HUMAN TRAFFICKING
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
DEFENISI HUMAN TRAFFICKING
Trafficking adalah konsep dinamis dengan wujud yang berubah dari waktu kewaktu, sesuai
perkembangan ekonomi, sosial dan politik. Sampai saat ini tidak ada definisi trafficking yang
disepakati secara intemasional, sehingga banyak perdebatan dan respon tentang definisi yang
dianggap paling tepat tentang fenomena kompleks yang disebut trafficking ini.
Pada tahun 1994 PBB mendefinisikan trafficking sebagai pergerakan dan penyelundupan orang
secara sembunyi-sembunyi melintasi batas-batas negara dan internasional, kebanyakan berasal dari
negara berkembang dan negara-negara yang ekonominya berada dalam masa transisi, dengan tujuan
untuk memaksa perempuan dan anak-anak masuk ke dalam sebuah situasi secara seksual maupun
ekonomi terkompresi, dan situasi eksploitatif demi keuntungan perekrut, penyelundup, dan sindikat
kriminal seperti halnya aktivitas ilegal lainnya yang terkait dengan perdagangan (trafficking),
misalnya pekerja rumah tangga paksa, perkawinan palsu, pekerja yang diselundupkan dan adopsi
palsu.
Faktor-Faktor Penyebab Trafficking Human
1. Faktor Ekonomi
2. Posisi Subordinat Perempuan dalam Sosial dan Budaya
3. Faktor Pendidikan
4. Tidak Ada Akta Kelahiran
5. Kebijakan yang Bias Gender
6. Pengaruh Globalisasi
Bentuk dan Modus Trafficking Human
Bentuk Trafficking
1. Tawaran Kerja Salah satu modus human trafficking yang sering dilakukan adalah penawaran kerja
ke luar pulau atau luar negeri dengan gaji tinggi. Pelaku biasanya mendatangi rumah calon
korbannya dan saat pemberangkatan juga tanpa dilengkapi surat keterangan dari pemerintah desa
setempat.
2. Selain aspek pemaksaan yang menyalahi aturan, aspek upah juga sangat merugikan para korban.
Mereka hanya mendapatkan sedikit upah dari transaksi. pdahal sekali kencan korban diberi uang
oleh hidung belang sekitar kurang lebih 500 ribu sekali kencan. Hal ini biasanya dijadikan dalih
oleh para germo sebagai pembiayaan fasilitas antar jemput, baju, dan rias bagus serta modis agar
lebih menarik.
3. Bius Rayuan dan iming-iming pekerjaan bukan lagi menjadi modus yang paling sering dilakukan
dalam human trafficking, tetapi saat ini orang bisa menjadi korban perdagangan manusia dengan
kekerasan seperti dibius. Modus ini menggunakan kekerasan, cara modus ini berawal dari
penculikan terhadap korban. kemudian pelaku membiusnya dengan suntikan ataupun dengan alat
yang lain yangdigunakan untuk membius
Undang-Undang Tentang Trafficking
Undang Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang.
Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak
Pidana Perdagangan Orang, definisinya adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran
atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dariorang yang memegang kendali atas
orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk
tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
Sanksi bagi pelaku tindak pidana perdagangan orang
Kurungan Penjara dan atau Denda. Sanksi kurungan penjara, minimal 3 tahun maksimal
15 tahun. Sanksi denda bagi pelaku perorangan Rp 150-600 juta, sementara untuk
perusahaan sanksi penjaranya minimal 9 tahun dan maksimal 45 tahun, atau denda
minimal sebesar Rp 360 juta, dan maksimal Rp 1,8 miliar.
Korban Human Trafficking
TINJAUAN KASUS
25 April 2004:Empat orang, tiga di antaranya wanita,mendekam di tahanan Kepolisian
Wilayah Kota Besar Semarangkarena diduga terlibat dalam penjualan gadis di bawah
umur. Empatorang tersebut adalah Aryani Ningsih (44 tahun) dan anaknya, FitriYuliana
(18), warga Cilosari Dalam, Semarang; serta Sri Puryanti(46), warga Jalan Pengapon,
Kota Semarang, yang menjual seoranggadis berusia 14 tahun kepada Ibnu (40), warga
Ungaran, KabupatenSemarang.
11 Juni 2004:Perdagangan bayi terungkap. Tan dan Aiwahserta Lily ditangkap. Tan
adalah orang yang bertugas mendistribusikanatau menjual bayi-bayi dari Indonesia ke
Singapura. Untukmendapatkan bayi-bayi dari Indonesia, para peminat harus
membayarRp 30 juta sampai Rp 35 juta. Pembayaran dilakukan setelah terbitnyasurat-
surat adopsi yang sah. Aiwah disebut sebagai orang yang bertugas mengumpulkan bayi-
bayi di Jakarta dari Lily. Lily menjualRp 5 juta per bayi.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN KORBAN HUMAN
TRAFFICKING
1. PENGKAJIAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. RENCANA KEPERAWATAN DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
PENGKAJIAN