. Tindakan ini melibatkan
pemaksaan, penipuan, atau pengancaman terhadap seseorang untuk memperoleh
keuntungan finansial atau materi. Perdagangan orang adalah pelanggaran hak asasi
manusia yang serius dan merupakan masalah global yang mempengaruhi jutaan
orang di seluruh dunia. Perdagangan orang dapat terjadi dalam berbagai bentuk,
termasuk perdagangan seks, kerja paksa, dan pengambilan organ. Perdagangan seks
adalah bentuk yang paling umum dari perdagangan orang, di mana korban dipaksa
untuk terlibat dalam prostitusi atau kegiatan seksual lainnya. Kerja paksa
melibatkan eksploitasi tenaga kerja, di mana korban dipaksa untuk bekerja dalam
kondisi yang tidak manusiawi dan tanpa upah yang layak. Pengambilan organ
melibatkan perdagangan organ tubuh manusia untuk tujuan transplantasi.
Tindak Pidana Perdagangan Orang memiliki dampak yang merusak bagi
korban. Mereka seringkali mengalami kekerasan fisik dan seksual, kondisi hidup
yang buruk, dan kehilangan kebebasan mereka. Mereka juga seringkali mengalami
trauma psikologis yang serius dan kesulitan dalam memulihkan kehidupan mereka
setelah menjadi korban perdagangan orang.
Upaya untuk melawan perdagangan orang telah dilakukan di seluruh dunia.
Banyak negara telah mengadopsi undang-undang yang mengkriminalisasi
perdagangan orang dan memberikan perlindungan hukum bagi korban. Organisasi
internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa juga telah berperan dalam upaya
ini dengan mengadopsi Konvensi PBB tentang Pemberantasan Perdagangan Orang.
Namun, meskipun upaya ini telah dilakukan, perdagangan orang masih menjadi
masalah yang serius di banyak negara. Faktor-faktor seperti kemiskinan,
ketidakstabilan politik, dan ketidakadilan sosial masih menjadi penyebab utama
perdagangan orang. Selain itu, kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang
masalah ini juga menjadi hambatan dalam upaya pencegahan dan penanganan
perdagangan orang.

1
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah,
organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil. Pemerintah harus mengadopsi
undang-undang yang lebih ketat dan memberikan sumber daya yang cukup untuk
penegakan hukum. Organisasi non-pemerintah dapat memberikan bantuan dan
perlindungan bagi korban, serta melakukan kampanye untuk meningkatkan
kesadaran tentang perdagangan orang. Masyarakat sipil juga dapat berperan dengan
melaporkan kegiatan yang mencurigakan dan mendukung korban dalam pemulihan
mereka.
Selain itu, pendidikan dan kesadaran masyarakat juga penting dalam
mengatasi perdagangan orang. Pendidikan tentang hak asasi manusia dan bahaya
perdagangan orang harus dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Kampanye
kesadaran juga harus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang masalah ini dan mengajak mereka untuk berperan aktif dalam melawan
perdagangan orang.
Dalam kesimpulan, Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah kejahatan
serius yang melibatkan eksploitasi manusia untuk tujuan komersial. Perdagangan
orang memiliki dampak yang merusak bagi korban dan merupakan pelanggaran hak
asasi manusia yang serius. Upaya untuk melawan perdagangan orang telah
dilakukan, tetapi masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Kerjasama antara
pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil diperlukan untuk
mengatasi masalah ini. Pendidikan dan kesadaran masyarakat juga penting dalam
upaya pencegahan dan penanganan perdagangan orang.

B. Identifikasi Masalah

1. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan orang di Indonesia?


2. Bagaimana perlindungan hukum bagi korban perdagangan orang di Indonesia?

2
C. Manfaat Penelitian

a. manfaat teoritis
1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan Ilmu
Hukum terutama yang terkait dengan perlindungan Hukum bagi korban
perdagangan orang.
2. Dapat digunakan sebagai bahan bacaan (literatur). Disamping literature lain yang
sudah ada untuk menambah referensi dibidang perlindungan hokum bagi korban
perdagangan orang
b. manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi terkait
perlindungan hokum bagi korban perdagangan orang di Indonesia. Penelitian ini
bermanfaat bagi masyarakat yang ingin mengetahui mengenai perdagangan orang

