DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, kami
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulillah, kami dapat
menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dan kesalahan didalam makalah ini. Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang
membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang. Tujuan dari makalah ini untuk
mengetahui informasi terkini mengenai Sewa Rahim. Akhir kata, Penulis Kelompok 4
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari
Allah SWT.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdagangan orang (human trafficking) merupakan bentuk perbudakan secara
modern, terjadi baik dalam tingkat nasional dan internasional. Dengan berkembangnya
teknologi informasi, komunikasi dan transformasi maka modus kejahatan perdagangan
manusia semakin canggih. “Perdagangan orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra
ordinary), terorganisir (organized), dan lintas negara (transnational), sehingga dapat
dikategorikan sebagai transnational organized crime (TOC)”.
Demikian canggihnya cara kerja perdagangan orang yang harus diikuti dengan
perangkat hukum yang dapat menjerat pelaku. Diperlukan instrument hukum secara
khusus yang meliputi aspek pencegahan, perlindungan, rehabilitasi, repratriasi, dan
reintegrasi sosial. Perdagangan orang dapat terjadi pada setiap manusia, terutama
terhadap perempuan, dengan demikian upaya perlindungan terhadap perempuan dan
anak merupakan hal yang harus diimplementasikan.
Kasus perdagangan orang yang terjadi, hampir seluruh kasus yang ditemukan
dalam perdagangan manusia korbannya adalah perempuan dan anak. Diperkirakan
setiap tahunnya 600.000-800.000 laki-laki, perempuan dan anak-anak diperdagangkan
menyeberangi perbatasan-perbatasan internasional. Di Indonesia jumlah anak yang
tereksploitasi seksual sebagai dampak perdagangan anak diperkirakan mencapai
40.000-70.000 anak. Disamping itu, dalam berbagai studi dan laporan NGO
menyatakan bahwa Indonesia merupakan daerah sumber dalam perdagangan orang,
disamping juga sebagai transit dan penerima perdagangan orang.
Dari berbagai macam kejahatan yang ada, masalah perdagangan orang sangat
kompleks, sehingga upaya pencegahan maupun penanggulangan korban perdagangan
harus dilakukan secara terpadu. Adapun beberapa factor pendorong terjadinya
perdagangan orang antara lain meliputi kemiskinan, desakan kuat untuk bergaya hidup
materialistik, ketidakmampuan system pendidikan yang ada maupun masyarakat untuk
mempertahankan anak supaya tidak putus sekolah dan melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi serta petugas Kelurahan dan Kecamatan yang membantu pemalsuan KTP.
3
Secara umum korban perdagangan orang terutama perempuan yang dilacurkan
dan pekerja anak adalah korban kriminal dan bukan pelaku kriminal. Elemen
perdagangan orang meliputi pelacuran paksa, eksploitasi seksual, kerja paksa mirip
perbudakan, dan transplantasi organ tubuh. Korban perdagangan orang memerlukan
perlindungan, direhabilitasi, dan dikembalikan kepada keluarganya.
Salah satu faktor tingginya kasus perdagangan orang yang pada umumnya
perempuan, disebabkan oleh dijanjikan pekerjaan dengan gaji tinggi di luar daerah,
dengan korban adalah kalangan perempuan usia remaja yang ingin mencari kerja.
Dimana, kasus perdagangan orang khususnya perempuan yang sangat tidak manusiawi
tersebut, merupakan praktik penjualan perempuan dari satu agen ke agen berikutnya.
Semakin banyak agen yang terlibat, maka semakin banyak pos yang akan dibayar oleh
perempuan tersebut, sehingga gaji mereka terkuras oleh para agen tersebut.
Fenomena tersebut perlu diantisipasi agar jaringan seperti rantai tersebut dapat
diberantas dan diputuskan melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan terlebih dahulu
disosialisasikan agar masyarakat memahami khususnya kaum perempuan. Tingginya
angka migrasi penduduk serta kemiskinan. Diduga ada peningkatan kualitas dan
kuantitas kasus perdagangan anak dan perempuan (trafficking). Kemunculan kasus
perdagangan tenaga kerja perempuan merupakan dampak langsung dari tidak
sejahteranya masyarakat. Sebagian masyarakat cenderung mencari jalan pintas untuk
bangkit dari kemiskinan. Fenomena ini memunculkan keprihatinan, sehingga perlu
adanya langkah proaktif. Cara pintas yang diambil masyarakat kerap mengorbankan
masa depan generasi muda. Pengiriman tenaga kerja ke luar daerah, seringkali tanpa
mempertimbangkan legalitas dari jalur pengiriman. Ada kecenderungan jalur
perdagangan orang diawali dengan berkedok penyaluran pembantu rumah tangga.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Definisi Trafficking Human.
