Kelompok 5
SYIARUDDIN (R011221031)
SURYA RAHMAN (R011221014)
DEWI ANGGRAINI (R011221053)
ZULKIFLI (R011221094)
ANDI FARA FADHILLA (R011221083)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEPERAWATAN
KELAS KERJASAMA
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhana wata ‘ala, atas rahmat dan
hidayahnya sehingga penulisan makalah hasil diskusi yang berjudul “Asuhan Keperawatan
pada Anak Korban Trafficking” dapat terselesaikan. Dan terima kasih kepada seluruh
anggota tim yang terlibat dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat terselesaikan.
Makalah hasil diskusi “Asuhan Keperawatan pada Anak Korban Trafficking” ini
ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Psikiatri. Penulis
menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan banyak
kekurangan baik dalam cara penulisan dan isi dari makalah ini.
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap dapat lebih memahami mengenai
Asuhan Keperawatan pada Anak Korban Trafficking
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan makalah...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6
SARAN.....................................................................................................................35
Daftar Pustaka...........................................................................................................36
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdagangan manusia atau trafficking khususnya perempuan dan anak beberapa bulan
terakhir cukup mendapat soroton di berbagai media massa. Media massa tidak hanya sekedar
menyoroti kasus-kasus tersebut saja, akan tetapi juga lika- liku tindakan penyelamatan yang
dilakukan aparat penegak hukum terhadap korban serta bagaimana upaya pemerintah dalam
mengatasi permasalahan tersebut. Kasus- kasus perdagangan manusia yang cukup mendapat
sorotan media beberapa waktu yang lalu misalnya kasus penjualan tujuh orang perempuan Cianjur
yang diperdagangkan sebagai pekerja seks komersial (PSK) ke Pekanbaru, Riau yang berhasil
diselamatkan oleh Polres Cianjur beberapa waktu yang lalu. Upaya lainnya adalah upaya
penyelamatan terhadap dua orang perempuan korban perdagangan perempuan yang dibebaskan
oleh reporter SCTV dari Tekongnya di Malaysia. Dari kasus-kasus tersebut telah menguatkan
bahwa trafficking merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan salah satu masalah yang perlu
penanganan mendesak bagi seluruh komponen bangsa Indonesia. Karena hal ini mempengaruhi
citra bangsa Indonesia itu sendiri dimata dunia internasional. Apalagi, data Departemen Luar
Negeri Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan ketiga sebagai
pemasok perdagangan perempuan dan anak.
Tindak pidana perdagangan orang adalah merupakan pelanggaran terhadap hak asasi
manusia, sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahu 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dalam menimbang huruf b, bahwa perdagangan
orang khususnya perempuan dan anak, merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan
martabat manusia dan melanggar hak asasi manusia, sehingga harus diberantas. Lebih lanjut dalam
huruf c menyebutkan bahwa perdagangan orang telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan yang
terorganisasi dan tidak terorganisasi, baik bersifat antarnegara maupun dalam negeri sehingga
menjadi ancaman terhadap masyarakat, bangsa, dan negara, serta terhadap norma-norma kehidupan
yang dilandasi atas penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Kondisi tersebut menjadi perhatian karena akan berdampak pada masalah psikologi pada
korban Trafficking dan anak jalanan berkaitan dengan uraian tersebut saya mengambil judul “
Asuhan Keperawatan pada Korban Human Trafficking ”
3
B. Tujuan makalah
Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah dan tujuan dalam
hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun membatasi masalah hanya pada ruang
lingkup HAM. Mencakup Human Trafficking.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Perdagangan manusia (human trafficking) merupakan masalah yang cukup kompleks, baik di
tingkat nasional maupun internasional. Berbagai upaya telah dilakukan guna mencegah
terjadinya praktek perdagangan manusia. Secara normatif, aturan hukum telah diciptakan guna
mencegah dan mengatasi perdagangan manusia. Akan tetapi perdagangan manusia masih tetap
berlangsung khususnya yang berkaitan dengan anak-anak. Permasalahan yang berkaitan dengan
anak tidak lepas dari perhatian masyarakat internasional. Isu-isu seperti tenaga kerja anak,
perdagangan anak, dan pornografi anak, merupakan masalah yang dikategorikan sebagai
eksploitasi.