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Yuridis tentang Pemidanaan

1. Pengertian Pemidanaan

Pemidanaan merupakan sebagai tahap penetapan sanksi dan juga sebagai


tahap pemberian sanksi dalam hukum pidana. Kata “pidana” pada umumnya
diartikan sebagai hukum, sedangkan “pemidanaan” diartikan sebagai
penghukuman. Pemidanaan itu sama sekali bukan dimaksud sebagai upaya balas
dendam melainkan sebagai upaya pembinaan terhadap seorang pelaku kejahatan
sekaligus sebagai upaya preventif terhadap terjadinya kejahatan serupa.
Sudarto mengemukakakan bahwa Pemidanaan adalah tindakan yang
diambil oleh Hakim untuk memidana seseorang atau beberapa orang terdakwa yang
telah sah terbukti bersalah berdasarkan alat-alat bukti dan keterangan-ketarangan
saksi-saki yang diperhadapkan di dalam persidangan.
Menurut Andy Hamzah, Pemidanaan dipandang sebagai suatu nestafa yang
dikenakan kepada seseorang karena melakukan delik, tetapi merupakan upaya
refresi yang kuat berupa tindakan-tindakan pengamanan. Pemidanaan dapat
dijatuhkan kepada seseorang yang terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan
suatu perbuatan hukum.
Sementara itu Muladi berpendapat Pemidanaan bukan sebagai pembalasan
atas kesalahan pelaku tetapi sarana untuk mencapai tujuan yang bermanfaat untuk
melindungi masyarakat menuju kesejahteraan masyarakat. Sanksi ditekankan untuk
tujuan, yakni mencegah agar orang tidak melakukan kejahatan, bukan untuk tujuan
pemuasan absolut atas keadilan.

2. Tujuan Pemidanaan
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat diketahui tujuan pemidanaan adalah
sebagai berikut :
a. Teori Absolut
Teori absolut merupakan teori yang memandang bahwa pemidanaan
merupakan pembalasan atas kesalahan yang telah dilakukan, jadi berorientasi pada

4
perbuatan yang terletak pada kejahatan itu sendiri. Pemidanaan diberikan bahwa si
pelaku harus menerima sanksi itu demi kesalahannya. Menurut teori ini dasar
hukuman harus dicari dari kejahatan itu sendiri, karena kejahatan itu telah
menimbulkan penderitaan bagi orang lain dan sebagai imbalannya, si pelaku juga
harus diberi penderitaan.

b. Teori Relatif
Teori Relatif merupakan teori yang memandang bahwa pemidanaan bukan
sebagai pembalasan atas kesalahan si pelaku, tetapi sebagai sarana mencapai tujuan
bermanfaat untuk melindungi masyarakat menuju kesejahteraan. Dari teori ini
muncul tujuan pemidanaan sebagai sarana pencegahan, yaitu pencegahan umum
yang ditujukan kepada masyarakat.

c. Teori Gabungan
Selain ada teori absolut dan teori relatif, juga ada teori ketiga yaitu teori
gabungan. Teori ini muncul sebagai reaksi dari teori sebelumnya yang kurang dapat
memuaskan menjawab mengenai dari tujuan pemidanaan. Teori Gabungan adalah
suatu bentuk kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan
sudut pembalasan maupun pertahanan tertib hukum masyarakat tidaklah dapat
diabaikan antara satu dengan yang lainnya.

3. Jenis - jenis Pidana


Pidana berasal dari kata Belanda “straf” yang artinya “penderitaan” atau
“nestapa” yang sengaja dikenakan atau dijatuhkan pada seseorang yang telah
terbukti melakukan kesalahan atau tindak pidana. Para ahli di Indonesia
membedakan istilah hukuman dengan pidana. Istilah hukuman adalah istilah yang
digunakan untuk semua jenis sanksi baik dalam ranah perdata, pidana, disiplin,
administrasi, dll sedangkan arti pidana diartikan secara sempit yaitu hanya sanksi
yang diberikan berkaitan dengan hukum pidana Dalam bab II buku I KUH Pidana
yang berjudul “hukuman” tergambar sistem hukum pidana yang dituruti di
Indonesia. Sistem ini adalah sederhana, hanya disebutkan dalam pasal 10 KUH
Pidana ada 5 macam hukuman pokok yaitu Pidana Pokok terdiri dari Pidana Mati,
Pidana Penjara, Pidana Denda, Pidana Kurungan dan Pidana Tutupan dan ditambah

5
dengan 3 jenis Pidana Tambahan terdiri dari Pencabutan hak-hak tertentu. Jika
sususan jenis hukuman sebagaimana diatur dalam pasal 10 KUH Pidana itu ditinjau,
maka hukuman itu dapat diperinci lagi dalam :

