Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN JIWA II

“ASUHAN KEPERAWATAN KORBAN


TRAFFICKING”

Niara Aisyah M. : 20170303009

Qorine husnul Q : 20170303035

Novi Melpriyana : 20170303020

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Korban Trafficking”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada Nabi besar, Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah ini disusun untuk melengkapi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II.
Dengan harapan makalah “Asuhan Keperawatan Korban Trafficking” ini bisa
menambah pengetuahuan, menambah wawasan dan mendatangkan manfaat.
Kami menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah
yang bersangkutan guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik
lagi di masa yang akan datang. Aamiin.

Penyusun,

Jakarta, 22 November 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perdagangan orang (human trafficking) merupakan bentuk perbudakan secara modern, terjadi
baik dalam tingkat nasional dan internasional. Dengan berkembangnya teknologi informasi,
komunikasi dan transformasi maka modus kejahatan perdagangan manusia semakin canggih.
“Perdagangan orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir
(organized), dan lintas negara (transnational), sehingga dapat dikategorikan sebagai
transnational organized crime (TOC)” (Supriyadi Widodo Eddyono,2005)

Kasus perdagangan orang yang terjadi, hampir seluruh kasus yang ditemukan dalam
perdagangan manusia korbannya adalah perempuan dan anak. Diperkirakan setiap tahunnya
600.000-800.000 laki-laki, perempuan dan anak-anak diperdagangkan menyeberangi
perbatasan-perbatasan internasional. Di Indonesia jumlah anak yang tereksploitasi seksual
sebagai dampak perdagangan anak diperkirakan mencapai 40.000-70.000 anak. Disamping
itu, dalam berbagai studi dan laporan NGO menyatakan bahwa Indonesia merupakan daerah
sumber dalam perdagangan orang, disamping juga sebagai transit dan penerima perdagangan
orang.

Salah satu faktor tingginya kasus perdagangan orang yang pada umumnya perempuan,
disebabkan oleh dijanjikan pekerjaan dengan gaji tinggi di luar daerah, dengan korban adalah
kalangan perempuan usia remaja yang ingin mencari kerja. Dimana, kasus perdagangan
orang khususnya perempuan yang sangat tidak manusiawi tersebut, merupakan praktik
penjualan perempuan dari satu agen ke agen berikutnya. Semakin banyak agen yang terlibat,
maka semakin banyak pos yang akan dibayar oleh perempuan tersebut, sehingga gaji mereka
terkuras oleh para agen tersebut.

Fenomena tersebut perlu diantisipasi agar jaringan seperti rantai tersebut dapat diberantas dan
diputuskan melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang dengan terlebih dahulu disosialisasikan agar masyarakat
memahami khususnya kaum perempuan. Tingginya angka migrasi penduduk serta
kemiskinan, menjadikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai ladang potensial
perkembangan perdagangan anak dan perempuan, khususnya perdagangan terhadap tenaga
kerja perempuan. Diduga ada peningkatan kualitas dan kuantitas kasus perdagangan anak dan
perempuan (trafficking). Kemunculan kasus perdagangan tenaga kerja perempuan merupakan
dampak langsung dari tidak sejahteranya masyarakat (Kedaulatan rakyat,2008)

Pasal 297 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dan di berbagai peraturan
perundangan lainnya seperti Undang-undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Perlindungan
Anak. Berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan trafficking tersebut
sebenarnya mengandung ide-ide atau konsep-konsep yang digolongkan abstrak yang ideanya
meliputi ide tentang keadilan, kepastian, dan kemanfaatan. Dengan demikian, apabila
membicarakan tentang keefektivan, maka pada hakikatnya sedang dibicarakan mengenai
usaha untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan (Satjipto Rahardjo,1977)
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Trafficking ?
2. Apa Faktor-Faktor Penyebab Trafficking ?
3. Bagaimana Bentuk Dan Modus Human Trafficking ?
4. Apa Dampak atau Pengaruh Human Trafficking ?
5. Bagaimana Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Dan Memahami Definisi Human Trafficking


