Anda di halaman 1dari 26

Asuhan Keperawatan pada

dewasa berkebutuhan khusus :


Human Trafficking))

Kelompok 8

1. Vivi Nurhaliza
2. Wahyu Mustika Rani
3. Welly Oktaviani
4. Windy Vellya melati
5. Yolanda Marlin Napitu
Definisi
Human trafficking atau perdagangan
manusia oleh Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB) mendefinisikan sebagai
perekrutan, pengiriman, pemindahan,
penampungan atau penerimaan seseorang
dengan ancaman, penggunaan kekerasan,
perbudakan, pemaksaan, pemerangkapan
utang ataupun bentuk-bentuk penipuan
yang lainnya dengan tujuan eksploitasi
(Course Instruction, 2011:2)
Faktor- Faktor Penyebab
Trafficking Human

1. Faktor ekonomi 4. Tidak Ada Akta Kelahiran

2. Posisi Subordinat Perempuan dalam 5. Kebijakan yang bias gender


Sosial danBudaya
 
6. Pengaruh Globalisasi
3. FaktorPendidikan
Bentuk Trafficking

Penjualan Bayi.
Eksploitasi Seksual

Pekerja Rumah
Jeratan Hutang.
Tangga.
Bentuk Trafficking

Donor Paksa Pengantin Pesanan


Organ Tubuh Pos (Mail order
bride)

Pengedar Narkoba
dan Pengemis
Tawaran Kerja
Modus
Trafficking Salah satu modus human trafficking
yang sering dilakukan adalah
penawaran kerja ke luar pulau atau
luar negeri dengan gaji tinggi

Bius
Modus ini menggunakan kekerasan,
cara modus ini berawal dari
penculikan terhadap korban,
kemudian pelaku membiusnya
dengan suntikan ataupun dengan alat
yang lain yang digunakan untuk
membius
Undang- Undang
Tentang Trafficking

Undang Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang.
Dampak/ Pengaruh Trafficking

1. Dampak 2. Dampak Sosial 3. Dampak


Psikologi dan Kesehatan Fisik
Kesehatan Mental
1. Dampak Psikologi dan
Kesehatan Mental
b. Kecemasan

a. Post Traumatic Stress Disorder Satu studi melaporkan bahwa orang


(PTSD) yang selamat dari trafficker
perempuan korban trafficking sering mengalami kecemasan dengan
mengalami atau dihadapkan dengan suatu gejala kegugupan (95%), panik
peristiwa/ kejadian yang melibatkan cedera (61%), merasa tertekan (95%) dan
aktual atau terancam kematian yang keputusasaan tentang masa depan
serius,ancaman terhadap integritas fisik diri (76%) (Bradley, 2005).
sendiri/orang lain dan tanggapan mereka
terhadap peristiwa ini sering melibatkan rasa
takut yang sangat, dan ketidakberdayaan,
sebagai reaksi umum dari (PTSD).
c. Ketidakberdayaan 2. Dampak Sosial

Ketidakberdayaan adalah suatu keadaan Secara sosial para perempuan korban


dimana individu kurang dapat mengendalikan trafficking teralenasi, karena sejak awal
kondisi tertentu atau kegiatan yang baru direkrut, diangkut atau ditangkap oleh
dirasakan. Secara kognitif korban umumnya jaringan trafficker mereka sudah disekap,
kurang konsentrasi, ambivalensi, diisolir agar tidak berhubungan dengan
kebingungan, fokus menyempit / preokupasi, dunia luar atau siapapun sampai mereka
misinterpretasi, bloking, berkurangnya tiba ditempat tujuan. Konsekuensi sosial
kreatifitas, pandangan suram, pesimis, sulit tersebut sebagai salah satu dampak yang
untuk membuat keputusan, mimpi buruk, banyak dialami oleh perempuan korban
produktivitas menurun, pelupa trafficking.
3. Dampak Kesehatan Fisik

Secara fisik, cedra aktual para perempuan


korban trafficking terjadi, karena mereka
mengalami kekerasan fisik dan seksual.
Mereka seringkali terpaksa harus tinggal di
lingkungan yang tidak manusiawi dan bekerja
dalam kondisi berbahaya.Perawatan kesehatan
dan pencegahan penyakit seksual menular
terhadap para korban hampir tidak ada, dan
kesehatan biasanya diabaikan sampai mereka
semakin terpuruk menderita penyakit HIV /
AIDS, sipilis, gonorea dan penyakit seksual
menular lainnya.
Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking

Perdagangan orang, khususnya perempuan sebagai suatu bentuk tindak kejahatan


yang kompleks, memerlukan upaya penanganan yang komprehensif dan
terpadu.Tidak hanya dibutuhkan pengetahuan dan keahlian professional, namun juga
pengumpulan dan pertukaran informasi, kerjasama yang memadai baik sesama aparat
penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, hakim maupun dengan pihak- pihak
lain yang terkait yaitu lembaga pemerintah (Kementrian terkait) dan lembaga non
pemerintah (LSM) baik local maupun internasional. Hal ini bertujuan untuk
memastikan agar korban mendapatkan hak atas perlindungan dalam hukum. Dalam
konteks penyidikan dan penuntutan, aparat penegak hukum dapat memaksimalkan
jaringan kerjasama dengan sesama aparat penegak hukum lainnya didalam suatu
wilayah negara, untuk bertukar informasi dan melakukan investigasi bersama.
Studi Kasus
Nn B merupakan anak kelahiran 1995 yang berasal dari keluarga broken home, hal
inilah yang menyebabkan Nn B menerima tawaran kerja sebagai SPG dari temannya
dengan iming-iming gaji 10 juta rupiah per bulan. Bersama dengan teman lama dan
sahabatnya, Nn B pergi diam-diam meninggalkan desa dan merasa bahwa mencari
nafkah sendiri merupakan jawaban akan kegalauannya. Dari kampung mereka,
Rawamangun di Palopo, gadis-gadis sebaya ini berangkat menuju kota kecil di
Kepulauan Aru di Maluku. Ibu Sulis menceritakan apa yang dia dengar dari anaknya, Nn
B magang untuk 3 bulan baru boleh dibawa keluar. Selama itu dia kerja melayani tamu,
menemani minum. Setiap hari dia disuruh memakai pakaian seminim mungkin dan
dipajang di ruang kaca. Bisa dikatakan separuh telanjang. Nn B dan teman-temannya
melihat perlakuan buruk pekerja laki-laki dan pemilik tempat hiburan tersebut kepada
perempuan yang bekerja di sana. Nn B juga melihat teman-temannya yang sakit atau
hamil dibawa pergi dari pulau dan tidak pernah kembali
Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Identitas

● Nama : Nn. B
● Umur : Lahir tahun 1995
● Jenis Kelamin : Perempuan
● Pekerjaan : SPG
● Alamat dan No. Telp : Rawamangun, Palopo
● Penanggung Jawab & : Ny. S (45 Tahun) sebagai Ibunya
Asuhan Keperawatan
2. Pola Persepsi Kesehatan
● Keluhan Utama: Menurut Ny. S “Anak saya mungkin frustasi dan
tidak tahan kondisi keluarga kami,”
● Faktor yang Memperberat Menurut Ny. S “Keluarga kami broken
home. Anak-anak melihat orangtua tidak akur. Mungkin itu yang
menyebabkan dia memutuskan pergi,”
● Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Keluhan Menurut Ny. S
bersama dengan teman lama dan sahabatnya, Bella pergi diam-diam
meninggalkan desa dan merasa bahwa mencari nafkah sendiri
merupakan jawaban akan kegalauannya.
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Dx 1. Proses Perubahan Keluarga
intervensi:
1. Pengkajian
a. Kaji Interaksi antara pasien dan keluarga, waspada terhadap potensi perilaku
merusak
b. Kaji Keterbatasan anak, dengan demikian dapat mengakomodasi anak untuk
berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari

2. Intervensi Umum
a. Bina Hubungan Saling Percaya
b. Beri Kesempatan kepada Keluarga sebagai Individu dan Sebagai Kelompok untuk
saling berbagi tentang perasaan yang mereka pendam
c. Tekankan bahwa anggota keluarga tidak bertanggung jawab atas kebiasaan mabuk
anggota keluarga lainnya.
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
d. Gali keyakinan keluarga tentang situasi yang mereka hadapi dan tujuan mereka.
e. Bicarakan tentang metode tak efektif yang digunakan keluarga
f. Bantu keluarga memahami efek dari upaya merekamengontrol kebiasaan mabuk
g. Tekankan bahwa membantu pencandu alcohol berarti pertama- tama harus
membantu diri mereka sendiri
h. Bicarakan dengan keluarga bahwa selama masa pemulihan dinamika keluarga
mereka akan berubah drastic.
i. Bicarakan tentang kemungkingan kambuh dan factor penunjang
j. Bila terdapat diagnosis keperawatan individu atau keluarga tambahan, lihat tindak
penganiyaan anakatau tindak kekerasan dalam rumah tangga dibawah diagnosis
ketidakmampuan koping keluarga
k. Lakukan penyuluhan kesehatan mengenai sumber daya komunitas dan lakukan
perujukan sesuai indikasi.
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
3. Promosi Integritas Keluarga
a. Kaji Perasaan Bersalah yang mungkin dialami keluarga
b. Kaji jenis hubungan keluarga
c. Pantau hubungan keluarga saat ini
d. Kaji pemahaman keluarga tentang penyebab penyakit
e. Identifikasi Prioritas yang bertentangan diantara anggota keluarga

4. Penyuluhan untuk Pasien/ Keluarga


a. Ajari keterampilan merawat pasien yang diperlukan oleh keluarga (misalnya,
manajemen waktu, pengobatan)
b. Ajari keluarga perlunya kerjasama dengan system sekolah untuk menjamin akses
kesempatan pendidikan yang sesuai untuk penderita penyakit kronis atau anak cacat.
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
5. Aktivitas Kolaboratif
a. Pelopori konferensi multidisiplin perawatan pasien, dengan melibatkan pasien/
keluarga dalam menyelesaikan masalah dan fasilitasi komunikasi
b. Berikan perawatan berkelanjutan dengan mempertahankan komunikasi yang
efektif antara anggota staf mrlalui catatan keperawatan dan rencana perawatan
c. Anjurkan pelayanan konsultasi social untuk membantu keluarga menentukan
kebutuhan pascahospitalisasi dan identifikasi sumber dukungan di komunitas.
d. Promosi Integrasi keluarga (NIC), rujuk untuk terapi keluarga sesuai indikasi.
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Dx 2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
intervensi
Sp 1
1. Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki
- Diskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dari aspek positif
seperti kegiatan pasien di rumah adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
- Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian
yang negative.

2. Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini


- Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih digunakan saat ini
- Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan pasien
- Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
3. Pilih kemampuan yang akan dilatih
- Diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
- Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri :
▪ Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga
▪ Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien
▪ Beri contoh pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan pasien
▪ Susun bersama pasien aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien

4. Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih


- Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah dipilih
pasien) yang akan dilatihkan
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
- Bersama pasien dan keluarga memeperagakan beberapa kegiatan yang akan
dilakukan pasien.
- Berikan dukungan dan pujian yang nyata sesuai kemajuan yang diperlihatkan
pasien.

5. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien


- Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
- Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan setiap perubahan
- Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga - Berikan
kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan. Yakinkan
bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan pasien
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Sp 2
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
 Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
 Latih kemampuan yang dipilih
 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien

Sp 3
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1 dan 2)
 Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
SP terhadap keluarga klien dengan HDR
intervensi:
Sp 1
 Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
 Jelaskan proses terjadinya HDR
 Jelaskan tentang cara merawat pasien
 Main peran dalam merawat pasien HDR
 Susun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien

Sp 2
Evaluasi kemampuan SP.1
 Latih keluarga langsung ke pasien
 Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
SP. 3
▪ Evaluasi Kemampuan Keluarga
▪ Evaluasi Kemampuan Pasien
▪ RTL Keluarga - Follow Up - Rujukan
THANK YOU
FROM
KELOMPOK 8

Anda mungkin juga menyukai