1. Pidana Pokok
Berdasarkan Pasal 10 KUHP, pidana poko terdiri atas:
a. Pidana Mati
b. Pidana Penjara
c. Pidana Kurungan
d. Pidana Denda
e. Pidana Tutupan

2. Pidana Tambahan
Pidana tambahan adalah pidana yang bersifat menambah pidana pokok yang
dijatuhkan, tidaklah berdiri sendiri kecuali dalam hal-hal tertentu dalam
perampasan barang-barang tertentu. Pidana tambahan ini bersifat fakultatif yang
artinya dapat dijatuhkan tetapi tidaklah harus, yang meliputi:
1. Pencabutan hak-hak tertentu
2. Perampasan barang-barang tertentu
3. Pengumuman Putusan Hakim

B. Tinjauan Yuridis Tentang Perdagangan Orang

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-


undang melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengn kesalahan.
Orang yang melakukan perbutan pidana akan mempertanggung jawabkan
perbuatan dengan pidana apabila ia melakukan kesalahan, seseorang mempunyai
kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat
menunjukkan pandangan normatif mengenai kesalahan yang dilakukan.

Menurut Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007, tindak


pidana perdagangan orang adalah : ”Tindakan perekrutan, penampungan,
pengangkutan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan

6
ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,
penggunaan kekerasan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekerasan atau
posisi rentan, penjeraran utang atau memberi bayaran atau manfaat sehingga
memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain
tersebut baik yang dilakukan di dalam negara maupun di luar negara untuk tujuan
pelacuran atau eksploitasi sosial, buruh migran legal maupun ilegal, adopsi anak,
pengantin pesanan, pembantu rumah tangga, industri pornografi, pengemis,
pengedaran obat terlarang, penjualan organ tubuh dan eksploitasi lainnya”.

7
BAB III

PEMBAHASAN
1. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Orang di Indonesia

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, baik di dalam


maupun di luar negeri, dapat dikemukakakan sejumlah faktor yang memiliki
korelasi tinggi dengan perdagangan manusia, yakni :
a. Struktur masyarakat yang masih banyak menempatkan wanita sebagai
warga negara kelas 2 sehingga menimbulkan gender discrimination. Pada
gilirannya kondisi ini menyebabkan terjadinya kemiskinan bagi kaum
perempuan ditambah lagi dengan adanya gender based violence yang
kemudian mendorong perempuan yang menjadi korban untuk masuk dalam
perangkap perdagangan orang.
b. Struktur patriakhlal yang mendukung pola pendidikan pada perempuan
untuk menjadi submissive yang mengutamakan kehormatan dan
kepentingan keluarga, yang sering sekali berakhir pada pengorbanan dirinya
dalam perdagangan orang.
c. Keterbatasan sumber keuangan menyebabkan suburnya pertumbuhan
industri seks di beberapa negara yang kurang beruntung, suatu kondisi
dengan tidak manusiawi disalahgunakan dan dimanfaatkan oleh para pelaku
perdagangan orang.
d. Terjadinya sejumlah konflik di berbagai negara yang kemudian
menempatkan kaum perempuan dan anak-anak dalam posisi yang sangat
rentan, kehilangan perlindungan, kehilangan keamanan dan hak-hak asasi
lainnya sehingga memaksa kehendak untuk memasuki lingkaran
perdagangan orang.
e. Ketidakberdayaan negara-negara yang kurang beruntung menyediakan
lapangan pekerjaan sehinga migrasi digunakan sebagai pilihan yang
dipersepsikan sebagai upaya paling mudah untuk mendapatkan nafkah.
f. Pertambahan penduduk mendukung juga terjadinya perdagangan manusia.
Ketika pertambahan penduduk semakin bertambah sementara sumbar daya
yang ada semakin terbatas dan tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup

8
manusia, maka akan berdampak pada munculnya bentuk perdagangan
manusia.
Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat disini bahwa terjadinya perdagangan
manusia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari faktor ekonomi hingga
faktor politik dan sosial bahkan juga faktor struktur dan kultur masyarakat. Ini
artinya terjadinya perdagangan orang antar negara juga dapat disebabkan oleh salah
satu atau berbagai faktor tadi.