4
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui dan Memahami Definisi Human Trafficking
5
BAB II
KONSEP TEORI
Menurut resolusi senat AS no. 2 tahun 199, trafficking adalah salah satu atau lebih
bentuk penculikan, penyekapan, perkosaan, penyiksaan, buruh paksa atau praktek-praktek
seperti perbudakan dan menghancurkan hak asasi manusia. Trafficking memuat segala
tindakan yang termasuk dalam proses rekruitmen atau pemindahan orang di dalam ataupun
antar negara, melibutkan penipuan, paksaan atau dengan tujuan menempatkan orang-orang
pada situasi penyiksaan atau eksploitasi seperti prustitusi paksa, penyiksaan dan kekejaman
luar biasa, buruh di pabrik dengan kondisi buruk atau pekerja rumah tangga yang
6
dieksploitasi
Dari definisi di atas ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari beberapa
pengertian trafficking yaitu:
a. Adanya proses perekrutan, pengiriman, eksploitasi, pemindahan,
penampungan atau penerimaan manusia baik itu lintas wilayah maupun
negara.
b. Ada pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan
perempuan maupun anak untuk melakukan sebuah pekerjaan (dibayar atau
8
tidak), sebagai hubungan kerja yang eksploitatif (secara ekonomi atau
seksusal), baik itu TKW, prostitusi, buruh manual atau industri, perkawinan
paksa, atau pekerjaan lainnya.
c. Ada korban baik perempuan maupun anak yang karena keperempuanan dan
kekanakannya dimanfaatkan dan di eksploitasi baik secara ekonomi maupun
seksual, guna kepentingan pihak-pihak tertentu dengan cara paksa, disertai
ancaman, maupun tipuan ataupun penculikan, penipuan, kebohongan,
kecurangan atau penyalahgunaan kekuasaan. Dalam hal ini termasuk juga
terhadap beberapa korban yang menyatakan persetujuan yang mana
dipahami bahwa situasi-situai tertentu yang mengakibatkan para korban
setuju, misalnya karena kebutuhan ekonomi, ada tekanan kekuasaan dan
lain sebagainya.
9
Ekonomi yang minim atau disebut kemiskinan menjadi factor penyebab
utama terjadinya Human Trafficking. Ini menunjukkan bahwa perdagangan
manusia merupakan ancaman yang sangat membahayakan bagi orang miskin.
Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa rendahnya ekonomi membawa
dampak bagi prilaku sebagian besar masyarakat. Ekonomi yang pas-pasan
menuntut mereka untuk mencari uang dengan berbagai cara. Selain itu budaya
konsumvitisme, juga ikut andil menambah iming-iming masyarakat untuk mencari
biaya penghidupan. Semua ini menjadikan mereka dapat terjerumus ke dalam
prostitusi dan tindak asusila lainnya.
Di sisi yang lain kurangnya lahan pekerjaan atau masih banyaknya angka
pengangguran melengkapi rendahnya pendapatan atau ekonomi masyarakat.
Keterbatasannya lahan pekerjaan yang dapat menampung perempuan dengan
tingkat keterampilan yang minim menyebabkan banyak perempuan-perempuan
menganggur sehingga kondisi inilah yang dipergunakan dengn baik oleh para
perantara yang menyarankan perempuan-perempuan untuk bekerja. Mereka
dijanjikan untuk bekerja di dalam kota, atau di luar negeri. Dalam bujukan tersebut,
tidak dijelaskan secara detail pekerjaan apa yang akan didapatkan. Biasanya para
perantara hanya memberikan iming-iming gaji atau upah yang besar. Tanpa
disadari, korban telah terjebak penipuan dalam hal ini sebagai pelayan seks.
Biasanya mereka bersedia bekerja di manapun ditempatkan. Oleh karena itu ketika
ada perantara yang menawarkan sebuah pekerjaan dengan iming-iming upah atau
gaji yang besar maka mereka akan menyambut dengan senang hati tawaran
tersebut. Tawaran ini selalu menjadi dewa penyelamat untuk meneyelesaikan
kondisi ekonomi. Namun pada hakikatnya hal tersebut adalah sasaran empuk bagi
para calo untuk dijadikan korban trafficking.