Convention on the Rights of the Child (CRC) adalah merupakan salah satu konvensi yang
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan hak-hak anak.
Child is every human being below the age of eighteen years unless under the law applicable to
the child, majority is attained earlier. Berdasarkan ketentuan ini selanjutnya ditentukan bahwa
adanya keharusan bagi negara untuk memperhatikan segala bentuk kekerasan terhadap anak.
b. Perhatian terhadap hak-hak anak
States parties shall take all appropriate national, bilateral and multilateral measures to prevent the
abduction of the sale of or traffic in children for any aspects of the child’s welfare. Anak
memerlukan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik,
mental, dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang. Pemberitaan tentang perdagangan
manusia khususnya anak, di Indonesia kian marak baik dalam lingkup domestik
5
maupun yang telah bersifat lintas batas negara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kejahatan yang
dilakukan oleh orang perorangan maupun oleh korporasi dalam batas wilayah suatu negara
maupun yang dilakukan melintasi batas wilayah negara lain yang semakin meningkat. Kejahatan
tersebut juga termasuk antara lain berupa penyeludupan tenaga kerja, penyeludupan imigran,
perdagangan budak, wanita dan anak. Salah satu persoalan serius dan sangat meresahkan adalah
dampak yang ditimbulkan dan berhubungan langsung terhadap nasib anak, yaitu berkaitan
dengan perdagangan anak (child trafficking).
Perdagangan anak yang terjadi di Indonesia telah mengancam eksistensi dan martabat
kemanusiaan yang membahayakan masa depan anak.
Sisi global, perdagangan anak merupakan suatu kejahatan terorganisasi yang melampaui batas-
batas negara, sehingga dikenal sebagai kejahatan transnasional. Indonesia tercatat dan dinyatakan
sebagai salah satu negara sumber dan transit perdagangan anak internasional, khususnya untuk
tujuan seks komersial dan buruh anak di dunia. Komitmen penghapusan perdagangan anak ini
dikenal sebagai Kesepakatan Palermo Italia tahun 2001.
Kesepakatan penghapusan perdagangan anak sebagai isu global, sejalan dengan lingkup
kesepakatan menghapus terorisme, penyeludupan senjata (arm smugling), peredaran gelap
narkotika dan psikotropika, pencucian uang (money laundry), penyeludupan orang (people
smugling) dan perdagangan orang termasuk anak (child trafficking). Indonesia telah meratifikasi
dan mengundangkan protokol Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk penghapusan kejahatan
transnasional tersebut. Saat ini sedang dalam proses ratifikasi protokol Perserikatan Bangsa-
Bangsa untuk menghapus dan mencegah perdagangan orang termasuk anak. Penguatan
komitmen pemerintah Republik Indonesia dalam penghapusan perdagangan orang tercermin dari
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2002, tentang Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (RAN-P3A) dan adanya Undang- Undang
Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO). Program Legislasi Nasional
2005-2009 menegaskan RUU Tindak Pidana Perdagangan Orang berada diurutan 22
6
dari 55 prioritas RUU yang akan dibahas pada tahun 2005. Penindakan hukum kepada pelaku
(trafficker) digiatkan melalui peningkatan kapasitas penegak hukum serta peningkatan kerjasama
dengan pemangku kepentingan yang lain dan pihak penegak hukum negara sahabat sehingga
Kepolisian Republik Indonesia berhasil memproses 23 kasus dari 43 kasus yang terungkap.
Pada tahun 2004-2005 (Maret), sebanyak 53 terdakwa telah mendapat vonis Pengadilan dengan
putusan: bebas, dan hukuman penjara 6 bulan sampai yang terberat 13 tahun penjara atau rata-
rata hukuman 3 tahun 3 bulan. Sosialisasi dan advokasi dari berbagai pihak kepada aparat
penegak hukum telah membuahkan dijatuhkannya vonis hukuman yang cukup berat kepada
trafficker.
