Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

KEPERAWATAN JIWA II

KELOMPOK 3 :

Lidia Sambonu Tania Monaten


(12114201190144) (12114201190260)
Lidovina frans Priska de Fretes
(12114201190145) (12114201190215)
Maya Paliama Regina Awawata
(12114201190172) (12114201190217)
Merna Leasiwal Rosalina layan
(12114201190182) (12114201190228)
Nensi Mahakena Selfonsina Larwuy
(12114201190193) (12114201190232)
Nofalya Huwae Suriyana Wutabisu
(12114201190199) (12114201190253)
Norita Rometna Florensia M Soumokil
(12114201190200) (12114201210253)
Ket : semua anggota kelompok aktif

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSIAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami kelompok III memanjatkan puji dan syukur
kehadirat Tuhan Yang maha Esa atas Rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Trafficking” yang merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan
Jiwa II.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat
beberapa kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan
wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan di
masa yang akan datang, karena manusia yang mau maju adalah orang yang
mau menerima kritikan dan belajar dari suatu kesalahan dan menjadi lebih
baik kedepannya, akhir kata kami kelompok mengucapkan sekian dan
terima kasih.

Ambon 14 november 2021

Tim Penulis

Kelompok III
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Bab I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORI


1. Pengertian Human Trafficking
2. Faktor- Faktor Penyebab Human Trafficking
3. Bentuk- bentukTrafficking
4. Dampak Trafficking
5. Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking

BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN TRAFFIKING


1. Pengkajian
2. Intervensi
3. Implementasi
4. Evaluasi

BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan
2. saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Perdagangan orang (human trafficking) merupakan bentuk


perbudakan secara modern, terjadi baik dalam tingkat nasional dan
internasional. Dengan berkembangnya teknologi informasi, komunikasi
dan transformasi maka modus kejahatan perdagangan manusia semakin
canggih. “Perdagangan orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra
ordinary), terorganisir (organized), dan lintas negara (transnational),
sehingga dapat dikategorikan sebagai transnational organized crime
(TOC)”.
Demikian canggihnya cara kerja perdagangan orang yang harus
diikuti dengan perangkat hukum yang dapat menjerat pelaku. Diperlukan
instrument hukum secara khusus yang meliputi aspek pencegahan,
perlindungan, rehabilitasi, repratriasi, dan reintegrasi sosial. Perdagangan
orang dapat terjadi pada setiap manusia, terutama terhadap perempuan,
dengan demikian upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak
merupakan hal yang harus diimplementasikan.
Kasus perdagangan orang yang terjadi, hampir seluruh kasus yang
ditemukan dalam perdagangan manusia korbannya adalah perempuan dan
anak. Diperkirakan setiap tahunnya 600.000-800.000 laki-laki, perempuan
dan anak-anak diperdagangkan menyeberangi perbatasan-perbatasan
internasional. Di Indonesia jumlah anak yang tereksploitasi seksual
sebagai dampak perdagangan anak diperkirakan mencapai 40.000-70.000
anak. Disamping itu, dalam berbagai studi dan laporan NGO menyatakan
bahwa Indonesia merupakan daerah sumber dalam perdagangan orang,
disamping juga sebagai transit dan penerima perdagangan
orang.
Secara umum korban perdagangan orang terutama perempuan yang
dilacurkan dan pekerja anak adalah korban kriminal dan bukan pelaku
kriminal. Elemen perdagangan orang meliputi pelacuran paksa, eksploitasi
seksual, kerja paksa mirip perbudakan, dan transplantasi organ tubuh.
Korban perdagangan orang memerlukan perlindungan, direhabilitasi, dan
dikembalikan kepada keluarganya.

