Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KELOMPOK KHUSUS:


KORBAN TRAFFICKING

Oleh :
KELOMPOK 1

1. Aisyah Tasha Putri (18301039)


2. Riska Ramadani (18301066)
3. Tri Imelda Butar-Butar (18301073)
4. Yolla Agustia Safitri (18301076)

Program studi Ilmu Keperawatan


Stikes Payung Negeri
Pekanbaru
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “ Asuhan Keperawatan klien kelompok khusus: Korban Tracfiking”
sebagai salah satu tugas mata Keperawatan Jiwa II. Penulis ucapkan terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Jiwa dan juga kepada semua
pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat memberikan perluasan ilmu pengetahuan bagi
pembaca. Penulisan makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis harap
kritik dan saran dari pembaca.

Pekanbaru, 18 Oktober 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A. Pengertian Trafficking .............................................................................. 3
B. Penyebab Terjadinya Trafficking ............................................................. 3
C. Bentuk-Bentuk Trafficking ...................................................................... 4
D. Sasaran Yang Rentang Menjadi Korban Trafficking ............................... 6
E. Undang-Undang Tentang Trafficking ...................................................... 7
F. Pencegahan Dan Penanggulangan Trafficking ......................................... 8
G. Askep Pada Klien Korban Trafficking .....................................................
11
BAB III PENUTUP.............................................................................................
12
1. Kesimpulan ...............................................................................................
12
2. Saran .........................................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di Indonesia masalah perdagangan manusia masih menjadi salah satu


ancaman besar dimana setiap tahun hampir ribuan perempuan dan anak di
Indonesia yang harus menjadi korban trafficking yang terkadang tidak pernah
merasa bahwa dirinya adalah korban, pemasalahan ini bukanlah masalah baru
dan tidak hanya terjadi di Indonesia saja melainkan di Negara-negara lain juga
terjadi. Bahkan masalah perdagangan manusia sebenarnya telah terjadi sejak
abad ke empat dimana pada masa itu perdagangan manusia masih merupaan
hal biasa terjadi dan bukanlah merupakan bentuk suatu kejahatan dimana saat
itu masih marak-maraknya perbudakan manusia dimana seorang manusia
dapat diperjual belikan dan dijadikan sebagai objek keadaan itu terjadi karena
masih kurangnya pemahaman bahwa setiap manusia memiliki harkat dan
derajat yang sama tanpa adanya perbedaan satu sama lain. dan hal itu terus
mengalami perkembangan sampai dengan sekarang tanpa dapat dicegah.
Trafficking merupakan suatu permasalahan lama yang kurang
mendapatkan perhatian sehingga keberadaannya tidak begitu nampak di
permukaan padahal dalam prakteknya sudah merupakan permasalahan sosial
yang berangsur angsur menjadi suatu kejahatan masyarakat dimana
kedudukan manusia sebagai obyek sekaligus sebagai subyek
dari trafficking. Selain masalah utama Kurangnya upaya hukum pencegahan
yang kuat bagi para pelaku, masalah ini juga didasari oleh lemahnya tingkat
kesadaran masyarakat untuk mengerti dan paham akan adanya bahaya yang
ditimbulkan dari praktek trafficking.
Lemahnya tingkat kesadaran masyarakat ini tentunya akan semakin
memicu praktik trafficking  untuk terus berkembang. Dalam hal ini maka
selain mendesak pemerintah untuk terus mengupayakan adanya bentuk formal
upaya perlindungan hukum bagi korban trafficking dan tindakan tegas bagi
pelaku maka diperlukan juga kesadaran masyarakat agar masyarakat juga
berperan aktif dalam memberantas praktek trafficking  sehingga tujuan
pemberantasan trafficking dapat tercapai dengan maksimal dengan adanya
kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Untuk mendeskripsikan bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan
kondisi khusus : korban traficking.
1.2.2 Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengertian perdangan
(trafficking)
b) Untuk mengetahui penyebab terjadinya
trafficking
c) Untuk mengetahui bentuk-bentuk trafficking
d) Untuk mengetahui sasaran yang rentang
menjadi korban perdangaan (trafficking)
e) Untuk mengetahui undang-undang tentang
trafficking
f) Untuk mengetahui pencegahan dan
penanggulangan trafficking
g) Untuk mengetahui askep pada klien korban
perdangangan (trafficking)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perdagangan (Trafficking)

Trafficking adalah perdagangan ilegal pada manusia untuk tujuan


komersial eksploitasi seksual atau kerja paksa.Istilah trafficking berasal dari
bahasa Inggris dan mempunyai arti “illegal trade” atau perdagangan illegal.Ini
adalah bentuk modern dari perbudakan. Ada pula pengertian yang menyatakan
Trafficking berasal dari kata Trafic yang artinya perdagangan. Pedanan kata
orang yang berdagang/ berjualan yakni “Trafficker” yang artinya
pedagang.Istilah“trafficking” pertama kali dikenal dari instrumen PBB.
Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) mendefinisikan human trafficking atau
perdagangan manusia sebagai : Perekrutan, pengiriman, pemindahan,
penampungan, atau penerimaanseseorang, dengan ancaman, atau penggunaan
kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan lain, penculikan, penipuan,
kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, memberi atau
menerima bayaran atau manfaat untuk memperoleh ijin dari orang yang
mempunyai wewenang atas orang lain untuk tujuan eksploitasi.

