ANTI TUBERKULOSIS
Disusun Oleh :
Evaliani Surachman (11334730)
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
dari mata kuliah Farmakologi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
tuberkulosis paru meliputi anatomi patofisiologi paru, obat anti
tuberkulosis ( OAT ) dan pengobatan OAT.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Jumlah alveoli kurang
lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan)
2.2.2 Patofisiologi
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini
akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami
perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang
banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah
yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang
telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami
pertumbuhan tuberkel berlebih dan positip terinfeksi TB.
Contoh :
INH (Isoniazid)
Rifampisin
Pirazinamida
Streptomisin
Etambutol.
2. Obat Sekunder
Obat ini memiliki kegiatan yang lebih lemah dan bersifat lebih
toksik, karena itu hanya digunakan bila terdapat resistensi atau
intoleransi terhadap obat primer, atau juga terdapat infeksi MAI
pada pasien HIV.
Contoh :
Kanamisin
Asam Aminosalisilat
Etionamid
Sikloserin
Obat primer
• INH ( ISONIAZID )
• RIFAMPISIN
• PIRAZINAMIDA
• STREPTOMISIN
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Farmakokinetik. Pendistribusian ke dalam jaringan tubuh dan
cairan kecuali otak, jumlah kecil masuk kedalam CSF hanya
dengan meninges meradang, melintasi plasenta dan sejumlah
kecil muncul di ASI. Ikatan protein 34%.
Waktu paruh bagi bayi baru lahir 4-10 jam, dewasa 2- 4,7 jam
bila berkepanjangan menyebabkan kerusakan ginjal. Waktu
puncak konsentrasi serum, secara im dalam 1-2 jam. Eliminasi
30% sampai 90% dari dosis diekskresikan sebagai obat tidak
berubah dalam urin, dengan jumlah kecil (1%) diekskresikan
dalam empedu, saliva, keringat, dan air mata.
Efek samping. Sakit kepala atau lesu biasanya terjadi setelah
penyuntikan dan umumnya bersifat sementara. Reaksi
hipersensitivitas sering terjadi pada minggu pertama pengobatan
dan biasanya lebih ringan dibandingkan INH. Obat ini bersifat
ototoksik menimbulkan gangguan pendengaran dan
keseimbangan dengan gejala vertigo, mual, dan muntah. Selain
itu, obat ini juga bersifat nefrotoksik.
Indikasi. Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama
isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid, atau untuk penderita yang
dikontraindikasi dengan 2 atau lebih obat kombinasi tersebut.
Kontraindikasi. Hipersensitivitas terhadap streptomisin sulfat
atau aminoglikosida lain.
• ETAMBUTOL
Mekanisme kerja. Obat ini menghambat sintesis metabolisme
sel sehingga menyebabkan kematian sel. EMB menghambat
aksi arabinosyl (EmbB). EmbB adalah enzim membran terkait
yang terlibat dalam sintesis arabinogalaktan. Arabinogalactan
merupakan komponen struktural penting dari dinding sel
mikobakteri. Hampir sama strain M. tuberculosis, M. bovis, dan
kebanyakan M. kansasii rentan terhadap obat ini. Obat ini
bersifat bakteriostatik dan bekerja baik intra maupun
ekstraseluler. . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg\kg Bb
sedangkan untuk pengobatan untuk intermiten 3 kali seminggu
digunakan dosis 30 mg\kg BB.
Obat Sekunder
• KANAMISIN
• ASAM AMINOSALISILAT
• ETIONAMID
• SIKLOSERIN
• Mencegah resistensi
• Praktis karena dapat diberikan sebagai dosis tunggal.
• Mengurangi efek samping.
H = Isoniazid
R = Rifampisin
Z = Pirazinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu
yang lebih panjang. Penggunaan 4 obat selama fase awal dan 2 obat
selama fase lanjutan akan mengurangi resiko terjadinya resistensi
selektif. Menurut The Joint Tuberculosis Committee of the British
Thoracic Society fase lanjutan selama 4 bulan dengan INH dan
Rifampisin untuk tuberkulosis paru dan ekstra paru. Etambutol dapat
diberikan pada pasien dengan resistensi terhadap INH.
4.Hasil foto XRay dada dan tes 4. Hasil foto XRay dada dan tes dahak
dahak normal abnormal
BAB III
KESIMPULAN