2. Perlindungan Hukum Bagi Korban Perdagangan Orang di Indonesia

Perlindungan hukum terhadap korban kejahatan sudah diberikan oleh


negara jika pelaku kejahatan tersebut telah dihukum, namun perlindungan tersebut
hanya mengejar kepastian hukum sedangkan manfaatnya belum dirasakan oleh
korban. Perlindungan hukum seharusnya memberikan pengayoman kepada pihak
yang dirugikan atas tindakan jahat orang lain dan perlindungan itu diberikan
kepada masyarakat, agar masyarakat dapat menikmati hak-hak yang diberikan
oleh hukum. Perlindungan hukum meliputi berbagai upaya hukum yang diberikan
aparat penegak hokum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun
fisik dari gangguan dan ancaman dari pihak manapun.

Perlindungan hukum menjadi gambaran fungsi hukum yang memberikan


keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan, kedamaian, dan ketentraman bagi
kepentingan manusia. Perlindungan hukum diartikan dalam suatu perlindungan
yang diberikan kepada subyek hukum dalam bentuk suatu perangkat hukum baik
yang bersifat preventif maupun bersifat represif, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Perlindungan korban melingkupi perlindungan yang bersifat abstrak dan
konkrit. Perlindungan abstrak merupakan bentuk perlindungan yang bisa dinikmati
atau dirasakan secara emosional (psikis). Sementara perlindungan yang dapat
dinikmati secara konkrit, seperti pemberian yang bersifat materi maupun non
materi. Pemberian materi seperti pemberian kompensasi.
Perlindungan bagi korban dan saksi suatu kejahatan telah diatur yaitu
Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-undang

9
Nomor 13 Tahun 2006 mengenai Perlindungan Saksi dan Korban. Undang-undang
ini mengatur hak saksi atau korban seperti memperoleh perlindungan atas
keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya dan bebas dari ancaman. Saksi dan
korban juga berhak memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan
keamanan.
Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang, korban adalah seseorang yang mengalami
penderitaan psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi, dan/atau sosial, yang
diakibatkan tindak pidana perdagangan orang. Perlindungan bagi korban
perdagangan orang dimulai dari seseorang dapat diidentifikasikan sebagai korban
perdagangan manusia, proses beracara mulai penyidikan hingga pengadilan,
rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, hingga kepada proses pemulangan korban
perdagangan orang dan reintegrasi sosial. Perlindungan yang diberikan oleh
Pemerintah melalui aturan hukumnya seperti Undang-undang Perlindungan Saksi
dan Korban, dan Undang-undang Tindak Pidana Pemberantasan Perdagangan
Orang.

10
BAB IV

PENUTUP
a. Simpulan

Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) adalah kejahatan serius yang


melibatkan eksploitasi manusia untuk tujuan komersial. Perdagangan orang
memiliki dampak yang merusak bagi korban dan merupakan pelanggaran hak asasi
manusia yang serius. Upaya untuk melawan perdagangan orang telah dilakukan,
tetapi masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Kerjasama antara pemerintah,
organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil diperlukan untuk mengatasi
masalah ini. Pendidikan dan kesadaran masyarakat juga penting dalam upaya
pencegahan dan penanganan perdagangan orang.
Terjadinya perdagangan manusia dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
mulai dari faktor ekonomi hingga faktor politik dan sosial bahkan juga faktor
struktur dan kultur masyarakat. Ini artinya terjadinya perdagangan orang antar
negara juga dapat disebabkan oleh salah satu atau berbagai faktor tadi.
Perlindungan hukum menjadi gambaran fungsi hukum yang memberikan
keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan, kedamaian, dan ketentraman bagi
kepentingan manusia. Perlindungan hukum diartikan dalam suatu perlindungan
yang diberikan kepada subyek hukum dalam bentuk suatu perangkat hukum baik
yang bersifat preventif maupun bersifat represif, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Perlindungan korban melingkupi perlindungan yang bersifat abstrak dan
konkrit. Perlindungan abstrak merupakan bentuk perlindungan yang bisa dinikmati
atau dirasakan secara emosional (psikis). Sementara perlindungan yang dapat
dinikmati secara konkrit, seperti pemberian yang bersifat materi maupun non
materi. Pemberian materi seperti pemberian kompensasi.

b. Saran

Secara de facto bentuk-bentuk Tindak Pidana Perdagangan Orang ini masih


sering terjadi di Indonesia. Pemerintah belum sepenuhnya memenuhi
pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

11
Pemerintah dan masyarakat diharapkan lebih reaktif terhadap terjadinya
Tindak Pidana Perdagangan Orang, serta menaruh perlindungan lebih terhadap
korban Tindak Pidana Perdagangan Orang.

12

Anda mungkin juga menyukai