2.2 Penyebab Terjadinya Trafficking


Faktor utama penyebab terjadinya trafficking terhadap perempuan dan anak
adalah kemiskinan, mereka berusaha untuk memperbaiki perekonomian
dengan mencari kerja. Tetapi apa yang mereka impikan untuk mencari kerja
tidak semudah yang dibayangkan, karena penderitaan pahit yang mereka
dapatkan. Alih-alih mendapatkan pekerjaan tetapi ternyata mereka
diperjualbelikan. faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan perempuan
dan anak adalah :
a. Kesulitan ekonomi;
b. Keluarga tidak harmonis;
c. Menikah atau cerai pada usia dini;
d. Korban pelecehan seksual pada usia dini;
e. Korban perkosaan;
f. Terbatas kesempatan kerja;
g. Terpengaruh oleh anak lain yang sukses bekerja beragam antara lain :
1. Ditekan dengan cara dipenuhi kebutuhan hidupnya;
2. Korban biasanya ditemani bekerja di rumah makan, konveksi,dan
sebagai pembantu rumah tangga;
3. Agar datang ke desa/kota dan mempengaruhi pada orangtua agar
menyuruh anaknya bekerja tanpa mengatakan jenis pekerjaannya;
4. Terkadang agen memberikan hutang kepada orangtua untuk kemudian
anak akan membayar dengan upah mereka setelah mereka bekerja.

2.3 Bentuk-bentuk Trafficking


1. Eksploitasi Seks, Pelacuran, Atau Kerja Paksa Seks.
Dalam banyak kesempatan banyak orang yang ditawari bekerja di luar
negeri sebagai pekerja rumah tangga, pekerja restoran, bekerja di hotel,
ataupun pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian khusus. Namun ketika
mereka telah mencapai negara tujuan, mereka tidak mendapatkan
pekerjaaan yang dijanjikan,dan dengan sangat terpaksa pekerjaan seperti
pelacur, dilakukan demi bertahan hidup di negara orang.
2. Pembantu Rumah Tangga
Banyak pekerja rumah tangga yang diperlakukan secara sewenang –
wenang, dengan jam kerja yang panjang, tanpa istirahat, tidak
mendapatkan makanan yang cukup, dan juga perlakuan penyiksaan yang
sering kali terjadi kontak fisik dan penyiksaan terhadap pembantu rumah
tangga. Hal ini juga termaksud kedalam Human Trafficking atau
Perdagangan Manusia.
3. Penari & Penghibur.
Penari tradisional ataupun penari profesional, yang biasanya dijadikan
sebagai penari seks, dan penghibur serta pemuasan seksual, yang berkedok
dari pekerjaan penari.
4. Pengantin yang dipesan.
Beberapa perempuan dan anak perempuan yang berimigrasi sebagai istri
dari orang berkebangsaan asing, telah ditipu dengan status perkawinan.
Dalam kasus seperti ini, suami mereka memaksa istri barunya untuk
bekerja untuk keluarga mereka dengan kondisi yang mirip dengan
perbudakan atau bahkan menjual mereka ke industri prostitusi.
5. Buruh Anak.
Eksploitasi terhadap anak, atau pemaksaan anak dibawah umur untuk
berkerja. Beberapa anak yang berada di jalanan untuk mengemis, mencari
ikan dilepas pantai, dan bekerja perkebunan juga salah satu hal yang dapat
dikatakan sebagai Human Trafficking atau Perdagangan Manusia.
6. Penjualan Bayi
Keberadaan tenaga kerja indonesia yang berada di luar negri, seperti TKI
yang ditipu dengan perkawinan palsu lalu dipaksa untuk menyerahkan
anaknya atau diadopsi secara ilegal, ataupun pada akhirnya bayi tersebut
dijual di pasar gelap.
7. Perdagangan organ tubuh manusia.
Demi mendapatkan uang dan dapat menafkahi keluarganya, terkadang
manusia dapat melakukan hal – hal yang tidak dapat diterima. Salah
satunya adalah penjualan organ tubuh manusia, salah satunya adalah
penjualan ginjal yang ilegal. Demi mendapatkan uang yang banyak dalam
waktu yang cepat maka mereka rela menjual sebagian tubuhnya asalkan
dapat bertahan hidup. Selain itu bagian tubuh manusia lainnya juga di
perjual belikan, biasanya manusia yang telah meninggal, ataupun manusia
yang berada di dalam perbudakan yang tidak dapat menolak ataupun
membela diri.