2. Tujuan :
1. Agar dapat mengetahui Pengertian Human Trafficking
2. Agar dapat mengetahui Faktor- Faktor Penyebab Human Trafficking
3. Agar dapat mengetahui Bentuk- bentukTrafficking
4. Agar dapat mengetahui Dampak Trafficking
5. Agar dapat mengetahui Pencegahan dan Penanggulangan Human
Trafficking
Serta kami mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan berdasarkan
kasus traffiking yang sudah di dapatkan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Trafficking Human
trafficking sebagai pergerakan dan penyelundupan orang secara
sembunyi-sembunyi melintasi batas-batas negara dan internasional,
kebanyakan berasal dari negara berkembang dan negara-negara yang
ekonominya berada dalam masa transisi, dengan tujuan untuk memaksa
perempuan dan anak-anak masuk ke dalam sebuah situasi secara seksual
maupun ekonomi terkompresi, dan situasi eksploitatif demi keuntungan
perekrut, penyelundup, dan sindikat kriminal seperti halnya aktivitas ilegal
lainnya yang terkait dengan perdagangan (trafficking), misalnya pekerja
rumah tangga paksa, perkawinan palsu, pekerja yang diselundupkan dan
adopsi palsu.
Menurut Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang (PTPPO) pasal 1 ayat 1, dedinisi trafficking adalah
tindakan perekrutaan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,
pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penculikan, penipuan, penyekapan, peyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan, penjeratan hutang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga
memperoleh peretujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain
tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk
tujuan exploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

II. Faktor- Faktor Penyebab Trafficking Human


Terjadinya Trafficking baik itu berupa kasus kekerasan maupun
eksploitasi terhadap anak-anak dan perempuan disebabkan oleh beberapa
factor khususnya di Indonisia diantaranya ialah sebagai berikut:
1) Faktor Ekonomi
Ekonomi yang minim atau disebut kemiskinan menjadi factor
penyebab utama terjadinya Human Trafficking. Ini menunjukkan bahwa
perdagangan manusia merupakan ancaman yang sangat membahayakan
bagi orang miskin. Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa
rendahnya ekonomi membawa dampak bagi prilaku sebagian besar
masyarakat. Ekonomi yang pas-pasan menuntut mereka untuk mencari
uang dengan berbagai cara. Selain itu budaya konsumvitisme, juga ikut
andil menambah iming-iming masyarakat untuk mencari biaya
penghidupan. Semua ini menjadikan mereka dapat terjerumus ke dalam
prostitusi dan tindak asusila lainnya.
Di sisi yang lain kurangnya lahan pekerjaan atau masih banyaknya
angka pengangguran melengkapi rendahnya pendapatan atau ekonomi
masyarakat. Keterbatasannya lahan pekerjaan yang dapat menampung
perempuan dengan tingkat keterampilan yang minim menyebabkan
banyak perempuan-perempuan menganggur sehingga kondisi inilah yang
dipergunakan dengn baik oleh para perantara yang menyarankan
perempuan-perempuan.
Pada wilayah anak-anak, putus sekolah menyebabkan mereka
untuk memaksakan diri mereka sendiri untuk memasuki dunia kerja.
Mereka dipaksa kerja untuk bisa meringankan beban keluarga. Tidak
jarang anakanak menjadi korban eksploitasi seksual komersial dan
trafficking terhadap anak karena orang tua mereka sudah tidak sanggup
lagi membiayai. Keluarga yang miskin mungkin tidak sanggup untuk
mengirim anak mereka ke sekolah dan biasanya akan mendahulukan
pendidikan bagi anak laki-laki jika mereka hanya mampu mengirim
sebagian anak-anak mereka ke sekolah. Jika orang tua tidak mampu
mencari pekerjaan, maka anak akan mereka suruh bekerja diladang atau di
pabrekatau di dalam situasi yang lebih berbahaya serta jauh dari rumah
seperti diluar kota atau di luar negeri.
Melalui semua jalur ini, kemiskinan membuat anak dan perempuan
semakin rentan terhadap trafficking. Pemaknaan ekonomi rendah juga bisa
diaplikasikan pada orang yang terjerat banyak hutang. Jeratan hutang
tersebut yang pada akhirnya berujung fenomina yang disebut “Buruh
Ijon”, yaitu suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang dianggap
sebagai pembayaran hutang. Adapun kasus jeratan hutang bisa terjadi pada
siapapun. Pada kasus trafficking mudus yang biasa terjadi dengan cara
penipuan. Buruh migrah telah menempatkan diri mereka dalam jeratan
hutang. Di mana mereka setuju untuk membuat pinjaman uang untuk
membayar biaya perjalanan mereka.

