Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN HUMAN TRAFFICKING

Diajukan untuk memenuhi tugas seminar


Mata Kuliah:
Keperawatan Kesehatan Jiwa II

Dosen Pengampu:
Ns. Tesha Hestyana Sari, M. Kep

Disusun oleh
KELOMPOK IV (A 2020 2)

Bunga Aprilia 2011113561 Nurmisbah Suduri 2011113523


Diva Febrina Wilya 2011113511 Putri Septi Yanti Nadila 2011113514
Febby Putri Ananda 2011113530 Rahmad Tina Aulia 2011113527
Indah Oktarina 2011113520 Salma Nabilla 2011113510
M. Zulpan Rizki 2011113507 Saskia Khairunnisa 2011113555
Nabila Putri 2011113557 Sri Agustina 2011113516

FAKULTAS KEPERAWATAN
PRODI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah seminar dengan judul “Asuhan
Keperawatan Human Trafficking”. Adapun tujuan penulis dalam membuat makalah ini
ialah untuk melengkapi tugas seminar pada mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II
program A 2020 2. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Jumaini, M.Kep.,
Sp. Kep. J selaku dosen pengampu.
Harapan dari penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
terutama dalam peningkatan pemahaman tentang Human Trafficking. Adapun
penyusunan makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu, penulis memohon maaf
apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Penulis berharap
pembaca dapat memberikan kritik dan saran.

Pekanbaru, 25 Agustus 2022

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................ ................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Human Trafficking................................................................................... 3
2.1.1 Defenisi Human Trafficking ..................................................................... 3
2.1.2 Faktor Penyebab Human Trafficking ........................................................ 4
2.1.3 Bentuk Human Trafficking ....................................................................... 8
2.1.4 Unsur-unsur Human Trafficking .............................................................. 16
2.1.5 Dampak Human Trafficking ..................................................................... 16
2.1.6 Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking .............................. 20
2.2 Undang-undang Human Trafficking ..................................................................... 25
2.3 Asuhan Keperawatan Human Trafficking ............................................................ 27

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 43
3.2 Saran ....... ............................................................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 44

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdagangan manusia, terutama pada perempuan dan anak-anak, telah
menjadi sorotan dalam beberapa bulan terakhir. Tidak hanya kasus-kasus dalam
sorotan media massa, kegiatan pejabat otoritas hukum dan upaya untuk
mengatasinya juga menjadi sorotan. Kasus-kasus yang menjadi sorotan akhir-
akhir ini seperti perdagangan wanita di bawah umur di Jakarta Selatan hingga pria
berhidung bergaris secara online melalui aplikasi MiChat dan secara efektif
dikecewakan oleh polisi terdekat. Kasus lainnya adalah Polda Jatim berhasil
menyerang sebuah ruko di Gempol Pasuruan yang digunakan untuk menangkap
delapan belas wanita. Sejumlah perempuan korban perdagangan manusia akan
dijual ke dalam prostitusi.
Perdagangan orang adalah tindakan yang melanggar hak asasi manusia.
Pelanggaran ini diarahkan dalam UU 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana
Perdagangan Orang Dalam Perspektif Hukum Islam.. Untuk memberantas
kesalahan tersebut, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Perdagangan Orang
(UU PTPPO) Nomor 21 Tahun 2007. Sanksi akan diberikan kepada oknum yang
melakukan pelanggaran dan memberikan kepastian kepada saksi dan korban.
Undang-undang ini memberikan sejumlah sanksi bagi pelaku kesalahan ini, mulai
dari hukuman pidana dalam kerangka kontrol dan denda, hingga kesalahan dan
keseimbangan ekstra. Terlepas dari kenyataan bahwa hukum Islam tidak secara
tegas mengendalikan kesalahan ini, itu jelas bertentangan dengan standar
fleksibilitas, kebebasan, keseragaman dan rasa hormat manusia dalam Islam.
Kondisi ini bisa menjadi perhatian karena akan berdampak pada masalah
mental korban perdagangan manusia. Sehubungan dengan penggambaran ini kami
mengambil judul "Konsep dan Perawatan Keperawatan dalam Berkumpulnya
Korban Perdagangan Orang".

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini adalah:

1
1. Apa definisi human trafficking?
2. Apa faktor penyebab human trafficking?
3. Apa saja bentuk human trafficking?
4. Apa saja unsur-unsur human trafficking?
5. Apa dampak human trafficking?
6. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan human trafficking?
7. Apa undang-undang human trafficking?
8. Bagaimana asuhan keperawatan human trafficking?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi human trafficking
2. Untuk mengetahuifaktor penyebab human trafficking
3. Untuk mengetahui bentuk human trafficking
4. Untuk mengetahuiunsur-unsur human trafficking
5. Untuk mengetahui dampak human trafficking
6. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan human trafficking
7. Untuk mengetahuiundang-undang human trafficking
8. Untuk mengetahuiasuhan keperawatan human trafficking

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Human Trafficking


2.2.1 Definisi Human Trafficking
Trafficking bisa menjadi konsep energik dengan bentuk yang berubah
dari waktu ke waktu, sejalan dengan perbaikan ekonomi, sosial dan politik.
Sampai saat ini belum ada definisi perdagangan yang disepakati secara
global, begitu banyak perdebatan dan reaksi mengenai definisi yang
dianggap paling pasti seputar keajaiban kompleks yang disebut perdagangan
ini (Idarna, et al. 2018).
Pada tahun 1994 PBB mencirikan perdagangan sebagai perkembangan
dan individu yang membawa secara sembunyi-sembunyi melintasi
perbatasan negara dan secara global, umumnya dari menciptakan negara dan
negara yang ekonominya sedang bergerak, dengan tujuan untuk mendorong
wanita dan anak-anak ke dalam situasi yang terkompresi secara seksual atau
finansial, dan keadaan eksploitatif untuk tujuan spesialis pendaftaran,
pelari, dan sindikat kriminal mendapatkan keuntungan serta kegiatan
terlarang lainnya yang terkait dengan pertukaran (perdagangan), untuk
spesialis rumah tangga yang dibatasi kasus, serikat relasional palsu,
pemindahan tenaga kerja yang dibatasi dan pemilihan palsu (Idarna, et al.
2018).
Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang
Pemusnahan Perdagangan Orang (TPPO) menjelaskan bahwa perdagangan
manusia adalah tindakan menyeleksi, mengangkut, menampung, mengirim,
menukar, atau mendapatkan seseorang dengan bahaya kebiadaban,
pemanfaatan berkendaraan, penjambretan , penyekapan, pemerasan,
pungutan liar, penyalahgunaan kendali atau posisi rentan, kewajiban
penghambaan atau pemberian cicilan atau keuntungan, sehingga
memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain,
baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan

3
penyalahgunaan atau menyebabkan individu untuk disalahgunakan
(Syugiarto, 2022).
Ada tiga komponen mendasar yang terkandung dalam arti
memperdagangkan orang tersebut, untuk lebih spesifiknya, komponen
utama dari aktivitas, yang meliputi perekrutan, pengangkutan, pemindahan,
penyimpanan atau pengambilan. Kedua, komponen sarana atau cara untuk
mengendalikan korban, yang meliputi bahaya, penggunaan dorongan,
berbagai bentuk kebiadaban, penculikan, pemerasan, pemerasan, manipulasi
kontrol atau posisi tidak berdaya atau pemberian/penerimaan atau
keuntungan untuk mendapatkan dukungan dari individu dalam
pengendalian korban. Ketiga, komponen alasannya, yang mencakup
penganiayaan, sekecil apapun prostitusi atau bentuk eksploitasi lainnya,
tindakan seksual lainnya, kerja paksa, penghambaan, perbudakan dan
pengambilan organ (Widiastuti, et al. 2010).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
perdagangan manusia khususnya perdagangan manusia sering terjadi pada
wanita dan anak-anak yang dilakukan oleh pelaku perdagangan manusia itu
sendiri (trafficker). Dalam hal ini, pedagang mengendalikan korban dalam
paksaan, penggunaan dorongan, penangkapan, transaksi ganda, penipuan
atau manhandle kontrol atau posisi atau dalam bentuk apapun modusnya
dalam bentuk undian tawaran kerja, cicilan atau tawaran keuntungan.
sehingga pelaku perdagangan mendapat persetujuan dari korban untuk
tujuan pelecehan.

2.2.2 Faktor Penyebab Human Traffickng


Faktor penyebab human trafficking menurut Daniel, dkk (2017) :
1. Faktor Ekonomi
Kemiskinan akan menuntut orang untuk melakukan berbagai cara
agar keluar dari keterbatasan. Berdasarkan hasil riset sebuah studi di 41
negara yang menyebabkan wanita mencari kerja di luar negeri adalah
adanya keinginan untuk meningkatkan ekonomi namun keterbatasan
kesempatan kerja.

4
Banyaknya perdagangan manusia yang terjadi di NTT diakibatkan
oleh kemiskinan yang melanda daerah tersebut. Wanita merupakan
sasaran empuk untuk dijadikan korban ke luar negeri. Kondisi
kemiskinan yang terjadi di NTT akan menghadirkan masalah bagi
wanita disana, mereka dituntut untuk memperbaiki kondisi
perekonomian yang mengakibatkan mereka tertekan dan beresiko
terjebak kejahatan. Kemiskinan dapat menimbulkan berbagai dampak
negatif sosial diantaranya kejahatan, intimidasi, dan eksploitasi praktek
perdagangan manusia
2. Faktor Pendidikan
Pendidikan yang rendah dapat menyebabkan seseorang tidak
mempunyai skill atau keterampilan, sehingga sulit mendapatkan
pekerjaan untuk bertahan hidup, oleh karena itu orang tersebut tidak
dapat menghasilkan uang, hal ini dapat mengakibatkan rentan terjadinya
eksploitasi dan kekerasan terhadap anak dan perempuan. Tidak hanya
perempuan, laki-laki juga banyak yang mengganggur, hal ini dibuktikan
dengan banyaknya orang meninggalkan daerah dan keluarganya lalu
pergi ke daerah lain bahkan ke luar negeri untuk mencari pekerjaan
3. Pengaruh Globalisasi
Pemberitaan tentang perdagangan manusia (human trafficking)
sudah menjadi marak dan isu yang aktual pada beberapa waktu terakhir.
Globalisasi dunia mengakibatkan keterbukaan dan kemajuan berbagai
aspek diantaranya aspek teknologi, politik, ekonomi, dan lain
sebagainya. Kemajuan berbagai aspek ini mengakibatkan mudahnya
mendapat informasi sehingga membawa perubahan di berbagai segi
kehidupan sosial dan budaya. Selain membawa dampak positif
kemudahan mendapat informasi ini juga membawa dampak negatif yang
memunculkan permasalahan sosial termasuk pada anak dan perempuan,
salah satu dampak negatif tersebut adalah berkembangnya perdagangan
seks pada anak.

2.2.3 Bentuk Human Trafficking

5
Secara umum perdagangan manusia dapat dibedakan dalam beberapa
bentuk:
1. Menurut tujuan pengiriman perdagangan manusia dibedakan menjadi:
a. Perdagangan dalam negeri (internal-trafficking)
Perdagangan ini biasanya terjadi di dalam satu negara antara
wilayah, desa, dan kota, atau dari kota kecil ke kota besar.
Perdagangan domestik ini merupakan masalah yang signifikan di
Indonesia. Perbudakan domestik, eksploitasi seksual komersial, kerja
paksa di lahan pertanian, pertambangan, dan industri perikanan
adalah semua bentuk eksploitasi perempuan. Sebelum terjerumus ke
dalam prostitusi, banyak korban yang lebih dulu menyatakan minat
bekerja sebagai pembantu rumah tangga, buruh pabrik, atau pegawai
restoran (Departemen Negara Amerika Serikat, 2011).
b. Perdagangan manusia internasional (antar negara atau lintas batas)
Ini merupakan perdagangan manusia antar negara. Isu imigrasi
relevan dengan konsep ini. Kebanyakan orang pergi dan memasuki
satu negara dengan cara resmi, tetapi yang lain melakukannya
melalui saluran yang tidak sah.
2. Menurut korban
a. Perempuan yang diperdagangkan
Anak perempuan adalah demografis yang paling sering menjadi
target perdagangan manusia. Perempuan adalah demografis yang
paling umum menjadi korban perdagangan manusia. Terutama
digunakan untuk perbudakan rumah tangga, kawin paksa, dan
eksploitasi seksual.
Faktor penyebab Wanita rentan diperdagangkan:
1) Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya
2) Karena jaminan bahwa seseorang akan menerima pendidikan
dan pekerjaan Namun perempuan malah menjadi korban,
diperkosa, disiksa, dan ditahan untuk tebusan (Abdullah, 2017)
b. Perdagangan anak

6
Anak muda yang merasa harus patuh pada orang tua atau anggota
keluarga lainnya, dan anak yang lari dari rumah karena berbagai
alasan lebih rentan untuk diperdagangkan. Telah terkena kehidupan
malam, yang berdampak buruk pada hubungan mereka dengan
teman sebaya dan membuat mereka merasa kesepian. Kelompok usia
anak di bawah umur yang paling sering diperdagangkan adalah:
1) Remaja antara usia 15 dan 17.
Kelompok remaja ini sering menganggap diri mereka cukup
dewasa.
2) Praremaja.
Meskipun mereka juga menjadi sasaran eksploitasi seksual dan
pornografi, anak-anak ini dipindahkan terutama untuk
keuntungan ekonomi dan diubah menjadi pengemis.
3) Kelompok usia sangat muda yaitu bayi untuk adopsi illegal.
c. Perdagangan laki-laki
Laki-laki biasanya eksploitasi ekonomi jika korban eksploitasi
seksual didominasi oleh perempuan dan/atau anak perempuan. Hal
ini sering terjadi pada buruh Indonesia yang dipekerjakan oleh
perusahaan kelapa sawit atau perusahaan konstruksi Malaysia. Pada
umumnya, korban masuk ke Malaysia secara ilegal atau secara legal
namun lalai untuk memperbaharui izin secara berkala. Pekerja
menjadi sasaran eksploitasi oleh majikan mereka dalam situasi ini.
Untuk mencegah upaya melarikan diri, laki-laki yang terjebak
bekerja di pabrik biasanya tidak dikurung sepanjang hari. Jika
tanaman ternyata gagal memenuhi tujuan produksi yang telah
ditentukan sebelumnya oleh pemilik, hukuman fisik sering
digunakan.

3. Menurut bentuk ekploitasi


a. Eksploitasi seksual
1) Pelacuran paksa

7
Sekitar 80% perempuan yang diperdagangkan menjadi sasaran
prostitusi seksual. Seringkali, korban perdagangan seks terjerat
di dalamnya setelah ditipu oleh rayuan pelaku (pedagang).
Awalnya dengan sukarela bekerja sebagai pekerja seks, tetapi
kemudian berjanji untuk bekerja di warung, restoran, sebagai
pembantu rumah tangga, model, penari, dan pekerjaan lain
sebagai gantinya (Kathryn, 2009)
2) Kawin paksa
Jenis pernikahan tradisional yang paling khas adalah
pernikahan paksa. Keluarga kedua mempelai berusaha untuk
menikahkan anaknya. kedua mempelai tidak dimintai
persetujuannya atau dijadikan dasar pengambilan keputusan
untuk melangsungkan perkawinan pada saat melakukan suatu
perkawinan. Perkawinan akan dilanjutkan meskipun calon
mempelai wanita menolak. Di beberapa negara, wanita secara
khusus diharapkan untuk membayar mahar atau pembayaran.
Dalam kasus tertentu, anak perempuan dipaksa menikah untuk
membayar utang keluarganya, denda, atau sebagai bentuk
hukuman.
3) Kawin lewat perantara
Perkawinan ini tidak selalu dalam bentuk paksaan. Perkawinan
secara perantara dengan memasang papan iklan atau promosi di
internet. Maka akan terjadi tawar menawar antara 2 keluarga,
terkadang calon suami pergi ke negara calon istri untuk
menjemput pasangannya atau hanya dengan memberikan uang
untuk modal istrinya pergi kenegara suami. Kebanyakan terjadi
di negara miskin sepert Kamboja, Vietnam, Thailang,
Mongolia, korea, Taiwan dan Jepang.
b. Eksploitasi non seksual
1. Kerja paksa
Ini bentuk perbudaka di domestic maupun di sector public.
Sebagian besar korban merupakan anak anak dan Wanita.

8
Pertama memang digaji secara layak namun dokumen identitas
mereka ditahan. Secara perlahan mereka mulai dibatasi dan
dikunci dirumah serta tidak digaji. Mereka juga tanpa istirahat
ataupun tidur ( ILO, 2017; Kathryn, 2009).
2. Perdagangan organ tubuh manusia
Dimedia social dapat dilihat banyak terjadi isu tentang
perdagangan organ tubuh manusia. Bagian tubuh yang sering
dijual belikan adlaah jaringan tubuh, tulang, kulit, ginjal. Orang
yang melakukan penjualan biasanya memperoleh $ 100.000
sampai $ 200.000 untuk satu ginjal (Leonard & Rande, 2012).

2.2.4 Unsur-unsur Human Trafficking


Terdapat tida unsur perdagangan manusia (human trafficing) menurut
Zulkarnaen (2015):
1. Tindakan atau perbuatan
Tindakan yang dilakukan oleh manusia, contohnya, pengiriman,
perekrutan, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang.
2. Cara
Cara yang dilakukan menggunakan ancaman menggunakan kekerasan,
penculikan, penipuan, tipu daya, penyalahgunaan kedudukan atau
kekuasaan serta pemeberian dan penerimaan pembayaran/keuntungan
untuk mendapatkan persetujuan dari orang.
3. Maksud dan tujuan
Tujuan dan alasan penyalahgunaan adalah untuk penyalahgunaan,
seperti penyalahgunaan prostitusi dari individu lain atau pelecehan
seksual lainnya, penaklukan, kerja paksa, perbudakan dan pengambilan
organ tubuh. Jika salah satu komponen di atas terpenuhi, maka akan
terjadi perdagangan manusia. Pemahaman tentang korban dengan
kekerasan karena perdagangan manusia kehilangan signifikansinya atau
sia-sia jika strategi licik atau koersif berdasarkan penggambaran dalam
arti tersebut di atas telah digunakan.

9
2.2.5 Dampak Human Trafficking.
Dampak human trafficking:
1. Dampak psikologi dan kesehatan mental
Korban trafiking seringkali terlibat, menyaksikan atau berhadapan
dengan peristiwa atau kejadian yang melibatkan luka serius atau
kematian nyata yang melemahkan atau bahaya terhadap kecerdasan
fisik diri sendiri atau orang lain, hal ini terutama terjadi pada wanita.
Reaksi mereka terhadap peristiwa tersebut termasuk rasa takut,
kelemahan, sebagai respons umum dari kekacauan pasca trauma
(PTSD).Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
a. PTSD adalah keterlibatan individu dalam menghadapi
peristiwa traumatis. Hal ini menyebabkan terganggunya
integritas diri individu, sehingga individu tersebut
menghadapi ketakutan, kelemahan dan luka
b. Kecemasan
Rasa khwatir, bingung pada sesutau yang akan terjadi dengan
penyebab yang belum jelas. Ini sering dikaitkan dengan
sentimen ketidakpastian / ketidakberdayaan.
c. Ketidakberdayaan
Pengakuan yang menggambarkan perilaku seseorang yang
tidak akan mempengaruhi hasil secara kognitif korban pada
umumnya membutuhkan konsentrasi, keragu-raguan,
kekacauan, pusat kontrak / gangguan, kesalahan,
pemblokiran, berkurangnya daya cipta, sudut pandang
melankolis, negatif, sulit untuk membuat pilihan, mimpi
buruk, efisiensi berkurang, terganggu. Selain itu, korban
juga terlihat menyedihkan, bingung, gelisah, apatis/pasif,
sedih, merasa tidak berguna, penolakan sentimen, jengkel,
stres, perasaan kecewa. Korban juga sering mengeluh lemas,
pusing, lelah, lemas, sakit kepala, perubahan siklus haid.
Keluarga dapat melaporkan perubahan dalam tingkat
tindakan korban, sifat pemarah, kebutuhan akan tiba-tiba,

10
menjadi sangat rendah hati, menangis dengan mudah.
Kecenderungan untuk mengurung, penurunan dukungan
sosial pada tingkat lanjut dapat dilihat pada korban.
2. Dampak sosial
Korban trafficking. Korban mengalami isolasi social yang berfungsi
sebagai strategi untuk perbudakan dan eksploitasi seksual.
Sementara diperbudak, para korban terutama anak-anak biasanya
kehilangan kesempatan pendidikan dan sosialisasi dengan teman
sebayanya
3. Dampak kesehatan fisik
Cedera aktual korban trafficking terjadi karena mereka mengalami
kekerasan fisik dan seksual

Adapun dampak human trafficking berdasarkan artikel oleh Herdiana


(2018):
Tabel 3. Dampak Human Trafficking bagi Korban Anak

A. Dampak Fisik
1 Mengalami luka-luka disekujur tubuh akibat kekerasan yang
diterimanya dari pelaku.
2 Mengalami kerusakan reproduksi akibat pemerkosaan dan kekerasan
seksual.
3 Kehamilan yang tidak diinginkan akibat dari pemerkosaan atau tindakan
seksual lainnya dari pelaku maupun orang lain.
4 Terinfeksi penyakit menular (spilis,raja singa) dan HIV-AIDS sehingga
akan menimbulkan cacat fisik dan penderitaan yang akan ditanggung
korban seumur hidup bahkan tidak jarang berakibat kematian.
B. Dampak Sosial Emosional
1 Perasaan kehilangan kontrol dan kurangnya rasa aman. Karena trauma
dengan kejadian tersebut
2 Hilang kepercayaan kepada orang lain dan sulit membina hubungan
dengan orang lain.

11
3 Stigma sosial dan rasa malu.
4 Rasa rendah diri/ hilang kepercayaan diri.
5 Respon emosional yang kuat.
6 Menunjukan tingkah laku seksual tertentu.
7 Mempunyai perasaan tertekan dan cenderung melakukan tindak bunuh
diri akibat trauma dan perasaan bersalah yang selalu menghantui pikiran
korban.

Herdiana dan Kanthi (2017) dalam penelitiannya mengungkapkan dampak


dari pengalaman trafficking yang dialami korban, terdiri dari :
1. pengaruh fisik berupa luka menganiaya dan kehamilan yang tidak
diinginkan;
2. Dampak mental meliputi rasa malu, membenci diri sendiri, pendiam,
tidak perlu berkomunikasi, kebutuhan ekspresif, penghinaan
terhadap figur keluarga yang terlibat, ketakutan, kegelisahan dalam
jangka panjang, menyendiri, menangis dan menarik diri.
3. Sedangkan dampak sosial meliputi: kesulitan memulai intuisi,
kehilangan rasa percaya diri dan perasaan marah terhadap
lingkungan.
Tidak ketinggalan, WHO mendefinisikan pengaruh keterlibatan
perdagangan ini terhadap kesejahteraan mental dan perspektif lain sebagai
berikut:
1. Kesejahteraan mental yang melarat adalah dampak kesejahteraan
yang antagonis dan transenden. Hasil mental ini termasuk
keputusasaan; kekacauan dorongan pasca-trauma dan kekacauan
kegelisahan lainnya; pertimbangan yang merusak diri sendiri; dan
kondisi substansial yang menghitung dampak dari disfungsi fisik
lainnya;
2. Penggunaan obat-obatan terlarang dan minuman keras adalah hal
biasa dalam pertukaran seks. Narkoba dan minuman keras dapat
dimanfaatkan sebagai alat untuk mengendalikan manusia dan

12
menambah keuntungan atau dimanfaatkan oleh korban sebagai cara
adaptasi;
3. Ditundukkan pada segregasi sosial, seperti menghindari kontak
dengan keluarga atau membatasi perkembangan seseorang,
digunakan untuk menjaga kendali atas individu dalam situasi
perdagangan, seperti kendali antusias memanfaatkan bahaya dan
janji yang tidak benar.;
4. Penyalahgunaan Keuangan. Korban sesekali memiliki kontrol
pengambilan keputusan atas apa yang mereka peroleh dan mungkin
dikenakan biaya oleh pedagang untuk 'layanan' atau 'persediaan'
seperti rumah
5. Ketidakpastian hukum umum bagi orang-orang yang melakukan
perjalanan melintasi perbatasan, terutama ketika dealer atau manajer
menyita arsip kepribadian atau memberikan informasi yang salah
tentang klaim hak, termasuk akses ke administrasi kesehatan. Hal
ini tidak serta merta membatasi pemanfaatan pelayanan restoratif
oleh masyarakat tetapi lebih dari itu berujung pada pengusiran atau
penahanan. Korban tidak diakui sebagai korban kesalahan tetapi
atau mungkin diperlakukan sebagai pelanggaran undang-undang
relokasi, bisnis atau prostitusi dan ditahan di pusat penahanan atau
ditahan sebagai imigran illegal
6. Merasa malu ketika mereka kembali ke rumah.

2.2.6 Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking


Penanggulangan kejahatan perdagangan manusia merupakan hal yang
kompleks, dimana penanganannya membutuhkan pemetaan yang
komprehensif. Selain itu, kesungguhan pemerintah dan perhimpunan
seluruh komponen bangsa diharapkan dapat berkontribusi secara partisipatif
dalam upaya pemberantasan tindak pidana perdagangan orang.
Upaya mengantisipasi kejahatan perdagangan orang atau trafficking
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu (Widiastuti, et al. 2010):

13
1. Pemetaan tindak pidana perdagangan orang di Indonesia baik untuk
keperluan rumah tangga maupun luar.
2. Memajukan pendidikan terbuka, khususnya pendidikan pilihan bagi
remaja putri, termasuk infrastruktur pendidikan.
3. Memperluas keterbukaan informasi dengan memberikan data seluas-
luasnya seputar kejahatan perdagangan manusia dan segala
pandangan yang terkait dengannya.
4. Penting untuk menjamin ketersediaan bagi keluarga, khususnya
perempuan dan anak-anak, untuk mendapatkan pendidikan,
pelatihan, kenaikan gaji dan administrasi sosial. Strategi-strategi ini
tampak sangat sempurna, adil bagaimana mengeksekusinya secara
nyata.
5. Pentingnya melakukan kampanye (sosialisasi) secara besar-besaran
untuk menyebarluaskan data tentang apa dan bagaimana praktik
trafficking (perdagangan orang) yang harus diwaspadai..
Upaya sosialisasi ini merupakan bagian dari program
penyuluhan yang dapat memberdayakan calon pekerja migran.
Mereka harus mendapatkan informasi yang komprehensif tentang di
mana penawaran pekerjaan itu dan apa hasilnya nanti. Dengan
instruksi (persiapan) ini, spesialis gelandangan terencana akan
merasa aman karena tidak ada biaya yang merepotkan bagi mereka.
6. Memberantas kemelaratan, ketimpangan orientasi seksual,
membatasi pembukaan usaha dan memperluas konsumerisme.
Komponen-komponen ini memerlukan pertimbangan untuk segera
diketahui.
7. Harus ada otorisasi hukum yang tegas. tanpa persyaratan hukum,
antisipasi dan pemusnahan tindakan perdagangan orang tidak akan
berhasil. Karena pelaku tindak pidana perdagangan orang akan lebih
adaptif dalam melaksanakannya..
Di Indonesia, dalam mengatasi masalah perdagangan manusia,
pemerintah membuat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

14
tentang Pemusnahan Tindak Pidana Perdagangan Orang, yang mana
undang-undang ini dibuat dengan mengacu pada (Syugiarto, 2022)
a. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 mengenai Pengesahan
Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap wanita
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 mengenai
Perlindungan Anak
Hal lain setelah melihat kontrol masa lalu yang mengawasi
masalah perdagangan manusia, sangat mendasar untuk menentukan
kondisi sosial, kondisi keuangan dan kondisi masalah legislatif di
masa depan jika pendekatan ini secara rinci akan dibuat menjadi
peraturan. Jika tidak memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, dan
legislatif, dikhawatirkan akan mempengaruhi kekokohan negara di
masa depan. Klarifikasi bantuan dapat dilihat pada tabel taking after
(Syugiarto, 2022):
Tabel 1 : Forecasting Penanggulangan Human Trafficking
Adanya tindakan
Korban perdagangan manusia Tanpa adanya
penanggulangan human
di Indonesia (2019) tindakan
Trafficking

582 Individu, dimana 89% Adanya langkah-langkah Tanpa adanya


adalah wanita, dan 11% adalah untuk memerangi Penanggulangan yang
pria. Tidak seperti perdagangan manusia dilakukan,
disalahgunakan sebagai tenaga dapat mengurangi jumlah dikhawatirkan jumlah
kerja, pertukaran seks juga perdagangan manusia di perdagangan manusia
dilakukan yaitu 12,32% Indonesia akan meningkat pada
tahun 2024

8. Mengerjakan zakat sebagai pendukung dalam menyubsidi program-


program pemberantasan kejahatan perdagangan orang.
9. Partisipasi mitra.

15
Biasanya sangat mendasar sehingga pendekatan tersebut dapat
diimplementasikan. Masuknya berbagai pihak memunculkan
wacana-wacana yang berlangsung yang mampu memperluas
wawasan dalam mengantisipasi isu perdagangan manusia. Pelaku
artis/partai termasuk dirinya bisa menjadi pihak yang terkait dengan
masalah perdagangan manusia. Untuk melihat hal tersebut, konsep
penta helix dapat dimanfaatkan. Penta helix sendiri mungkin
merupakan pengembangan dari model helix sebelumnya, dalam hal
ini dimulai dari Two Helix, Triple Helix, Quadruple-helix dan
terakhir Penta Helix (Etzkowitz & Leydesdorff, 2000; Carayannis &
Campbell, 2009; Lindmark, Sturesson & Nilsson -Roos, 2009).
Model Penta helix dapat menjadi bukti bahwa koordinasi kelima
sektor difasilitasi satu sama lain (Amrial, Muhammad & Muhamad,
2017)..
Jika peragaan penta helix dapat menjadi acuan dalam
menciptakan sinergi antar mitra untuk mendukung seoptimal
mungkin dan dalam rangka mewujudkan tujuan (Soemaryani, 2016),
model penta helix dapat digunakan untuk melihat peran masing-
masing seniman pertunjukan dalam menyusun definisi pengaturan
dalam penanganan perdagangan manusia.
Pihak-pihak yang harus diikutsertakan oleh pemerintah dalam
melihat persoalan perdagangan manusia atau human trafficking,
secara spesifik (Syugiarto, 2022).
a. Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan
Anak
Keterlibatan KPPA sangat dibutuhkan, mengingat mayoritas
dari korban perdagangan manusia adalah wanita dan anak-
anak. Eksploitasi dimulai ke dalam perdagangan tenaga
kerja dan seks..
b. Legislator / Politisi

16
Keterlibatan politisi perlu dikarenakan mereka bisa
mengutamakan permasalahan ini dalam skema pembuatan
RUU.
c. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki
peran yang signifikan dalam meningkatkan taraf pendidikan
masyarakat sehingga masyarakat tidak mudah untuk terjebak
dalam perdagangan manusia..
d. Akademisi
Keterlibatan akademisi diperlukan untuk perumusan
kebijakan yang diusulkan tidak bertentangan dengan
peraturan yang ada dan dapat memperhatikan segala aspek
istilah sains..
e. TNI / POLRI
TNI/POLRI perlu dilibatkan karena dalam
penanggulangan tindak pidana perdagangan orang, POLRI
dapat melakuka penyelidikan dan penggerebekan yang
berkaitan dengan masalah perdagangan manusia. Angkatan
Laut Indonesia diperlukan untuk mengawasi perbatasan antar
negara, karena jalur tersebut sering digunakan dalam proses
perdagangan manusia yaitu melalui jalur laut dengan kapal..
f. Media Massa
Media massa dapat memberikan informasi kepada
masyarakat terkait bahaya human trafficking/perdagangan
manusia.
g. Badan Penyaluran Tenaga Kerja
Agen tenaga kerja perlu dilibatkan karena mereka dapat
menyuarakan kerugian mereka akibat perdagangan manusia..
h. LSM
Keterlibatan LSM sangat dibutuhkan untuk bersuara demi
kepentingan korban perdagangan manusia.
i. Masyarakat

17
Masyarakat perlu dilibatkan karena kebijakan yang
dirumuskan itu akan kembali kepada mereka jika perumusan
kebijakan akan dibuat menjadi peraturan.

Upaya mengantisipasi kejahatan perdagangan orang atau trafficking dapat


dilakukan dengan beberapa cara, seperti (Widiastuti, 2010):
1. Pemetaan tindak pidana perdagangan orang di Indonesia baik untuk
tujuan pemukiman maupun pelosok.
2. Memajukan pendidikan terbuka, khususnya pendidikan pilihan bagi
remaja putri, termasuk infrastruktur pendidikan.
3. Memperluas kesadaran terbuka dengan memberikan data terbesar
yang dapat dibayangkan sehubungan dengan kejahatan perdagangan
orang dan semua perspektif yang terkait dengannya.
4. Sangat penting untuk mengupayakan ketersediaan yang terjamin
bagi keluarga, terutama perempuan dan anak-anak, untuk
mendapatkan pendidikan, pelatihan, peningkatan gaji dan
administrasi social.

2.2 Undang-undang Human Trafficking


Upaya pemberantasan kejahatan, khususnya perdagangan manusia melalui
pembuatan undang-undang, pada dasarnya merupakan upaya untuk menjamin
kesejahteraan masyarakat melalui kepastian dalam pengaturan jaminan kepada
masyarakat (social defence). Hal inilah yang menyebabkan Indonesia sebagai
bangsa yang beradab, apalagi telah menjadi masyarakat internasional yang ditandai
dengan status keanggotaan organisasi internasional, khususnya Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) mengambil bagian dalam pemberantasan tindak pidana
perdagangan manusia.
1. Kebijakan Nasional
Adapun kebijakan nasional yang mengatur Human Trafficking (Maharani,
dkk. 2015):
a. Hak asasi manusia menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM), menyatakan

18
bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yag wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
b. Dalam Pasal 1 UU No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang, menyebutkan bahwa
“perdagangan orang (human trafficking) adalah tindakan perekrutan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau
penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan
kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,penjeratan utang atau
memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan
dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik
yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan
eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi”
c. Konsepsi tanggung jawab negara dalam hak asasi manusia
sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 Pasal 28I Ayat (4) dan (5)
yang menyebutkan bahwa “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara,
terutama pemerintah.
d. hak atas kebebasan pribadi telah diatur di dalam Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang
menyebutkan bahwa “tidak seorangpun boleh diperbudak atau
diperhamba”. Pasal 2 menyebutkan bahwa “perbudakan atau
perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita, dan segala
perbuatan berupa apapun yang tujuannnya serupa dilarang”.
e. Keppres nomor 88 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Perdagangan (trafficking) Perempuan Dan Anak.
Keppres nomor 88 tahun 2002 bertujuan Untuk menjamin
peningkatan dan kemajuan dalam upaya merlindungi para korban
perdagangan orang, khususnya perempuan dan anak-anak

19
f. Pasal 297 KUHP secara tegas melarang dan mengancam tindakan
perdagangan perempuan dan anak laki-laki yang menyatakan bahwa
“perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum
cukup umur, diancam dengan pidana paling lama selama enam
tahun”.
g. Adapun kebijakan hukum pidana dalam perlindungan hukum bagi
korban tindak pidana perdagangan orang sebagaimana diatur dalam
UU No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang dan UU No. 31 tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan
Saksi dan Korban. Penegakan hukum terhadap tindak kejahatan
perdagangan orang dilakukan dengan cara pemidanaan berupa
pidana penjara, pidana denda, dan restitusi.

2. Kebijakan Internasional
Adapun beberapa aturan yang hadir melalui perjanjian internasional
dari perkumpulan negara negara yang menyatakan penolakan atau
perlawanan. terhadap perdagangan manusia:

a. Pasal 3 dan Pasal 6, International Agreement for the Suppression of


White Slave Traffic;
b. Pasal 1 dan Pasal 2, International Convention for the Suppression
of White Slave Traffic;
c. Pasal 2, Pasal 4, Pasal 6, dan Pasal 7, International Convention for
the Suppression of the Traffic in Women and Children; dan
d. Pasal 3, International Convention of the Suppression of the Traffic
in Women of Full Age.

Lebih lanjut, terdapat beberapa aturan yang hadir melalui perjanjian


internasional sebagai instrumen penguat atas penolakan atau perlawanan
terhadap perdagangan manusia:

a. Pasal 4 dan Pasal 2, Universal Declaration of Human Rights;

20
b. Pasal 8 Ayat (1), dan (2), International Covenant on Civil and
Political Rights;
c. Pasal 7, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11dan Pasal 12, International
Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights;
d. Pasal 1, dst., Convention on the Rights of the Child on the Sale of
Children, Child Prostitution and Child Pornography;
e. Pasal 3, Convention concerning the Prohibition and Immediate
Action for the Elimination of the.

2.3 Asuhan Keperawatan Human Trafficking


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Identitas klien
Meliputi: nama, usia, jenis kelamin, instruksi, agama, pekerjaan, status
mental, etnis, nomor rm, ruang rawat inap, tanggal masuk pusat
penyembuhan, tanggal penilaian, diagnosis medis.
Identitas penanggung jawab
Nama, usia, jenis kelamin , instruksi, pekerjaan, agama, hubungan
dengan klien, alamat

b. Alasan masuk
Korban trafficking yang mengalami:
 Gejala psikologis seperti depresi/kecemasan, stress, rasa tidak
berdaya yang berhubungan dengan gangguan, disorientasi,
kebingungan, fobia dan ketakutan.
 Korban kehilangan makna dan tujuan hidup serta penghargaan
terhadap dirinya sehingga enggan berinteraksi dengan orang
sekitar
 Cedera aktual dan acaman terhadap integritas diri korban yang
mengalami serangan fisik dan seksual.

c. Faktor presipitasi
Pemicu stressor dapat berasal dari dalam dan luar:

21
a. Cedera seperti penganiayaan seksual atau mental atau melihat
peristiwa yang melemahkan hidup
b. Tekanan bagian berhubungan dengan bagian atau posisi yang
diantisipasi dan orang tersebut menghadapinya sebagai frustrasi
c. Variabel batin: permintaan untuk berbagi dengan orang cepat
atau diabaikan membutuhkan ketergantungan orang yang
menyebabkan orang menjadi cemas
d. Variabel luar: stressor sosial budaya seperti keluarga
d. Faktor predisposisi
 Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, keinginan orang tua yang tidak
masuk akal, kurangnya mempunyai tanggung jawab terhadap
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, ketergantungan terhadap orang lain, dan ideal diri
yang tidak realistis
 Faktor yang mempengaruhi peran
Perbedaan peran yang menonjol di masyarakat. Dalam hal ini
seorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri,
kurng objektif dan rasional sedangkan laki-laki dianggap
kurang peka,kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan
wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika seorang
perempuan atau laki-laki memainkan peran yang tidak sesuai
dengan kelazimannya, maka dapat menimbulkan konflik diri
dan hubungan sosial.
 Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebayadan perubahan
struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anakakan
menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam
mengambil keputusandan dihantui rasa bersalah ketika akan
melakukan sesuatu. Hal tersebut tentunya akan membuat
remaja tersebut benci dengan orang tuanya
 Faktor biologis

22
Adanya kondisi sakit fisikyang dapat mempengaruhi kerja
horman secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbanganeurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin
yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami
depresidan pada pasien depresi kecenderungan harga diri
dikuasai oleh pikiranpikiran negatif dan tidak berdaya

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas
b. Harga diri rendah
c. Risiko Trauma
d. Sindrom pasca trauma

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Ansietas Tujuan: setelah 1) Terapi relaksasi
dilakukan tindakan 2) Peningkatan koping
keperawatan klien 3) Pengurangan
mampu mengatasi kecemasan
ansietasnya
2 Harga diri Tujuan: setelah 1) Peningkatan citra
rendah dilakukan tindakan tubuh
keperawatan klien 2) Peningkatan harga
dapat menyesuaikan diri
diri dengan perubahan
hidup

3 Risiko Tujuan: setelah 1) Manajemen


trauma dilakukan tindakan lingkungan
keperawatan 2) Manajemen
klienmampu penekanan
menghindari cedera

23
fisik

4 Sindrom Tujuan: setelah 1) Konseling:


pasca trauma dilakukan tindakan penggunaan proses
keperawatan klien bantuan interaktif
mampu merespon yang memfokuskan
adaptif terhadap kebutuhan masalah,
peristiwa trauma yang perasaan pasien
ia alami. dengan orang yang
berarti bagi pasien
untuk meningkatkan
atau mendukung
koping,
menyelesaikan
masalah dan
hubungan
interpersonal

4. Implementasi Keperawatan
a. Dx ansietas
Implementasi:
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Minta klien untuk rilseks dan merasakan sensasi yang terjadi
3) Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang
kontruktif
4) Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan
mengurangiketakutan
5) Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan

b. Dx harga diri rendah


Implementasi:

24
1) Bantu pasien menentukan keterlanjutan dari perubahan-
perubahan aktual dari tubuh
2) Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri
3) Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal penilaian diri
4) Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri

c. Dx risiko trauma
Implementasi:
1) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
2) Singkirkan benda-benda berbahaya dari lingkungan
3) Ciptakan kenyaman lingkungan yang mendukung

d. Dx sindrom pasca trauma


Implementasi:
1) Farmakologi: terapi anti depresan, antianietas
2) Non farmakologi: anxiety manajemen seperti relaxation
training, breathing retraining, positive thinking and self talk,
assertiveness training, thought stopping, cognitive terapi,
exposure therapy, play therapy.

25
Kasus Human Trafficking:
Artiker
Kasus perdagangan manusia atau human trafficking pada 14 November 2022
19 perempuan dewasa dan anak di bawah umur diduga dijadikan pelacur di Tretes.
Tersangka ada 2 orang, pasangan suami istri Dimas Galih Pratikno (29) asal
Porong, Sidoarjo dan Rose Nur Afni (30) asal Jakarta Barat, mereka diduga
melakukan tindak pidana perdagangan orang dan sudah ditahan.
Tak seperti 2 orang itu, ada 3 tersangka lagi, yakni pengusaha, kasir warkop atau
visitor house, dan kasir wisma. Kabid Keterbukaan Polda Jatim Kombes Dirmanto
menangkap 5 orang tersebut di dua kawasan, yakni ruko Gempol 9 Mojoreo dan
penginapan Pesanggrahan, Pasuruan.
"Senin (14/11/2022) pukul 15.00 WIB Subdit IV (Renakta) dilakukan, ada anak di
bawah umur yang dijadikan pelacur dan disekap di lingkungan ruko Gempol City
Walk, Pasuruan," kata Dirmanto dalam jumpa pers, Senin (21/2022). 11/2022”
Di dalam toko ada 8 wanita dan 3 di antaranya adalah anak di bawah umur dan
seorang penjaga toko. Dari hasil pemeriksaan silang, orang tersebut dipekerjakan
di warkop dan PSK dengan biaya Rp. 500.000 – Rp. 800.000.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Human trafficking merupakan tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi
bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara
maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi. Faktor penyebab human trafficking seperti faktor ekonomi, faktor
pendidikan, kurangnya kesadaran masyarakat, dan faktor globalisasi.
Human trafficking memiliki dampak bagi korban baik dari dampak fisik maupun
dampak sosial emosional. Upaya pencegahan perdagangan orang dilakukan melalui
pencegahan preemtif dan pencegahan preventif. Bagi para korban perdagangan
orang akan dilakukan tindakan penanganan dan rehabilitasi serta perawat dapat
berperan dalam memberikan asuhan keperawatan.

3.2 Saran
Makalah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan pembaca tentang
Asuhan Keperawatan Human Trafficking. Penulis menyadari banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kata kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari dosen dan pembaca mengenai pembahasan dan penulisan
dalam makalah ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, D. (2017). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Trafficking Anak


dan Perempuan. Jurnal Al Al’adl, 9(2), 213- 243,diakses dari https://
cmedia . cneliti.com/media/publications/225067-perlindungan-hukum-
terhadap korbantraff-95881591.pdf.
Amrial., Muhammad, A., & Muhamad, E. (2017). Penta helix model: A
sustainable development solution through the industrial sector. Social and
Human Sciences. Research gate. ISSN: 2597-8640.
Ayu Kusuma, A. (2015). Efektivitas Undang-Undang Perlindungan Anak Dalam
Hubungan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban
Perdagangan Orang Di Indonesia. Lex et Societatis, III(1), 64–71.
Daniel, E. S. R., Mulyana, N., & Wibhawa, B. (2017). Human Trafficking di Nusa
Tenggara Timur. Share: Social Work Journal, 7(1), 25-27.
Department of State, United States of America. (2011). Trafficking in Persons
Report 2011. Retrieved from http://www.state.gov/j/tip/rls/tiprpt/2011/.
Herdiana, I. (2018). Memahami Human Trafficking Di Indonesia. Artikel.
Surabaya: Universitas Airlangga.
Indarna, dkk. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Trafficking Human. Bandung:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan.
International Labor Organization (ILO). (2017). Global Estimate of Modern
Slavery. Geneva : ILO.
Kaylor, L. (2015). Psychological Impact of Human Trafficking and Sex Slavery
Worldwide: Empowerment and Intervention.
Leonard, T., & Rande, M. (2012). The international trafficking of human organs:
A multidisciplinary perspective. Florida: CRC Press.
Maharani, I. Gst, Ratna, A. S, Atmadja., & Putra, I. B. (2015). Sanksi Pidana
Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (Human Trafficking) di
Indonesia. Kertha Wicara, 04(03): 1-5.
Sa’dan, M. (2015). Menakar Tradisi wawin paksa di Madura dengan barometer
HAM. Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam, 14(2), 143-155, Retrieved
from http://ejournal.uinsuka.ac.id/pusat/MUSAWA/article/view/ 924/861.

28
Soemaryani, I. (2016). Pentahelix Model To Increase Tourist Visit To Bandung
And Its Surrounding Areas Through Huan Resource Development.
Academy of Strategic Management Journal Volume 15, Special Issues 3,
2016.
Syamsuddin, (2015). Keperluan Psikososial Mangsa Pemerdagangan Manusia
dari Indonesia: Satu Kajian Kes di Pulau Pinang, Malaysia. Penang:
Universiti Sains Malaysia
Syugiarto. (2022). Penanggulangan Human Trafficking Di Indonesia. Jurnal
Administrator, 4(1): 12. DOI : 10.55100/administrator.v4i1.43.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Perdagangan Orang.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak.

Widiastuti, dkk. (2010). Upaya Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang


(Trafficking). Wacana Hukum, IX: 108-109.

Wismayanti, Y., F. (2010). Dunia kecil yang kujalani: Jejak anak perempuan yang
dilacurkan di Kota Surabaya. (Master Thesis), Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta Indonesia.

Zulkarnaen, Iskandar. 2015. Human Trafficking Dalam Perspektif Yurudis dan


Sosiologis Kemasyarakatan. Yogyakarta: CV Budi Utama.

29

Anda mungkin juga menyukai