2. Mengetahui Faktor-Faktor Penyebab Trafficking
3. Mengetahui Bentuk Dan Modus Human Trafficking
4. Mengetahui Dampak Atau Pengeruh Human Trafficking
5. Mengetahui Pencegahan Dan Penanggulangan Human Trafficking
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Trafficking

Definisi trafficking adalah konsep dinamis dengan wujud yang berubah dari waktu
kewaktu, sesuai perkembangan ekonomi, sosial dan politik. Sampai saat ini tidak ada
definisi trafficking yang disepakati secara internasional, sehingga banyak perdebatan
dan respon tentang definisi yang dianggap paling tepat tentang fenomena kompleks
yang disebut trafficking ini (Nurani,2011)

Menurut Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO)


pasal 1 ayat 1, dedinisi trafficking adalah tindakan perekrutaan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penculikan, penipuan, penyekapan, peyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan, penjeratan hutang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh
peretujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang
dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau
mengakibatkan orang tereksploitasi (Zunly Nadia,2011)

Pada tahun 1994 PBB mendefinisikan trafficking sebagai pergerakan dan


penyelundupan orang secara sembunyi-sembunyi melintasi batas-batas negara dan
internasional, kebanyakan berasal dari negara berkembang dan negara-negara yang
ekonominya berada dalam masa transisi, dengan tujuan untuk memaksa perempuan dan
anak-anak masuk ke dalam sebuah situasi secara seksual maupun ekonomi terkompresi,
dan situasi eksploitatif demi keuntungan perekrut, penyelundup, dan sindikat kriminal
seperti halnya aktivitas ilegal lainnya yang terkait dengan perdagangan (trafficking),
misalnya pekerja rumah tangga paksa, perkawinan palsu, pekerja yang diselundupkan
dan adopsi palsu (Anonim,1999)

Menurut resolusi senat AS no. 2 tahun 199, trafficking adalah salah satu atau lebih
bentuk penculikan, penyekapan, perkosaan, penyiksaan, buruh paksa atau praktek-
praktek seperti perbudakan dan menghancurkan hak asasi manusia. Trafficking memuat
segala tindakan yang termasuk dalam proses rekruitmen atau pemindahan orang di
dalam ataupun antar negara, melibutkan penipuan , paksaan atau dengan tujuan
menempatkan orang-orang pada situasi penyiksaan atau eksploitasi seperti prustitusi
paksa, penyiksaan dan kekejaman luar biasa, buruh di pabrik dengan kondisi buruk atau
pekerja rumah tangga yang dieksploitasi (Andi Yetriana,2004).

Pengertian trafficking dalam Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidan


Perdagangan Orang (UU No. 21 Tahun 2007) lebih luas dibandingkan dengan KUHP,
dengan memasukkan proses dan definisi korban maupun pelaku. Pasal 1 angka (1) UU
No. 21 Tahun 2007 mendefinisikan trafficking sebagai berikut:
Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat,
sehingga memperoleh persetujuan dari banyak orang yang memagang kendalil atas
oranglain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk
tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
Dari definisi tersebut, terdapat tiga unsur utama trafficking (Salma Syafitri Rahaya),
yaitu :
1. Memindahkan orang, baik di dalam maupun di luar batas negara (termasuk perekrutan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan);
2. Cara-caranya melawan hukum (termasuk ancaman, penggunaan kekeasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan
dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut.).
3. Tujuannya eksploitasi atau menyebabkan orang tereksploitasi

B. Faktor-faktor penyebab Trafficking

Adapun beberapa faktor pendorong terjadinya perdagangan orang antara lain meliputi
kemiskinan, desakan kuat untuk bergaya hidup materialistik, ketidakmampuan sistem
pendidikan yang ada maupun masyarakat untuk mempertahankan anak supaya tidak
putus sekolah dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi serta petugas Kelurahan
dan Kecamatan yang membantu pemalsuan KTP (Supriyadi Widodo Eddyono)

Salah satu faktor tingginya kasus perdagangan orang yang pada umumnya perempuan,
disebabkan oleh dijanjikan pekerjaan dengan gaji tinggi di luar daerah, dengan korban
adalah kalangan perempuan usia remaja yang ingin mencari kerja. Dimana, kasus
perdagangan orang khususnya perempuan yang sangat tidak manusiawi tersebut,
merupakan praktik penjualan perempuan dari satu agen ke agen berikutnya. Semakin
banyak agen yang terlibat, maka semakin banyak pos yang akan dibayar oleh
perempuan tersebut, sehingga gaji mereka terkuras oleh para agen tersebut.