2.4 Sasaran Yang Rentang Menjadi Korban


Perdagangan (Trafficking)
Sasaran yang rentan menjadi korban perdagangan adalah sebagai berikut :
1. Anak-anak jalanan
2. Orang yang sedang mencari pekerjaan dan tidak mempunyai pengetahuan/
informasi yang benar mengenai pekerjaan yang akan dipilih
3. Perempuan dan anak di daerah konflik dan yang menjadi pengungsi
4. Perempuan dan anak miskin di kota atau pedesaan
5. Perempuan dan anak yang berada di wilayah perbatasan anatar Negara
6. Perempuan dan anak yang keluarganya terjerat hutang
7. Perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga
8. Perempuan yang menjadi korban perkosaan
2.5 Undang-undang Tentang Trafficking

Berdasarkan pasal 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 21


Tahun 2007Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang
dimaksud dengan perdagangan orang adalah :
Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan
ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat,  sehingga memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik
yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan
eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
Bagi mereka yang melakukan perdagangan orang ini dapat dipidana
berdasarkan Pasal 2 ayat (1) “Setiap orang yang melakukan perekrutan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan
seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat
walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas
orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara
Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)”.
2.6 Pencegahan dan Penanggulangan Trafficking

Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Human Trafficking dapat


dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
Solusi Kegiatan nyata untuk mengatasi hal tersebut dilakukan dengan
membuka pusat-pusat layanan rehabilitasi korban Memberikan pelatihan
khusus kepada pencari kerja  tentang bahaya trafficking Hendaknya oknum-
oknum aparat penegak hukum dan pihak-pihak terkait lebih tegas lagi dalam
melakukan pengawalan terhadap indikasi kasus-kasus trafiking  Perdagangan
orang, khususnya perempuan sebagai suatu bentuk tindak kejahatan yang
kompleks, tentunya memerlukan upaya penanganan yang komprehensif dan
terpadu. Tidak hanya dibutuhkan pengetahuan dan keahlian profesional,
namun juga pengumpulan dan pertukaran informasi, kerjasama yang memadai
baik sesama aparat penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, hakim
maupun dengan pihak-pihak lain yang terkait yaitu lembaga pemerintah
(kementerian terkait) dan lembaga non pemerintah (LSM) baik lokal maupun
internasional. Semua pihak bisa saling bertukar informasi dan keahlian profesi
sesuai dengan kewenangan masing-masing dan kode etik instansi. Tidak
hanya perihal pencegahan, namun juga penanganan kasus dan perlindungan
korban semakin memberikan pembenaran bagi upaya pencegahan dan
penanggulangan perdagangan perempuan secara terpadu. Hal ini bertujuan
untuk memastikan agar korban mendapatkan hak atas perlindungan dalam
hukum. 
Dalam konteks penyidikan dan penuntutan, aparat penegak hukum dapat
memaksimalkan jaringan kerjasama dengan sesama aparat penegak hukum
lainnya di dalam suatu wilayah negara, untuk bertukar informasi dan
melakukan investigasi bersama. Kerjasama dengan aparat penegak hukum di
negara tujuan bisa dilakukan melalui pertukaran informasi, atau bahkan
melalui mutual legal assistance, bagi pencegahan dan penanggulangan
perdagangan perempuan lintas negara.  
Upaya Masyarakat dalam pencegahan trafficking yakni dengan meminta
dukungan ILO, dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) yang
melakukan Program Prevention of Child Trafficking for Labor and Sexual
Exploitation. Tujuan dari program ini adalah :  
1. Memperbaiki kualitas pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai
Sekolah Menegah Atas untuk memperluas angka partisipasi anak laki-laki
dan anak perempuan,  
2. Mendukung keberlanjutan pendidikan dasar untuk anak perempuan setelah
lulus sekolah dasar,  
3. Menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi kenaikan
penghasilan,  
4. Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan untuk
memfasilitasi usaha sendiri,  
5. Merubah sikap dan pola pikir keluarga dan masyarakat terhadap
trafficking anak

2.7 Asuhan Keperawatan Pada Klien Korban Perdagangan (Trafficking)


(pengkajian, diagnose, intervensi, implentasi dan evaluasi)
A. Pengekajian

Anda mungkin juga menyukai