2) Posisi Subordinat Perempuan dalam Sosial dan Budaya


Seperti halnya kondisi pedagangan manusia yang terjadi di dunia,
untuk Indonisia penelitian-penelitia yang dilakukan di lembaga pendidikan
dan LSM menunjukkan sebagian besar korban perdagangan manusia
adalah perempuan dan anak-anak. Indonisia adalah suatu masyarakat yang
patrialkhal, suatu struktur komonitas dimana kaum laki-laki yang lebih
memegang kekuasaan, dipersepsi sebagai struktur yang mendegorasi
perempuan baik dalam kebijakan pemerrintah maupun dalam prilaku
masyarakat. Misalnya perumusan tentang kdudukan istri dalam hokum
perkawinan, kecenderungan untuk membayar upah buruh wanita di bawah
upah buruh laki-laki, atau kecenderungan lebih mengutamakan anak laki-
laki dari pada anak perempuan dalam bidang pendidikan, merupakan salah
satu refleksi keberadaan permpuan dalam posisi subordinat dibandingkan
dengan laki-laki.
3) Faktor Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah juga sangat mempengaruhi
kekerasan dan eksploitasi terhadap anak dan perempuan. Melihat data di
atas tampak bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih banyak yang
bertaraf rendah tingkatannya dalam hal pendidikan. Rendahnya tingkat
pendidikan serta minimnya keterampilan atau skill menyebabkan sebagian
besar dari permpuan menganggur serta menghabiskan sebagian besar
hidup dan waktunya di rumah. Dan pada akhirnya tidak menghasilkan
keuangan bahkan mengurani pemasukan. Sebenarnya tidak hanya kaum
perempuan yang menganggur akan tetapi laki-laki juga mengalami hal
yang serupa. Tampak bahwa setip tahun ribuan orang meninggalkan
kampung halamannya dan snak keluarganya demi mencari keja atau
penghidupan yan lebih layak di daerah lain Indonesia atau bahkan keluar
negeri.
Namun dari data di atas menunjukkan bahwa kaum perempuan
yang paling banyak menganggur. Kedaan inilah yangmenyebabkan
mereka menerima tawaran pekerjaan oleh para perantara yang yang
mereka tidak menyadarinya sebagai trafficker meskipun belum
menegtahui seberapa besar uapah atau gaji yang akan diterimanya.
4) Pengaruh Globalisasi
Adapun pengaruh dari akibat globalisasi dunia, Indonesia juga
tidak dapat luput dari pengaruh keterbukaan dan Kemajuan di berbagai
aspek teknologi, politik, ekonomi, dan sebagainya. Kemajuan di berbagai
aspek tersebut membawa perubahan pula dalam segi-segi kehidupan sosial
dan budaya yang diacu oleh berbagai kemudahan informasi. Dampak
negatif dari perrubahan dan kemudahan tersebut menjadi konsekuensi bagi
munculnya permasalahan-permasalahan sosial termasuk pada perempuan
dan anak, salah satunya adalah berkembangannya perdagangan seks pada
anak.

III. Bentuk dan Modus Trafficking Human


1. Eksploitasi Seksual , dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Eksploitasi seksual komersial untuk prostitusi.
Misalnya perempuan yang miskin dari kampung atau mengalami
perceraian karena akibat kawin muda atau putus sekolah kemudian diajak
bekerja ditempat hiburan kemudian dijadikan pekerja seks atau panti pijat.
Korban bekerja untuk mucikari atau disebut juga germo yang punya
peratutan yang eksploitatif, misalnya jam kerja yang tak terbatas agar
menghasilkan uang yang jumlahnya tidak ditentukan.
Korban tidak berdaya untuk menolak melayani laki-laki hidung belang
yang menginginkan tubuhnya dan jika ia menolak maka sang mucikari
tidak segan-segan untuk menyiksanya karena biasanya mereka punya
bodigard-budigard yang mengawasi mereka.
Kesempatan untuk melepaskan diri sangatlah sulit sekali, sehingga korban
bagaikan buah si malakama. Jika korban protes maka mereka diharuskan
membayar sejumlah uang sebagai ganti dari biaya hidup yang digunakan
oleh korban. Dalam prakteknya korban dalam posisi yang lemah dan
diskenariokan untuk selalu tergantung atau merasa membutuhkan aktor
baik untuk kebutuhan rasa aman maupun kebutuhan secara ekonomis
b) Eksploitasi non komersial,
Misalnya pencabulan terhadap anak, perkosaan dan kekerasan
seksual. Banyak pelaku pencabulan dan perkosaan yang dapat dengan
bebas menghirup udara kebebasan dengan tanpa dijerat hukum. Sementara
perempuan sebagai korban harus menderita secara lahir dan batin seumur
hidup bahkan ada yang putus asa dan mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri, ada juga yang karena tidak sanggup menghadapi semuanya terganggu
jiwanya.
Di Indonesia keberadaan perempuan yang dijerumuskan ke dalam
prostitusi yang diperdagangkan seksualitasnya dan perempuan yang
digunakan untuk memproduksi bahan-bahan pornugrafi merupakan fakta
yang tidak terbantahkan. Dalam banyak kasus, perempuan semula
dijanjikan oleh pihak-pihak tertentu untuk bekerja sebagai buruh migran,
pembantu rumah tangga, pekerja restoran, pelayan toko, dan lain
sebagainya. Tetapi kemudian dipaksa pada industri seks pada saat mereka
tida pada daerah tujuan.
2. Pekerja Rumah Tangga
Pembantu rumah tangga yang bekerja baik di luar maupun di
dalam wilayah Indonesia dijadikan korban kedalam kondisi kerja yang
dibawah paksaan, pengekangan dan tidak diperbolehkan menolak bekerja.
mereka bekerja dengan jam kerja yang panjang, upah yang tidak dibayar.
Selama ini juga pekerja rumah tangga tau yang disebut pembantu tidaklah
dianggap sebagai pekerja formal melainkan sebagai hubungan informal
antara pekerja dan majikan, dan pekerjaan kasar yang tidak membutuhkan
keterampilan. upah yang diterima sangat rendah dibawah UMR yang tidak
sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan, dimana jam kerja yang
sangat panjang, tidak ada libur, bahkan banyak yang tidak ada waku untuk
istirahat.
Perlakuan yang lebih buruk lagi adalah mereka diperlakukan
layaknya budak, baik ketika menyuruh suatu pekerjaan atau dalam hal
makan, di mana mereka diberi makan yang sedikit dan tidak memenuhi
standar gizi yang dapat memberikan asupan tenaga, dilarang menjalankan
ibadah sesuai dengan agamanya bahkan di luar negeri seringkali majikan
dan agen menyita paspor TKW agar tidak bisa kabur jika mereka
diperlakukan oleh semua majikan karena ada juga majikan yang baik
dalam memperlakukan pembantu rumah tangganya bahkan
menganggapnya sebagai keluarga.
3. Penjualan Bayi
Di sejumlah negara maju, motif adopsi anak pada keluarga modern
menjadi salah satu penyebab maraknya incaran trafficker. Keluarga
modern yang enggan mendapatkan keturunan dari hasil pernikahan
menjadi rela mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk mengadopsi
anak. Kebutuhan adopsi massal itulah yang menyebabkan lahirnya para
penjual bayi, anak dan segenap jaringannya.
Cara atau modus penjualan bayi bervariasi. Misalnya, beberapa
buruh migran Indonesia yang menjadi korban sebagai perkawinan palsu
saat di luar negeri, dipaksa untuk menyerahkan bayinya untuk diadopsi
secara illegal. Dalam kasus lain, ibu rumah tangga Indonesia ditipu oleh
pembantu rumah tangga kepercayaannya yang melarikan bayi majikannya
kemudian menjual bayi tersebut kepasar gelap.

4. Pengedar Narkoba dan Pengemis

Dunia saat ini sudah diserang virus berbahaya yang namanya


narkoba. Narkoba sudah mengglobal di seluruh dunia dan sulit untuk
dicegah penyebarannya mulai dari kota besar sampai kepelosok desa.
karena secara materi hasil dari penjualan narkoba sangat fantastis
dibanding dengan pekerjaan atau bisnis apapun. Inilah salah satu yang
menyebabkan orang-orang terjun kelingkungan mafia, karena satu sisi
hasilnya sangat menggiurkan dan disisi lain ia sulit menemukan pekerjaan
yang layak dengan penghasilan besar walaupun resikonya juga sangat
besar. Kemudian juga dimanfaatkan oleh bandar-bandar narkoba untuk
mengedarkan pil setannya juga menjadi penggunanya. Misalnya banyak
kasus dalam tayangan berita di mana muda mudi tertangkap
menyeludupkan narkoba termasuk heroin atau ganja tertangkap polisi.
Mereka sangat sulit sekali untuk membuka siapa yang ada dibalik mereka,
karena biasanya mereka sudah diikat dengan perjanjian untuk tidak
membuka dan kadangkala mereka sendiri tidak tau siapa pihak pertama
atau pemilik barang haram tersebut. Akhirnya merekalah yang harus
menerima resikonya sementara bandar narkobanya bebas melenggang.

Pekerjaan lain yang juga menjadi penyakit adalah adanya sindikat


bagi para pengemis. Banyak perempuan-perempuan di lampu merah yang
bahkan menggendong anak kecil dengan penampilan yang amat sangat
tidak layak untuk masa sekarang ini yang serba modern berburu kepingan
rupiah dari mereka-mereka yang punya rasa iba. Ternyata banyak diantara
mereka yang dikordinir dan ditempatkan ditempat-tempat yang sudah
ditentukan. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan kerja keras dari
semua pihak dengan sungguh-sungguh dan bukan penyelesaian yang
hanya bersifat formalitas belaka. Memang sudah ada upaya dari Dinas
Sosial tapi ini mungkin baru sedikit karena buktinya semakin hari
perempuan yang mengemis di jalanan makin banyak.

IV. Dampak Pengaruh Trafficking Human


1) Dampak Psikologi dan Kesehatan Mental
Menurut Williamson et al. (2010), perempuan korban trafficking
sering mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu peristiwa
atau kejadian yang melibatkan cedera aktual atau terancam kematian yang
serius, atau ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang lain"
dan tanggapan mereka terhadap peristiwa ini sering melibatkan "rasa takut
yang sangat, dan ketidakberdayaan, sebagai reaksi umum dari post
traumatic stress disorder (PTSD).
Korban mengalami banyak gejala psikologis di antaranya : depresi,
stres yang berhubungan dengan gangguan, disorientasi, kebingungan,
fobia, dan ketakutan. Korban shock, mengalami penolakan,
ketidakpercayaan, tentang situasi mereka saat itu, perasaan tidak berdaya
dan malu (Stotts & Ramey,2009:10). Rasa takut yang terus-menerus untuk
keamanan pribadi mereka dan keselamatan keluarga mereka, ancaman
deportasi akhirnya berkembang menjadi rasa kehilangan dan tidak
berdaya. Hal ini tidak mengherankan bahwa depresi, kecemasan, dan post
traumatic stress disorder (PTSD) adalah gejala yang umum dialami oleh
para korban yang diperdagangkan.
2) Kecemasan
Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang
akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan
perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Videbeck, 2008).
3) Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi yang menggambarkan perilaku
seseorang yang tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap
hasil, suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan
kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
Secara kognitif korban umumnya kurang konsentrasi, ambivalensi,
kebingungan, fokus menyempit / preokupasi, misinterpretasi, bloking,
berkurangnya kreatifitas, pandangan suram, pesimis, sulit untuk
membuat keputusan, mimpi buruk, produktivitas menurun, pelupa.
Afek korban terkadang tampak sedih, bingung, gelisah, apatis / pasif,
kesepian, rasa tidak berharga, penyangkalan perasaan, kesal, khawatir,
perasaan gagal. Korban sering semakin sering mengeluh kelemahan,
pusing, kelelahan, keletihan, sakit kepala, perubahan siklus haid.
Keluarga mungkin melaporkan perubahan tingkat aktivitas pada
korban, mudah tersinggung, kurang spontanitas, sangat tergantung,
mudah menangis. Kecenderungan untuk isolasi, partisipasi sosial
berkurang pada tingkat lanjut mungkin akan tampak pada korban
(Rahmalia, 2010)
4) Dampak Sosial
Konsekuensi sosial tersebut sebagai salah satu dampak yang
banyak dialami oleh perempuan. Korban trafficking. Korban
mengalami isolasi sosial, yang berfungsi sebagai strategi untuk
perbudakan dan eksploitasi seksual. Sementara diperbudak, para
korban terutama anak-anak biasanya kehilangan kesempatan
pendidikan dan sosialisasi dengan teman sebayanya (Stotts &
Ramey, 2009: 10). Karena trafficking perempuan tampaknya
mengorbankan seluruh masyarakat, anak dan wanita, isolasi sosial
merupakan upaya untuk mencegah mereka mendapatkan pendidikan
dan meningkatkan kerentanan masa depan mereka untuk
diperdagangkan.

VI. Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking


Perdagangan orang, khususnya perempuan sebagai suatu bentuk
tindak kejahatan yang kompleks, tentunya memerlukan upaya penanganan
yang komprehensif dan terpadu.Tidak hanya dibutuhkan pengetahuan dan
keahlian professional, namun juga pengumpulan dan pertukaran informasi,
kerjasama yang memadai baik sesame apparat penegak hokum seperti
kepolisian, kejaksaan, hakim maupun dengan pihak- pihak lain yang
terkait yaitu lembaga pemerintah (Kementrian terkait) dan lembaga non
pemerintah (LSM) baik local maupun internasional.
Semua pihak bisa saling bertukar informasi dan keahlian profesi
sesuai dengan kewenangan masing-masing dan kode etik instansi. Tidak
hanya perihal pencegahan, namun juga penanganan kasus dan
perlindungan korban semakin memberikan pembenaran bagi upaya
pencegahan dan penanggulangan perdagangan peremuan secara terpadu.
Hal ini bertujuan untuk memastikan agar korban mendapatkan ha
katas perlindungan dalam hukum. Dalam konteks penyidikan dan
penuntutan, aparat penegak hukum dapat memaksimalkan jaringan
kerjasama dengan sesama apparat penegak hukum lainnya didalam
suatu wilayah negara, untuk bertukar informasi dan melakukan investigasi
bersama. Kerjasama dengan apparat penegak hokum di negara tujuan bisa
dilakukan melalui pertukaran informasi, atau bahkan melalui mutual legal
assistance, bagi pencegahan dan penanggulangan perdagangan perempuan
lintas negara.

Upaya Masyarakat dalam pencegahan trafficking yakni dengan


meminta dukungan ILO dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia
(YKAI) yang melakukan Program Prevention ofChild Trafficking for
Labor and Sexual Exploitation.
Tujuan dari program ini adalah:
1. Memperbaiki kualitas pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai
Sekolah Menegah Atasuntuk memperluas angka partisipasi anak laki-
laki dan anak perempuan.
2. Mendukung keberlanjutan pendidikan dasar untuk anak perempuan
setelah lulus sekolah dasar
3. Menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi
kenaikan penghasilan
4. Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan
untuk memfasilitasi usaha sendiri.
5. Merubah sikap dan pola pikir keluarga dan masyarakat terhadap
trafficking anak.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TRAFFIKING

No PENGKAJIAN
1 Identitas : berisi nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, no mr,
alamatpekerjaan dan penanggung jawab.
2 Pola persepsi kesehatan :
a) Keluhan utama : keluarga mengatakan jika anaknya terlihat
sangat frustasi, cemas yang berlebihan atau tidak berdaya.
b) Riwayat penyakit sekarang : kemungkinan besar akan menderita
penyakit hiv/aids, sipilis, gonorea, dn penyakit seksual menular
lainnya.
c) Lamanya keluhan : biasanya tidak di prediksi berapa lama
d) Faktor yang memperberat : biasanya karena faktor keluarga
yang broken home dan tidak betah di rumah sehingga
memutuskan untuk pergi dan juga biasanya karena faktor
ekonomi serta pengaruh dari pergaulan dan globalisasi.
e) Upaya mengatasi keluhan : keluarga mengatakan bagaimana
kronologi yang berisi upaya yang di lakukan klien
f) Riwayat penyakit dahulu : keadaan klien apakah terdapat
penyakit biologis yang lalu
g) Persepsi klien tentang status kesehatan : biasanya klien belum
bisa menjawab pertanyaan dari seorang perawat
h) Riwayat kesehatan keluarga : apakah keluarga pasien memiliki
penyakit keturunan
i) Susunan keluarga atau genogram : berisi tiga generasi dari
kedua orang tua yang tinggal serumah atau tidak.
3 Pola nutrisi dan metabolik : biasanya nutrisi klien akan terganggu
4 Pola eliminai : biasanya dapat terganggu atau tidak, tergantung pada
penyakit penyerta yang di alami.
5 Pola aktivitas dan latihan : klien dengan penderita ini biasanya
produktivitasnya menurun.
6 Pola istirahat dan tidur : biasanya pola tidur klien akan terganggu
misalnya; mimpi buruk,membuat timbulnya rasa takut dan cemas yang
berlebihan.
7 Pola kognitif dan preseptual : biasanya klien kognitifnya akan sangat
buruk dimana klien mengalami trauma yang sangat berat, depresi, stres
yang berhubungan dengan gangguan disorientasi,kebingungan,fobia
dan ketakuta.
Korban shock mengalami penolakan, ketidakpercayaan tentang situasi
mereka saat itu serta perasaan tidak berdaya dan malu.
8 Konsep diri :
a) Role peran : mengalami konflik peran dimana klien tidak
menyangka akan terjadi seperti situasinya tersebut, misalnya
klien mengalami kekerasan fisik maupun mental. Rasa takut
yang terus menerus untuk keamanan pribadi dan keselamatan
keluarga mereka.
b) Identitas diri : klien seperti kehilangan jati dirinya karena
dampak dari traffiking yang di alaminya.
6 Pola peran dan hubungan : Biasanya korban traffiking perempuan
mengalami kehilangan peran entah itu sebagai anak,istri, atau orang tua.
Serta menganggap dirinya kotor telah ternodai, dan karena itu klien
menolak untuk menikah, serta menggambarkan evluasi serta penilaian
yang mengecewakan nilai diri sendiri dengan memandang rendah
dirinya.
7 Pola aktivitas dan reproduksi : klien mengalami trauma seksual yag
sangat berat.
8 Pola koping : mekanisme dari koping klien sudah rusak karena
seringkali mengalami kondisi yang kejam yang mengakibatkan trauma
fisik, seksual dan psikologis.
9 Pola kepercayaan/nilai : biasanya kepercayaan klien sudah hancur
10 Pengkajian persistem : kebanyakan klien mengalami gangguan kronis
pada pendengaran dan masalah pernapasan yang di sebebkan oleh
penyiksaan, trans seksual dan memaksa penggunaan narkoba.
Luka fisik termasuk seper ; patah tulang.geger otak,luka bakar,vagina
robek,kehamilan yang tidak di inginkan akibat pemerkosaan atau
prostitusi. Kemudian infertility sebagai akibat infeksi kronis menular
seksual yang tidak di obati atau melakukan aborsi tradisional.
11 Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan EKG, test HIV AIDS dll
12 Terapi : terapi modalitas, somatik, dan psikofarma, serta terapi
konferhensif lainnya.

DIAGNOSA :

1. Harga diri rendah


2. Isolasi sosial
3. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

RENCANA KEPERAWATAN

1. Harga diri rendah kronik

Strategi pelaksanaan
Untuk pasien

Sp 1 1. Mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di


miliki klien
2. Membantu klien menilai kemampuan klien yang masih
dapat di gunakan
3. Membantu klien memilih atau menetapkan kegiatan yang
akan di latih sesuai dengan kemampuan klien
4. Melatih klien sesuai dengan kemampuan klien
5. Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien\
6. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan
harian
Sp 2 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Melatih klien melakukan kegiatan lain
3. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan
harian
Strategi pelaksanaan
Untuk keluarga

Sp 1 1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam


merawat klien di rumah
2. Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala harga diri rendah
yang di alami klien beserta proses terjadinya,
3. Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan harga diri
rendah.
4. Mendemonstrasikan cara merawat klien dengan harga diri
rendah.
5. memberi kesempatan kepada keluarga unutk
mempraktikan cara merawat klien dengan harga diri
rendah.
Sp 2 1. Melatih keluarga mempraktikan cara merawat langsung
kepada klien dengan harga diri rendah
Sp 3 1. Membantu perencanaan pulang bersama keluarga
2. Membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
3. Menjelaskan follow up klien setelah pulang

2. Isolasi sosial

Strategi pelaksanaan
Untuk pasien

Sp 1 1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien


2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi
dengan orang lain
3. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang
4. Menganjurkan klien memasukan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.
Sp 2 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberi kesempatan kepada klien mempraktikan cara
berkenalan dengan satu orang.
3. Membantu klien memasukan kegiatan latihan berbincang-
bincang.
Sp 3 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberi kesempatan kepada klien mempraktikan cara
berkenalan dengan satu orang atau lebih
3. Menganjurkan klien memasukan kegiatan harian

Strategi pelaksanaan
Untuk keluarga

Sp 1 1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam


merawat klien
2. Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala isolasi sosial yang di
alami klien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan isolasi sosial
Sp 2 1. Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien dengan
isolasi sosial
2. Melatih keluarga mempraktikan cara merawat langsung kepada
klien isolasi sosial

Sp 3 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah


termasuk minum obat.
2. Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

3. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

Strategi pelaksanaan
Untuk pasien

Sp 1 2. Mengidentifikasi jesis halusinasi klien


3. Mengidentifikasi isi halusinasi klien
4. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien
5. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
6. Mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan
halusinasi klien
7. Mengidentifikasi reespon klien terhadap halusinasi
8. Menganjurkan klien menghardik halusinasi
9. Mengajarkan klien memasukan cara menghardik ke dalam
kegiatan harian.
Sp 2 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
2. Melatih klien mengendalikan haluasinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain
3. Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan
harian.
Sp 3 1. Mengevaluasi jadwa kegiatan harian klien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
3. Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan
harian

Strategi pelaksanaan
Untuk keluarga

Sp 1 1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam


merawat klien
2. Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala halusinasi yang di
alami klien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan halusinasi
Sp 2 1. Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien dengan
isolasi sosial
2. Melatih keluarga mempraktikan cara merawat langsung kepada
klien isolasi sosial

Sp 3 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah


2. Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

IMPLEMENTASI
Susunan panduan tindakan keperawatan per setiap masalah dengan menetapkan
paket tindakan keperawatan pada tiap pertemuan dengan pasien.
Pada implementasi mencakup fase pra interaksi, fase orientasi, fase kerja, dan
fase terminasi

EVALUASI

Kemampuan 1. Mengungkapkan kemauan dan aspek positif yang di miliki


pasien 2. Menilai dan memilih kemampuan yang dapat di kerjakan
3. Melatih kemampuan yang dapat di kerjakan
4. Membuat jadwal kegiatan harian
5. Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian
Kemampuan 1. Memahami penyakit dan kondisi yang di derita klien
keluarga 2. Mengambil keputusan untuk merawat klien
3. Merawat klien
4. Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung klien untuk meningkatkan proses
penyembuhan.
5. Memantau peningkatan kemampuan klien dalam
mengatasi masalah kesehatan
6. Melakukan follow up ke puskesmas mengenai tanda
kambuh dan melakukan rujukan.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Trafficking sebagai pergerakan dan penyelundupan orang secara
sembunyi-sembunyi melintasi batas-batas negara dan internasional,
kebanyakan berasal dari negara berkembang dan negara-negara yang
ekonominya berada dalam masa transisi, dengan tujuan untuk memaksa
perempuan dan anak-anak masuk ke dalam sebuah situasi secara seksual
maupun ekonomi terkompresi, dan situasi eksploitatif demi keuntungan
perekrut, penyelundup, dan sindikat kriminal seperti halnya aktivitas ilegal
lainnya yang terkait dengan perdagangan (trafficking), misalnya pekerja
rumah tangga paksa, perkawinan palsu, pekerja yang diselundupkan dan
adopsi palsu.

Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang


menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Kami kelompok III banyak berharap para pembaca yang budiman
sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya
DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lyda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan


Ed. 13. Jakarta: EGC Farhana. 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang
di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
NANDA-l diagnosis keperawatan: defenisi dan klasifikasi 2018-
2020/ editor T, Heather Herdman, Shigemi kamitsuru ; alih bahasa, budi
anna keliet, henny suzana mediani, teuku tahlil. ; editor penyelarasmonica
ester, wuri praptiani. – Ed. 11.- jakarta : EGC,2018.
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Syafaat, Rachmad. 2016. Dagang Manusia-Kajian Trafficking
Terhadap Perempuan dan Anak di Jawa Timur. Yogyakarta: Lappera
Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai