Anda di halaman 1dari 19

ASKEP JIWA ANAK PADA KORBAN TRAFFICKING

Kelompok 5
1. Mutiara Humaidah Jannah (2007049)
2. Naili Sa’adah (2007051)
3. Naila Khansa (2007050)
4. Nourma Janna Lailatul Fitria (2007055)
5. Nur Hidayah Khoiriyah (2007056)
6. Nurmala Dia Safitri Siregar (2007058)
7. Nurul Aeni (2007059)

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG


PRODI S1 KEPERAWATAN

Kata Pengantar
Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atasRahmat-Nya
yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Jiwa Anak Pada Korban Trafficking” yang merupakan salah satu
tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat beberapakekurangan,
hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan yangpenulis miliki. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dansaran yang konstruktif untuk
perbaikan di masa yang akan datang, karena manusiayang mau maju adalah orang yang
mau menerima kritikan dan belajar dari suatu kesalahan.
Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Anak Korban Trafficking”. Mendapat ridho dariAllah
SWT, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya, Aamiin.
BAB 1

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang

Human Trafficking merupakan suatu kejahatan transnasional yang dapat


dikatakan marak terjadi, yang tindak kejahatannya sering dilakukan dengan
melintasi batas negara. Korbannya pun beragam dan tidak jarang pula anak-
anak dijadikan sebagai sasaran untuk menjadi korban atas tindak kejahatan ini.
Metode dalam penelitian ini adalah penelitian normatif yang ditujukan untuk
mengetahui bentuk- bentuk suatu aturan hukum, prinsip- prinsip hukum,
maupun doktrin hukum guna menjawab isu yang dihadapi1 untuk dapat
dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana human trafficking ini. Dan untuk
mengetahui pula seperti apakah perlindungan serta pendampingan yang akan
di dapatkan oleh anak yang menjadi korban atas tindak kejahatan human
trafficking tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
di indonesia.

Hal ini juga dijelaskan oleh Irwanto dalam bukunya “Perdagangan Anak di
Indonesia” pada tahun 2001 yang mengatakan bahwa anak, individu yang
masih tergantung pada orang dewasa cenderung tidak dapat bertindak
membela diri dan mengambilkeputusan sendiri sehingga cenderung rentan
menjadi korban penyalahgunaan anak oleh pihak yangtidak bertanggungjawab.
Data UNICEF menyebutkan setiap tahun ada sekitar 1,2 juta anak di dunia
menjadi korban perdagangan anak. Di Indonesia, sebanyak 100.000 anak
menjadi korban perdagangan anak setiap tahun, dan dari jumlah tersebut,
40.000 hingga 70.000 di antaranya menjadi korban prostitusi. Perdagangan
anak dewasa ini semakin hari semakin mengkhawatirkan. Korban trafficking
pada umumnya adalah anak-anak dan perempuan di bawah umur yangmana
korbannya adalah mereka yang mengalami kesulitan dalam bidang
perekonomian. Traffiking ialah salah satu bentuk masalah sosial yang memiliki
dampak negatif sangat besar terhadap kondisi psikologi korban trafficking.

Perdagangan manusia adalah bentuk modern dari perbudakan. Korban


perdagangan manusia harus mengalami kekerasan, pemalsuan, atau pemaksaan
untuk tujuaneksploitasi seksual atau perburuhan paksa. Korbannya adalah
anak-anak kecil, remaja, pria danwanitaAnak-anak korban perdagangan
manusia sering kali dieksploitasi untuk tujuan seksual,termasuk prostitusi,
pornografi, dan wisata seks. Mereka juga dieksploitasi untuk perburuhan
paksa,termasuk dijadikan pembantu rumah tangga, bekerja di pabrik dengan
upah rendah dan kondisi buruk,dan pertanian migran. Efek psikologis
eksploitas meliputiperasaan tidak berdaya,perasaan malu,rendah diri, syok,
hilangnya kepercayaan terhadap orang sekitar dan lingkungannya, kehilangan
arahhidup, kebingungan, dan gangguan kecemasan termasuk gangguan stres
pasca trauma, fobia, serangan panik, dan depresi.

2. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah pada Makalah ini yaitu:
1. Jelaskan Definisi Trafficking Human Pada Anak
2. Jelaskan Faktor- Faktor Penyebab Human Trafficking pada Anak
3. Jelaskan Bentuk dan Modus Human Trafficking
4. Jelaskan Undang- undang tentang Human Trafficking
5. Jelaskan Dampak/ Pengaruh Human Trafficking pada Kesehatan Jiwa
Anak
6. Jelaskan Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking Pada Anak

3. Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan Penulisan pada Makalah ini yaitu:

1. Untuk Mengetahui dan Memahami Definisi Human Trafficking


2. Untuk Mengetahui dan Memahami Faktor- Faktor Penyebab Human
Trafficking pada Anak
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Bentuk dan Modus Human Trafficking
pada Anak
4. Untuk Mengetahui dan Memahami Undang- undang tentang Human
Trafficking
5. Untuk Mengetahui dan Memahami Dampak/ Pengaruh Human Trafficking
6. Untuk Mengetahui dan Memahami Pencegahan dan Penanggulangan
Human Trafficking pada Anak
BAB II

A. Definisi

Traffcking merupakan perekrutan, pengiriman, pemindahan,


penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau kekerasan atau
bentuk-bentuk lain dari pemaksaan,penculikan,penipuan kebohongan merupakan
wujud dari penyalahgunaan kekuasaan yang bertujuan untuk memperoleh
keuntungan agar bisa memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas
orang lain dengan cara mengeksploitasi. (pasal 3 protokol PBB).

Child Traffcking adalah perdagangan manusia dengan korban yang


dikategorikan sebagai anak-anak atau orang berusia 18 tahun ke bawah untuk
tujuan-tujuan eksploitatif.
B. Etiologi
1. Ekonomi yang rendah menyebabkan anak anak dipekerjakan pada saat usia
mereka dibawah umur.
2. Kesamaan budaya merupakan pemikiran yang sama disebuah populasi atau
masyarakat untuk memperkerjakan anak mereka pada saat usia muda untuk
emnunjang perekonomian keluarga dan juga terjadi pada anak – anak yang
putus sekolah. Mereka dikirim keluar kota atau litas negara
3. Peran orang tua yang mendorong perkawinan, biasanya dipedesaan para orang
tua ingin menikahkan anaknya diusia muda. Hal tersebut akan menyebabkan
perempuan akan dibeli dengan uang, pada akhirnya akan mengakibtkan
terjadinya tindakan kekerasan pada para perempuan.
4. Minimnya tingkat pendidikan dan informasi, bukan hanya dipedesaan di
perkotaan pun banyak masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah,
sehingga mereka mudah tertipu atau dibujukoleh sindikit pidana.
C. Sifat Dasar Traffcking
1. Bersifat manipulatif atau penyalahgunaan

Penyimpangan dari rencana semula pada saat membujuk seseorang yang akan
di bekerjakan dengan baik dan pantas,tetapi pada keadaan real nya korban
malah di perlakukan sebaliknya yaitu di eksploitasi dan di berlakukan
dengan kekerasan kemudian menyalahgunakan pekerjaan yang di janjikan
misalnya pada saat pertama kali di beri informasi korban akan di jadikan
sebagai pelayan toko dan sebagainya,tetapi pada kenyataanya korban malah di
jadikan sebagai pekerja seks atau mengarah pada prostitusi.
2. Terjadi transaksi

Terjadi transaksi antara orang ketiga atau calo sebagai perantara antar penjual
kepada pihak pemakai.

3. Tidak mengerti

Korban tidak mengerti dengan penyimpangan yang akan di lakukan pelaku,


jadi pada saat korban di bawa untuk di berikan pekerjaan,korban tidak tahu
bahwa ia di jadikan korban oleh sindikat tindak pidana atau menjadi korban
dari sebuah tindakan pidana.

4. Migrasi

Adanya migrasi atau perpindahan melampaui batas kota dan batas provinsi
sehingga jarak tersebut di jadikan kesempatan oleh sindikat dalam melakukan
traffcking

D. Motif Terjadinya Traffcking


1. Adopsi

Di negara yang telah sukses dan berhasil membangun ekonomi misalnya di


negara –negara skandinavia para kaum wanita tidak ingin kawin, sehingga
pemerintah harus mengiming-imingi masyarakat untuk memiliki anak ,tetapi
penduduk negara tersebut tidak terpengaruh dengan iming-iming dan pada
akhirnya mereka rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk mengadopsi
anak.

2. Pemekerjaan

Dengan memperkerjakan anak-anak maka tidak harus membayar lebih


sekalipun dengan tempat tinggal dan makan yang tidak layak,hal tersebut
dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat-lipat.

3. Motif eksploitasi seksual

Menjadikan perempuan sebagai pengahasil ekonomi yang tinggi, bahwa


semakin muda wanita, maka semakin tinggi harga jual nya, mereka di jadikan
sebagai pelacu dan pekerja seks, mereka di eksploitasi untuk melayani seksual
pemakai.

4. Transplantasi organ
Dengan keadaan mendesak mereka akan menyerahkan organ-organ seperti
ginjal, liver, mata dan sebagainya untuk di serah kan kepada orang lain,
bahkan mereka juga ada yang di paksa dengan penculikan, bahkan sampai di
lakukan peniadaan nyawa atau pembunuhan.

E. Bentuk, Proses dan Dampak Traffcking


1. Bentuk-bentuk trafficking :
a. Pelacuran dan eksploitasi seksual,hal ini tidak hanya terjadi pada orang
dewasa,tetapi pada anak juga sering terjadi yaitu (fedopilia).
b. Menjadi buruh migran legal maupun ilegal
Misalnya imigran pekerja indonesia yang di pekerjakan di arab atau
negara-negara lainnya,tetapi mereka di eksploitasi dengan kekerasan dan
pekerjaan dan bayaran yang minim atau bahkan tidak di bayar sama sekali
c. Adopsi anak
d. Pekerja jermal
e. Pekerja rumah tangga
f. Pengemis
g. Industri ponografi
h. Pengedaran obat terlarang narkoba
i. Sebagai penari atau pengantin pesanan
2. Proses Traffcking
a. Pelaku mencari sasaran traffcking : sasaran traffcking biasanya pada anak-
anak jalanan, orang yang sedang mencari pekerjaan, anak-anak yang
berada di daerah konflik atau pengungsi, anak miskin yang berada di
pedesaan, anak-anak yang berada di wilayah perbatasan negara, anak yang
dalam keluarganya terjerat hutang, anak yang berasa dalam kekerasan
rumah tangga, anak perempuan yang menjadi korban pemerkosaan.
b. Pelaku melakukan modus operandi dengan rayuan, jebakan dan
penyalahgunaan wewenang, kedok duta budaya di luar negeri atau dengan
melakukan penculikan.
c. Penggantian identitas

Pelaku pengganti identitas korban, setelah korban terjerat, agar jejak nya
tidak tercium pihak keamanan misalnya dengan pihak kepolisian.

d. Pekerjaan melibatkan calo atau agen,dan mereka biasanya mempunyai


organisasi yang terintegritas, jarang dari mereka yang bekerja perseorangan
atau pelaku memiliki link terlebih dahulu.
3. Dampak Traffcking
a. Fisik

Anak memiliki penyakit yang di timbulkan oleh trafficking tersebut


misalnya pada eksploitasi seksual anak terjangkit penyakit HIV/AIDS.

b. Psikolog

Selama meraka diberlakukan kekerasan serta ancaman-ancaman yang


membuat mereka tidak mampu mendapat pertolongan dari luar,mereka
pada akhirnya menekan masalah sendiri,tidak jarang dari mereka
akhirnya menjadi depresi atau bahkan mengalami gangguan kejiwaan.

F. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri

Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan factor kontribusi pada


gangguan atau masalah konsep diri.

Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.

2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran

Adalah streotipik peran seks, tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.

Peran sesuai dengan jenis kelamin, konflik oerandan peran yang tidak sesuai
muncul dari factor biologis.

3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri

Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan kurang percaya diri
pada anak, teman sebaya merupakan factor lain yang mempengaruhi identitas.

Ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan


dalam struktur social.

4. Faktor tumbuh kembang

Pada dasarnya kemampuan hubungan sosisal berkembang sesuai dengan


tumbuh kembang individu mulai dari dalam kandungan sampai dewasa lanjut.
Untuk mengembangkan hubungan social yang positif setiap tugas
perkembangan harus dilalui dengan sukses. Bila salah satu tugas
perkembangan tidak terpenuhi maka akan mengahambat tahap perkembangan
berikutnya. Kemampuan berperan serta dalam proses hubungan diawali
dengan kemampuan berperan serta dalam proses hubungan diawali dengan
kemampuan tergantung pada masa bayi dan perkembangan pada masa dewasa
dengan kemampuan saling ketergantungan.

Faktor predisposisi dan presipitasi tersebut diatas dapat mempengaruhi


perkembangan kognitif, efektif, psikologis, perilku dan social bagi individu
sebagai stersor. Hal tersebut akan menyebabkan perubahan perilaku dimana
terjadi ketidak seimbangan sehingga individu cernderung menggunakan
mekanisme destruktif yang pada akhirnya masalah tidak terselesaikan menjadi
stressor bagi klien yang semakin lama mengakibatkan timbunya korban jiwa
baik berupa gangguan neuorosa atau ganguan kepribadian serta dapat berupa
pula gangguan psikosa atau skizofrenia.

Proses terjadinya gangguan tersebut berkembang melalui rentang respon sosial


yang berawal dari respon adaptif sampai maladaptif dan salah satunya adalah
menarik diri sehingga terjadi ganguan interaksi sosial.

5. Faktor sosial budaya

Nilai-nilai, norma-norma , adat dan kebiasaan yang ada dan sudah menjadi
suatu budaya dalam masyarakat merupakan tantangan antara budaya dan
keadaan social dengan nilai-nilai yang dianut.

6. Faktor Biologis

Faktor Biologis juga merupakan salah satu factor pendukung terjadinya


gangguan dalam hubungan social. Organ tubuh yang jelas dapat
mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan social adalah otak. Sebagai
contoh : pada klien skizoprenia yang mengalami masalah dalam hubungan
social terdapat struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, perubahan
ukuran dan sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.

G. Faktor Presipitasi
1. Faktor Ekstrenal

Contohnya adalah sterssor social budaya, yaitu sress yang di timbulkan oleh
faktor social budaya yang antatra lain adalah keluarga.

2. Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu sres terjadi akibat ansietas yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan
ketergantungan individu.

H. Penanggulangan Korban Traffcking

Beberapa perundang-undangan yang terkait dengan traffcking yaitu UU


nomor 35 tahun 2014 (bahwa di berikan perlindungan khusus pada anak yang
menjadi korban , penculikan, penjualan atau perdagangan, dilakukan upaya
melalui pengawasan, perlindungan, pencegahan, perawatan dan rehabilitasi)
kemudian pada KUHP (undang-undang hukum pidana) nomor 39 tahun 1999
pasal 297 yang menyatakan bahwa perdagangan wanita dan perdagangan laki-laki
yang belum cukup umur di ancam dengan penjara pidana paling lama 6
tahun.pada pasal 65 UU no 39 tahun 1999 menyatakan bahwa setiap anak berhak
memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan elecehan seksual
penculikan perdagangan anak serta bentuk menyalahgunaan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainya. 3 strategi penanggulangan traffcking yang di
lakukan pemerintah :

1. Korban traffcking harus di lindungi


2. Pelaku harus di hukum berat
3. Mengembangkan jejaring kelembagaan dengan aliansi global untuk
menghapus trafficking.

Hukum internasional terkait trafficking yaitu CRC mengharuskan bahwa


negara pihak mengambil semua tindakan nasional, bialteral, dan multilateral yang
perlu untuk mencegah penculikan, penjualan, atau perdagangan anak atau tujuan
apapun atau dalam bentuk apapun, pihak – pihak dalam protokol, tambahan dari
konvensi persserikatan bangsa – bangsa mengenai kejahatan terorganisasi
transional untuk mencegah, menekan, dan menghukum perdagangan orang,
khususnya wanita dan anak anak tahun 2000. Diharuskan untuk memidana
kejahatan perdaganagan orang, termasuk usaha – usaha untuk melakukan
perdagangan, bertindak sebagai kaki tangan serta mengorganisir atau
mengarahkan orang lain untuk melakukan perdagangan orang. protokol ini juga
mengharuskan negara pihak memidana perdagangan orang, termasuk setiap orang
yang membantu atau membiayai perdagangan orang, dan untuk menjatuhkan
hukuman yang mencerminkan beratnya pelanggaran tersebut, tindakan lebih lanjut
di haruskan untuk :

1. Melindugi identitas dan privasi korban perdagangan orang


2. Memperkenalkan tindakan untuk membantu para korban yang terlibat dalam
proses kejahatan
3. Menyediakan bagi para korban bantuan sosial dan rehabilitasi termasuk
bantuan berupa tempat tinggal dan makanan.
I. Kendala Penanggulangan Traffcking
1. Budaya masyarakat (anggapan jangan terlibat dengan masalah orang lain
sehingga tidak berani melaporkan kepada pihak kepolisian apabila terjadi
trafficking).
2. Kebijakan pemerintah (belum adanya regulasi khusus mengenai perdagangan
perempuan dan anak selain keppres no 88 tahun 2002 mengenai penghapusan
perdagangan perempuan dan anak dan juga ketidak pahaman tentang apa itu
perdangan sendiri karena kurang nya sosialisasi yang di lakukan pemerintah.
J. Pelayanan Bagi Korban Traffcking

Penanganan pada setiap permasalahan psikologis individu:

Wujudnya dengan mengadakan konseling bagi korban traffcking yang di


bentuknya lembaga-lembaga konsultasi dan disusul merebak nya jurnal,buku,hasil
penelitian yang berfokus pada kasus-kasus konseling.

Munculnya rumah-rumah perlindungan trauma centered (RPTC)


merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan dan perlindungan awal dan
pemulihan kondisi traumatis yang dialami oleh korban tindak kekerasan RPTC
merupakan organisasi pemerintah yang menjadi patner IOM.

Pada 3 agustus 2014 RPTC dinsosnakertans kabupaten cilacap sudah


memberikan pelayanan sosial bagi KTK –PM secara terpadu dan sistematis
dengan pelayanan sebagai berikut :

1. Pelayanan perlindungan sosial meliputi :


a. Layanan informasi dan advokasi ,kemudian layanan rumah perlindungan
dan shelter unit
b. Pemulihan traumatik yang meliputi layanan rehabilitasi psikososial dan
spritual dan layanan resosialisasi dan rujukan
Adapun usaha perlindungan anak korban trafficking yaitu :

1. UU no 37 tahun 1997 tentang hubungan luar negeri, UU ini dapat digunakan


untuk melindungi orang indonesia yang diperjualbelikan diluar negeri.
2. UU no 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan
orang.
3. UU no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak melarang perdagangan anak.
4. UNICEF, confention in right og the child ( confensi hak – hak anak).
5. UU no 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak.
6. Adanya RPSA.
K. Pecegahan dan Penaggulangan Human Trafficking Pada Anak
1. Memberi pengetahuan
Untuk dapat mencegah masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan sosialisasi
masalah kepada masyarakat. Dengan sosialisasi secara terus-menerus,
masyarakat akan mengetahui bahayanya masalah ini, dan bagaimana solusinya.
2. Memberitahu Orang Lain
Etika kita telah mengetahui masalah ini dan bagaimana solusinya, tetapi tidak

memberitahu orang lain, permasalahan ini tidak akan selesai


3. Berperan Aktif Untuk Mencegah
Anda juga bisa mengarahkan anak, keponakan, atau anak muda lain yang
gemar beraktivitas di situs jejaring sosial untuk lebih berhati-hati dalam
berteman, misalnya. Yang Anda lakukan mungkin hanya sesuatu yang kecil,
tetapi bila semua orang tergerak untuk turut melakukannya, bukan tak
mungkin masalah yang berkepanjangan ini akan teratasi
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Kasus Human Trafficking


Artikel

Perdagangan Manusia (Masih) Marak, Berbungkus Berbagai Modus

Suara Ibu Sulis terdengar geram ketika bercerita mengenai apa yang terjadipada salah
satu putrinya, yang menjadi korban –  dan pada akhirnya penyintas –  perdagangan orang
pada akhir 2013.
“Tidak bisa saya bayangkan ketakutannya., Dia jauh dari rumah, bekerjauntuk rumah
biadab itu. Dia melihat semuanya., Dia seperti jadi orang lain ketikasaya pertama kali
mendengar suaranya (melalui telepon) setelah sekian lama tidak
 berhubungan,” kata Ibu Sulis berapi-api.
“Keluarga kami broken home. Anak -anak melihat orangtua tidak akur. Mungkin itu
yang menyebabkan dia memutuskan pergi,” jelas Ibu Sulis yang berasal dari
Palopo, Sulawesi Selatan.
“Anak saya mungkin frustasi dan tidak tahan kondisi keluarga kami,” tegas
ibu Sulis, 45 tahun.Bella yang lahir pada tahun 1995, menurut ibunya, tergoda dengan
iming-iming gaji Rp 10 juta per bulan sebagai SPG. Dia mendapat tawaran dari
temanmasa kecilnya yang memang sudah lebih dulu bekerja di Dobo, kota kecil diKepulauan Aru di
Maluku

Bersama dengan teman lama dan sahabatnya, Bella pergi diam-diammeninggalkan


desa dan merasa bahwa mencari nafkah sendiri merupakan jawabanakan kegalauannya.
Dari kampung mereka, Rawamangun di Palopo, gadis-gadissebaya ini berangkat ke
Makassar.,
Menginap satu malam di sebuah hotel danbertemu dengan calon pemberi
pekerjaan, yang ternyata adalah pemilik kelabmalam. Lalu berangkat dengan pesawat
menuju Ambon pada keesokan harinya.Para pelaku praktek perdagangan orang ini diduga
menggunakan sistem selyang terputus-putus di satu daerah ke daerah lain., Hampir serupa
dengan carasindikat narkoba beroperasi.
Sehingga dari Ambon, gadis-gadis Palopo ini bertemudengan orang yang berbeda
yang membawa mereka ke Pulau Aru. Dan cerita sedihberkepanjangan dimulai
ketika mereka menginjakkan kaki di tempat kerja mereka.
“Dia magang untuk 3 bulan baru boleh dibawa keluar. Selama itu dia kerja
melayani
tamu, menemani minum. Setiap hari dia disuruh memakai pakaian seminimmungkin dan
dipajang di ruang kaca. Bisa saya katakan separuh telanjang,” kata Ibu Sulis menceritakan
apa yang dia dengar dari anaknya.Bella dan teman-temannya melihat perlakuan buruk
kepada perempuanyang bekerja di sana.; Bukan hanya dari para pelanggan tetapi juga
pekerja laki-lakiserta pemilik tempat hiburan itu.
“Mereka membuat perempuan menjadi binatang. Menjerat dengan hutang yang
 jelas-jelas tidak akan sanggup mereka bayar. Ada ibu-ibu yang sama sekali tidakbisa
meninggalkan tempat itu karena hutang banyak, anak banyak dan tidak jelas siapa saja
bapaknya.”
  “Bella juga melihat teman-temannya yang sakit atau hamil dibawa pergi dari pulau
dan tidak pernah kembali.”
Cerita Bella hanyalah satu dari ribuan kisah pilu perdagangan orang.Tersamarkan dengan
berbagai modus yang terus diperbaharui seiring dengan perkembangan jaman
untuk menjerat korbannya. Iming-iming gaji bulanan dengan jumlah fantastis masih
sering digunakan, tetapi para pemangsa mulai menggunakanmedia sosial untuk menjerat
targetnya. Dan sudah ada pula kasus-kasus dimanakorban dijerat melalui perjalanan
umrah.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

 IDENTITAS
1. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap awal dari sebuah proses keperawatan dan juga merupakan
proses sistematis yang dilakukan untuk mengumpukan data dari berbagai sumber,
yang digunakan untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan seorang
pasien. Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai dengan kejadian atau kenyataan
kebenaran dalam data ini sangat diperlukan untuk merumuskan diagnosa
keperawatan dan juga digunakan dalam pemberian pelayanan kesehatan sesuai
dengan respon masingmasing individu yang kemudian telah ditentukan dalam
standar praktik keperawatan.

A. Identitas Pasien meliputi nama pasien nama yang bertanggung


jawab, alamat, nomor register, agama, pendidikan, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis

B. Keluhan utama

Biasanya pasien menyatakan perasaan frustasi atau mengungkapkan bahwa dia


tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelumnya layaknya orang
yang sehat, pasien merasa sangat bergantung dengan orang yang lain (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017).

C. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang


2. Riwayat kesehatan dahulu
3. Riwayat kesehatan psikologi
4. Riwayat kesehatan keluarga

D. Pola Pola Kesehatan


1. Pola nutrisi
2. Pola eliminasi
3. Pola aktivitas
4. Pola istirahat
5. Pola hubungan dan peran
6. Pola presepsi dan konsep diri
7. Pola sensori dan kognitif
8. Pola produksi seksual
9. Pola penanggulangan stress
10. Pola tata nilai kepercayaan
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
c) Tanda-tanda vital
d) Pemeriksaan head to toe)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakberdayaan
2. Kecemasan
3. Harga Diri Rendah

4. INTERVENSI
DAFTAR PUSTAKA
https://megapolitan.kompas.com/read/2010/07/29/09450559/~Beranda~Isu%20Wanita
https://www.academia.edu/37864112/
ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_TRAFFICKING_HUMAN_PROGRAM_STUDI_SARJANA
_KEPERAWATAN_SEKOLAH_TINGGI_ILMU_KESEHATAN_BHAKTI_KENCANA_BANDU
NG_2018

Anda mungkin juga menyukai