7
Menyadari hal ini, Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2002 telah
menetapkan suatu kebijakan yang bersifat akseleratif tentang penghapusan perdagangan anak.
Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut, maka penghapusan perdagangan anak dilakukan
secara terorganisir, komprehensif, dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dengan prinsip
utama, anak adalah korban.
1) Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak yang selanjutnya
disebut dengan RAN-P3A sebagai aspek konseptual atau formulasi.
RAN-P3A bertujuan untuk menghapus segala bentuk perdagangan anak melalui pencapaian 4
(empat) tujuan khusus yaitu:
a. Penetapan norma hukum dan tindakan hukum terhadap pelaku perdagangan anak.
b. Terlaksananya rehabilitasi dan reintegrasi sosial korban perdagangan anak.
c. Terlaksananya pencegahan perdagangan anak di keluarga dan masyarakat.
d. Terciptanya kerjasama dan koordinasi penghapusan perdagangan anak lingkup internasional,
regional, nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Office of The High Commisioner of Human
Rights telah mengeluarkan Fact Sheet No. 14 dengan judul Contemporary Forms of Slavery.
8
5. Perbudakan Kontemporer (Contemporary Forms Of Slavery)
1. Perdagangan anak.
2. Prostitusi anak.
3. Pornografi anak.
7. Penghambaan.
8. Perdagangan manusia.
Berdasarkan informasi yang diterbitkan oleh United States Departement Of Justice, diperoleh data
yang berkenaan dengan perdagangan manusia, antara lain:
a) 700 ribu (tujuh ratus ribu) sampai dengan 4.000.000 (empat juta) orang setiap tahun
diperjualbelikan (dijual, dikirim, dipaksa, dan bekerja di luar kemauan) di seluruh dunia.
b) Sebagian besar manusia yang diperdagangkan berasal dari negara-negara berkembang yang
rendah tingkat ekonominya, untuk dibawa ke negara-negara maju
c) Sebagian besar dari korban tersebut adalah perempuan dan anak-anak
d) Para korban pada umumnya dijanjikan kehidupan yang lebih baik, pekerjaan dengan imbalan
yang menarik, oleh sang pedagang
e) Umumnya mereka dipaksa bekerja sebagai pelacur, pekerja paksa, pembantu rumah tangga,
bahkan pengemis
f) Untuk mengendalikan mereka biasanya dipakai upaya kekerasan atau ancaman kekerasan
9
Lebih dari dua juta perempuan bekerja di industri seks di luar keinginan mereka, dan
diperkirakan sekitar 40% (empat puluh persen) adalah anak di bawah umur.
Akan tetapi dalam banyak hal, kerap kali terdapat perbedaan dalam menentukan batasan,
pengertian, dan sumber dapat mengakibatkan perbedaan hasil yang menimbulkan tafsiran
serta implikasi yang berbeda. Dalam situasi yang demikian, maka isu undocument migrant
workers (pekerja pembantu rumah tangga anak) apabila ditafsirkan dengan tanpa batasan
dapat mengakibatkan perbedaan persepsi tentang perdagangan anak. Untuk
memberikan batasan yang pasti, maka dapat mengacu kepada Protocol to Prevent, Suppres
and Punish Trafficking in Person Especially Women and Children. Protokol ini telah
ditandatangani oleh pemerintah Indonesia. Di luar dari batasan dari protokol itu, pengertian
perdagangan anak masih beragam. Hingga saat ini belum ada kesatuan yang bisa
menggambarkan kejahatan perdagangan anak. Hal ini disebabkan semakin meluasnya
dimensi kriminal dari perdagangan manusia sehingga batasan tradisional perdagangan
manusia menjadi usang.
perdagangan orang. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi yang
melakukan tindak pidana perdagangan orang.
RENTANG RESPON
a. Respon adaptif
Menurut Eko (2014), respon adaptif adalah kemampuan individu
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya
b. Respon Maladaptif
1) Menurut Eko (2014), respon maladaptif adalah respon yang
diberikan individu ketika dia tidakmampu lagi menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
2) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
3) Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
4) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyaib kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya
13
diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.
Resiko
mencederai Ganggu
diri sendiri, an
orang lain atau Pola
Tidur
lingkungan
Hilang selera Perubahan Persepsi
Menurunnya
makan Sensori :
motivasi
Halusinasi
(Anoreksia) dalam
Isolasi Sosial : perawatan diri
Menarik Diri
Gangguan Konsep
Diri :
Harga Diri Rendah
Koping individu
inefektif
Respon Trauma
DIAGNOSA KEPERAWATAN
b. Harga Diri Rendah (HDR)
c. Isolasi Sosial
d. Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
14
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
15
2.1 Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki:
a. Kemampuan yang dimiliki klien
b. Aspek positif keluarga
c. Aspek positif
lingkungan yang dimiliki klien
2.1.1 Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.1.2 Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai negatif
2.1.3 Utamakan memberi pujian yang realistik
Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego sebagai dasar asuhan keperawatan.
Reinforcement positif akan meningkatkan harga
diri
Pujian yang realistis
tidak menyebabkan melakukan kegiatan hanya karna ingin mendapat pujian.
16
BAB III
JURNAL
Perdagangan Anak dan Eksploitasi Seksual Komersial: Tinjauan Kebijakan Pencegahan yang Menjanjikan dan Program
Perdagangan anak, termasuk eksploitasi seksual komersial (CSE), adalah salah satu kegiatan kriminal yang paling cepat berkembang dan
paling menguntungkan di dunia. Perbudakan global anak-anak mempengaruhi tak terhitung banyaknya korban yang diperdagangkan di
negara asal mereka Manusia saat ini sedang dipaksa ke dalam kondisi perbudakan yang mirip dengan perbudakan, dengan sedikit atau tanpa
kesempatan untuk melepaskan ikatan mereka. Perbudakan anak mempengaruhi tak terhitung banyaknya korban yang diperdagangkan di
dalam rumah mereka Meskipun Palermo adalah salah satu yang paling banyak didukung, itu belum diadopsi secara rutin di seluruh dunia,
memperumit upaya untuk memperkirakan jumlah anak yang diperdagangkan. Di Amerika Serikat, misalnya, Trafficking mencoba atau
diangkut jauh dari rumah mereka dan diperlakukan sebagai komoditas untuk dibeli, dijual, dan dijual kembali untuk tenaga kerja atau
eksploitasi seksual. Di seluruh dunia, anak perempuan sangat mungkin untuk diperdagangkan ke dalam perdagangan seks: Anak perempuan
dan perempuan merupakan 98% dari mereka yang diperdagangkan untuk CSE. Standar kesehatan dan keselamatan di lingkungan
eksploitatif umumnya sangat rendah, dan tingkat kekerasan yang dialami telah dikaitkan dengan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial-
emosional yang merugikan. Pendekatan berbasis hak asasi manusia untuk perdagangan anak memberikan kerangka konseptual yang
komprehensif di mana tanggapan yang berfokus pada korban dan penegakan hukum dapat dikembangkan, diterapkan, dan dievaluasi.
negara atau diangkut jauh dari rumah mereka melintasi perbatasan dan diperlakukan sebagai komoditas untuk dibeli, dijual, dan dijual
kembali untuk tenaga kerja atau eksploitasi seksual. Di seluruh dunia, anak perempuan sangat rentan untuk diperdagangkan ke dalam
perdagangan seks. Artikel ini menyoroti kebijakan dan program yang menjanjikan yang dirancang untuk mencegah perdagangan anak dan
CSE dengan memerangi permintaan seks dengan anak-anak, mengurangi pasokan, dan memperkuat komunitas. Literatur yang ditinjau
meliputi publikasi akademik serta laporan internasional dan pemerintah dan non-pemerintah. Implikasi untuk kebijakan sosial dan
penelitian masa depan disajikan. (Rafferty 2013)
Perbudakan modern anak, perdagangan dan kesehatan: tinjauan praktis tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
kerentanan anak-anak dan potensi dampak eksploitasi parah terhadap kesehatan
Perdagangan anak adalah suatu bentuk perbudakan modern, suatu sistem yang berkembang pesat, bermutasi dan multifaset dari eksploitasi
manusia yang parah, kekerasan terhadap anak, pelecehan anak dan pelanggaran hak-hak anak. Perbudakan modern dan perdagangan
manusia (MSHT) mewakili masalah kesehatan masyarakat global yang utama dengan para korban yang terpapar risiko fisik, mental,
psikologis, perkembangan, dan bahkan generasi jangka pendek dan jangka panjang yang mendalam terhadap kesehatan. Anak-anak dengan
kerentanan yang meningkat terhadap MSHT, korban (dalam eksploitasi aktif) dan penyintas (pasca eksploitasi MSHT) menghadiri
pengaturan perawatan kesehatan, menghadirkan jendela peluang penting untuk perlindungan dan intervensi kesehatan. Pengakuan anak
korban perbudakan modern bisa sangat menantang. Penyedia layanan kesehatan mendapat manfaat dari pemahaman keragaman potensi
17
presentasi kesehatan fisik, mental, perilaku dan perkembangan, dan kompleksitas tanggapan anak-anak terhadap ancaman, ketakutan,
manipulasi, penipuan dan pelecehan.
Profesional perawatan kesehatan juga didorong untuk memiliki pengaruh, jika memungkinkan, di luar perawatan pasien individu.
Penelitian, wawasan kesehatan, advokasi dan promosi masukan penyintas MSHT meningkatkan pengembangan kolaboratif pendekatan
berbasis bukti untuk pencegahan, intervensi dan perawatan setelah anak dan keluarga yang terkena dampak. (Buckley 2007)
BAB VI
KESIMPULAN
18
1. HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya (Kaelan: 2015).
2. Perdagangan manusia (human trafficking) merupakan masalah yang cukup kompleks, baik di tingkat nasional maupun
internasional.
3. Convention on the Rights of the Child (CRC) adalah merupakan salah satu konvensi yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
perlindungan hak-hak anak.
4. Indonesia melalui Keputusan Presiden RI. Nomor 88 Tahun 2002 telah menetapkan suatu kebijakan yang bersifat akseleratif tentang
penghapusan perdagangan anak.
5. Perilaku yang termasuk dalam kategori bentuk-bentuk perbudakan kontemporer (contemporary forms of slavery), meliputi:
Perdagangan anak.
Prostitusi anak.
Pornografi anak.
Eksploitasi pekerja anak.
Mutilasi seksual terhadap anak perempuan.
Pelibatan anak dalam konflik bersenjata.
Penghambaan.
Perdagangan manusia.
Perdagangan organ tubuh manusia.
Eksploitasi untuk pelacuran, dan
Sejumlah kegiatan di bawah rezim apartheid dan penjajahan.
Faktor lainnya berupa lingkup wilayah Indonesia yang amat luas dan terbuka yang memungkinkan perdagangan manusia terjadi di beberapa
tempat namun sulit dipantau
19
Daftar Pustaka
Contemporary Forms of Slavery Fact Sheet No. 14, PBB melalui Office of The High Commisioner of Human Rights
Capernito, Lyda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 13. Jakarta: EGC
Farhana. 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Buckley, Helen. 2007. “Children for Sale: Child Trafficking in Southeast Asia.” 16(September): 296–310.
Niko, Nikodemus. 2016. “FENOMENA TRAFFICKING IN PERSON DI WILAYAH PERBATASAN KALIMANTAN BARAT.” : 32–37.
Rafferty, Yvonne. 2013. “Child Trafficking and Commercial Sexual Exploitation: A Review of Promising Prevention Policies and Programs.” American
Journal of Orthopsychiatry 83(4): 559–75.
20