Anda di halaman 1dari 6

KONSEP DAN PRAKTIK KEJAHATAN HUMAN

TRAFFIKING SEBAGAI KEJAHATAN TRANASIONAL


Oleh :

LUCKY ANANDA DEVITA RISMAWANTI

(207610213) (207610202)

RESINTA ROMANDA WISNU GUNARTA

(207610192) (207610292)

ABSTRACT
Pengaturan terhadap kasus Tindakan perdagangan manusia (human trafikking) yang melintasi
batas negara di Indonesia sudah ada sebelumnya dan di pertegas dengan di ratifikaninya
Convention on the Elimination of All Form of Discrimination Againts Women, CEDAW ( Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan) tahun 1979 dengan Undang-
Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan CEDAW. Kemudian diperkuat dengan di
sahkannya Undang-undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang. Dengan memperhatikan Protokol Palermo dan dengan menjalankan
Undang-undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang diharapkan perrlindungan Hukum Terhadap Korban Tindakan Perdagangan Manusia
(human trafikking) terutama wanita yang melintasi batas negara dapat di tanggulangi.

I. Pendahuluan

Perdagangan Manusia atau Human Trafficking adalah


bentuk kejahatan transnasional yang melibatkan manusia dan
mengancam keamanan hidup orang banyak. Human Trafficking
merupakan salah satu bentuk kejahatan yang sangat sulit
diberantas dan disebut oleh masyarakat internasional
sebagai bentuk perbudakan modern dan pelanggaran
terhadap hak asasi manusia . Perdagangan orang khususnya
perdagangan wanita dan anak merupakan suatu kejahatan yang
banyak baik di tingkat nasional maupun internasional.
Perdagangan anak dengan jaringan sindikatnya memiliki bentuk
dan tujuan yang beragam, seperti pola untuk tujuan seksual atau
prostitusi, untuk pembantu rumah tangga, untuk tenaga kerja
wanita, pengedar narkoba, perkebunan, pengamen dan lain
sebagainya

II. Konsep human trafficking sebagai kejahatan transnasional

Perdagangan manusia atau Human Trafficking merupakan


evolusi dari sejarah panjang dari praktek perbudakan . praktek
perbudakan ini jika ditelusuri sejarahnya mulai dari perbudakan dan
perdagangan budak yang marak terjadi dan merupakan hal biasa pada
masa peradaban kuno di Timur Tengah dan Mediterania. Hal tersebut
semakin menonjol selama periode Kekaisaran Romawi, dan
menyebar ke Eropa dan Amerika Utara.
Seiring berjalannya waktu, perdagangan manusia dan segala
bentuk modernisasi eksploitasi manusia terus berkembang. Kejahatan
perdagangan manusia mendapat definisi baru semenjak awal abad ke-
20.(2) Bentuk kejahatan perdagangan manusia masa kini termasuk
didalamnya pekerja paksa, pekerja terikat, pekerja paksa anak, tentara
anak, pekerja seks, dan segala bentuk kekerasan yang terhubung
lainnya.
Kejahatan transnasional merupakan bentuk kejahatan lintas negara
yang dapat menjadi ancaman serius bagi kemanan dan kemakmuran
global karena melibatkan berbagai negara. Dan Human Trafficking
termasuk kedalam kejahatan transnasional dimana kegiatan ini
dilakukan dalam lintas batas antar negara.

III. Faktor penyebab perdagangan manusia atau human


trafficking

Didalam praktik perdangangan manusia sendiri atau biasa


disebut sebagai human trafficking yang memang bukan lagi
menjadi hal baru dan hal ini diklasifikasikan sebagai
transnationalcrime. Didalam terjadinnya praktik kejahatab
human trafficking ini banyak dilator belakangi oleh beberapa
hal yang menjadi factor factor terjadinnya hal tersebut, berikut
akan dibahas factor factor yang melatar belakangi hal tersebut :
 Faktor Ekonomi
Penyebab terjadinya perdagangan manusia yang
dilatarbelakangi kemiskinan dan lapangan kerja yang tidak ada
atau tidak memadai, sehingga menyebabkan seseorang mencari
pekerjaan diluar daerah atau negaranya walaupun tahu bahwa
memiliki resiko yang tinggi.
 Faktor Pendidikan
Faktor pendidikan juga menjadi penyebab terjadinya
perdagangan manusia, karena pendidikan memudahkan
seseorang untuk mendapatkan pekerjaan dan juga tidak mudah
dipengaruhi
 Faktor Perkembagan Teknologi
Adanya kemajuan dari teknologi medis yaitu bisa melakukan
transplantasi organ. Membuat adanya pedagang nakal
melakukan perdagangan organ manusia secara illegal karena
dimana organ manusia memiliki nilai jual yang tinggi.
 Faktor Lingkungan Sosial
Faktor lingkungan juga termasuk dalam penyebab terjadinya
perdagangan manusia, karena keinginan memiliki pekerjaan
dengan secara cepat mendapatkan uang atau kerja dengan cara
yang tidak terlalu berat.

IV. Upaya pencegahan hukum terhadap perdagangan manusia


atau human trafficking

Dengan adanya Konvensi tentang Penghapusan Segala


Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Convention on the
Elimination of All Form of Discrimination Againts Women,
CEDAW) tahun 1979, isu perdagangan orang muncul kembali
seiring dengan meningkatnya perhatian terhadap hak-hak asasi
perempuan, Sejak saat itu perdagangan orang khususnya
perdagangan perempuan menjadi perhatian dunia internasional.
Secara umum pembentukan konvensi ini dimaksudkan untuk
memberikan kerangka dasar adanya persamaan antara lakilaki
dan perempuan. Dengan diterimanya konvensi ini perlakuan
terhadap perempuan terutama perbuatan sewenang-wenang
termasuk didalamnya pemperjual belikan perempuan dan
diskriminasi jender bisa ditanggulangi. Dengan adanya
Konvensi ini diharapkan adanya penghapusan diskriminasi
terhadap perempuan dapat diterima negara-negara pihak dan
bisa menjadi dasar negara pihak bisa membuat undang-undang
yang tepat dan bisa menerapkan konvensi ini di negara masing-
masing sebagai bentuk penghormatan terhadap kesepakan yang
dihasilkan pihak konvensi Selain adanya CEDAW 1979,
Protokol Palermo ( Protocol to Prevent, Suppress ang Punish
Traffikking in Person, Especially Women and Children ,
Supplement the United Nation Convention Againtst
Transnational Organization Crime/ Protokol tentang Mencegah,
Menindak dan Menghukum (Pelaku) Perdagangan Orang
Khususnya Perempuan dan Anak melengkapi eksistensi United
Nation Convention Againtst Transnational Organization Crime)
tahun 2000 lebih jelas mengatur tentang perlindungan korban
perdagangan manusia ini. Ruang lingkup protol ini meliputi
pencegahan, penyelidikan, penuntutan dan perlindungan korban
tindak pidana yang bersifat transnasional dan melibatkan
kelompok penjahat terorganisir dimana perbuatan yang
dikriminalisasi dalam protocol ini tidak hanya berkaitan dengan
tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja tapi juga
percobaan, penyertaan dan menyuruh orang lain melakukan
tindak pidana. Protokol ini secara khusus mengatur
perlindungan korban pergagangan yang meliputi bantuan dan
perlindungan bagi korban.

Kerjasama antar negara sebenarnya bisa memberikan angin


segar terhadap tindak pidana pergadangan orang ini. Negara-
negara di dunia bersepakat memberantas dan menganggulangi
bahkan memberikan bantuan kepada para korban. Saat ini yang
rata-rata dilakukan oleh negara dalam membantu pada korban
adalah menampung dan kemudian mengembalikan atau
memulangkan korban perdagangan manusia ini dengan dana
dan biaya oleh negara penerima. Khusus bagi para korban yang
kemudian mendapatkan masalah hukum maka negara asal
diperkenankan membantu warga negaranya mendapatkan
keadilan yang sepantasnya.
V. Penutup

Penanganan tindak pidana perdagangan orang bersifat


kompleks, dimana penanganan terhadapnya memerlukan
pemetaan yang komprehensif. Disamping itu keseriusan
pemerintah dan keterlibatan seluruh elemen bangsa diharapkan
dapat berkontribusi secara partisipasif dalam upaya
pemberantasan tindak pidana perdagangan orang. Masyarakat
perlu banyak mendapat pengetahuan dan sosialisasi tentang
bahaya tindak pidana perdagangan orang tersebut

Anda mungkin juga menyukai