Anda di halaman 1dari 3

Perdagangan manusia atau trafficking adalah kejahatan mengerikan yang melanggar

hak dan masih menjadi masalah di seluruh dunia, khususnya di Asia Selatan, di mana
kasusnya paling banyak. perdagangan manusia naik. Korban perdagangan manusia
mengalami kekerasan fisik dan emosional serta eksploitasi seksual di tempat kerja. Oleh
karena itu, melindungi hak asasi mereka sangat penting. Untuk melindungi hak-hak para
korban, Indonesia telah menetapkan undang-undang seperti Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, yang menekankan pentingnya
perlindungan hak asasi manusia dan pencegahan dan pengendalian perdagangan manusia.
Konvensi internasional seperti "Protokol Palermo" adalah contohnya dari peraturan
Internasional.1 Perdagangan manusia, juga dikenal sebagai perdagangan manusia, adalah
kejahatan yang melanggar hak asasi manusia pada tingkat yang paling mendasar. Jutaan
orang, termasuk pria, wanita, dan anak-anak, menjadi korban perdagangan manusia, kerja
paksa, atau perdagangan manusia setiap tahun di berbagai belahan dunia. Korban
perdagangan manusia memerlukan perlindungan hak asasi manusia untuk menghentikan
kejahatan dan mengembalikan kemanusiaan dan martabat mereka yang terpinggirkan.
Dalam era globalisasi saat ini, perdagangan manusia telah berkembang menjadi
masalah internasional yang membutuhkan tanggapan kuat dari komunitas internasional.
Beradaannya menunjukkan ketidakselarasan yang mendalam dan sistemik di seluruh dunia,
menunjukkan betapa pentingnya hak asasi manusia yang kuat dilindungi bagi para korban.
2
Integritas moral dan keadilan sosial masyarakat global bergantung pada cara kita menangani
masalah ini. Dalam essay ini, kita akan menyelidiki upaya-upaya yang dilakukan oleh
pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil dalam memberikan
perlindungan hak asasi manusia bagi korban perdagangan manusia. Kita akan mengeksplorasi
kebijakan-kebijakan internasional yang ada, menganalisis hambatan-hambatan yang dihadapi,
dan mencari solusi yang efektif untuk memberikan jaminan hak-hak dasar kepada mereka
yang paling rentan.

Bentuk Perlindungan Hukum Yang Diberikan Oleh Negara


Tindak pidana perdagangan orang atau human traficking di Indonesia merupakan
bentuk pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) yang tertera pada Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2007 tentang Pemberantasan tindak pidana perdagangan orang atau human traficking
yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia khususnya anak dan perempuan yang

1
Beate Andrees, “Kerja Paksa dan Perdagangan Orang,” (2008).
2
Hotman Sitorus, “Upaya Hukum Dalam Pemberantasan Perdagangan Orang” 3 (2019).
harus dicegah bahkan dibasmi keberadaannya, karena perdagangan orang atau human
traficking ini sudah mempunyai sindikat yang terorganisir maupun tidak teroganisir baik
dalam negeri maupun antar negeri. Hal tersebut menjadi ancaman yang mengerikan bagi
masyarakat, bangsa, dan negara, sekaligus menjadi bentuk penyelewangan terhadap norma-
norma kehidupan yang didasarkan pada hak asasi manusia.
Menurut hak asasi manusia, restitusi, kompensasi, dan rehabilitasi adalah beberapa
cara negara melindungi hak-hak korban trafficking. Selain itu, undang-undang seperti
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan melindungi korban perdagangan manusia. 3 Namun, sistem
perlindungan hukum terhadap korban perdagangan manusia di Indonesia masih memiliki
kelemahan dan kekurangan. Misalnya, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.4 Upaya yang dilakukan oleh
pemerintah, non-organisasi dan masyarakat sipil untuk menjamin perlindungan terhadap
korban perdagangan manusia.
 Pemerintah berupaya mencegah dan mengendalikan perdagangan manusia melalui
kebijakan dan undang-undang yang ada, seperti undang-undang nomor 21 tentang tindak
pidana perdagangan manusia , nomor 35 tahun 2014 tentang undang-undang
perlindungan anak nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
 Dukungan dan bantuan organisasi non-pemerintah dan masyarakat sipil kepada korban
perdagangan manusia, khususnya dengan memberi mereka akses terhadap layanan
pendidikan dan ketenagakerjaan.
 Pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat melakukan kampanye penyadaran dan
tindakan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya perdagangan manusia dan
pentingnya melindungi hak asasi manusia para korban.5
 Pemerintah dan organisasi non-pemerintah melakukan pelatihan dan pendidikan kepada
penegak hukum dan petugas kesehatan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
memberikan perlindungan dan pelayanan kepada korban perdagangan manusia.

3
Siti Rumlah, “Upaya Penanganan Korban Human Trafficking di Indonesia,” JEJAK : Jurnal Pendidikan Sejarah &
Sejarah 1, no. 2 (2022): 91–97
4
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang.
5
Alfan Alfian, “UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG,”
FIAT JUSTISIA:Jurnal Ilmu Hukum 9, no. 3 (2016).
 Pemerintah dan organisasi non-pemerintah melakukan advokasi dan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijakan dan undang-undang yang ada yang memastikan
perlindungan hak asasi manusia bagi korban perdagangan manusia.6

6
Nelsa Fadilla, “UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG,” Jurnal Hukum dan Peradilan 5, no. 2 (2016): 181.

Anda mungkin juga menyukai