Melalui semua jalur ini, kemiskinan membuat anak dan perempuan semakin
rentan terhadap trafficking. Pemaknaan ekonomi rendah juga bisa diaplikasikan
pada orang yang terjerat banyak hutang. Jeratan hutang tersebut yang pada
akhirnya berujung fenomina yang disebut “Buruh Ijon”, yaitu suatu pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang yang dianggap sebagai pembayaran hutang. Adapun
kasus jeratan hutang bisa terjadi pada siapapun. Pada kasus trafficking mudus yang
biasa terjadi dengan cara penipuan. Buruh migrah telah menempatkan diri mereka
dalam jeratan hutang. Di mana mereka setuju untuk membuat pinjaman uang
untuk membayar biaya perjalanan mereka. Korban hutang tersebut kemudian
harus bekerja sampai hutangnya lunas, biasanya trafficker meminta melunasi sesuai
permintaannya. Ada yang sebagai pekerja seks, pembantu rumah tangga dan masih
banyak yang lain. Kekerasan dan eksploitasi yang terperangkap dalam buruh ijon
bekerja pada rumah tangga sebagai pembantu atau penjaga anak, direstauran, toko-
toko kecil, di pabrek- pabrek atau pada industri seks. Tapi menjadi rahasia umum
apabila masih gadis maka melunasi dengan bekerja sebagai pekerja seks.
Karena itulah jeratan hutang dapat mengarah pada kerja paksa. Sedangkan
kerja paksa membuka besarnya kemungkinan untuk kekerasan dan eksploitasi
terhadap pekerja. Pada kondisi seperti di atas, pekerja kehilangan kebebasannya
untuk bergerak karena orang yang menguasai hutang ingin memastikan bahwa
pekerja tidak berusah melarikan diri dari hutangnya. Bahkan para korban
disembunyikan dari penegak hukum, polisi dan masyarakat luas. Pada akhirnya
rendahnya ekonomi berujung pada penerimaan pinjaman para calo agar mereka
dapat bekerja akan tetapi mereka tidak memahami bahaya yang akan menimpanya.
11
Seperti halnya kondisi pedagangan manusia yang terjadi di dunia, untuk
Indonisia penelitian-penelitia yang dilakukan di lembaga pendidikan dan LSM
menunjukkan sebagian besar korban perdagangan manusia adalah perempuan dan
anak-anak. Indonisia adalah suatu masyarakat yang patrialkhal, suatu struktur
komonitas dimana kaum laki-laki yang lebih memegang kekuasaan dipersepsi
sebagai struktur yang mendegorasi perempuan baik dalam kebijakan pemerrintah
maupun dalam prilaku masyarakat. Misalnya perumusan tentang kdudukan istri dalam
hokum perkawinan, kecenderungan untuk membayar upah buruh wanita di bawah
upah buruh laki-laki, atau kecenderungan lebih mengutamakan anak laki-laki dari
pada anak perempuan dalam bidang pendidikan, merupakan salah satu refleksi
keberadaan permpuan dalam posisi subordinat dibandingkan dengan laki-laki.
3. Faktor Pendidikan
12
Tingkat pendidikan yang rendah juga sangat mempengaruhi kekerasan dan
eksploitasi terhadap anak dan perempuan. Banyaknya anak yang putus sekolah,
sehingga mereka tidak mempunyai skill yang memadai untuk mempertahankan hidup.
Implikasinya, mereka rentan terlibat kriminalitas. Survei Sosial Ekonomi Nasional
Tahun 2000 lalu melaporkan bahwa 34,0% penduduk Indonisia berusia 10 tahun ke
atas belum atau tidak tamat pendidikan dasar (SD) dan hanya 15% tamat SLTP.
Menurut laporan BPJS Tahun 2000 juga terdapat 14% anak usia 7-12 tahun dan 24%
anak usia 13-15 tahun tidak melanjutka kejenjang pendidikan SLTP karena alasan
ketidak mampuan dalam hal biaya.
Namun dari data di atas menunjukkan bahwa kaum perempuan yang paling
banyak menganggur. Kedaan inilah yangmenyebabkan mereka menerima tawaran
pekerjaan oleh para perantara yang yang mereka tidak menyadarinya sebagai
trafficker meskipun belum menegtahui seberapa besar uapah atau gaji yang akan
diterimanya.
Banyak yang tidak tahu bagaimana mendaftarkan seorang bayi yang baru
lahir. Rendahnya registrasi. Kelahiran, khususnya di masyarakat desa menjadi
fasilistas perdagangan manusia. Agen dan pelaku perdagangan memanfaatkan
ketiadaan akta kelahiran asli untuk memalsukan umur perempuan muda agar mereka
dapat bekerja di luar negeri. karena mereka tidak mempunyai dokumin yang
disyaratkan, maka mereka dimanfaatkan oleh pelaku perdagangan.
6. Pengaruh Globalisasi
Pemberitaan tentang trafficking (perdagangan manusia), pada beberapa waktu
terakhir ini di Indonesia semakin marak dan menjadi isu yang aktual, baik dalam
lingkup domistik maupun yang telah bersifat lintas batas negara. Perdagangan
manusia yang paling menonjol terjadi khususnya yang dikaitkan dengan perempuan
dan kegiatan industri seksual, ini baru mulai menjadi perhatian masyarakat melalui
media massa pada beberapa tahun terakhir ini. Kemungkinan terjadi dalam skala yang
kecil, atau dalam suatu kegiatan yang terorganisir dengan sangat rapi. Merupakan
sebagian dari alasan-alasan yang membuat berita-berita perdagangan ini belum
menarik media massa paa masa lalu. Adapun pengaruh dari akibat globalisasi dunia,
Indonesia juga tidak dapat luput dari pengaruh keterbukaan dan Kemajuan di berbagai
aspek teknologi, politik, ekonomi, dan sebagainya. Kemajuan di berbagai aspek
tersebut membawa perubahan pula dalam segi-segi kehidupan sosial dan budaya yang
diacu oleh berbagai kemudahan informasi.
15
trafficking berhasil. Ini tidak dapat dipungkiri karena sudah menjadi fenomena
yang menjamur diberbagai belahan dunia termasuk Indonisia.
a. Eksploitasi Seksual
Eksploitasi seksual dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Eksploitasi seksual komersial untuk prostitusi.
Misalnya perempuan yang miskin dari kampung atau
mengalami perceraian karena akibat kawin muda atau putus sekolah
kemudian diajak bekerja ditempat hiburan kemudian dijadikan
pekerja seks atau panti pijat. Korban bekerja untuk mucikari atau
disebut juga germo yang punya peratutan yang eksploitatif,
misalnya jam kerja yang tak terbatas agar menghasilkan uang yang
jumlahnya tidak ditentukan.8 Korban tidak berdaya untuk menolak
melayani laki-laki hidung belang yang menginginkan tubuhnya dan
jika ia menolak maka sang mucikari tidak segan-segan untuk
menyiksanya karena biasanya mereka punya bodigard-budigard
yang mengawasi mereka.
16
Di Indonesia keberadaan perempuan yang dijerumuskan ke
dalam prostitusi yang diperdagangkan seksualitasnya dan
perempuan yang digunakan untuk memproduksi bahan-bahan
pornugrafi merupakan fakta yang tidak terbantahkan. Dalam
banyak kasus, perempuan semula dijanjikan oleh pihak-pihak
tertentu untuk bekerja sebagai buruh migran, pembantu rumah
tangga, pekerja restoran, pelayan toko, dan lain sebagainya. Tetapi
kemudian dipaksa pada industri seks pada saat mereka tida pada
daerah tujuan.
17
yang baik dalam memperlakukan pembantu rumah tangganya bahkan
menganggapnya sebagai keluarga.
c. Penjualan Bayi
Di sejumlah negara maju, motif adopsi anak pada keluarga modern menjadi
salah satu penyebab maraknya incaran trafficker. Keluarga modern yang enggan
mendapatkan keturunan dari hasil pernikahan menjadi rela mengeluarkan dana
yang tidak sedikit untuk mengadopsi anak. Kebutuhan adopsi massal itulah yang
menyebabkan lahirnya para penjual bayi, calo-calo anak dan segenap jaringannya.
Dari sumber yang sama menyebutkan bahwa pada tahun 2003 di perbatasan
Indonesia-Malaysia harga orok bermata sipit dan berkulit putih dihargai sekitar
18.000 -25.000 Ringgit Malaysia. Sedangkan untuk orok bermata bundar dan
berkulit hitam dihargai 10.000-15.000 Ringgit Malaysia.
d. Jeratan Hutang
Jeratan hutang adalah salah satu bentuk dari perbudakan tradisional, di
mana korban tidak bisa melarikan diri dari pekerjaan atau tempatnya bekerja
sampai hutangnya lunas. Ini terjadi mislanya pada para TKW, di mana ketika
18
mereka berangkat ke negara tujuan dibiayai oleh PJTKI dan mereka harus
mengganti dengan gaji sekitar empat bulanan yang padahal jika dihitung-hitung
baiaya yang dikeluarkan oleh PJTKI tidak sebanyak gaji TKW tersebut. Ini
menjadikan para TKW harus tetap bekerja apapun kondisi yang dihadapi di
lapangan sampai habis masa kontrak. Karena itulah jeratan hutang dapat mengarah
pada kerja paksa dan membuka kemungkinan terjadinya kekerasan dan eksploitasi
terhadap pekerja.
Pekerjaan lain yang juga menjadi penyakit adalah adanya sindikat bagi para
pengemis. Banyak perempuan-perempuan di lampu merah yang bahkan
menggendong anak kecil dengan penampilan yang amat sangat tidak layak untuk
masa sekarang ini yang serba modern berburu kepingan rupiah dari mereka-mereka
yang punya rasa iba. Ternyata banyak diantara mereka yang dikordinir dan
ditempatkan ditempat-tempat yang sudah ditentukan. Untuk mengatasi masalah ini,
dibutuhkan kerja keras dari semua pihak dengan sungguh-sungguh dan bukan
penyelesaian yang hanya bersifat formalitas belaka. Memang sudah ada upaya dari
Dinas Sosial tapi ini mungkin baru sedikit karena buktinya semakin hari perempuan
yang mengemis di jalanan makin banyak.
20
2) Perkawinan untuk memasukkan perempuan ke dalam rumah tangga untuk
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domistik yang sangat eksploitatif bentuknya.
Fenomina pengantin pesanan ini banyak terjadi dalam masyarakat keturunan
cina di Kalimantan Barat dengan para suami berasal dari Taiwan walaupun dari
Jawa Timur diberitakan telah terjadi beberapa kasus serupa.
Data dari Pusat Studi Wanita Universitas Tanjung Pura, setiap tahun kira-
kira 50 perempuan kembali ke Singkawang dari Taiwan telah mengalami kekerasan
dan penipuan. Kekerasan dan penipuan yang dilaporkan bermacam-macam yaitu
dinikahkan dengan laki-laki yang lebih tua, berlainan dengan apa yang
diberitahukan sebelumnya atau dengan laki-laki yang cacat mental atau fisik atau
dinikahkan secara sah sebagai perempuan simpanan atau menjadi pelayan tanpa
bayaran atau bekerja di pabrik dan dipaksa bekerja di prostitusi.
Modus lain adalah memanfaatkan organ tubuh para TKW yang meninggal
di luar negeri. Untuk kasus ini seringkali ketika jenazah sampai di dalam negeri
biasanya pihak keluarga tidak diperkenankan melihat atau membuka peti jenazah.
Sebenarnya ini sering terjadi tapi karena ketidak tahuan pihak keluarga akhirnya
pihak keluarga hanya menuruti saja, padahal mungkin saja jenazah yang cukup
lama tapi juga karena organ tubuh mayat sudah diambil untuk dijual yang mingkin
saja dilakukan oleh pihak majikan ataupun pihak rumah sakit yang sudah
bekerjasama dengan sindikat penjualan organ tubuh manusia.
2. Modus Trafficking
Dalam menjalankan operandinya para trafficker sering menggunakan
21
mudus berupa iming-iming. Di antara modus-modusnya antara lain yaitu:
a. Tawaran Kerja
Salah satu modus human trafficking yang sering dilakukan adalah
penawaran kerja ke luar pulau atau luar negeri dengan gaji tinggi. Pelaku
biasanya mendatangi rumah calon korbannya dan saat pemberangkatan juga
tanpa dilengkapi surat keterangan dari pemerintah desa setempat.
b. Bius
Rayuan dan iming-iming pekerjaan bukan lagi menjadi modus yang
paling sering dilakukan dalam human trafficking, tetapi saat ini orang bisa menjadi
korban perdagangan manusia dengan kekerasan seperti dibius. Modus ini
menggunakan kekerasan, cara modus ini berawal dari penculikan terhadap korban,
kemudian pelaku membiusnya dengan suntikan ataupun dengan alat yang lain
yang digunakan untuk membius. Kemudian korban dibawa dan dipertemukan
dengan sang bos. Setelah itu korban diserahkan jaringan lainnya untuk dibawa ke
negara lain tanpa membawa paspor untuk dipekerjakan secara paksa sebagai
pekerja seks.
Berdasarkan pasal tersebut, unsur tindak pidana perdagangan orang ada tiga
yaitu: unsurproses, cara dan eksploitasi. Jika ketiganya terpenuhi maka bisa
dikategorikan sebagai perdagangan orang.
1. Proses: tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,
pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau
memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari
orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut
2. Cara: ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut.
3. Eksploitasi: tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi
tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan
atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik,
seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau
mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga
atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan
baik materiil maupun immateriil.
4. Lokus: Tempat kejadian tindak pidana perdagangan orang bisa terjadi di
dalam negara ataupun antar negara.
e. Rehabilitasi
26
depan.
a) Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
PTSD merupakan suatu pengalaman individu yang mengalami peristiwa
traumatik yang menyebabkan gangguan pada integritas diri individu dan sehingga
individu mengalami ketakutan, ketidakberdayaan dan trauma tersendiri (Townsend
M.C., 2009).
Berdasarkan penelitian Rose (2002) ada 3 tipe gejala yang sering terjadi
pada PTSD, yaitu:
1) Pengulangan pengalaman trauma, ditunjukkan dengan selalu teringat akan
peristiwa yang menyedihkan yang telah dialami itu, flashback (merasa seolah-
olah peristiwa yang menyedihkan terulang kembali), nightmares (mimpi buruk
tentang kejadian-kejadian yang membuatnya sedih), reaksi emosional dan fisik
yang berlebihan karena dipicu oleh kenangan akan peristiwa yang
menyedihkan.
2) Penghindaran dan emosional yang dangkal, ditunjukkan dengan menghindari
aktivitas, tempat, berpikir, merasakan, atau percakapan yang berhubungan
dengan trauma. Selain itu juga kehilangan minat terhadap semua hal, perasaan
terasing dari orang lain, dan emosi yang dangkal.
3) Sensitifitas yang meningkat, ditunjukkan dengan susah tidur, mudah marah /
tidak dapat mengendalikan marah, susah konsentrasi, kewaspadaan yang
27
berlebih, respon yang berlebihan atas segala sesuatu.
b) Kecemasan
c) Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi yang menggambarkan perilaku seseorang
yang tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil, suatu keadaan
dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang
baru dirasakan.
Konsekuensi sosial tersebut sebagai salah satu dampak yang banyak dialami
oleh perempuan. Korban trafficking. Korban mengalami isolasi sosial, yang
berfungsi sebagai strategi untuk perbudakan dan eksploitasi seksual. Sementara
diperbudak, para korban terutama anak-anak biasanya kehilangan kesempatan
pendidikan dan sosialisasi dengan teman sebayanya (Stotts & Ramey, 2009: 10).
Karena trafficking perempuan tampaknya mengorbankan seluruh masyarakat, anak
dan wanita, isolasi sosial merupakan upaya untuk mencegah mereka mendapatkan
pendidikan dan meningkatkan kerentanan masa depan mereka untuk
diperdagangkan.
Menurut Chatterjee et al. (Wickham, 2009: 12, 13), persoalan sosial yang
sangat tragis dan semakin meningkatkan stress dan depresi para korban adalah
ketika keluarga dan masyarakat menolak untuk menerima mereka kembali. Selain
itu, para pria sering melihat perempuan korban trafficking sebagai orang yang
29
kotor, telah ternodai dan karena itu menolak untuk menikahi mereka. Diskriminasi
terhadap para perempuan korban trafficking terjadi dalam berbagai sector dan
berbagai bentuk. Kenyataan ini telah menggugah rasa kemanusiaan dari berbagai
pihak untuk terus berjuang agar nilai-nilai kemanusiaan seperti keadilan,
kesederajatan, bisa diwujudkan. Jadi dampak sosial yang dimaksud adalah isolasi
sosial, penolakan dari keluarga & masyarakat mengakibatkan perempuan korban
trafficking kehilangan makna dan tujuan hidup serta penghargaan atas dirinya.
30
menundukkan korban untuk melakukan eksploitasi seksual.
Jadi dampak kesehatan fisik yang dimaksud adalah cedera aktual &
ancaman terhadap integritas diri para korban yang mengalami kekerasan fisik dan
seksual. Penderitaan secara fisik yang dialami para perempuan korban trafficking,
menciptakan citra diri negatif, konsep diri para korban semakin terpuruk,
kehilangan makna hidup, harkat dan martabat para korban menjadi hancur.
G. Rentang Respon
31
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Menyendiri Kesepian Manipulasi
Saling Ketergantungan
H. Pohon Masalah
Effect
Isolasi Sosial
Core problem
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah :
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah Kronik
3. Risiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
(Damaiyanti, mukhripah dan iskandar. 2014)
32
33
J. Diagnosa Keperawatan
34
Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria hasil
Isolasi Sosial 1. Klien dapat Ekspresi wajah Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling percaya merupakan
membina bersahabat menggunakan prinsip komunikasi dasar untuk kelancaran hubungan
hubungan saling menunjukkan rasa terapeutik. interaksi selanjutnya
percaya senang, ada kontak 1. Sapa klien dengan ramah baik
membina mata, mau berjabat verbal maupun non verbal
tangan, mau 2. Perkenalkan diri dengan sopan
hubungan
menjawab salam, 3. Tanyakan nama lengkap klien dan
klien mau duduk nama panggilan yang disukai klien
membina berdampingan 4. Jelaskan tujuan pertemuan
hubungan saling dengan perawat, mau 5. Jujur dan menepati janji
percaya mengutarakan 6. Tunjukkan sikap empati dan
masalah yang menerima klien apa adanya
dihadapi 7. Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat Klien dapat 1. Kaji pengetahuan klien tentang Diketahui penyebab akan dapat
menyebutkan menyebutkan perilaku menarik diri dan tanda- dihubungkan dengan faktor resipitasi
penyebab menarik penyebab menarik tandanya yang dialami klien
diri diri yang berasal dari 2. Berikan kepada klien kesempatan
: untuk mengungkapkan perasaan
1. Diri sendiri penyebab menarik diri atau tidak
2. Orang Lain mau bergaul
3. Lingkungan 3. Diskusikan bersama klien tentang
perilaku menarik diri tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
4. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien dalam
mengungkapkan perasaan
3. Klien dapat 1. Klien dapat 1. Kaji pengetahuan klien tentang Klien harus dicoba berinteraksi secara
menyebutkan menyebutkan manfaat dan keuntungan bertahap agar terbiasa membina
keuntungan keuntungan berhubungan dengan orang lain hubungan yang sehat dengan orang
berhubungan berhubungan 2. Beri kesempatan dengan klien lain
dengan orang lain dengan orang untukmengungkapkan perasaan
lain tentang keuntungan berhubungan
dan kerugian tidak
dengan orang lain
berhubungan
3. Diskusikan bersama klien tentang
dengan orang lain keuntungan berhubungan dengan
orang lain
4. Beri reinforcement positif terhadap
kemampuan pengungkapan
perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
A. Kesimpulan
Trafficking adalah perdagangan manusia, lebih khususnya perdangan
perempuan dan anak-anak yang dilakukan oleh pelaku perdagangan manusia ‘trafficker’
dengan cara mengendalikan korban dalam bentuk paksaan, penggunaan kekerasan,
penculikan, tipu daya, penipuan ataupun penyalahgunaan kekuasaan atau kedudukan.
Jenis-jenis trafficking ini meliputi perkawinan transinternasional, eksploitasi
seksual phedopilia, pembantu rumah tangga dalam kondisi buruk, dan penari erotis. Faktor
penyebab utama terjadinya tindakan trafficking ini adalah karena kemiskinan dan
beberapa diantaranya adalah, karena tingkat pendidikan yang rendah, penganiyaan
terhadap perempuan, perkawinan usia muda, dan kondisi sosial budaya masyarakat yang
patriarkhis. Dampak yang bisa ditimbulkan dari trafficking ini adalah kecemasan, stress,
dan ketidakberdayaan.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lyda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 13. Jakarta: EGC
Farhana. 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu