Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUBERCULOSIS

(TBC)

Disusun Oleh :

Shela Puspita Sari


144012128037

Dosen Pengampu : Ns. Dessy Suswitha ,S, Kep , M.Kes


Mata Kuliah: Keperawatan Gawat Darurat II

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. Laporan pendahuluan TBC
1. Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
bacteri microbacterium tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit
saliuran penafasan bagian bawah yang sebagian besar bakteri tuberculosis
masuk kedalam jaringan melalui udara dan selanjutnya mengalami proses yang
dikenal sebagai fokus primer dan ghon (Wijaya, 2013).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang biasanya menyerang parenkim
paru,yang disebabkan oleh bakteri microbakterium tuberkulosis. Tuberkulosis
dapat mengenai hampir kesemua bagian tubuh termasuk
meninges,ginjal,tulang, dan noduslimfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam
dua sampai sepuluh minggu setelah ajanan (Smeltzer,dkk,2015).
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabakan microbakteri
tuberkulosis yang hampir seluruh organ tubuh dapaat terserang olehnya. Tapi
yang paling banyak yaitu dibagian paru-paru. Tuberkulosis adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh microbakterium tuberkulosis dengan gejala yang
sangat bervariasi ( Padila,2013).
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan,Tuberkulosis meruapakan
penyakit yang biasanya menyerang bagian paru-paru khususnya bagian
parenkim paru. Penyakit tuberkulosis ini disebabkan oleh bakteri
mickrobakterium tuberkulosis yang terhirup oleh manusia melalui udara.
Namun tidak hanya menyerang pada sistem paru-paru,tetapi baian tubuh
lainnya juga dapat tersetrang penyakit ini seperti meninges,ginjal,tulang,dan
lain sebagainya. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat
disembuhkan dengan pengobatan yang tepat, dan telatur.

1
2. Anatomi Fisiologi
Anatomi Paru

(Sumber : Ayuda dkk, 2022)

Fisiologi Paru
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks,
yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan
tekanan. Ventilasi membutuhkan gearakan dinding sangkar toraks dan
dasarnya, yaitu diagfrahma. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian
meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada. Ketika kapasitas dalam dada
meningkat, udara masuk melalui trakea (inspirasi), karena penurunan tekanan
di dalam dan mengembangkan paru. Ketika dinding dada dan diagfrahma
kembali keukurannya semula (ekspirasi), paru-paru yang elastis tersebut
mengempis dan mendorong udara keluar melalui bronkus dan trakea. Fase
inspirasi dari pernapasan normalnya membutuhkan energi : fase ekspirasi
normalnya positif, inspirasi menempati sepertiga dari siklus pernapasan,
ekspirasi menempati dua pertiganya.
a. Pleura, bagian terluar dari paru-paru, dikelilingi oleh membran halus, licin
yaitu pleura, yang juga meluas untuk membungkus dinding interior toraks
dan permukaan superior diagfrahma. Pleura parietalis melapisi tiraks dan
pleura viseralis melapisi paru-paru. Antara kedua pleura ini terdapat ruang
yang disebut spasium pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan
yang melicinkan permukaan dan memungkinkan keduannya bergeser

2
dengan bebas selama ventilasi.
b. Mediastinum, mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks
menjadi dua bagian. Mediastium terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua
struktur toraks kecuali paru-paru terletak antara kedua lapisan pleura.
c. Lobus, setiap lobus dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri atas lobus bawah
dan atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah.
Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi dua segmen yang dipisahkan
oleh fisura, yang merupakan peluasan pleura.
d. Bronkus dan bronkiolus. Terdapat beberapa divisi bronkus didalam setiap
lobus paru. Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua
pada paru kiri). Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (10
pada paru kanan dan 8 pada paru kiri), yang merupakan struktur yang
dicari ketika memilih posisi drainase postural yang paling efektif untuk
pasien tertentu. Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus
subsegmental. Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki
arteri, limfatik dan saraf.
e. Alveoli, paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam
kluster anatara 15 sampai 20 alveoli. Begitu banyaknya alveoli ini
sehingga jika mereka bersatu untuk membentuk satu lembar, akan
menutupi area 70 meter persegi (seukuran lapang tenis). Terdapat tiga
jenis sel-sel alveolar. Sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang
membentuk dinding alveolar. Sel-sel tipe II, sel-sel yang aktif secara
metabolik, mensekresi surfaktan, suatu fosfolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli
tipe III adalah magrofag yang merupakan sel-sel fagositis yang besar yang
memakan benda asing (misal : lendir, bakteri) dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan yang penting. (Brunner dkk, 2002)

3
3.Etiologi
Penyebab Tuberkulosis adalaah microbakterium tuberkulosis, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dengan tebal 0,3-
0,6/um. Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak
(lipid),kemudian peptidoklikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA). Kuman dapat tahan hidup pada udara kering
maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun tahun dalam lemari es).
Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant
ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis
menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerop, sifatini menunjukkan
bahwa kuman lebih menyukai jaringan yang tinggikandungan oksigennya.
Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apical ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberkulosi (Setiati,2004).

4. Patofisiologi

Ketika seorang penderita Tb paru batuk,bersin,atau berbica,maka


secara tidak sengaja percikan dahak yang mengandung kuman atau bakteri
jatuh ketanah,lantai,atau tempat lainnya, Akibat terkena sinar matahari atau
suhu udara yang panas percikan dahak yang tadi menguap keudara. Dengan
pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung
dalam dahak tadi terbang keudara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang
sehat maka orang itu beresiko terkena infeksi bakteri tuberkulosis
(Muttaqin,2008).

Kuman yang bersarang dijaringan paru akan berbentuk sarang


tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afekprimer atau
sarang (fokus) Ghon. Srang primer ini dapat terjadi disetiap bagian jaringan
paru. Bila menjalar sampai ke pleura,maka terjadiala efusi pleura. Dan dapat
menyebabkan seluruh organ seperti paru,otak,ginjal,tulang infeksi oleh
baktteri ini (Nurarif,2015).

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.


Fagosip (Neutrifil dan Makrofag) dan menelan banyak bakteri:Limposit
spesifik– Tuberkulosi Melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal.
4
Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alfeoli,menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10
minggu setelah pemajanan (Sudoyo,2013).

Infeksi primer mungkin hanya berukuran microskopis dan karenanya


tidak tampak pada foto rongten. Tempat infeksi primer dapat mengalami
proses degenetasi nekrotik(perkejuan) tetapi bisa saja tidak,yang
menyebabkan pembentukan rongga yang terisi oleh masa basil tuberkelosis
seperti keju,sel-sel darah putih yang mati, dan jaringan paru nekrotik. Pada
waktunya, material ini mencair dan dapat mengalir kedalam percabangan
trakeubronikal dan dibatukkan. Produksi sputum merupakan gejala yang
tidak khas pada banyak penyakit paru. Umumnya, sputum merupakan
produk peradangan atau infeksi saluran pernafasan, namun dapat juga
berasal dari alfeolus. Akibat sekresi mulkus yang berlebihan meliputi
batuk,sumbatan saluran pernafasan dan obstruksi saluran pernafsan
(Ringel,2012)

Saluran pernafasan mempunyai beberapa alat untuk mengekpresikan


ketidak senangannya atau iritasinya. Saluran pernafasan dan parenkim paru
mempunyai beberapa reseptor,tetapi batuk merupakan respon utama paru
terhadap rangsangan bahaya. Reseptor iritan diseluruh saluran pernafasan
dapat memicu batuk sebagai suatu usaha untuk membersikaan bakteri-
bakteri bahaya. Jenis batuk pembersih tenggorokan lebih sering berkaitan
dengan iritasi saluran pernafsan atas. Adanya sputum menunjukkan adanya
infeksi,peradangan saluran pernafsan. Dahak manusia merupakan sumber
infeksi yang paling penting. Saat penderita batuk, bersin maupun berbicara
maka akan terjadi percikan dahak yang sangat kecil yang mengandung
kuman atau bakteri Tb yang melayang-layang diudara. Sehingga dengan
mudah akan terhirup oleh manusia yang sehat dan menyebabakan orang
sehat tersebut tertular penyakit Tb paru karena ketidaktauhannya dalam
mencegah penularan (Crofton,2002).

5
5.Manipestasi Klinis
Keluhan yang timbul pada penderita TB paru menurut (Setiati, 2014)
bermacam-macam pada setiap orangnya, yang sering timbul adalah gejala
sebagai berikut :
a. Demam : Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi
kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41C. Serangan demam
pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali.
Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga
klien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza.
Keadaan ini sangat di pengaruhi oleh daya tahan tubuh klien dan berat
ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
b. Batuk/batuk berdarah : Gejala ini banyak di temukan. Batuk terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini di perlukan untuk
membuang produk-produk radang kluar. Karena terlibatnya bronkus pada
setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-
minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk bermula
dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (Menghasilkan sputum). Keadaan lanjut adalah berupa
batuk darah Karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyaan
batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga
terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak napas : Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum di rasakan
sesak nafas. Sesak nafas akan di temukan pada penyakit yang sudah
lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada : Gejala ini agak jarang di temukan. Nyeri dada timbul bila
infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu klien menarik/melepaskan
nafasnya.
e. Malaise : Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala
malaise sering di temukan berupa anoreksia tidak nafsu makan, badan

6
makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot,
keringat malam dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

6. Komplikasi
Apabila TB paru tidak di tangani dengan benar maka akan menimbulkan
komplikasi yaitu komplikasi pada komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empisema, laringitis, usus,
poncets orthropathy
b. komplikasi lanjut : obstruksi jalan nafas => SOPT (sindrom obstruksi
pasca tuborkulosis), kerusakan parenkim berat => fribosis paru,
korpulmonal, amyloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa
(ARDS), yang sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB (setiati,
2014).

7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut mansjoher, dkk (1999). Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada klien dengan tuborkulosis paru, yaitu :
a. Laboratorium darah rutin : LED normal/meningkat, limpositosis
b. Pemeriksaan sputum BTA : Hanya 30-70% klien yang dapat di lakukan
diagnosa dengan pemeriksaan ini
c. Tes PAP ( Peroksidase Anti Peroksidase) : Uji serologi imunoperoksidase
memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya igG spesifik
terhadap hasil TB paru
d. Tes montoux/tuberculin : Suatu cara untuk mendiagnostik TBC
e. Teknik polimerasechainreaktion : Deteksi DNA kuman secara spesifik
melalui amplifikasi dalam. Meskipun hanya satu mikroorganisme dalam
spesimen juga dapat mendeteksi adanya kuman resistensi
f. Becton Dickinson diagnostik instrument sistem (BACTEK) : Deteksi
groun indeks berdasarkan CO2 yang di hasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh mikrobakterium tuborkulosis.

7
g. MYCODOT : Deteksi antibody memakai antigen liporabinomamnam
yang di rekatkan pada suatu alat yang berbentuk seperti sisir plastic,
kemudian di celupkan dalam jumlah memadai memakai sisir akan
berubah
h. Pemeriksaan radiologi : Ront toraks PA dan lateral, gambaran foto toraks
yang menunjang diagnosis TB paru yaitu :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru paru atas atau segment
apikalobus bawah
2) Bayangan berwarna (Patchy) atau bercak (nodular)
3) Adanya kapitas tunggal atau ganda
4) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
5) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
6) Bayangan millie

8.Penatalaksanaan Medis
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri
dari paduan obat utama dan tambahan (Amin, H, 2015)
1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
a. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah :
- Rifampisin
Dosis 10 mg/kg BB, maksimal 600mg 2-3x/minggu atau
BB>60 kg : 600mg
BB 40-60kg : 450mg
BB<40kg : 300mg
Dosis intermiten 600mg/kali
- INH
Dosis 5mg/kg BB, maksimal 300mg, 10mg/kg BB 3 kali
seminggu, 15mg/kg BB 2 kali seminggu atau 300mg/hari untuk
dewasa. Intermiten : 600mg/kal

8
- Pirazinamid, dosis fase intensif 25 mg/kg BB, 35mg/kg BB 3 kali
seminggu, 50mg/kg BB 2 kali seminggu atau BB>60 kg : 1500mg
BB 40-60kg : 1000mg
BB<40kg : 750mg
- Streptomisin, dosis 15mg/kg BB atau
BB>60kg : 1000mg
BB 40-60kg : 750mg
BB<40kg : sesuai BB
- Etambutol, dosis fase intensif 20mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg
BB, 30mg?kg BB 3x seminggu, 45mg/kg BB 2x seminggu atau
BB>60kg : 1500mg
BB 40-60kg : 1000mg
BB<40kg : 750mg
Dosis intermiten 40mg/kg BB/kali
b. Kombinasi dosis tetap, kombinasi dosis tetap ini terdiri atas :
- Empat obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin
150mg, isoniazid 75mg dan pirazinamid 400mg
- Tiga obat anti tuberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin
150mg, isoniazid 75mg dan pirazinamid 400mg
c. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
- Kanamisin
- Kuinolon
- Derivat rifampisin dan INH
Sebagai besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek
samping. Oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek
samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek
samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping
ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian
OAT dapat dilanjutkan.

9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS TBC
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Pada dasarnya tujuan pengkajian
adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien (Baradah,dkk.
2013).
a. Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan pasien TBC paru meminta pertolongan
dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu keluhan
respiratoris dan keluhan sistemis (Ardiansyah, 2012).
1) Keluhan respiratoris
a) Batuk
b) Batuk Darah
c) Sesak Nafas
d) Sputum Berlebih
b. Riwayat kesehatan saat ini
Pengkajian dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Pada pasien TBC
yang paling sering dikeluhkan adalah batuk, pasien TBC paru juga sering
mengeluh batuk darah dan juga sesak nafas (Ardiansyah, 2012).
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumny
pasien pernah menderita TBC paru, waktu kecil pernah mengalami
keluhan batuk dalam waktu lama, menderita TBC dari organ lain,
pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang dapat memperberat TBC
paru (seperti diabetes mellitus). Tanyakan pula mengenai obat-obat yang
biasa diminum oleh pasien di masa lalu yang masih relevan seperti obat
OAT dan antitusif. Tanyakan pula ada alergi obat serta reaksi alergi yang
timbul (Ardiansyah, 2012).

10
d. Riwayat Keluarga
Secara patologi penyakit TBC paru tidak diturunkan. Tetapi, perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor presdiposisi penularan didalam rumah (Ardiansyah,
2012).
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sering disebut sebagai diagnosis fisik. Pemeriksaan fisik
pada sistem pernafasan berfokus pada bagian thorax yang meliputi :
1) Inspeksi
Pemeriksaan dengan melihat keadaan umum sistem pernafasan dan
menilai adanya tanda-tanda abnormal misalnya adanya sianosis, pucat,
kelelahan, sesak nafas, batuk dan menilai adanya produksi sputum
(Muttaqin, 2014). Inspeksi yang berkaitan dengan sistem pernafasan
adalah melakukan pengamatan atau observasi pada bagian dada, bentuk
dada simetris atau tidak, pergerakan dinding dada, pola nafas, frekuensi
nafas, irama nafas, apakah terdapat proses ekshalasi yang panjang, apakah
terdapat otot bantu pernafasan, gerak paradoks, retraksi antara iga dan
retraksi di atas klavikula. Dalam penghitungan frekuensi pernafasan
jangan diketahui oleh pasien yang dilakukan pemeriksaan karena akan
mengubah pola nafasnya (Djojodibroto, 2014).
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar di
atas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil pada
dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-
tujuh” secara berulang. Jika pasien mengikuti instruksi tersebut secara
tepat, perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tangannya.
Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat, dan akan
meningkat pada kondisi konsolidasi. Selain itu palpasi juga dilakukan
untuk mengkaji temperatur kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan,
thrill, titik impuls maksimum, abnormalitas massa dan kelenjar, sirkulasi
perifer, denyut nadi, pengisian kapiler, dll (Mubarak et al., 2015)

11
3) Perkusi
Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk
organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara
di dalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan menekankan jari tengah
(tangan nondominan) pemeriksaan mendatar diatas dada pasien. Kemudian
jari tersebut diketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah atau
jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi
resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit tertentu (misalnya:
pneumotoraks, emfisema), adanya udara atau paru-paru menimbulkan
bunyi hipersonan atau bunyi drum. Sementara bunyi pekak atau kempis
terdengar apabila perkusi dilakukan diatas area yang mengalami
atelektasis (Mubarak et al., 2015).
4) Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan didalam
tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan menggunakan
stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada,
intensitas, durasi, danmkualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
valid dan akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada
pemeriksaan fisik paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi
nafas vesikular, bronkial, bronkovesikular, rales, ronki, juga untuk
mengetahui adanya perubahan bunyi nafas serta lokasi dan waktu
terjadinya (Mubarak et al., 2015). Pada pasien TBC paru timbul suara
ronki basah, kasar dan nyaring akibat peningkatan produksi sekret pada
saluran pernafasan (Somantri, 2012).

12
2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan tuberkulosis paru
menurut Doenges,dkk (2007) adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
penumpukan secret
2. Hipertermi berhubungan dengan adanya proses penyakit
3. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat

3. Intervensi keperawatan
Berdasarkan buku SIKI (2018) Intervensi keperawatan pada penyakit
tuberculosis sebagai berikut :

No Diagnosis Tujuan dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi keperawatan (SIKI)


keperawatan
(SDKI)

1. Bersihan jalan Setelah dilakukan intervensi Latihan batuk efektif Tindakan :


nafas tidak efektif selama ……x maka bersihan
jalan napas meningkat 1. Observasi :
dengankriteria hasil ;
• Identifikasi kemampuan
✓ Batuk batuk.
efektif • Monitor adanya retensi
meningkat( sputum.
5) • Monitor tanda dan gejala.
✓ Produktif • infeksi saluran nafas.
sputum • Monitor input dan aoutput
menurun(5) cairan, (mis. Jumlah dan
✓ Mengi menurun(5) karakteristik).
✓ Whezing menurun(5)
✓ Dispnea menurun(5) 2. Terapeutik
✓ Ortopnea menurun(5)
✓ Sulit bicara menurun(5) • Atur posisi semi fowler
✓ Sianosis menurun(5) atau fowler.
✓ Gelisah menurun (5) • Pasang perlak dan
✓ Frekuensi
bengkok di pangkuan
nafas
pasien.
membaik(5)
• Buang secret pada tempat
✓ Pola nafas membaik(5)
sputum.
3. Edukasi

• Jelaskan tujuan dan


prosedur batuk efektif.
• Anjurkan tarik napas
13
dalam melalui hidung
selama 4detik ditahan
selama 2detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8
detik.
• Anjurkan mengulangi tarik
nafas dalam hingga 3x
• Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke tiga
4. Kaloborasi
• Kaloborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran jika perlu.
2. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
nerhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam Tindakan
dengan proses Hipertermi Membaik
penyakit Kriteria hasil: Observasi
Termoregulasi - Indentifkasi penyebab hipertermi
- Mengigil (mis. dehidrasi terpapar
- Kulit merah lingkungan panas penggunaan
- Kejang incubator)
- Akrasianosis - Monitor suhu tubuh
- Konsumsi oksigen - Monitor kadar elektrolit
- Piloreksia - Monitor haluaran urine
- Vasokontriksi perifer
- Kutia memorata Terapeutik
- Pucat - Sediakan lingkungan yang dingin
- Takikardi - Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Takipnea - Basahi dan kipasi permukaan
- Bradikardi tubuh
- Dasar kuku sianotik - Berikan cairan oral
- Hipoksi - Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal
(mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen,aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
- Batasi oksigen, jika perlu

Edukasi
- Porsi makan yang dihabiskan
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi cairan dan elektrolit
14
intravena, jika perlu
Regulasi Temperature
Tindakan
Observasi
- Monitor suhu bayi sampai stabil (
36.5 C -37.5 C)
- Monitor suhu tubuh anak tiap 2
jam, jika perlu
- Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor dan catat tanda dan
gejala hipotermia dan hipertermia
- Terapeutik
- Pasang alat pemantau suhu
kontinu, jika perlu
- Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
- Bedong bayi segera setel lahir,
untuk mencegah kehilangan panas
- Masukkan bayi BBLR ke dalam
plastic segera setelah lahir ( mis.
bahan polyethylene, poly
urethane)
- Gunakan topi bayi untuk
memcegah kehilangan panas pada
bayi baru lahir
- Tempatkan bayi baru lahir di
bawah radiant warmer
- Pertahankan kelembaban
incubator 50 % atau lebih untuk
mengurangi kehilangan panas
Karena proses evaporasi
- Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan
- Hangatkan terlebih dahulu bhan-
bahan yang akan kontak dengan
bayi (mis. seelimut,kain
bedongan,stetoskop)
- Hindari meletakkan bayi di dekat
jendela terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau kipas
angin
- Gunakan matras penghangat,
selimut hangat dan penghangat
ruangan, untuk menaikkan suhu
tubuh, jika perlu
- Gunakan kasur pendingin, water
circulating blanket, ice pack atau
jellpad dan intravascular cooling
15
catherization untuk menurunkan
suhu
- Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien

Edukasi
- Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion,heat stroke
- Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar udara
dingin
- Demonstrasikan teknik perawatan
metode kangguru (PMK) untuk
bayi BBLR

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antipiretik
jika perlu
3. Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam Tindakan
intake nutrisi tidak Defisit nutrisi Membaik dengan Observasi
adekuat Kriteria Hasil: - Identifikasi status nutrisi
- Porsi makan yang dihabiskan - Identifikasi alergi dan intoleransi
- Kekuatan otot penguyah makanan
- Kekuatan otot menelan - Identifikasi makanan yang
- Serum albumin disukai
- Verbalisasi keinginan untuk- Identifikasi kebutuhan kalori
menigkatkan nutrisi dan jenis nutrient
- Pengetahuan tentang pilihan- Identifikasi perlunya penggunaan
makan yang sehat selang nasogastrik
- Pengetahuan tentang standar- Monitor asupan makanan
asupan nutris yang tepat - Monitor berat badan
- Penyiapan dan penyimpanan- Monitor hasil pemeriksaan
makanan laboratorium
- Sikap terhadap
makanan/minuman sesuai
dengan tujuan Kesehatan Terapeutik
- Perasaan cepat kenyang - Lakukan oral hygiene sebelum
- Nyeri abdomen makan, jika perlu

16
- Sariawan - Fasilitasi menentukan pedoman
- Rambut rontok diet (mis. Piramida makanan)
- Diaere - Sajikan makanan secara menarik
- Berat badan atau IMT dan suhu yang sesuais
- Nafsu makan - Berikan makan tinggi serat untuk
- Bising usus mencegah konstipasi
- Tebali lipatan kulit trisep - Berikan makanan tinggi kalori
- Membrane mukosa dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika
perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan

4. Implementasi
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan
keperawatan yang khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi
(atau program keperawan). Perawat melaksanakan atau mendelegasikan
17
tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat
tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut (kozier
dkk, 2011).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan
terarah ketikan klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien
menuju pencapaian tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan
keperawatan. (Kozier dkk,2011). Tujuan evaluasi adalah untuk menilai
pencapaian tujuan pada rencana keperawatan yang telah ditetapkan,
mengidentifikasi variabel-variabel yang akan mempengaruhi pencapaian
tujuan, dan mengambil keputusan apakah rencana keperawatan diteruskan,
modifikasi atau dihentikan (Manurung, 2011).

18
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda, N, Hardhi Kusuma (2015), NANDA NIC-NOC Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis, Jilid 2, Yogyakarta :
Mediaction
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.
Ayuda Nia Agustina dkk (2022) Anatomi Fisiologi, Yayasan Kita menulis
Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya
Brunner dkk (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
Crofton Jhon,dkk (2002): Tuberkulosis klinis,Jakarta : Widya Medika
Danusantoso H (2005). Tuberkulosis paru. Dalam: Buku saku ilmu penyakit paru
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Djojodibroto, dkk (2014). Respirologi. Jakarta : EGC.
Doenges.2007.Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.ed. 4.Jakarta:EGC
Kaozier, B. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Kemenkes. (2014). strategi nasional pengendalian TB di Indonesia tahun 2013.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular Kemenkes RI, 2014.
Kemenkes RI. 2018. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Lembaga
Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI (2015), Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014,
jakarta
Lanus, I. N., Suyani, I. N., & Dkk. (2014). Hubungan Antara Sanitasi Rumah
Dengan Kejadian Tb Paru Di Kabupaten Bangli Tahun 2012. Jurnal
Kesehatan Lingkungan .
Manurung, S. (2011). Buku ajar keperawatan sistem pernafasan. Jakarta : Trans
Info Media.
Monsjoher,(1999), Tuberkulosis klinis,Jakarta: Widya Medika
Mubarak,dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.
19
Muttaqin, dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta: salemba Medika.
Muttaqin Arif,(2008),Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem pernafasan,Jakarta : Salemba Medika
Nurarif,dkk (2015),Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
dan Nanda Nic noc jilid 3, Jogyakarta: Medication
Padila,(2013),Asuhan keperawatan penyakit dalam, Yogyakarta: Nuha Medika
Pratikanya, F. A. (2017). Analisis Biaya Antituberkulosis Kategori 1 Pasien
Rawat Jalan Di Rsud X Tahun 2017. Universitas Muhammadiyah
Surakarta .
Ringer Edward,(2012),Buku saku hitam kedokteran paru, Jakarta: Indeks
Setiati Siti,dkk,(2015),Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1 edisi VI, Jakarta:
interna publishing
Smaltzer,dkk,(2015),Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner dan
Suddarth edisi 12,Jakarta: EGC
Somantri, Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Sudoyo,dkk,(2013),Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 3 edisi V,Jakarta : EGC
Wijaya,dkk,(2013), Keperawatan medikal bedah 1(keperawatan dewasa)
Yogyakarta:Nuha Medika

20

Anda mungkin juga menyukai