Terjadinya Trafficking baik itu berupa kasus kekerasan maupun eksploitasi


terhadap anak-anak dan perempuan disebabkan oleh beberapa factor khususnya di
Indonisia diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Faktor Ekonomi

Ekonomi yang minim atau disebut kemiskinan menjadi factor penyebab


utama terjadinya Human Trafficking. Ini menunjukkan bahwa perdagangan
manusia merupakan ancaman yang sangat membahayakan bagi orang miskin.
Ekonomi yang pas-pasan menuntut mereka untuk mencari uang dengan
berbagai cara. Selain itu budaya konsumvitisme, juga ikut andil menambah
iming-iming masyarakat untuk mencari biaya penghidupan. Semua ini
menjadikan mereka dapat terjerumus ke dalam prostitusi dan tindak asusila
lainnya.
Di sisi yang lain kurangnya lahan pekerjaan atau masih banyaknya angka
pengangguran melengkapi rendahnya pendapatan atau ekonomi masyarakat.
Keterbatasannya lahan pekerjaan yang dapat menampung perempuan dengan
tingkat keterampilan yang minim menyebabkan banyak perempuan-perempuan
menganggur sehingga kondisi inilah yang dipergunakan dengn baik oleh para
perantara yang menyarankan perempuan-perempuan untuk bekerja. Mereka
dijanjikan untuk bekerja di dalam kota, atau di luar negeri. Dalam bujukan
tersebut, tidak dijelaskan secara detail pekerjaan apa yang akan didapatkan.
Biasanya para perantara hanya memberikan iming-iming gaji atau upah yang
besar. Tanpa disadari, korban telah terjebak penipuan dalam hal ini sebagai
pelayan seks. Biasanya mereka bersedia bekerja di manapun ditempatkan.
Oleh karena itu ketika ada perantara yang menawarkan sebuah pekerjaan
dengan iming-iming upah atau gaji yang besar maka mereka akan menyambut
dengan senang hati tawaran tersebut. Tawaran ini selalu menjadi dewa
penyelamat untuk meneyelesaikan kondisi ekonomi. Namun pada hakikatnya
hal tersebut adalah sasaran empuk bagi para calo untuk dijadikan korban
trafficking.

2. Faktor Pendidikan

Tingkat pendidikan yang rendah juga sangat mempengaruhi kekerasan dan


eksploitasi terhadap anak dan perempuan. Banyaknya anak yang putus sekolah,
sehingga mereka tidak mempunyai skill yang memadai untuk mempertahankan hidup.
Implikasinya, mereka rentan terlibat kriminalitas. Survei Sosial Ekonomi Nasional
Tahun 2000 lalu melaporkan bahwa 34,0% penduduk Indonisia berusia 10 tahun ke
atas belum atau tidak tamat pendidikan dasar (SD) dan hanya 15% tamat SLTP.
Menurut laporan BPJS Tahun 2000 juga terdapat 14% anak usia 7-12 tahun dan 24%
anak usia 13-15 tahun tidak melanjutka kejenjang pendidikan SLTP karena alasan
ketidak mampuan dalam hal biaya.

Namun dari data di atas menunjukkan bahwa kaum perempuan yang paling
banyak menganggur. Kedaan inilah yangmenyebabkan mereka menerima tawaran
pekerjaan oleh para perantara yang yang mereka tidak menyadarinya sebagai
trafficker meskipun belum menegtahui seberapa besar uapah atau gaji yang akan
diterimanya.

3. Pengaruh Globalisasi

Pemberitaan tentang trafficking (perdagangan manusia), pada beberapa waktu


terakhir ini di Indonesia semakin marak dan menjadi isu yang aktual, baik dalam
lingkup domistik maupun yang telah bersifat lintas batas negara. Perdagangan
manusia yang paling menonjol terjadi khususnya yang dikaitkan dengan
perempuan dan kegiatan industri seksual, ini baru mulai menjadi perhatian
masyarakat melalui media massa pada beberapa tahun terakhir ini. Kemungkinan
terjadi dalam skala yang kecil, atau dalam suatu kegiatan yang terorganisir dengan
sangat rapi. Merupakan sebagian dari alasan-alasan yang membuat berita-berita
perdagangan ini belum menarik media massa paa masa lalu. Adapun pengaruh dari
akibat globalisasi dunia, Indonesia juga tidak dapat luput dari pengaruh
keterbukaan dan Kemajuan di berbagai aspek teknologi, politik, ekonomi, dan
sebagainya. Kemajuan di berbagai aspek tersebut membawa perubahan pula dalam
segi-segi kehidupan sosial dan budaya yang diacu oleh berbagai kemudahan
informasi.
Dampak negatif dari perrubahan dan kemudahan tersebut menjadi
konsekuensi bagi munculnya permasalahan-permasalahan sosial termasuk pada
perempuan dan anak, salah satunya adalah berkembangannya perdagangan seks
pada anak.

C. Bentuk dan Modus Human Trafficking


Seiring berjalannya waktu bentuk dan modus trafficking pun semakin komplek,
banyak model dan bentuk perdagangan yang dipergunakan agar misi trafficking
berhasil. Ini tidak dapat dipungkiri karena sudah menjadi fenomena yang menjamur
diberbagai belahan dunia termasuk Indonisia.

1. Bentuk Human Trafficking


Adapun bentuk-bentuk tarfficking diantaranya adalah:
a. Eksploitasi seksual
Eksploitasi seksual baik yang komersial maupun yang non komersial
kedua-duanya sama-sama menjadi penyakit penyebar HIV dan AIDS,
sebuah virus yang menggerogoti sistem kekebalan tubuh sehingga jika
seseorang sudah tertular maka kekebalan tubuhnya sudah tidaki ada lagi.
Dari tahun ke tahun penularan penyakit ini perkembangannya semakin
pesat, yang tertular tidak hanya di kalangan masyarakat kota tapi juga
sampai ke pelosok desa seperti papua. Ini adalah masalah yang sangat
besar, satu sisi agama dan negara mencegah dengan peraturanperaturannya
namun disisi lain kejahatan semakin merajalela dan semakin canggih.
b. Pekerja Rumah Tangga
Pembantu rumah tangga yang bekerja baik di luar maupun di dalam
wilayah Indonesia dijadikan korban kedalam kondisi kerja yang dibawah
paksaan, pengekangan dan tidak diperbolehkan menolak bekerja.
Perlakuan yang lebih buruk lagi adalah mereka diperlakukan layaknya
budak, baik ketika menyuruh suatu pekerjaan atau dalam hal makan, di
mana mereka diberi makan yang sedikit dan tidak memenuhi standar gizi
yang dapat memberikan asupan tenaga, dilarang menjalankan ibadah
sesuai dengan agamanya bahkan di luar negeri seringkali majikan dan
agen menyita paspor TKW agar tidak bisa kabur jika mereka diperlakukan
oleh semua majikan karena ada juga majikan yang baik dalam
memperlakukan pembantu rumah tangganya bahkan menganggapnya
sebagai keluarga.

c. Penjualan Bayi
Di sejumlah negara maju, motif adopsi anak pada keluarga modern
menjadi salah satu penyebab maraknya incaran trafficker. Keluarga modern
yang enggan mendapatkan keturunan dari hasil pernikahan menjadi rela
mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk mengadopsi anak. Kebutuhan
adopsi massal itulah yang menyebabkan lahirnya para penjual bayi, calo-
calo anak dan segenap jaringannya.
d. Jeratan Hutang
Jeratan hutang adalah salah satu bentuk dari perbudakan tradsional, di
mana korban tidak bisa melarikan diri dari pekerjaan atau tempatnya
bekerja sampai hutangnya lunas. Ini terjadi mislanya pada para TKW, di
mana ketika mereka berangkat ke negara tujuan dibiayai oleh PJTKI dan
mereka harus mengganti dengan gaji sekitar empat bulanan yang padahal
jika dihitung-hitung biaya yang dikeluarkan oleh PJTKI tidak sebanyak
gaji TKW tersebut. Ini menjadikan para TKW harus tetap bekerja apapun
kondisi yang dihadapi di lapangan sampai habis masa kontrak. Karena
itulah jeratan hutang dapat mengarah pada kerja paksa dan membuka
kemungkinan terjadinya kekerasan dan eksploitasi terhadap pekerja.

2. Modus Trafficking
Dalam menjalankan operandinya para trafficker sering menggunakan mudus
berupa iming-iming. Di antara modus-modusnya antara lain yaitu:
a. Tawaran Kerja
Salah satu modus human trafficking yang sering dilakukan
adalah penawaran kerja ke luar pulau atau luar negeri dengan gaji
tinggi. Pelaku biasanya mendatangi rumah calon korbannya dan saat
pemberangkatan juga tanpa dilengkapi surat keterangan dari
pemerintah desa setempat.

Cara tersebut dilakukan untuk menghilangkan kecurigaan


sejumlah pihak, termasuk memberi kemudahan kepada keluarga korban
untuk dapat diterima kerja tanpa harus mengurus sejumlah surat
kelengkapan kerja di luar daerah atau negeri. Dari pihak orang tua
korban sudah tidak memperdulikan aturan atau kelengkapan surat-surat
kerja karena sudah termakan oleh bujukan pelaku.
Modusnya adalah para calo atau perantara memberi iming-
iming bagi para korban dengan menawarkan bekerja di mall dan salon
dengan gaji besar. Selanjutnya korban diserahkan pada germo yang
kemudian dipekerjakan secara paksa sebagai wanita penghibur di
tempat-tempat hiburan malam.

b. Bius

Rayuan dan iming-iming pekerjaan bukan lagi menjadi modus


yang paling sering dilakukan dalam human trafficking, tetapi saat ini
orang bisa menjadi korban perdagangan manusia dengan kekerasan
seperti dibius.
Modus ini menggunakan kekerasan, cara modus ini berawal
dari penculikan terhadap korban, kemudian pelaku membiusnya
dengan suntikan ataupun dengan alat yang lain yang digunakan untuk
membius. Kemudian korban dibawa dan dipertemukan dengan sang
bos. Setelah itu korban diserahkan jaringan lainnya untuk dibawa ke
negara lain tanpa membawa paspor untuk dipekerjakan secara paksa
sebagai pekerja seks.

D. Dampak atau Pengaruh Human Trafficking

Berdasarkan perspektif historis, startegi dan tahapan, serta faktor penyebab human
trafficking, maka hal tersebut menempatkan perempuan korban trafficking dalam situasi
yang beresiko tinggi yang berdampak terhadap fisik, psikis maupu kehidupan sosial
perempuan korban trafficking sebagaimana yang digambarkan Course Instruction (2011:
13, 14) sebagai berikut :

1. Dampak Psikologi dan Kesehatan Mental

Menurut Williamson et al. (2010: 2), perempuan korban trafficking sering


mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu peristiwa atau kejadian
yang melibatkan cedera aktual atau terancam kematian yang serius, atau
ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang lain" dan tanggapan
mereka terhadap peristiwa ini sering melibatkan "rasa takut yang sangat, dan
ketidakberdayaan, sebagai reaksi umum dari post traumatic stress disorder
(PTSD). Pengalaman traumatis dan ketakutan dialami perempuan korban
trafficking sejak awal mereka ditangkap secara paksa, mengalami penyekapan di
daerah transit sebelum dikirim ke tempat tujuan untuk dijual dan di eksploitasi
(American Association, 2005: 467).

2. Dampak Sosial
Secara sosial para perempuan korban trafficking teralenasi, karena sejak
awal direkrut, diangkut atau ditangkap oleh jaringan trafficker mereka sudah
disekap, diisolir agar tidak berhubungan dengan dunia luar atau siapapun
sampai mereka tiba ditempat tujuan. Eksploitasi seksual yang di alami para
korban ditempat pekerjaan membatasi mereka untuk bertemu dengan orang lain
(Course Instructions, 2011: 3, 4), kecuali harus melayani nafsu bejat para tamu
(lelaki hidung belang). Para korban semestinya memandang dunia dan masa
depan dengan mata bersinar, hidup aman tentram bersama perlindungan dan
kasih sayang keluarganya, tibatiba harus tercabut masuk ke dalam situasi yang
eksploitatif dan kejam, menjadi korban sindikat trafficking.

Menurut Chatterjee et al. (Wickham, 2009: 12, 13), persoalan sosial yang
sangat tragis dan semakin meningkatkan stress dan depresi para korban adalah
ketika keluarga dan masyarakat menolak untuk menerima mereka kembali.
Selain itu, para pria sering melihat perempuan korban trafficking sebagai orang
yang kotor, telah ternodai dan karena itu menolak untuk menikahi mereka.
Diskriminasi terhadap para perempuan korban trafficking terjadi dalam
berbagai sector dan berbagai bentuk. Kenyataan ini telah menggugah rasa
kemanusiaan dari berbagai pihak untuk terus berjuang agar nilai-nilai
kemanusiaan seperti keadilan, kesederajatan, bisa diwujudkan. Jadi dampak
sosial yang dimaksud adalah isolasi sosial, penolakan dari keluarga &
masyarakat mengakibatkan perempuan korban trafficking kehilangan makna
dan tujuan hidup serta penghargaan atas dirinya.

3. Dampak Kesehatan Fisik


Secara fisik, cedra aktual para perempuan korban trafficking terjadi, karena
mereka mengalami kekerasan fisik dan seksual. Mereka seringkali terpaksa
harus tinggal di lingkungan yang tidak manusiawi dan bekerja dalam kondisi
berbahaya. Mereka tidak memiliki gizi yang cukup dan dikenakan penyiksaan
secara brutal pada fisik dan psikis, apabila mereka tidakmemberikan pelayanan
seksual yang diinginkan pelanggan (“lelaki hidung belang”) atau karena
penolakan para korban terhadap eksploitasi seksual. Korban sering tidak
memiliki akses ke perawatan medis yang memadai dan tinggal dilingkungan
yang najis dan tidak layak (Stotts & Ramey, 2009: 10). Perawatan kesehatan
dan pencegahan penyakit seksual menular terhadap para korban hampir tidak
ada, dan kesehatan biasanya diabaikan sampai mereka semakin terpuruk
menderita penyakit HIV / AIDS, sipilis, gonorea dan penyakit seksual menular
lainnya.

E. Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking

Upaya Masyarakat dalam pencegahan trafficking yakni dengan meminta dukungan


ILO dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) yang melakukan Program
Prevention ofChild Trafficking for Labor and Sexual Exploitation. Tujuan dari program
ini adalah:
1. Memperbaiki kualitas pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah
Menegah Atasuntuk memperluas angka partisipasi anak laki-laki dan anak
perempuan.
2. Mendukung keberlanjutan pendidikan dasar untuk anak perempuan setelah
lulus sekolah dasar.
3. Menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi kenaikan
penghasilan
4. Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan untuk
memfasilitasi usaha sendiri.
5. Merubah sikap dan pola pikir keluarga dan masyarakat terhadap trafficking
anak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HUMAN TRAFFICKING

A. IDENTITAS
1. Nama
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Pekerjaan
5. Alamat dan No. Telp
6. Penanggung Jawab &
B. POLA PERSEPSI KESEHATAN ATAU PENANGANAN KESEHATAN
1. Keluhan Utama:
2. Riwayat Penyakit Sekarang
3. Lamanya Keluhan
4. Faktor yang Memperberat
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Keluhan
6. Riwayat Penyakit Dahulu
7. Persepsi Klien tentang status kesehatan dan kesejahteraan
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
9. Susunan Keluarga (Genogram)
10. Riwayat Alergi

C. Pohon Masalah

Resiko HDR

Kerja, melayani tamu pria

Memakai Pakaian Minim

Pekerjaan SPG
D. Diagnosa Keperawatan

1. Proses Perubahan Keluarga


2. Resiko Harga Diri Rendah

E. Inttervensi Keperawatan

No Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Proses Pasien dan Setelah…..Pertemuan 1. Pengkajian
Perubahan Keluarga pasien mampu: a. Kaji Interaksi antara pasien
Keluarga dan keluarga, waspada
mampu: 1. Mengidentifikasi
1. Memahami Pola Koping terhadap potensi perilaku
perubahan dalam 2. Berpartisipasi merusak
peran keluarga dalam proses b. Kaji Keterbatasan
membuat anak, dengan demikian
keputusan tentang dapat mengakomodasi
perawatan setelah anak untuk berpartisipasi
rawat inap dalam
3. Berfungsi untuk aktivitas sehari-hari
saling memberikan 2. Intervensi Umum
dukungan kepada a. Bina Hubungan Saling
setiap anggota Percaya

keluarga b. Beri Kesempatan kepada

4. Mengidentifikasi Keluarga sebagai Individu dan

cara untuk Sebagai Kelompok untuk saling

berkoping lebih berbagi tentang perasaan yang

efektif mereka pendam

2. Gangguan Pasien mampu: Setelah…..pertemuan 


Identifikasi kemampuan
konsep diri: klien mampu: positif yang dimiliki
 Mengidentifikasi 1. Diskusikan bahwa pasien masih
harga diri  Mengidentifikasi memiliki sejumlah kemampuan
rendah kemampuan dan
kemampuan aspek dari aspek positif seperti kegiatan
aspek posiif yang pasien di rumah adanya keluarga
positif yang dimiliki dan lingkungan terdekat pasien
dimiliki
 Memiliki 2. Beri pujian yang realistis dan
 Menilai kemampuan
kemampuan yang hindarkan setiap kali bertemu
yang dapat
dapat digunakan. dengan pasien penilaian yang
digunakan Memilih kegiatan negative. Nilai kemampuan yang
Menetapkan/memilih sesuai kemampuan dapat
kegiatan yang sesuai  Melakukan kegiatan  Pilih kemampuan yang
dengan kemampuan yang sudah dipilih. akan dilatih
 Merencanakan 1. diskusikan dengan pasien
kegiatan yang sudah beberapa aktivitas yang dapat
dilatih. dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari
Bantu pasien menetapkan
aktivitas mana yang dapat
pasien lakukan secara mandiri

.
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Trafficking adalah perdagangan manusia, lebih khususnya perdangan
perempuan dan anak-anak yang dilakukan oleh pelaku perdagangan manusia ‘trafficker’
dengan cara mengendalikan korban dalam bentuk paksaan, penggunaan kekerasan,
penculikan, tipu daya, penipuan ataupun penyalahgunaan kekuasaan atau kedudukan.
Jenis-jenis trafficking ini meliputi perkawinan transinternasional, eksploitasi
seksual phedopilia, pembantu rumah tangga dalam kondisi buruk, dan penari erotis.
Faktor penyebab utama terjadinya tindakan trafficking ini adalah karena kemiskinan dan
beberapa diantaranya adalah, karena tingkat pendidikan yang rendah, penganiyaan
terhadap perempuan, perkawinan usia muda, dan kondisi sosial budaya masyarakat yang
patriarkhis. Dampak yang bisa ditimbulkan dari trafficking ini adalah kecemasan, stress,
dan ketidakberdayaan.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai